• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Strategi Adaptasi Nelayan

Perubahan lingkungan pesisir akibat adanya reklamasi di Teluk Jakarta akan mengakibatkan dampak langsung baik pada perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Secara alamiah nelayan akan melakukan pola adaptasi terhadap perubahan tersebut dengan tujuan untuk dapat mempertahan

-200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 N e t B C ( R p t ri ly u n ) Tahun DPVBC12 PPVEBC12 DPVBC8 PPVEBC8 DPVBC3 PPVEBC3

90

pendapatan dan perekonomian keluarga. Fokus analisis strategi adaptasi nelayan dilihat berdasarkan 2 kategori utama, yaitu bagaima astragei adaptasi nelayan ketika terjadi penurunan produktivitas perikanan (penangkapan dan budidaya) serta jenis strategi yang akan dilakukan nelayan ketika sudah tidak dapat melakukan usaha penangkapan akibat adanya reklamasi.

Secara umum terdapat 2 strategi utama yang akan dilakukan nelayan di Muara Baru, Muara Angke dan Cilincing jika terjadi penurunan hasil tangkapan/budidaya (Gambar 24). Strategi tersebut adalah berpindah lokasi penangkapan/ budidaya serta mempertinggi frekuensi melaut dalam satu musim. Hanya sekitar 6% responden yang menyatakan akan mengganti alat tangkap yang digunakan sebagai bentuk strategi adaptasi. Nelayan akan tetap mencari ikan menskipun harus berpindah lokasi yang relatif lebih jauh karena keahlian inilah yang telah mereka kuasai. Hal ini senada dengan ungkapan Wiyono (2008) yang menyebutkan bahwa nelayan relatif akan tetap bekerja sebagai nelayan meskipun hasil tangkapannya menurun.

Gambar 24 Strategi adaptasi nelayan menghadapi penurunan hasil tangkapan akibat reklamasi 0 10 20 30 40 50 60 70 P er sen tase Jaw ab an R esp o n d en ( % )

Strategi Adaptasi Nelayan

Muara Baru Muara Angke Cilincing

91 Bekerja sebagai nelayan menjadi pilihan utama dari adaptasi nelayan untuk menghadapi hilangnya DPI atau lahan budaya di setiap wilayah. Meskipun harus berpindah ke lokasi yang lain umumnya nelayan akan tetap melanjutkan usahanya dibidang perikanan seperti disajikan pada Gambar 25. Strategi yang lain yang akan dilakukan adalah mencari pekerjaan lain dalam bentuk berdagang atau bertani. Selain itu, peran anggota keluarga lainnya juga dapat dioptimalkan. Strategi lain yang mungkin dilakukan sebenarnya adalah melalui pemberdayaan istri nelayan. Penghasilan istri nelayan bahkan dapat menyelamatkan ekonomi keluarga (Zid 2011). Melalui pengembangan mata pencaharian alternatif, misalnya berjualan di pasar, membuka warung, bekerja sebagai buruh pada usaha pengolahan ikan atau membentuk kelompok usaha bersama diharapkan keluarga nelayan akan memperoleh penghasilan tambahan.

Gambar 25 Strategi adaptasi nelayan menghadapi hilangnya daerah penangkapan atau lahan budidaya perikanan

Wagiu (2011) mengemukakan bahwa reklamasi yang dilakukan di Pantai Manado telah mengakibatkan menurunnya tingkat pendapatan yang berdampak langsung pada kehidupan ekonomi sosial masyarakat nelayan. Strategi yang dipilih responden merupakan bentuk adaptasi agar tetap mampu mendapatkan

0 10 20 30 40 50 60 P er sen tase Jaw ab an R esp o n d en ( % )

Strategi Adaptasi Nelayan

Muara Baru Muara Angke Cilincing

92

sumber pendapatan yang sama sehingga ekonomi keluarga akan tetap stabil. Reklamasi pantai di Manado juga telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan reklamasi selain tetap bekerja sebagai nelayan (Wunas dan Lumain 2003).

Priyandes dan Majid (2009) mengemukakan bahwa nelayan di Pulau Batam yang terdampak reklamasi kemudian beralih profesi menjadi pedagang dan buruh. Namun karena keterampilan berdagang dan buruh yang dimiliki sangat minim, pada akhirnya banyak dari mereka yang bangkrut. Pasca kebangkrutan, mereka kemudian kembali bekerja sebagai nelayan dan berpindah ke daerah lain yang tidak terdampak oleh reklamasi dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

5.5 Analisisis Kebijakan

Secara umum peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang reklamasi secara eksplisit dan berlaku nasional adalah UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil dan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Kalalo, 2009). Lebih lanjut, dalam studi tersebut disebutkan bahwa reklamasi merupakan suatu hal yang pelaksanaannya tidak dapat ditolak oleh masyarakat perkotaan. Berdasarkan pasal 12 dalam PP No 16. Tahun 2004, maka Kalalo (2009) menyebutkan bahwa tanah hasil reklamasi dikuasai oleh negara.

