• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN

2.4 Valuasi Ekonomi

2.4.3 Teknik pengukuran nilai ekonomi

Berbagai macam metode penilaian ekonomi terhadap sumberdaya alam telah dipraktekkan dalam banyak proyek di berbagai negara. Metode- metode tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu metode yang secara langsung didasarkan pada nilai/nilai pasar, metode yang menggunakan nilai pasar barang pengganti atau barang pelengkap dan metode yang didasarkan pada hasil survei.

2.4.3.1 Pendekatan harga pasar

Teknik pengukuran valuasi ekonomi dengan pendekatan harga pasar sudah banyak dilakukan dan lebih terukur. Pendekatan dengan harga pasar dapat dibedakan lagi menjadi :

23

1) Pendekatan harga pasar yang sebenarnya atau pendekatan produktivitas.

Pendekatan produktivitas adalah pendekatan yang mengukur nilai ekonomi sumberdaya alam berdasarkan kontribusi produktivitas sumberdaya tersebut. Misalnya rehabilitasi hutan mangrove akan mempengaruhi produktivitas perikanan pantai. Dengan demikian manfaat dari rehabilitasi hutan mangrove bisa diukur dari peningkatan pendapatan dari perikanan pantai. Pendekatan produktivitas ini telah banyak digunakan dalam menganalisis biaya dan manfaat suatu proyek. Namun dengan dipertimbangkannya dimensi lingkungan, akan sulit untuk me- nentukan harga pasar yang tepat.

Dalam menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau yang timbul dari adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar. Dengan adanya suatu proyek biasanya ada suatu produk atau jasa.yang diciptakan dan dengan menggunakan harga pasar dari produk atau jasa tersebut akan diperoleh nilai sumbangan manfaat dari proyek yang bersangkutan. Di sisi lain juga akan ada korban fisik atau hilangnya suatu produk atau aset fisik yang timbul dari adanya suatu proyek, sehingga dengan menggunakan harga pasar akan dapat diperkirakan nilai biaya atau korban dari proyek tersebut.

Pendekatan produktivitas umumnya membutuhkan data yang baik mengenai biaya produksi barang akhir, permintaan dan penawaran barang akhir serta permintaan dan penawaran dari faktor produksi. Oleh karena kebutuhan data tersebut, pendekatan ini relatif lebih kompleks.

2) Pendekatan modal manusia (human capital)

Pendekatan ini diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan harga pasar dan tingkat upah untuk menilai sumbangan proyek terhadap penghasilan masyarakat.

24

3) Apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang dapat digunakan sebagai pendekatan.

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus dikeluarkan guna melestarikan suatu manfaat, dan bukannya untuk memberikan nilai terhadap manfaat itu sendiri. Misalnya untuk menilai berapa besar manfaat ekonomi yang harus dikorbankan jika suatu proyek harus dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sehingga kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula.

Umumnya tidak mudah untuk mendapatkan harga pasar bagi bagi barang atau jasa yang timbul karena adanya suatu proyek. Untuk itu sedapat mungkin digunakan harga alternatif atau biaya kesempatan (opportunity cost). Cara ini dapat dipakai untuk mengukur berapa pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek. Pendapatan yang hilang tersebut dapat diartikan sebagai biaya tidak langsung karena adanya suatu proyek. Untuk jasa-jasa yang berkaitan dengan lingkungan seperti pemandangan alam, udara yang sejuk dan sebagainya harga alternatif sulit untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk jasa sumberdaya alam dan lingkungan seperti itu dinilai dengan pendekatan keinginan untuk membayar (willingness to pay).

2.4.3.2 Pendekatan dengan nilai barang pengganti atau barang pelengkap (Surrogate Market Price)

1) Pendekatan nilai kekayaan (hedonic pricing)

Teknik hedonic pricing dikembangkan dari teori atribut atau karakteristik yang dikemukakan oleh Lancaster (1966) yang kemudian dikembangkan oleh Griliches (1971) dan Rosen (1974). Seringkali kita sulit menemui harga pasar atau harga alternatif, maka degan pendekatan nilai barang pengganti atau barang pelengkap kita dapat menemukan pasar bagi barang dan jasa yang terpengaruh oleh barang dan jasa lingkungan yang tidak dipasarkan. Pendekatan nilai kekayaan didasarkan atas pemikiran tersebut. Kualitas lingkungan akan mempengaruhi keputusan untuk membeli rumah dan harga rumah juga dipengaruhi oleh jasa lingkungan yang diberikan oleh kualitas lingkungan yang ada. Jadi harga rumah ditentukan oleh lokasi, akses ke lokasi, kualitas lingkungan dan lain-lain.

