• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

E. Penatalaksanaan Terapi

Tujuan terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus, mencegah kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak. Pada penderita dengan H.pylori positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba

dan menyembuhkan penyakit dengan obat yang efektif secara ekonomi (Dipiro and Taylor, 2005).

2. Sasaran terapi

Sasaran terapinya adalah asam lambung, eradikasi H.Pylori, ulkus

(Dipiro, 2005). 3. Terapi

a. Terapi non farmakologi :

1) Mengurangi faktor stres

2) Mengurangi konsumsi rokok

3) Mengurangi konsumsi makanan pedas, asam, kafein, dan alkohol.

b. Terapi farmakologi :

Agen antiulser dapat dibedakan menjadi penghambat pompa proton, antagonis reseptor H2, sukralfat, prostaglandin, sediaan bismuth, dan antasida

(Dipiro, 2005).

Pompa proton inhibitor tidak aktif pada pH netral, tetapi dalam keadaan asam obat-obat tersebut disusun kembali menjadi dua macam molekul reaktif, yang bereaksi dengan gugus sulfihidril pada H+/K+ ATPase (pompa proton) yang

berperan untuk mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal (Neal, 2002). Yang

termasuk penghambat pompa proton adalah omeprazol, lansoprazol, esomeprazol, pantoprazol, rabeprazol (Tjay dan Rahardja, 2002).

Antagonis reseptor H2 bekerja dengan cara menempati reseptor H2

pepsin sangat dikurangi. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2

adalah simetidin, ranitidin, famotidin, roxatidin (Tjay dan Rahardja, 2002).

Sukralfat mengalami polimerasi pada pH < 4 untuk menghasilkan gel yang sangat lengket dan melekat kuat pada dasar ulkus (Neal, 2002).

Prostaglandin, yang dalam hal ini adalah misoprostol bekerja sebagai pendukung penyembuhan ulkus dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa lambung dan menurunkan sekresi asam (Neal, 2002).

Bismuth merupakan garam yang berkhasiat bakteriostatis dan terutama digunakan pada terapi membasmi H.Pylori pada tukak lambung atau usus. Zat ini juga sebagai pelindung mukosa dengan terbentuknya kompleks bismuth glikoprotein dalam asam lambung yang menutupi tukak (Tjay dan Rahardja, 2002).

Antasida berperan dalam meningkatkan pH lumen lambung. Peningkatan tersebut meningkatkan kecepatan pengosongan lambung, sehingga efek antasida menjadi pendek. Pelepasan gastrin meningkat akibatnya stimulasi pelepasan asam pun meningkat, maka antasida yang dibutuhkan lebih banyak daripada yang diperkirakan (acid rebound). Jenis obat antasida adalah natrium bikarbonat, magnesium hidroksida, alumunium hidroksida (Neal, 2002).

Untuk ulkus yang diinduksi oleh NSAID, obat yang sering digunakan adalah penghambat pompa proton karena paling cepat dalam menyembuhkan ulkus dibandingkan antagonis reseptor H2 dan sukralfat (Dipiro, 2005).

Berdasarkan pembagian MIMS, obat antiulser dibagi menjadi obat antasida, dan antiulserasi.

Berdasarkan kasus pada pasien bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta, obat golongan antasida dan antiulser yang digunakan pada periode Agustus 2008 dapat dilihat pada table III.

Tabel III. Informasi mengenai obat-obat antasida dan antiulserasi yang digunakan berdasarkan MIMS ed.7dan Drug Information Handbook 11th

Edition

Variabel Informasi

A. Obat Golongan H-2 Blocker A.1. Ranitidin

Indikasi Mengurangi keasaman lambung

Faktor Resiko Kehamilan B

Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap ranitidin atau komponen yang terdapat

dalam formulasi.

Efek samping (Dosis tidak tentu) kardiovaskuler, CNS, dermatologi,

gastrointestinal, hematologi,gagal hati, anafilaksis, dan reaksi hipersensitifitas.

