• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Uraian Kegiatan

1. Penangkaran Bibit Durian

Tanaman buah durian di Kebun Benih Hortikultura di tanam pada ketinggian 400 meter di atas permukaan air laut. Tanah di Kebun Benih Hortikultura adalah tanah latosol coklat. Pengolahan tanah dilakukan untuk media persemaian biji. Lahan di bersihkan dari semak-semak dan rumput, kemudian tanah latosol di gemburkan.

Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit (Dita, 2010).

Lahan yang digunakan adalah lahan yang ternaungi oleh pepohonan. Tanah di balik sedalam kurang lebih 30 cm dan di diamkan selama 1 minggu, kemudian setelah itu di buat bedengan dengan lebar 1 m dan tinggi 20 cm dan panjang disesuaikan dengan lahan yang digunakan. Wilayah Kebun Benih Hortikultura Pendem

memiliki curah hujan 2.409 mm, dengan hari hujan 128, bulan kering 5/7, struktur tanah gumpal, kesuburan tanah sedang dan pH 6 - 7.

Durian adalah buah tropis, tumbuh hingga ketinggian 800 m dpl. Curah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm, yang

tersebar merata sepanjang tahun. Akan tetapi, periode kering 1 - 2 bulan akan merangsang perbungaan lebih baik. Tanaman ini

memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase baik. Derajat keasaman optimal adalah 6 - 6,5 (Anonim, 2012).

b. Persemaian Biji

Persemaian biji durian di Kebun Benih Hortikultura Ranukitri dilakukan pada saat musim panen durian yaitu pada bulan januari hingga maret karena pada saat itu persedian biji durian atau pongge di pasaran melimpah. Biji atau pongge di peroleh dari pedagang durian di

pasaran. Harga biji atau pongge durian berkisar antara Rp.50,00 – Rp.75,00.

Biji durian yang disemai adalah biji durian sapuan. Sapuan merupakan campuran berbagai varietas biji atau pongge durian seperti Gambar 2 pada lampiran. Balai sertifikasi benih tidak menetapkan varietas tertentu untuk biji durian yang akan digunakan untuk zailing atau batang bawah.

Idealnya batang bawah durian menggunakan varietas yang perakaran dan batangnya kuat, sudah berumur tua dan buahnya lebat meskipun ukurannya kecil-kecil. Syarat lain adalah, ponggenya haruslah cukup besar ukurannya. Para penangkar benih di Thailand, umumnya menggunakan batang bawah chanee yang dikenal bandel dan tahan kekeringan. Di Indonesia, kita bisa menggunakan batang bawah durian lokal yang cukup baik kulitasnya. Untuk berburu durian

lokal calon batang bawah ini, para penangkar biasa datang ke sentra-sentra durian, kemudian memborong buah langsung di

pohonnya. Biji dari buah pohon pilihan inilah yang sangat ideal untuk digunakan sebagai batang bawah nantinya (Anonimb, 2012).

27

Kelebihan batang bawah dari pohon pilihan ini adalah, jenisnya pasti seragam. Hingga pertumbuhan benih nantinya juga bisa serentak. Kedua, kualitas batang bawahnya juga ketahuan, sebab kita sudah melihat sendiri, bagaimana kondisi tanaman durian tersebut. Ketiga, kita bisa menangani biji durian tersebut sebaik mungkin. Sebab biji

“sapuan” istilah yang digunakan oleh para penangkar untuk biji durian

dari pedagang kakilima, kondisinya bisa saja sudah memar-memar atau terinjak-injak kaki. Biji yang sejak awal kita tangani, bisa dijaga agar tetap utuh dan tidak cacat (Anonimb, 2012).

Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sebelum penanaman pada lahan pertanaman, agar bibit yang di tanam tersebut memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya. Bibit yang baik dan bermutu merupakan salah satu penentu

keberhasilan dalam setiap usaha budidaya tanaman. (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Proses persemaian biji di Kebun Benih Hortikultura Ranukitri adalah sebagai berikut; biji yang akan di tanam di bersihkan dari daging buahnya. Pembersihan dilakukan dengan mencuci biji dalam aliran air seperti Gambar 3 pada lampiran. Setelah biji di bersihkan biji di angin-anginkan kemudian disortasi, dipilih biji yang baik, tidak kempes dan tidak cacat (rusak). Biji yang telah disortasi kemudian di tanam di lahan persemain seperti Gambar 4 pada lampiran. Lahan persemaian berupa bedengan dengan lebar bedengan 1 m dan tinggi bedengan 20 cm.