25 Dengan menggunakan harga barang substitusi atau barang komplementer nilai lingkungan yang tidak dipasarkan tersebut dapat diperkirakan.

2) Pendekatan tingkat upah

Pendekatan atas dasar tingkat upah sebenarnya mirip dengan pendekatan atas dasar nilai kekayaan. Pendekatan ini menggunakan tingkat upah pada jenis pekerjaan yang sama tetapi pada lokasi yang berbeda untuk menilai kualitas lingkungan kerja pada masing-masing lokasi tersebut. Pendekatan yang dipakai adalah bahwa upah dibayarkan lebih tinggi pada lokasi yang lebih tercemar atau pada lokasi yang lebih berbahaya bagi kesehatan maupun kehidupan.

3) Pendekatan biaya perjalanan (travel cost approach)

Pendekatan ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti rekreasi ke pantai atau objek wisata lainnya, memancing, berburu, dan lain-lain. Pendekatan ini menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada objek-objek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan serta waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu dianggap sebagai nilai lingkungan yang wisatawan bersedia untuk membayar.

Pendekatan biaya perjalanan ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat :

a) Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi b) Penambahan tempat rekreasi baru

c) Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi d) Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Pendekatan biaya perjalanan dianggap pendekatan yang praktis, akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dari pendekatan ini. Pertama, pendekatan biaya perjalanan dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan tempat wisata. Kedua, Tidak dibedakan individu yang memang datang untuk berlibur dengan individu dari wilayah setempat.

26

2.4.3.3 Pendekatan hasil survei

Beberapa teknik survei dapat digunakan dalam valuasi ekonomi bagi pengelolaan sumberdaya alam, yaitu :

1) Contingent valuation approach

Pendekatan ini disebut “contingent” (tergantung kondisi) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung dari hipotesis yang dibangun. Pendekatan ini pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan untuk membayar (WTP) dari sekelompok masyarakat, misalnya perbaikan kualitas lingkungan dan keinginan untuk menerima (willingness to accept, WTA) dari kerusakan suatu lingkungan perairan. Terdapat beberapa tahapan dalam melaksanakan pendekatan ini, yaitu membuat hipotesis pasar, mendapatkan nilai lelang (bids), menghitung rataan WTP dan WTA, memperkirakan kurva lelang dan mengagregatkan data.

2) Survei Langsung

Mewawancarai responden (masyarakat) secara langsung mengenai kesediaan mereka untuk membayar (willingnes to pay) atau menerima pembayaran (willingnes to accept) sebagai ganti rugi.

3) Pendekatan delphi

Pendekatan ini berdasarkan kepada pendapat para ahli dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu sangat tergantung kepada pengalaman, pengetahuan dan latar belakang kehidupan para ahli.

2.4.3.4 Benefit transfer

Masalah utama yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia dalam menilai dampak lingkungan adalah sedikitnya data yang tersedia dan biaya untuk melakukan penelitian secara komprehensif. Menghadapi permasalahan ini salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan menilai perkiraan benefit dari tempat lain (dimana sumberdaya tersedia) kemudian

benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan. Metode ini kemudian disebut dengan metode benefit transfer. Secara prinsipil diakui pendekatan ini perlu dilakukan secara hati-hati karena banyaknya kelemahan yang terkandung di dalamnya. Ini dikarenakan

27 belum adanya protokol kesepakatan untuk menggunakan metode ini, tidak seperti halnya metode CVM yang telah diadopsi dengan protokol yang sama. Berbagai pertimbangan perlu dipikirkan secara matang sebelum teknik ini dilaksanakan. Pertimbangan ini menyangkut biaya dan manfaat dengan mengadopsi teknik benefit transfer tersebut serta desain dan koleksi data untuk keperluan studi ditempat lain (data asal). Krupnick (1993) menulis secara lebih detail kapan dan dalam situasi yang bagaimana benefit transfer bisa dilakukan dan kapan tidak. Ia menyebutkan misalnya, benefit transfer sulit dilakukan untuk sumberdaya alam wetland (seperti mangrove dan sejenisnya) karena nilai yang diperoleh akan sangat tergantung pada tempat dan karakteristik populasi. Krupnick menyatakan bahwa benefit transfer bisa saja dilakukan jika sumberdaya alam tersebut memiliki ekosistim yang sama baik dari segi tempat maupun karaketristik pasar (market characteristic).

Dokumen terkait