Dosis Doudenal ulser : oral : 150 mg 2x/hari, atau 300 mg 1x/hari setelah

makan malam atau saat tidur; dosis pemeliharaan : 150 mg 1x/hari sebelum tidur malam.

Eradikasi Helicobacter Pylori : 150 mg 2x/hari Membutuhkan kombinasi terapi :

-kondisi patologi hipersekresi :

oral : 150 mg 2x/hari, dosis dapat ditingkatkan menjadi 6 g/hari sesuai dengan indikasi klinik

i.v : infuse berkelanjutan untuk Zollinger-Ellison : 1

mg/kg/jam,tentukan hasil asam lambung 4 jam, jika > 10 mEq atau jika pasien simptomatik, tingkatkan dosis 0,5

Gastric Ulser ringan : oral : 150 mg 2x/hari; dosis pemeliharaan : 150 mg 1x/hari sebelum tidur malam.

Pasien yang tidak bisa obat-obat oral:

I.M : 50 mg setiap 6-8 jam

I.V. : intermitten bolus atau infuse : 50 mg setiap 6-8 jam; infuse I.V seterusnya 6,25 mg/jam

Interaksi Obat Sitokrom P450 :substrat CYP 1A2, 2C19, 2D6; menghambat

CYP 1A2, 2D6.

Interaksi Obat Meningkatkan efek/toksisitas : siklosporine (meningkatkan

serum kreatinin), gentamicin (blockade neuromuscular), glipizide, glyburide, midazolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoxifylline, fenitoin, kuinidine, dan triazolam. Menurunkan efek : mempengaruhi variable warfarin;

antasida mungkin menurunkan absorpsi ranitidin; absorpsi ketokonazols dan itraconazol menurun; menurunkan efek nondepolarasi relaks otot, cefpodoxime, cyanocobalamin (menurunkan absorpsi), diazepam, oxaprozin; menurunkan toksisitas atropine.

Lanjutan Tabel III

Variabel Informasi

B. Obat Golongan Penghambat Pompa Proton (PPP) B.1 Omeprazol

Indikasi Jangka pendek (4-8 minggu) untuk ulkus duodenal aktif atau

ulkus gastric ringan yang aktif, pengobatan untuk heartburn dan syptom lainnya dengan GERD, untuk refluks esofagitis; sebagai

bagian dalam pengobatan kombinasi untuk eradikasi H.Pylori

untuk mengurangi resiko ulkus duodenum, sindroma Zillonger-Ellison.

Resiko Kehamilan C

Kontraindikasi Hipersensitif dengan omeprazol atau dengan komponen lainnya

dalam formulasi

Efek samping Jarang, gangguan GI, sakit kepala, ruam kulit

Dosis Ulkus duodenal aktif : 20 mg 1x/hari 4-8 minggu

Ulkus lambung : 40 mg 1x/hari 4-8 minggu

Gejala GERD : 20 mg 1x/hari hingga lebih dari 4 minggu

Efluks esofagitis : 20 mg 1x/hari 4-8 minggu

Eradikasi Helicobacter Pylori : dosis pengobatan bervariasi : 20 mg 1x/hari atau 40 mg 1x/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi; dikombinasikan dengan antibiotic.

Interaksi Obat Memperpanjang waktu eliminasi diazepam,

warfarin,digoksin, fenitoin, dan obat lainnya yang dimetabolisme di hati; Voriconazol dapat meningkatkan secara signifikan level serum omeprazol (pada dosis omeprazol 40 mg 1x/hari, mengurangi dosis omeprazol hingga 50%). Level serum dari PPP lainnya juga dapat meningkat.

Menurunkan efek ketokonazol, itraconazol, dan obat lainnya

yang absorpsinya tergantung pada asam.

B.2 Lansoprazol

Indikasi Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, ulkus gaster

jinak, dan refluks esofagitis

Efek samping Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dyspepsia, mual, muntah,

mulut kering, konstipasi, perut kembunng, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus. Peningkatan hasil tes fungsi hati. Artralgia, edema perifer, depresi, trombositopenia, eosinofilia, lekopenia.