Biji Durian yang sudah benar benar bersih, kemudian disemai dengan posisi titik tumbuh menghadap kebawah, yang tujuannya supaya saat kecambah durian tumbuh batang durian akan tegak lurus. Setelah biji di tanam kemudian di tutup daun blarak kering untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk seperti Gambar 5 pada lampiran. Setelah satu minggu tunas mulai bermunculan sehingga

blarak di singkirkan dari lahan. Setelah bibit berumur 1 bulan bibit siap di transplantingkan seperti Gambar 6 pada lampiran.

c. Transplanting

Transplanting bibit durian di KBH Ranukitri dilakukan saat bibit durian berumur 1 bulan. Bibit siap transplanting di cirikan sudah tumbuh tunas daun tetapi belum mekar (daunnya masih kuncup) seperti Gambar 7 pada lampiran. Hal ini dikarenakan apabila bibit daunnya telah mekar maka adaptasi bibit pada saat dipindahkan dalam polybag akan lebih lama dan kemungkinan bibit akan mati. Bibit di transplantingkan ke polybag yang telah di isi tanah. Tanah yang di gunakan adalah tanah latosol coklat.

Polybag yang di gunakan berukuran 10 cm x 15 cm. Langkah awal melakukan transplanting adalah mengisi polybag dengan tanah kemudian melubanginya dengan kayu runcing yang berdiameter 3 cm seperti Gambar 10 pada lampiran. Setelah itu memindahkan bibit ke dalam polybag. Bibit yang akan di transplanting dicabut, pencabutannya tidak mengikut sertakan tanah pada lahan persemaian seperti Gambar 8 pada lampiran. Bibit durian memiliki akar tunggang yang cukup kuat, untuk mengantisipasi akar terlalu panjang saat akan di lakukan transplanting maka ujung akar di potong seperti Gambar 9 pada lampiran.

Pada perlakuan transplanting setelah persemaian, media yang digunakan hanya tanah saja, tanah dengan jenis tanah latosol ini memiliki kandungan humus karena tanah yang digunakan adalah tanah permukaan yang terdapat bahan organik alami, sehingga tanah saja cukup untuk menjadi media tanam selama pembesaran bibit sebelum proses penyambungan.

Bibit yang telah diambil dari lahan kemudian di tanam dalam polybag. Bibit dimasukkan dalam lubang kemudian ditekan sedikit tanah disekitar batang untuk memperkuat batang agar melekat pada media dalam polybag seperti Gambar 11 pada lampiran. Bibit durian

29

dalam polybag ini dipelihara hingga umur 3 bulan seperti Gambar 13 pada lampiran. Pemeliharaan bibit ini dengan cara disiram secara rutin setiap hari pada pagi hari. Setelah bibit berumur 3 bulan bibit siap masuk ke tahap selanjutnya yaitu tahap penyambungan.

d. Penyambungan

Perbanyakan tanaman durian yang dilakukan di Kebun benih Hortikultura adalah perbanyakan dengan teknik penyambungan. Penyambungan di anggap lebih memiliki prosentase keberhasilan lebih tinggi, dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan yang lain.

Pertama-tama sebelum melakukan pekerjaan perbanyakan bibit durian dengan teknik sambung pucuk pekerja Kebun Benih Hortikultura Ranukitri, membuat sungkup dari rangka bambu dengan bentuk setengah lingkaran seperti Gambar 16 pada lampiran. Diameter setengah lingkaran adalah 1 m. Rangka sungkup di buat di bawah naungan paranet 40 %. Setelah rangka sungkup selesai di buat, kemudian melakukan pekerjaan sambung pucuk. Batang bawah yang sudah siap di sambung di potong melintang dengan silet kemudian di

buat belahan membujur ke bawah sepanjang 2 - 3 cm tepat di tengah-tengah dengan sebuah silet seperti Gambar 19 pada

lampiran.

Langkah berikutnya kita mengambil ranting tunas atau batang atas yang sudah di pilih atau di ambil sesuai dengan syarat yang

dikehendaki. Panjang potongan batang atas 15 - 20 cm seperti Gambar 20 pada lampiran. ruas yang paling bawah kemudian di iris

pada kedua sisinya, sehingga membentuk pasak, yaitu meruncing di bagian pangkal. Pasak tersebut sama panjang dengan belahan pada batang 2 - 3 cm, kemudian batang atas diselipkan ke dalam celah belahan tersebut seperti Gambar 21 pada lampiran. Setelah itu sambungan tersebut di ikat dengan tali plastik PE 0,3 mm yang sudah dipotong lebar 1 cm panjang 10 cm seperti Gambar 22 pada lampiran.

Cara pengikatan dari bawah ke atas kembali ke bawah membentuk susunan genting.

Setelah penalian selesai pada bekas sambungan, kemudian dimasukkan ke dalam sungkup. Telah hasil sambungan sudah masuk ke dalam sungkup, lalu dilakukan penyemprotan dengan fungisida fungsinya untuk mencegah timbulnya jamur. Untuk masa kritis sambungan di dalam sungkup yaitu pada umumnya 7 - 14 hari perlu dilakukan pengamatan, apakah ada jamur yang tumbuh, jika terdapat jamur yang tumbuh maka kita semprot dengan fungisida, caranya dibuka sedikit sungkup plastik PE 0,8 mm sebesar pergelangan tangan kemudian tangkai semprot dimasukkan untuk menyemprot fungisida.

