• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN

2.3 Alat Penangkapan Ikan

Dalam Permen Kelautan dan Perikanan No. 02 tahun 2011, yang dimaksud dengan alat penangkapan ikan (API) adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Jenis API yang beroperasi di perairan Teluk Jakarta sangat beragam, namun yang akan terdampak langsung dari kegiatan reklamasi adalah dogol, bagan, payang dan

gillnet.

2.3.1 Jaring insang (gillnet)

Gillnet secara harfiah berarti jaring insang. Alat tangkap ini disebut jaring insang karena ikan yang tertangkap oleh gillnet umumnya tersangkut pada tutup insangnya (Sadhori 1985). Martasuganda (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, dimana mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama dan jumlah mata jaring ke arah horizontal lebih banyak dari pada jumlah mata jaring arah vertikal. Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung dan bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat sehingga adanya dua gaya yang berlawanan menyebabkan jaring dapat terentang sempurna.

Menurut Gunarso (1985), gillnet merupakan dinding jaring dengan bahan yang lembut dan mempunyai daya visibilitas yang rendah. Gillnet sebagai dinding

15 yang lebar ditempatkan di atas dasar laut untuk menangkap ikan demersal, atau seluruh tempat mulai dari pertengahan kolom air sampai lapisan permukaan untuk menangkap ikan pelagis (Sainsburry 1996).

Ayodhyoa (1981) mengklasifikasikan gillnet berdasarkan cara pengoperasiannya atau kedudukan jaring di daerah penangkapan. yaitu :

1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang direntangkan di lapisan permukaan dengan area daerah penangkapan yang sempit;

2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan menambahkan jangkar sehingga jenis ikan tujuan penangkapannya adalah ikan demersal;

3) Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut di suatu perairan terbawa arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar, sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan;

4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan.

Secara umum cara gillnet dipasang melintang terhadap arah arus dengan tujuan menghadang arah ikan dan diharapkan ikan-ikan tersebut menabrak jaring serta terjerat (gilled) pada mata jaring di sekitar insang atau terpuntal (entangled) pada tubuh jaring. Oleh karena itu wama jaring sebaiknya disesuaikan dengan wama perairan tempat gillnet dioperasikan (Sadhori 1985). Menurut Martasuganda (2002), jaring insang hanyut (drift gillnet) adalah jaring yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di bagian permukaan (surface drift gillnet), kolom perairan (midwater/submerged drift gillnet) atau dasar perairan (bottom drift gillnet).

Hasil tangkapan gillnet terdiri atas ikan berbagai jenis ikan baik pelagis maupun demersal, tergantung pada jenis dan metode pengoperasiannya. Jenis- jenis ikan yang tertangkap oleh gillnet adalah layang (Decapterus spp), tembang (Sardinella fimbriata), kuwe (Caranx spp.), manyung (Arius spp.), selar (Selaroides spp.), kembung (Rastrelliger spp.), tetengkek (Megalaspis cordyla), daun bambu (Chorinemus spp.), belanak (Mugil spp.), kuro (Polynemus spp.), tongkol (Auxis spp.), tenggiri (Scomberomorus spp.) dan cakalang (Katsuwonus pelamis) (Sadhori. 1985).

Ukuran mata jaring (mesh size) mempunyai hubungan erat dengan ikan yang tertangkap. Untuk menghasilkan ukuran ikan tangkapan yang besar pada

16

suatu daerah penangkapan, hendaknya ukuran mata jaring disesuaikan dengan besar badan ikan yang terjerat. Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian tutup insangnya maka luas mata jaring disesuaikan dengan luas penampang tubuh ikan antara batas tutup insang sampai sekitar bagian depan dari sirip dada (Ayodhyoa 1981).

2.3.2 Bagan

Bagan merupakan alat tangkap yang diklasifikasikan ke dalam jaring angkat (lift net). Dalam pengoperasiannya, jaring atau waring diturunkan secara vertikal ke dalam perairan. Penangkapan bagan hanya dilakukan pada malam hari (light fishing) terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan (Subani dan Barus 1989).

Bagan terdiri atas komponen-komponen penting yaitu : jaring bagan, rumah bagan (anjang-anjang, kadang tanpa anjang-anjang), serok dan lampu. Pada pelataran bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan (Subani dan Barus 1989).

Subani dan Barus (1989) menggolongkan bagan berdasarkan bentuk dan cara pengoperasiannya menjadi tiga macam. yaitu :

1) Bagan tancap (stationary lift net)

Bagan yang posisinya tidak dapat dipindah-pindahkan, satu kali pembuatan berlaku untuk sekali musim penangkapan. Pada bagan tancap terdapat rumah bagan yang disebut "anjang-anjang" dan berbentuk piramida;

2) Bagan rakit (raft lift net)

Bagan rakit merupakan jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindah-pindahkan ke tempat yang diperkirakan banyak ikan. Pada sebelah kanan dan kiri bagian bawah terdapat rakit dari bambu yang berfungsi sebagai landasan dan sekaligus sebagai alat apung. Pada bagan ini juga terdapat anjang-anjang;

3) Bagan perahu (boat lift net)

Bentuknya lebih sederhana dibandingkan bagan rakit dan lebih ringan sehingga memudahkan dalam pemindahan ke tempat yang dikehendaki. Bagan perahu terbagi atas dua macam, yaitu bagan yang menggunakan satu perahu dan bagan dua perahu. Bagian depan dan belakang bagan

17 dua perahu dihubungkan oleh dua batang bambu, sehingga berbentuk bujur sangkar. Bambu tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menggantung jaring atau waring.