Dosis Ulkus duodenum : 30 mg 1x/hari selama 4 minggu

Ulkus gaster jinak : 30 mg 1x/hari selama 8 minggu

Refluks esofagitis 30 mg 1x/hari selama 4 minggu

Interaksi Obat Menurunkan efek : lansoprazol dapat menurunkan level darah/

absorpsi ketokonazole, itraconazole, ampisilin, garam-garam besi, digoksin dan obat lainnya yang absorpsinya tergantung pada keberadaan asam. Lanzoprazole dapat menurunkan level teofilin (rendah).

Sukralfat dan antacid dapat mengurangi bioavailibilitas (mengurangi absorpsi hingga 30%).

B.3 Esomeprazol

Indikasi Penyakit Refluks gastroesofageal (GERD). Kombinasi terapi

dengan antibakteri yang cocok untuk eradikasi Helicobacter

Pylori dan penyembuhan H.Pylori yang berhubungan dengan

Lanjutan Tabel III

Variabel Informasi

Faktor Resiko Kehamilan B

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau

benzimidazol atau komponen lain dari obat ini. Jangan diberikan bersama atazanavir

Efek samping Sakit kepala, nyeri abdomen, diare, kembung, mual, muntah,

konstipasi, dermatitis, pruritus, urtikaria, pusing, mulut kering, reaksi hipersensitifitas, reaksi anafilaktik, peningkatan enzim hati.

Dosis Tablet Dewasa :

Refluks Esofagitis erosif 40 mg 1x/hari selama 4 minggu

untuk pasien dengan esofagitis yang tidak menyembuh atau dengan gejala persisten. Pencegahan relaps esofagitis 20 mg 1x/hari.

Terapi simptomatik GERD : 20 mg 1x/hari selama 4 minggu

untuk pasien tanpa esofagitis. Pemeliharaan 20 mg 1x/hari.

Terapi kombinasi dengan antibakteri yang sesuai untuk

eradikasi Helicobacter Pylori 20 mg ditambah dengan 1g

amoksisilin dan 500 mg klaritromisin, berikan 2x/hari selama 7 hari.

Vial dewasa 40 mg diberikan secara injeksi I.V. selama

minimal 3 menit atau secara infuse I.V. selama 10-30 menit.

Interaksi Obat Meningkatkan efek/toksisitas : meningkatkan konsentrasi

serum diazepam, digoksin, penisilin.

Menurunkan efek : menurunkan absorpsi dapsone, besi,

itraconazole, ketokonazole, dan obat lainnya dimana asam lambung mempengaruhi absorpsinya. Absorpsi esomeprazol akan menurun 33%-53% jika digunakan bersamaan dengan makanan.

B.4 Pantoprazol

Indikasi Menghilangkan gejala dan untuk terapi jangka pendek gangguan

gaster dan intestinal yang memerlukan pengurangan sekresi asam lambung; ulkus duodenal; ulkus gaster; refluks esofagitis sedang dan berat.

Faktor Resiko Kehamilan B

Kontraindikasi Kerusakan fungsi hati, kehamilan

Efek samping Sakit kepala, diare. Jarang, mual, nyeri perut bagian atas,

kembung, ruam kulit, pruritus, pusing.

Dosis Tab. 40 mg 1x/hari selama 2-8 minggu. IV injeksi 40 mg 1x/hari.

Lama terapi ≤ 8 minggu

Interaksi Obat Dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat yang absorpsinya

tergantung dari pH (ketokonazole, itrakonazole, dll)

C. Antasida C.1 Al(OH)3, Mg trisilikat

Indikasi Mengatasi gejala sakit maag, dyspepsia, hiperfosfatemia

Faktor Resiko Kehamilan -

Kontraindikasi hipofosfatemia

Efek samping Diare, konstipasi

Dosis Dewasa : 1-2 tab kunyah, 3-4x/hari

Anak : 1/2-1 tab kunyah, 3-4x/hari

Interaksi Obat Menurunkan absorpsi diflunisal

C.2 Al(OH)3-Mg karbonat, Mg(OH)2, metilpolisiloxan

Dokumen terkait