Setelah sambungan berumur 1 bulan, kemudian sambungan dikeluarkan dari sungkup. Setelah sungkup dibuka segera di lakukan

pergantian media polybag dengan ukuran yang lebih besar 18 cm x 25 cm. Kemudian di tempatkan di tempat di tempat yang

mendapatkan sinar matahari penuh. Di Kebun Benih Hortikultura Ranukitri setiap membuat 1.000 batang bibit yang di sambung, yang berhasil hidup kurang lebih 850 batang sehingga presentase keberhasilannya adalah 85 %.

e. Repotting atau Pergantian polybag

Setelah bibit berhasil dalam proses penyambungan maka bibit siap untuk diganti media yang lebih besar, agar tanaman dapat tumbuh maksimal dan tanaman bibit durian dapat mengoptimalkan penampilannya. Polybag yang digunakan berukuran 18 cm x 25 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah latosol dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.

Mengisi polybag dengan media yang telah diramu secara homogen setengah polybag, kemudian memasukkan bibit durian beserta tanah yang melekat di akar ke dalam polybag yang telah di isi setengah media kemudian setelah itu mengisi kembali polybag dengan media hingga hampir penuh. Setelah itu melakukan perawatan dengan

31

menyirami secara rutin setiap pagi hari. Bibit ini telah siap untuk dipasarkan.

Pengepotan kembali perlu dilakukan jika kita menemukan beberapa penampilan tanaman yang tidak normal, antara lain dicirikan oleh :

1) Penampilan tanaman tidak menarik dan kualitas tanaman menurun. 2) Pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan cenderung mengerdil. 3) Daun-daun menguning dan layu.

4) Media tanaman memadat karena perakaran memenuhi isi pot. 5) Perakaran muncul di permukaan media tanaman hingga perakaran

keluar dari lubang-lubang drainase pada bagian bawah pot.

6) Bagi tanaman pada pot yang terbuat dari bahan tanah atau terakota, pada umumnya jika terlambat menanganinya maka akan pecah. (Susilo, 2007).

f. Pemberian label

Galur yang telah dilepas menjadi varitas unggul yang baru, secara otomatis menjadi benih penjenis (breeders seed atau BS) yang merupakan hasil temuan pemulia. Benih tersebut kemudian diperbanyak dengan sistem sertifikasi yang menghasilkan benih dasar (foundation seed atau FS) atau benih pokok (stock seed atau SS) dan seterusnya benih tersebut diperbanyak untuk menghasilkan benih sebar (extension seed atau ES).

Benih sebar inilah yang digunakan oleh petani dalam proses produksi komoditi tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Setiap tahapan dalam alur tersebut menjadi semacam kelas benih dan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) diberi label dengan warna yang berbeda-beda, contohnya label biru dipergunakan untuk kelas SS dengan mutu baik atau warna merah jambu untuk benih dengan kelas dibawah dengan menggunakan label biru.

Label bibit untuk benih sebar terdapat dua jenis label yaitu label biru dan label merah muda. Label biru digunakan untuk bibit yang

telah terbukti asalnya baik dari batang bawah dan batang atasnya. Batang atas sebagai bakalan sumber buah telah terbukti berasal dari tanaman indukan yang telah terbukti baik dari kualitas dan kuantitas mutu yang terjamin, sedangkan label merah muda diberikan kepada bibit tanaman yang belum terjamin kualitasnya karena batang atasnya belum produktif sehingga belum diketahui hasilnya.

Sertifikasi ini dilakukan oleh institusi pemerintah, perorangan atau badan hukum yang sudah mendapatkan ijin dan akreditasi dari pemerintah. Instansi pemerintah yang melakukan sertifikasi adalah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Adapun kegiatan sertifikasi

meliputi pemeriksaan lapangan, pengujian laboratorium dan

pemasangan label. Benih Bina yang lulus tiap tahapan sertifikasi dan bila akan diperdagangkan harus diberi label :

a. Benih Penjenis warna label Putih

b. Benih Pokok atau Dasar warna label Ungu c. Benih Sebar warna label Biru

Label adalah keterangan tertulis mengenai mutu, serta tempat asal yang di tempelkan atau disertakan. Label yang digunakan telah disahkan oleh BPSB. Penangkaran benih atau produsen benih harus mempunyai izin sertifikasi di BPSB. Pelabelan dilakukan pada benih yang siap dipasarkan. Pada label tertuliskan varietas durian dan asal bibit di buat. Label ini merupakan sertifikat bibit tersebut. Sertifikasi ini menandakan bahwa varietas bibit terjamin.

Mekanisme pengendalian mutu yang secara resmi diterapkan di Indonesia adalah melalui sertifikasi benih. Tujuan sertifikasi adalah mempertahankan atau melindungi mutu genetis, mutu fisik dan mutu fisiologis dari benih varitas unggul selama proses produksi, pengolahan, pengepakan dan distribusi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Pelabelan di Kebun Benih Hortikultura di berikan pada saat tanaman bibit akan di pasarkan.

33

Dokumen terkait