Operasi penangkapan ikan menggunakan bagan dimulai pada saat matahari terbenam. Terlebih dahulu jaring bagan diturunkan sampai kedalaman yang diinginkan, kemudian lampu mulai dinyalakan untuk menarik perhatian ikan agar segera berkumpul di sekitar bagan. Apabila telah banyak ikan terkumpul di bawah sinar lampu, maka jaring bagan diangkat sampai berada di atas permukaan air dan hasil tangkapan diambil dengan menggunakan serok. Jenis- jenis ikan hasil tangkapan bagan adalah teri (Stolephorus spp.), layang (Decapterus spp.), selar (Selaroides spp.), kembung (Rastrelliger spp.). lemuru (Sardinella longiceps), tembang (Sardinella fimbriata) dan layur (Trichiurus spp.) (Sadhori 1985).

2.3.3 Payang

Von Brandt (1984) mengelompokkan payang kedalam jenis "seine net", yaitu alat tangkap yang memiliki warp penarik yang sangat panjang dimana pengoperasiannya dilakukan dengan cara melingkari area atau wilayah seluas- luasnya dan kemudian menariknya ke kapal atau pantai. Jaring payang terdiri atas bagian kantong (codend), badan (body), dua buah sayap (wing) pada bagian kanan dan kiri serta tali ris, dimana tali ris atas dibuat lebih panjang dari tali ris bawah untuk mencegah lolosnya ikan ke arah vertikal bawah.

Jaring pada payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua tali ris, tali selembar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut terpancung, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di bagian kantong ini, semakin kecil ukuran mata jaring maka semakin kecil kemungkinan ikan meloloskan diri.

Dasar operasi seine net adalah melingkari gerombolan ikan dalam area perairan dengan warp panjang dan jaring yang terletak di bagian tengah. Penarikan dua warp dilakukan secara bersamaan ke arah kapal, sehingga kelompok ikan tergiring masuk ke dalam jaring (Sainsburry 1996). Penarikan jaring payang perlu dilakukan dengan kecepatan yang cukup tinggi dan secara bersamaan agar ikan tidak lolos dari bagian sayap. Terbukanya mulut jaring

18

secara maksimal akan sangat menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan (Ayodhyoa 1981).

Indikator dalam menemukan gerombolan ikan dapat dilakukan dengan melihat: (1) adanya perubahan permukaan air laut, karena gerombolan ikan berenang dekat pada permukaan air; (2) ikan yang melompat-lompat di permukaan; (3) terlihat buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan; (4) terlihat riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan laut; (5) adanya burung burung yang menukik menyambar permukaan laut (Ayodhyoa 1981).

Hasil tangkapan payang adalah tongkol (Aims spp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), kembung (Rastrelliger spp.), selar (Selaroides spp.), layang (Decapterus spp.), tembang (Sardinella fimbriata), japuh (Dussumeieria spp.), pepetek (Leiognathus spp.), layur (Trichiurus spp.), tenggiri (Scomberomorus sp.p), julung-julung (Hemirhampus spp.), manyung (Arius spp.), bawal (Pampus spp.) dan cucut {Sphyrna spp.) (Artikasari, 1999).

2.3.4 Dogol

Dogol termasuk dalam kelompok pukat kantong (seine net). Pukat kantong adalah jenis jaring menangkap ikan berbentuk kerucut yang terdiri dari kantong atau bag, badan (body), dua lembar sayap (wing) yang dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp). Berdasarkan bentuk jaring, seine net dibedakan menjadi 2 jenis yaitu seine net without bag dan with bag. Seine net yang menggunakan kantong dibedakan menjadi 2 jenis yaitu beach seine

yang ditarik ke pantai dan boat seine yang di tarik dari atas perahu ( Von Brandt 1984).

Dogol adalah nama daerah untuk pukat kantong di daerah Utara Jawa yang bertujuan untuk menangkap ikan-ikan dasar. Konstruksi dari alat tangkap dogol mirip dengan alat tangkap danish seine sehingga nama dogol sering digunakan sebagai terjemahan langsung untuk danish seine.

Dogol termasuk dalam pukat kantong lingkar (bag seine net) yaitu jaring yang terdiri atas kantong (bag), kaki (sayap) yang dipasang pada kedua sisi (kiri dan kanan) mulut jaring dan dalam pengoperasiannya dilingkarkan pada sasaran tertentu. Pada tiap akhir penangkapan hasilnya dinaikkan ke atas geladak kapal atau didaratkan ke pantai. Bagian atas mulut jaring dogol agak lebih menjorok ke

19 depan sehingga bentuk atau konstruksinya menyerupai pukat udang (trawl) tetapi ukurannya lebih kecil (Subani dan Barus 1989).

Hasil tangkapan dogol sangat beragam dan terdiri atas ikan pelagis maupun ikan demersal dan bahkan hewan lunak. Jenis hasil tangkapan dogol antara lain ikan pepetek (Leiognathus sp.), tigawaja (Johniusdussumieri), bawal putih (Pampus argentus), sotong (Sephia sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), bawal hitam (Formio niger), julung-julung (Hemirhampus far), gurita (Octopus sp.) pari (Trugon sephen), kembung (Ratrelliger sp.), sembilang (Plotosus canius), gerot- gerot (Therapon theraps),dan gumalah (Argyrosomus amoyensis) (Wahju et al.

2009). Bervariasinya hasil tangkapan dogol disebabkan metode

pengoperasiannya yang cenderung aktif ditarik di dasar perairan sehingga ikan yang berada di area bukaan mulut dogol akan tertangkap.

2.4 Valuasi Ekonomi

Dokumen terkait