• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN YANG KOMPREHENSIF

Dalam dokumen Buku Panduan Mahasiswa Blok 3.4 - 2018_(1) (Halaman 30-36)

PROGNOSIS

GANGGUAN INDERA KHUSUS MATA, KULIT,THT

KONGENITAL

MODUL I

SKENARIO 1: Bulu Mata Titis

Titis, seorang anak perempuan berusia enam tahun, dating ke puskesmas dibawa ibunya dengan keluhan kelopak mata kiri gatal sejak tiga hari yang lalu. Rasa gatal terutama dirasakannya di daerah pinggir kelopak mata, dan kalau mata dikucek ada bulu mata yang lepas. Mata Titis terlihat merah dan kadang terasa pedih dan berair. Ibu Titis juga pernah menderita mata merah disertai silau satu tahun yang lalu, ketika ia dirujuk ke RS dan didiagnosis dokter dengan uveitis anterior.

Dokter melakukan pemeriksaan dengan menggunakan penlight dan loupe. Di daerahmargopalpebra tampak bulu mata berkelompok-kelompok dan ditutupi krusta. Setelah krusta dibersihkan terlihat ulserasi dan ditemukan trichiasis.Visus tanpa koreksi mata kanan Titis 5/5 dan mata kiri 5/7.

Dokter memberikan antibiotika topikal dan merencanakan untuk melakukan epilasi. Menurut keterangan dokter, tindakan ini perlu dilakukan untuk mencegah penyakitnya mengenai kornea, karena kalau sudah mengenai kornea tidak bisa lagi ditangani di puskesmas. Ibu Titis menanyakan apakah penyebab sakit mata anaknya dan bisakah disembuhkan, serta apakah yang akan terjadi apabila penyakit mata Titis tidak diobati dengan adekuat.

MODUL II

Skenario 2: Mataku Kabur

Asti, seorang perempuan berusia 18 tahun, datang ke puskesmas bersama tantenya untuk memeriksakan mata. Asti merasa sangat khawatir karena matanya kabur kembali setelah berganti kacamata baru empat bulan ini, padahal kacamata yang sebelumnya sudah digunakan sejak lima tahun yang lalu. Asti takut kalau harus menjalani operasi  phacoemulsification seperti ibunya yang menderita katarak immatur. Tantenya yang berusia 40 tahun mengeluh tidak jelas lagi membaca koran.

Pemeriksaan dokter menunjukkan hasil visus kedua mata Asti 5/60 dan menjadi 20/20 dengan koreksi S -2,50 D. Dokter juga menyatakan bahwa tekanan bola matanya normal setelah diperiksa dengan tonometer Schiotz. Asti disarankan untuk secara teratur memeriksakan matanya bila terasa kabur, atau minimal setiap enam b ulan. Hal ini perlu untuk mengetahui apakah timbul komplikasi akibat myopia yang progresif, seperti ablatio retina yang sulit penanganannya. Asti menanyakan apakah penyebab mata kabur yang sekarang sama dengan yang dulu? Dokter menerangkan bahwa dulu penyakit matanya dinamakan optic neuriti s, setelah melihat rekam medik hasil pengembalian rujukan dari rumah sakit. Untuk kakak Asti diberikan resep kacamata presbiopia agar dapat membaca dengan jelas.

MODUL III

SKENARIO 3: Sisik Ibu Tine

Ibu Tine, 38 tahun, pedagang kaki lima,datang berobat ke puskesmas dengan keluhan gatal pada sela paha sejak tiga minggu yang lalu. Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa sebelumnya terdapat bintik merah yang makin lama makin melebar dan bersisik dengan bagian pinggir berbintik merah. Kulit bertambah gatal bila pasien berkeringat. Ia juga mengeluhkan bercak merah kehitaman bersisik di kedua punggung kakinya yang terasa gatal sejak tiga bulan yang lalu. Keluhan ini sering hilang timbul sejak dua tahun yang lalu jika ia banyak pikiran, dengan gatal sering muncul pada saat istirahat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, status dermatologikus pada dada, punggung, dan hampir seluruh abdomen bawah sampai dengan bokong dan lipat paha tampak lesi dengan distribusi terlokalisir, bentuk bulat dan tidak khas, dengan susunan polisiklik dan berbatas tegas sampai tidak tegas. Ukuran lesi numular sampai plakat dengan effloresensi plak eritem, papul eritem, erosi, dan skuama putih kasar. Kelainan pada kedua punggung kaki terlokalisir, bentuk dan susunan tidak khas, dengan batas tegas dan ukuran plakat. Efloresensi ditemukan plak hiperpigmentasi, likenifikasi, skuama putih kasar, krusta kehitaman, erosi dan ekskoriasi.

