• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN Terapi :

- IVFD NaCl 0,9 % 8tpm

- Diet CKD 1900 kkal/hari, protein 65 gram/hari - Valsartan 160mg tiap 24jam oral

- Amlodipin 10mg tiap 24jam oral - Karvedilol 6,25mg tiap 12 jam oral - Alopurinol 100mg tiap 24 jam oral - Asam folat 2mg tiap 12 jam oral - HD 3 kali/minggu

- Free heparin

- Tranfusi PRC 2 kolf on HD

Monitoring

Keluhan, vital sign, dan DL post HD

33 BAB IV PEMBAHASAN

Pasien IGNMS, laki-laki usia 59 tahun rujukan dari Rumah Sakit Swasta di Bali datang ke IGD RSUP Sanglah pada tanggal 29 Juni 2019 dengan keluhan kejang sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari anamnesis, didapatkan keluhan kejang sebanyak 6 kali dengan durasi yang sama yaitu 2-3 menit. Setelah kejang, pasien sadar penuh namun sulit diajak berkomunikasi. Pasien juga mengeluhkan muntah dan badan lemas 1 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB dikatakan normal, 1 kali sehari. BAK dikatakan sedikit. Istri pasien mengatakan, hari ke-4 masa perawatan, pasien mulai gelisah.

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Saat ini pasien rutin mengkonsumsi obat antihipertensi namun lupa nama obatnya. Pasien riwayat sakit ginjal dan cuci darah rutin sejak empat setengah tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat edema pada lengan kanannya sejak tahun 2017 dan sudah dirawat oleh dokter bedah vaskular.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90mmHg. Pada pemeriksaan mata, ditemukan konjungtiva pasien tampak pucat. Didapatkan juga edema pada lengan kanan atas pasien.

Berdasarkan tinjuan pustaka, manifestasi klinis berupa sindrom uremic pada pasien dengan CKD derajat 5 biasanya terjadi oleh akibat dari akumulasi dari berbagai racun dengan jenis yang belum diketahui. Peningkatan kadar garam dan cairan yang dihadapi oleh ginjal pada CKD dapat menyebabkan terjadinya edema perifer dan tidak jarang hingga menjadi edema paru dan hipertensi.

Anemia pada CKD terjadi akibat penurunan sintesis eritropoietin oleh ginjal, yang akhirnya akan menimbulkan gejala seperti lemas, penurunan kemampuan dalam berkegiatan, penurunan kesadaran dan fungsi imun, dan penurunan kualitas hidup.

Selain itu, gambaran klinis pasien CKD meliputi:1

1. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritematosus Sistemik dan lain sebagainya.

34

2. Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overloaded), neuropati perifer, kulit kering, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.

3. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, dan gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).

Dari hasil pemeriksaan darah lengkap pada kasus ini, dijumpai adanya anemia ringan normokromik normositer (hemoglobin 9,33 g/dl, MCV 90,31 fL, MCH 28,48 Pg). Pada pemeriksaan kimia klinik ditemukan adanya peningkatan kadar BUN (27,80mg/dl), peningkatan kreatinin (4,09 mg/dl), dan penurunan LFG (14,94 berdasarkan hasil laboratorium dan 16,5 berdasarkan rumus Kockcroft-Gault).

Berdasarkan tinjauan pustaka, gambaran laboratorium CKD meliputi1: 1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya

2. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum serta penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault

3. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin (anemia), peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosismetabolik dan

4. Kelainan urinalisis yang meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria,cast, isostenuria.

Pemeriksaan radiologis pada CKD meliputi foto polos abdomen, pielografi intravena, ultrasonografi, serta renografi. Pada foto polos abdomen tampak adanya batu radioopak. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kotras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya

35

hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi. Sedangkan pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.1

Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan ukuran kedua ginjal yang mengecil dan hidronefrosis sedang kanan. Pada pasien juga telah dilakukan pemeriksaan foto thorax AP, dan didapatkan kesan pneumonia serta efusi pleura bilateral.

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan dengan stadium penyakit pasien tersebut (National Kidney Foundation, 2012). Selain itu diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif meliputi1,10:

1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya,

2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (faktor komorbid tersebut antara lain gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya),

3. Memperlambat perburukan fungsi ginjal (restriksi protein dan terapi farmakologis),

4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular (pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia,anemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit).

5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi (anemia,osteodistrofi renal, pembatasan cairan dan elektrolit).

6. terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Pada pasien-pasien yang penurunan fungsi ginjalnya berjalan terus, maka saat laju filtrasi glomerulus mencapai 10 - 12 ml/menit (setara dengan klirens kreatinin kurang dari 15 ml/menit atau serum kreatinin lebih dari 6 mg/dl) dianjurkan untuk memulai dialisis (hemodialisis atau peritoneal dialisis). Pilihan pengobatan gagal ginjal terminal yang lain adalah trasnplantasi ginjal.5

Pada kasus, pasien sudah menjalani hemodialisis sejak empat setengah tahun yang lalu. Pada saat hemodialisis, pasien mendapatkan tranfusi PRC sebanyak 2 kolf. Pasien juga sudah mengonsumsi obat untuk hipertensi dan asam urat yang tinggi.

36 SIMPULAN

Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit ginjal yang ditandai adanya kerusakan dari struktur ginjal lebih dari 3 bulan yang dengan atau tanpa penurunan GFR < 60 mL/min/1,73m2 yang bersifat progresif dan irreversible.

Adapun gejala klasik CKD diantaranya adalah edema, hipertensi dan anemia. Berdasarkan derajat penyakitnya CKD dibagi menjadi 5 stage yang dinilai dari GFR. Gejala klinis CKD meliputi gejala penyakit dasar, gejala sindrom uremikum serta gejala komplikasi CKD. Penatalaksanaan CKD disesuaikan dengan derajat kerusakan fungsi ginjal.

Pada kasus, pasien didiagnosis dengan CKD stage V, sehingga penatalaksanaan utama pada pasien ini ialah terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis. Disamping itu pada pasien ini juga diberikan beberapa terapi penunjang lainnya yang disesuaikan dengan manifestasi klinis yang muncul.

Penanganan etiologi, gejala dan komplikasi penyakit dengan tepat, serta perubahan pola diet yang disesuaikan dengan fungsi ginjal diharapkan dapat membantu mencegah perburukan kondisi ginjal sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.

37

Dokumen terkait