Selain kedua peraturan tersebut yang mengatur secara langsung kegiatan reklamasi, maka terdapat peraturan lainnya yang juga berkaitan dengan kegiatan reklamasi. Kagiatan kegiatan dalam reklamasi (baik proses maupun hasil reklamasi) yang diatur dalam peraturan dan perundang undangan antara lain;

1) Dampak langsung terhadap daerah penangkapan ikan

Walaupun reklamasi merupakan kegiatan yang tidak dapat di tolak (UU No. 27/2007) namun di dalam pasal 35 (l) UU No. 27/2007 juga disebutkan bahwa dalam melakukan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil, setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya. Di dalam Pasal 12 UU No. 31/2004 juga disebutkan bahwa kegiatan reklamasi meskipun tidak dapat ditolak namun dilarang merugikan masyarakat sekitar, sehingga diperlukan sebuah

93 mekanisme sehingga masyarakat sekitar tidak dirugikan dengan adanya kegiatan reklamasi. Salah satu contoh mekanisme yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kompensasi bagi nelayan yang daerah penangkapannya hilang atau harus berpindah. Kompensasi yang diberikan harus setara dengan nilai ekonomi nelayan yang hilang akibat reklamasi.

2) Dampak sedimentasi dari proses reklamasi

Reklamasi akan dapat menyebabkan sedimentasi baik pada saat proses reklamasi maupun setelah reklamasi. Sedimentasi akan berdampak terhadap tempak pelelangan ikan (TPI), keberadaan ikan di perairan, dergradasi habitat ikan dan ekosistem pesisir. Untuk itu diperlukan tindakan preventif yang harus dilakukan agar dampak kegiatan reklamasi masih berada pada ambang batas yang telah ditetapkan. Berbagai peraturan dan perundang undangan serta pedoman umum/teknis telah diberlakukan untuk memperkecil resiko sedimentasi dari kegiatan reklamasi. Peraturan yang berkenaan dengan dampak ini adalah;

a) Undang Undang No. 27 tahun 2007 (Pasal 34 dan 35), b) Undang Undang No. 32 tahun 2009 (Pasal 20, 21, dan 68),

c) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1999 (Pasal 9, 10, 12, 13, 14, 15, dan 16),

d) Peraturan Presiden No 122 tahun 2012,

e) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 1 tahun 2012, f) Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir tahun 2004,

g) Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi tahun 2006, h) Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai

2007.

3) Dampak reklamasi terhadap penurunan kualitas perairan

Penurunan kualitas lingkungan laut yang diakibatkan kegiatan reklamasi juga akan berdampak terhadap kegiatan perikanan. Penurunan kualitas perairan akan mengganggu kondisi sumberdaya ikan. Bahkan dapat menyebabkan kematian massal bagi ikan. Peraturan yang berkenaan dengan dampak ini adalah:

a) Undang Undang No. 32 2009 (Pasal 20 dan 68),

b) Peraturan Pemerintah No. 19/1999 (Pasal 9, 10, 12, 13, 14, 15, dan 16),

94

c) Peraturan Presiden No. 54 tahun 2008 (Pasal 2 ayat 2 huruf b.3), d) Peraturan Presiden No. 122 tahun 2012,

e) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/2004, f) Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir tahun 2004.

4) Dampak reklamasi terhadap kawasan konservasi

Di wilayah yang akan direklamasi terdapat kawasan konservasi Suaka Margasatwa Muara Angke dan hutan lindung yang penetapannya dilindungi oleh UU No. 5 Tahun 1990 beserta turunannya. Jika kegiatan reklamasi mengganggu kawasan konservasi, maka kegiatan tersebut akan melanggar UU Nomor 5 Tahun 1990 sehingga diperlukan sebuah strategi reklamasi yang tidak mengganggu keberadaan kawasan konservasi tersebut. Lebih lanjut di dalam Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012 secara jelas disebutkan reklamasi tidak boleh dilakukan di wilayah kawasan konservasi.

Untuk melengkapi hasil analisis kebijakan terhadap dampak reklamasi berikut ini dijabarkan hasil analisis kebijakan terhadap beberapa peraturan yang terkait. Peraturan yang dimaksud menyangkut undang-undang, peraturan pemerintah dan terkait.

Tabel 28 Hasil analisis kebijakan perundangan terkait reklamasi

No Undang-Undang Pasal Isi

1. UU No. 5/1990 19 1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. (cagar alam dan suaka margastwa)

2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kegiatan pembinaan habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka margasatwa.

3) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. 2. UU No 31/2004 12 1) Setiap orang dilarang melakukan

perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan

95

No Undang-Undang Pasal Isi

sumberdaya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan

Republik Indonesia.

2) Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang dapat membahayakan

sumberdayaikan, lingkungan sumberdaya ikan,dan/atau kesehatan manusia

di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.

3) Setiap orang dilarang membudidayakan ikan hasil rekayasa genetika yang dapat membahayakan sumberdaya

ikan,lingkungan sumberdaya

ikan,dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.

4) Setiap orang dilarang menggunakan obat- obatan dalam pembudidayaan ikan yang dapat membahayakan sumberdaya ikan,lingkungan sumberdaya ikan, dan/atau kesehatan manusia diwilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2), ayat(3), dan ayat(4), diatur dengan Peraturan Pemerintah. 3. UU No 27/2007 34 1) Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau dari aspek teknis,

lingkungan, dan sosial ekonomi. 2) Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib menjaga dan memperhatikan:

a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;

b. keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; serta

c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan

96

No Undang-Undang Pasal Isi

material.

3) Perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

35 Dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, setiap Orang secara langsung atau tidak langsung dilarang: a. menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan Ekosistem terumbu karang;

b. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi;

c. menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; d. menggunakan peralatan, cara, dan

metode lain yang merusak Ekosistem terumbu karang;

e. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; f. melakukan konversi Ekosistem

mangrove di Kawasan atau Zona budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

g. menebang mangrove di Kawasan konservasi untuk kegiatan industri, pemukiman, dan/atau kegiatan lain; h. menggunakan cara dan metode yang

merusak padang lamun;

i. melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya;

j. melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan

97

No Undang-Undang Pasal Isi

dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya;

k. melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis dan/atau ekologis dan/atau sosial dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya; serta l. melakukan pembangunan fisik yang

menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya.

4. UU No. 32 Tahun 2009

20 1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.

2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi: a. baku mutu air;

b. baku mutu air limbah; c. baku mutu air laut;

d. baku mutu udara ambien; e. baku mutu emisi;

f. baku mutu gangguan; dan g. baku mutu lain sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan:

a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan

b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf g diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf f diatur dalam peraturan menteri.

98

No Undang-Undang Pasal Isi

21 1) Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan

ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.

3) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:

a. kriteria baku kerusakan tanah untuk b. produksi biomassa;

c. kriteria baku kerusakan terumbu karang;

d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

e. yang berkaitan dengan kebakaran hutan

f. dan/atau lahan;

g. d. kriteria baku kerusakan mangrove; h. kriteria baku kerusakan padang

lamun;

i. kriteria baku kerusakan gambut; j. kriteria baku kerusakan karst;

dan/atau

k. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya

l. sesuai dengan perkembangan ilmu m. pengetahuan dan teknologi.

4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada paramater antara lain:

a. kenaikan temperatur; b. kenaikan muka air laut; c. badai; dan/atau

d. kekeringan.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

68 Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau

kegiatan berkewajiban:

99

No Undang-Undang Pasal Isi

dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar,

akurat, terbuka, dan tepat waktu; b. menjaga keberlanjutan fungsi

lingkungan hidup; dan menaati ketentuan tentang baku mutu c. lingkungan hidup dan/atau kriteria

baku

d. kerusakan lingkungan hidup.

5. PP No. 9 1999 9 Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan pencemaran laut.

10 1) Setiap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran laut, wajib melakukan pencegahan terjadinya pencemaran laut.

2) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang membuang limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai baku mutu air laut, baku mutu limbah cair, baku mutu emisi dan ketentuan-ketentuan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12 Limbah cair dan/atau limbah padat dari kegiatan rutin operasional di laut wajib dikelola dan dibuang di sarana pengelolaan limbah cair dan/atau limbah padat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

13 Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan laut.

14 1) Setiap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan laut wajib melakukan pencegahan perusakan laut. 2) Kepala instansi yang bertanggung jawab

menetapkan pedoman teknis pencegahan perusakan

100

No Undang-Undang Pasal Isi

15 1) Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan laut wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan laut yang diakibatkan oleh kegiatannya.

2) Pedoman mengenai penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan laut sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.

16 1) Setiap orang penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan laut wajib melakukan pemulihan mutu laut. 2) Pedoman mengenai pemulihan mutu laut

sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.

6. PP No. 16/2004 12 Tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang

surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh Negara 7. Perpres No.

54/2008

19 Sasaran penyelenggaraan penataan ruang Kawasan

Jabodetabekpunjur adalah terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora, dan fauna dengan ketentuan kualitas air menjamin kesehatan lingkungan

8 Perpres No.

122/ 2012

2 (3) Reklamasi tidak dapat dilakukan di kawasan

konservasi dan alur laut

3 Pemerintah , pemerintah daerah, atau setiap

orang yang akan melaksanakan reklamasi harus menyiapkan perencanaan reklamasi yang termasuk didalamnya

a. Penentuan lokasi;

b. Penyusunan rencana induk; c. Studi kelayakan; dan

101

No Undang-Undang Pasal Isi

4(1) Penentuan lokasi reklamasi dilakukan

berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota.

