• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root

Dalam dokumen Case LBP Spondilosis (Halaman 29-33)

 Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas walaupun punggung/tungkai bawahnya nyeri.

 Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri.

2.8. Spondilosis

Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang belakang, maka dapat terjadi penipisan sendi dan ruas tulang merapat satu sama lain, sehingga tinggi badan bisa berkurang. Selain itu juga jaringan yang terdapat di dalam sendi antar ruas tersebut bisa menonjol ke luar yang disebut hernia discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita spondylosis akan merasa nyeri di punggungnya akibat penekanan struktur tersebut ke jaringan sekitarnya. Proses degenerasi juga dapat menimbulkan penipisan tulang rawan dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau biasa disebut pengapuran. Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku.

Gejala klinis Spondilosis dapat ringan sampai berat dan sangat tergantung pada usia penderita. Gejala Spondilosis Punggung Bawah (Lumbar Spine) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Rasa sakit yang hilang timbul

3. Rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah berolahraga 4. Mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah

5. Kelemahan pada punggung bawah 6. Sering terjadi kesemutan pada kaki 7. Kesulitan berjalan

8. Masalah usus atau kandung kemih (ini jarang terjadi, tetapi mungkin terjadi jika sumsum tulang belakang dikompresi)

Gambaran yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan Radiologi adalah sebagai berikut:

1. Penyempitan ruang discus intervertebralis

2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf 3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae 4. Pemadatan Corpus vertebrae

5. Porotik (Lubang) pada tulang

6. Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine) 7. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur 8. Celah sendi menghilang

Gambar 5. Perubahan kelengkungan vertebrae Pencegahan

Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses degenerasi terjadi pada tulang punggung kita, maka ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya spondylosis. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari. Pilih jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan kelenturan.

2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan, dan jangkauan gerak.

3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama. Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja di depan komputer, ataupun mengemudi.

4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak.

5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.

6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya spondylosis. Terapi

Penanganan bervariasi tergantung penilaian dokter akan kondisi dan gejala pasiennya. Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan bedah baru disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan neurologis yang mengganggu kualitas hidup penderita. Selain itu dokter juga memperhatikan riwayat kesehatan umum pasien dalam menyarankan tindakan bedah. Apabila tidak perlu, maka dokter akan menyarankan penanganan non bedah yang meliputi pemberian obat antiradang (NSAID), analgesik, dan obat pelemas otot. Selain itu apabila perlu dokter dapat menganjurkan pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk meregangkan dan menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan stimulasi listrik juga dapat membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah pentingnya adalah exercise. Dengan exercise maka otot-otot yang lemah dapat diperkuat, lebih lentur dan memperluas jangkauan gerak. Terapi atau tindakan yang dapat dilakukan pada penderita Spondylosis dapat digolongkan menjadi:

1. Tindakan Operasi: apabila ada gangguan berupa penekanan saraf/ akar saraf yang progresif atau instabilitas yang hebat maka perlu pembedahan.

2. Obat-obatan: tujuan obat adalah untuk mengurangi nyeri dan kaku pada leher dan lengan.

3. Rehabilitasi Medik: program rehabilitasi medik pada penderita spondylosis cervicalis tergantung gejala klinis yang timbul, bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, mempertahankan lingkup gerak sendi, menguatkan otot serta meningkatkan aktifitas hidup sehari-hari.

• Terapi Fisik:

o Terapi dingin digunakan hanya pada kondisi akut saja yaitu untuk mengurangi nyeri dan proses peradangan. Setelah lewat fase akut baru dapat diberikan terapi panas.

o Terapi panas merupakan modalitas terapi fisik yang sering digunakan terutama pada fase sub akut dan kronis serta bisa digunakan sebelum dimulai terapi latihan.

o Traksi cervical: traksi adalah suatu teknik yang menggunakan gaya tarikan, digunakan untuk meregangkan jaringan ikat dan untuk memisahkan permukaan sendi atau fragmen tulang. Macam kekuatan tarikan yang diberikan dapat bersifat terus menerus (continous) atau terputus-putus (intermitens).

o Terapi latihan: beberapa kasus memberikan respon yang baik terhadap program latihan pada otot-otot leher, sehingga akan memperbaiki fungsi leher dan mengurangi nyeri. Tujuan latihan ini adalah untuk relaksasi, mobilisasi sendi dan memperkuat otot leher. Contoh: Latihan relaksasi, lingkup gerak sendi, dan isometrik.

• Terapi Okupasi:

Terapis mengajarkan pasien melakukan segala aktifitas kehidupan sehari-harinya dengan posture tubuh, terutama leher yang baik dan benar. Mekanisme badan yang baik yang diajarkan adalah:

1. Bila tidur terlentang, gunakan bantal kupu dibawah leher. 2. Jangan tidur tengkurap, karena leher akan memutar kesamping.

3. Jangan membungkukkan atau menyandarkan bahu kedepan sehingga mata/ kepala harus keatas/ tengadah untuk kompensasi.

4. Bila minum dari kaleng/ gelas, gunakan penghisap/ pipet. 5. Bekerjalah didepan obyek setinggi mata.

6. Waktu mengemudi mobil, punggung dan kepala harus bersandar dan hindari menyetir mobil terlalu lama.

7. Pakailah kursi dengan sandaran yang tinggi waktu menonton TV, sehingga kepala bisa bersandar.

8. Jangan menggunakan telepon dengan cara meletakkannya antara bahu dan kepala.

9. Istirahatlah sejenak setiap kali melakukan pekerjaan yang lama. • Ortosis:

jika diperlukan da[at digunakan Softcollar. Softcollar dianjurkan untuk penderita cedera akut jaringan lunak pada leher, digunakan dalam jangka waktu pendek, tidak boleh lebih dari 3-4 hari secara terus menerus. Pada radikulopati bagian collar yang lebih lebar dipakai dibagian posterior sedangkan yang tipis dianterior. Hal ini dimaksudkan agar penderita bisa fleksi tulang belakang dan membuka foramen intervertebralisnya.

Collar juga dapat dipakai pada saat aktifitas tertentu misalnya menyetir mobil atau tidur. Collar Philadelphia dapat digunakan pada malam hari agar bisa memberikan posisi yang lebih kaku, agar leher dicegah supaya tidak ekstensi dengan demikian membantu agar foramen intervertebralis tidak menyempit.

BAB II

Dalam dokumen Case LBP Spondilosis (Halaman 29-33)

Dokumen terkait