• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Tinjauan pustaka

2.2 Dekubitus

2.2.8 Penatalaksanaan Dekubitus

Penatalaksanaan dekubitus memerlukan pendekatan holistik yang menggunakan keahlian pelaksana yang berasal dari beberapa disiplin ilmu

kesehatan. Beberapa aspek penatalaksanaan dekubitus antara lain perawatan luka secara lokal dan tindakan pendukung seperti gizi yang adekuat dan cara penghilang tekanan (Potter & Perry, 2006).

Selama penyembuhan dekubitus, maka luka harus dikaji untuk lokasi, tahap, ukuran, traktus sinus, kerusakan luka, luka menembus, eksudat, jaringan nekrotik, dan keberadaan atau tidak adanya granulasi maupun epitelialisasi. Dekubitus harus dikaji ulang minimal satu kali sehari. Dekubitus yang bersih harus menunjukkan proses penyembuhan dalam waktu 2-4 minggu (AHCPR,1994 dalam Potter & Perry, 2006).

Pada daerah kulit selain menghilangkan tekanan pada bagian tubuh dan menjaga tekanan pada bagian tersebut, kebersihan daerah ulkus dan seluruh permukaan kulit juga perlu diperhatikan. Kebersihan mungkin sangat sulit dipertahankan pada klien inkotinensia, demam atau bingung (Potter & Perry, 2006).

Kelembaban pada ataupun di sekitar daerah kulit yang rusak menyebabkan ulserasi dan infeksi yang lebih parah. Sebelum melaksanakan tindakan perawat harus mengkaji secara menyeluruh dekubitus pada klien dan menentukan jenis balutan yang tepat sesuai dengan taha perkembangan ulkus. (Potter & Perry, 2006).

1. Perawatan Luka dengan Debridemen

Beberapa prinsip perawatan luka secara lokal meliputi debridemen, pembersihan dan pemberian balutan. Ulkus dengan jaringan nekrotik atau eskar

atau telah menunjukkan tanda-tanda mengelupas harus dilakukan debridemen. Pada prinsip debridemen yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasien dan kondisi luka (Suriadi, 2004).

Debridemen adalah pembuangan jaringan nekrotik sehingga jaringan sehat dapat beregenerasi (Potter & Perry, 2006). Pembuangan jaringan nekrotik diperlukan untuk menghilangkan ulkus yang menjadi sumber infeksi, agar lebih mudah terlihat bagian dasar luka sehingga dapat menentukan tahap ulkus secara akurat dan memberikan dasar yang bersih yang diperlukan untuk proses penyembuhan.

Beberapa metode debridemen antara lain debridemen mekanik, autolitik, kimiawi/enzimatik dan pembedahan. Debridemen mekanik menggunakan balutan tipis yang mengandung salin yang basah hingga kering. Balutan tersebut harus benar-benar kering sebelum perawat menarik balutan tipis yang telah menempel pada jaringan dekubitus. Metode ini merupakan metode yang tidak dipilih karena jaringan rusak maupun jaringan sehat akan ikut terangkat (Potter & Perry, 2006).

Debridemen autolitik menggunakan balutan sintetik yang diletakkan di atas luka agar eskar dapat lebih mudah dihancurkan oleh kerja enzim yang ada dalam cairan luka. Metode ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa jenis balutan yang lebih baru terletak diatas dekubitus. Beberapa contoh balutan yang digunakan adalah balutan membran sintetik transparan atau balutan hidrokoloid. Balutan akan berinteraksi dengan permukaan jaringan dekubitus. Eskar akan semakin lunak karena jaringan rusak telah dihancurkan oleh enzim yang secara

normal ditemukan dalam cairan luka. Debridemen autolitik ini kontraindikasi dengan luka yang infeksi (Potter & Perry, 2006).

Debridemen enzimatik adalah penggunaan enzim debridemen topikal pada jaringan rusak yang berada di atas permukaan luka. Obat-obatan tersebut harus diresepkan dokter. Perlu diingat bahwa teknik yang digunakan dan khasiat tiap obat debridemen enzimatik berbeda. Dari semua obat debridemen enzimatik, hanya kolagenase (Santyl) yang disebutkan oleh AHCPR sebagai debridemen yang bersifat promotif dan meningkatkan pertumbuhan granulasi di jaringan (Potter & Perry, 2006).

Debridemen bedah adalah pembuangan jaringan rusak dengan merupakan metode paling cepat. Metode ini biasa dilakukan apabila klien mempunyai tanda- tanda selulitis atau sepsis. Balutan kering dan bersih harus digunakan dalam waktu 8 sampai 24 jam setelah debridemen karena perdarahan, kemudian jaringan lembab harus diganti untuk mempercepat penyembuhan luka (Potter & Perry, 2006).