4 (3) Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material

reklamasi wajib mempertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek sosial ekonomi.

5 Aspek teknis dalam penentuan reklamasi meliputi hidro-oceanografi, hidrologi, batimetri, topografi, geomorfologi, dan/atau geoteknik.

8 Aspek lingkungan hidup meliputi kualitas air laut, kualitas air tanah, kualitas udara, kondisi ekosistem pesisir (mangrove, lamun, terumbu karang), flora dan fauna darat, serta biota perairan.

9 Aspek sosial ekonomi meliputi demografi,

akses publik, dan potensi relokasi.

11 Penyusunan rencana induk reklamasi harus memperhatikan:

a. Kajian lingkungan hidup strategis; b. Kesesuaian dengan Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi,

Kabupaten/Kota dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota; c. Sarana prasarana fisik di lahan

reklamasi dan di sekitar lahan yang di reklamasi; d. Akses publik;

e. Fasilitas umum;

f. Kondisi ekosistem pesisir;

g. Kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;

h. Pranata sosial; i. Aktivitas ekonomi; j. Kependudukan;

102

No Undang-Undang Pasal Isi

k. Kearifan lokal; dan

l. Daerah cagar budaya dan situs sejarah.

13 (1)

Studi kelayakan meliputi: a. Teknis;

b. Ekonomi-finansial; dan c. Lingkungan hidup.

13(4) Kelayakan lingkungan hidup didasarkan atas

keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.

15 Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan

melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin

pelaksanaan reklamasi.

16(1) Untuk memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi, Pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang wajib terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota

16 (2)

Menteri memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi pada Kawasan Strategis Nasional Tertentu, kegiatan reklamasi lintas provinsi, dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh Pemerintah.

16 (4)

Gubernur dan bupati/walikota memberikan izin lokasi dan

izin pelaksanaan reklamasi dalam wilayah sesuai dengan

kewenangannya dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh pemerintah daerah.

103

No Undang-Undang Pasal Isi

(1) wajib dilengkapi dengan: a. Izin lokasi;

b. Rencana induk reklamasi; c. Izin lingkungan;

d. Dokumen studi kelayakan teknis dan ekonomi finansial;

e. Dokumen rancangan detail reklamasi; f. Metoda pelaksanaan dan jadwal

pelaksanaan reklamasi; dan g. Bukti kepemilikan dan/atau

penguasaan lahan.

20 (1)

Izin pelaksanaan reklamasi dapat dicabut apabila:

a. Tidak sesuai dengan perencanaan reklamasi; dan/atau

b. Izin lingkungan dicabut.

26 Pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan:

a. Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;

b. Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulaupulau kecil; serta

c. Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material.

27 Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat dilakukan dengan:

a. Memberikan akses kepada masyarakat menuju pantai;

b. Mempertahankan mata pencaharian penduduk sebagai nelayan,

pembudidaya ikan, dan usaha kelautan dan perikanan lainnya; c. Memberikan kompensasi/ganti

kerugian kepada masyarakat sekitar yang terkena dampak reklamasi; d. Merelokasi permukiman bagi

masyarakat yang berada pada lokasi reklamasi; dan/atau

e. Memberdayakan masyarakat sekitar yang terkena dampak reklamasi.

29 Untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan

104

No Undang-Undang Pasal Isi

pulau-pulau kecil, pelaksana reklamasi wajib mengurangi dampak:

a. Perubahan hidro-oceanografi yang meliputi arus, gelombang, dan kualitas sedimen dasar laut; b. Perubahan sistem aliran air dan

drainase;

c. Peningkatan volume/frekuensi banjir dan/atau genangan;

d. Perubahan batimetri;

e. Perubahan morfologi dan tipologi pantai;

f. Penurunan kualitas air dan

pencemaran lingkungan hidup; dan g. Degradasi ekosistem pesisir.

30(1) Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material meliputi:

a. Metode pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material yang digunakan tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup,

merusak ekosistem, semburan lumpur (mud explosion), gelombang lumpur (mud wave), bencana pesisir serta mematikan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; dan material reklamasi merupakan tanah dominan pasir dan

b. Tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).

31(1) Monitoring dan evaluasi reklamasi dilakukan oleh Menteri,

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

gubernur, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk

sesuai dengan kewenangannya.

31(2) Monitoring dan evaluasi dilakukan pada tahap pelaksanaan reklamasi agar sesuai

105

No Undang-Undang Pasal Isi

dengan perencanaan dan izin lingkungan.

32(2) Izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi yang

telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan jangka waktu izin berakhir.

Dokumen terkait