Dokter merencanakan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% sebelum diberikan pengobatan dan edukasi. Ibu Tine menanyakan apakah kelainan kulit yang terdapat di sela paha karena penyebaran dari lesi kulit di punggung kaki, dan apakah harus dirujuk ke RS.

MODUL IV

SKENARIO 4:Kenapa jadi hitam

Agnes, 17 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan utama bercak hitam di sudut bibir kanan sejak satu minggu yang lalu. Bercak kehitaman ini sudah pernah timbul enam bulan yang lalu ditempat yang sama. Keluhan ini muncul setiap ia minum asam mefenamat saat menderita sakit kepala. Dia juga mengeluhkan adanya bintik-bintik di kening dan kedua pipi yang bertambah banyak sejak satu bulan yang lalu. Agnes merasakan bintik-bintik bertambah banyak disaat menstruasi dan kurang istirahat. Saat menunggu kedatangan dokter di ruang tunggu puskesmas, Agnes melihat seorang ibu yang juga menunggu dokter, ibu itu memiliki bercak kehitaman di kedua pipinya.

Pada pemeriksaan keadaan umum terhadap Agnes didapatkan hasil yang baik, dan pada pemeriksaan status dermatologikus tampak makula hiperpigmentasi yang terlokalisir di sudut bibir kanan dengan bentuk bulat, berbatas tegas, dan berukuran numular. Dan status dermatologikus didapatkan komedo putih 28 buah, komedo hitam 12 buah, papul eritem lima buah dan pustul satu buah yang terlokalisir pada kening dan kedua pipi dengan bentuk bulat, berbatas tidak tegas,serta berukuran milier dan lentikular.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter merencanakan untuk melakukan ekskoliasi pada bintik di kening Agnes untuk memastikan diagnosis. Agnes menanyakan kepada dokter apakah bercak hitam yang dia derita akan menjadi tumor, atau menyebar seperti ibu yang ditemuinya di ruang tunggu puskesmas.

MODUL V

SKENARIO 5: Si Turi yang congekan

Turi, perempuan berusia 17 tahun, datang ke dokter keluarga diantar bapaknya dengan keluhan sakit kepala hebat di daerah telinga sebelah kiri dan disertai pusing berputar. Turi mengalami keluar cairan dari telinga kiri yang berbau busuk terus menerus sejak tiga bulan yang lalu. Dari telinga kiri Turi sudah sering keluar cairan yang hilang timbul sejak kelas satu SD. Satu minggu yang lalu Turi pernah menderita kejang satu kali selama kurang lebih satu menit. Pendengaran telinga kiri terasa sangat berkurang sejak tiga tahun terakhir. Ayah Turi bertanya-tanya apakah anaknya menderita penyakit yang sama dengan tetangga yang juga menderita tuli hilang timbul dan pusing berputar tanpa telinga berair.

Dari pemeriksaan dokter didapatkan keadaan umum sakit sedang, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 39,7°Celcius. Pada daerah belakang telinga tampak fistula retroaurikula sinistra dan nyeri ketok mastoid sinistra. Pada liang telinga kiri tampak sekret purulen berbau busuk, membran timpani perforasi marginal, dan diduga ada kolesteatoma. Pada telinga kanan tidak didapatkan nyeri ketok mastoid ataupun sekret, sedangkan membran timpani utuh. Pada pemeriksaan dengan garpu tala (512 Hz) didapatkan Rinne telinga kiri negatif dan telinga kanan positif, Weber lateralisasi ke kiri, sedangkan Schwabach kiri memanjang dan Schwabach kanan sama dengan pemeriksa.

Dokter keluarga melakukan ear toilette dan memberikan obat penghilang rasa sakit. Selain itu, dokter mengedukasi tentang pemeliharaan kebersihan telinga serta merencanakan untuk dirujuk ke rumah sakit.

Lampiran 1.

Dalam dokumen Buku Panduan Mahasiswa Blok 3.4 - 2018_(1) (Halaman 30-36)

Dokumen terkait