2. Penyembuhan Luka dengan Kelembaban

Lingkungan penyembuhan luka yang lembab merupakan hal yang paling penting untuk penyembuhan luka karena lingkungan lembab mempengaruhi kecepatan epitelialisasi den pembentukan jumlah skar. Lingkungan penyembuhan luka yang lembab memberikan kondisi optimum untuk mempercepat proses penyembuhan. Winter (1962) menemukan bahwa pada saat epidermis hilang, maka luka terbuka dapat menjadi kering, desikasi dan dehidrasi. Kemudian sel

epidermal pindah ke bawah kulit kering atau borok dan pindah ke jaringan fibrosa yang akan menimbulkan “jalur resistensi terendah”. Karena perubahan rute sel epidermal kurang efisien dan dapat meningkatkan jumlah waktu yang diperlukan sel untuk pindah sebelum sel-sel tersebut sampai ke bagian tepi lain dari luka, sehingga penyembuhan luka berlangsung lebih lama. Barier, contohnya balutan, diletakkan di bagian atas luka (tertutup seluruh atau sebagian), maka permukaan luka akan tetap lembab karena cairan luka. Kondisi ini membuat sel epidermal mudah bermigrasi dengan segera dan cepat. Lingkungan luka yang lembab dapat ditingkatkan dengan penggunaan balutan yang tepat (Potter & Perry, 2006).

Setelah dekubitus berhasil dilakukan debridemen dan mempunyai bagian dasar granulasi bersih, maka tujuan perawatan luka lokal selanjutnya adalah memberikan lingkungan yang tepat untuk penyembuhan luka dengan kelembaban dan mendukung pembentukan jaringan granulasi baru. Luka harus dibersihkan dan balutan diganti secara teratur. Dekubitus hanya dibersihkan dengan menggunakan cairan pembersih luka seperti normal saline atau beberapa cairan pembersih luka komersial lainnya yang tidak merusak atau mematikan sel, seperti fibrolas dan jaringan yang sedang mengalami proses penyembuhan (Potter & Perry, 2006).

3. Menggunakan alas tidur yang empuk, kering dan kebersihan kulit dijaga jangan sampai kotor karena urin dan feses. Apabila klien dalam keadaan inkotinensia maka kulit harus dibersihkan segera tanpa melakukan friksi yang tidak perlu misalnya dengan menggosok kulit (Morison, 2004).

4. Terapi Diet

Defisiensi protein menyebabkan luka dengan pengurangan kekuatan regangan, sintesa kolagen mengalami gangguan bila terdapat defisiensi vitamin C. oleh karena itu, pengkajian status nutrisi segera setelah ia masuk rumah sakit merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, dengan bantuan ahli diet, dilakukan koreksi pada setiap defisiensi. Pasien juga harus tetap dipertahankan hidrasinya dengan baik (Morison, 2004)

5. Mengurangi Tekanan

Tanpa memandang tahap dekubitus , tekanan pada area harus dihilangkan. Ulkus tidak akan sembuh sampai semua tekanan dihilangkan. Pasien tidak boleh duduk atau berbaring pada luka dekubitus, sekalipun hanya untuk beberapa menit.

Memindahkan beban berat badan memungkinkan darah untuk mengalir ke area iskemi dan membantu pemulihan jaringan dari efek tekanan. Dengan demikian pasien harus dibalik dan diatur kembali posisi dengan interval setiap 1-2 jam (Smeltzer&Bare, 2002).

6. Pembersihan (Wound Cleansing)

Pada setiap luka yang akan diganti selalu dibersihkan. Bahan-bahan yang perlu dihindari untuk membersihkan luka seperti povidone iodine, larutan sodium hypochlorite, hydrogen peroxide, acetic acid karena bahan-bahan tersebut bersifat cytotoxic. Yang paling sering digunakan untuk membersihkan luka dekubitus adalah dengan normal salin atau bisa juga dengan larutan antiseptik yang tidak

menimbulkan cytotoxic. Dalam membersihkan luka perlu dilakukan irigasi dengan tekanan yang tidak terlalu kuat, dengan tujuan untuk membersihkan sisa- sisa jaringan yang nekrotik atau eksudat. Prinsip membersihkan luka adalah dari pusat luka ke arah luar luka dan secara hati-hati atau dapat juga dari bagial luar dulu kemudian bagian dalam dengan kasus yang berbeda (Suriadi, 2004).

7. Dressing

Dressing adalah suatu usaha untuk mempertahankan integritas fisiologi pada luka. Sebelum melakukan dressing atau balutan dan pengobatan luka diperlukan pengkajian pada kondisi luka halni adalah dengan menentukan tipe dressing atau balutan yang dibutuhkan. Perawatan luka pada dekubitus adalah berdasarkan pada derajat luka dekubitus, eksudat, sekeliling luka dan ada tidaknya infeksi.

Beberapa hal yang perlu diketahui pada balutan yaitu terdapat beberapa tipe balutan. Tipe balutan atau dressing tersebut adalah dressing yang sifatny kering, basah, basah-lembab atau basah-kering. Ada juga balutan untuk pelindung luka dan dressing yang sifatnya menyerap dan mengabsorbsi (Suriadi, 2004).

Dokumen terkait