Diaj Mem
U
jukan untuk mperoleh Ge Prog
Welinda N
FAK UNIVERSIT
Y
SKRIPS k Memenuh elar Sarjana gram Studi
Oleh: Turianna S NIM : 05811
KULTAS FA TAS SANA YOGYAKA
2010 SI
hi Salah Satu a Farmasi (S
Farmasi
Simanjunta 14103
ARMASI ATA DHAR ARTA
u Syarat S. Farm.)
ak
Diaj Mem
U
jukan untuk mperoleh Ge Prog
Welinda N
FAK UNIVERSIT
Y
ii SKRIPS k Memenuh elar Sarjana gram Studi
Oleh: Turianna S NIM : 05811
KULTAS FA TAS SANA YOGYAKA
2010 SI
hi Salah Satu a Farmasi (S
Farmasi
Simanjunta 14103
ARMASI ATA DHAR ARTA
u Syarat S. Farm.)
ak
v
dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”
Aku minta pada Tuhan setangkai bunga segar, Ia beri aku kaktus berduri..Aku minta pada Tuhan Allah binatang mungil nan cantik, Ia beri aku ulat berbulu..Aku sempat sedih, protes, dan kecewa..Betapa tidak adilnya ini..tapi kemudian kaktus itu berbunga sangat indah sekali, dan ulat itu pun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik..Itulah jalan Allah indah pada waktu-Nya!!!
Allah tidak memberi apa yang kita harapkan tapi Ia memberi apa yang kita perlukan..Kadang kita sedih, kecewa, terluka, tapi jauh diatas segalanya, Ia sedang merajut yang ter’BAIK untuk kehidupan kita….
Halaman ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi pendamping hidup penulis hingga saat ini, dan sampai selamanya..
Papa dan Mama yang telah banyak berkorban buat kehidupan penulis Kakak dan adik penulis yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidup
penulis
Dan orang‐orang yang telah mendukung penulis selama ini
Fil 3 :13-14 “….., tetapi ini yang aku lakukan : aku melupakan
apa yang telah berada di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi
vii
berjudul “Evaluasi Akar Permasalahan Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi)” ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang
mudah, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji
yang telah memberikan saran, semangat, dan dukungan dalam proses
penyusunan skripsi.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, semangat, dan dukungan dalam proses
viii
5. Ibu Ana dan semua perawat yang bertugas di bangsal kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta atas bantuan dan kesabaran selama proses pengambilan
data penelitian ini.
6. Mama dan papa yang telah melahirkan, dan mendukung penulis selama ini.
7. Saudara-saudaraku Wulandani Simanjuntak, Bonar Simanjuntak dan juga
adikku tersayang Benmarch Pranto Simanjuntak yang telah memberikan kasih
sayang, doa, dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Stella, Bambang, Nolen, Vivi, Andin, Donald, dan Siska, atas kekompakan
dan kebersamaan selama proses pencarian data.
9. Maya, Denok, Dhita, Tami, dan teman-teman FKK 2005 atas kebersamaan
dan kekompakan yang diberikan selama ini.
10.Kak Ratih, Jeane, Iin, Bethi, Desi, Laurin, penghuni kos 99999 atas
kebersamaan, keceriaan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa keterbatasan pikiran, waktu, dan
tenaga membuat penulisan skripsi ini tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
x
pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Drug Therapy Problems (DTP) merupakan masalah-masalah yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi.
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian non eksperimental, rancangan deskriptif evaluatif. Tujuannya adalah menyusun rekomendasi dan strategi aplikatif untuk mengurangi kejadian ME dan DTP pada pasien RS Bethesda berdasarkan hasil identifikasi masalah utama ME fase adminstrasi dan DTP di RS Bethesda.
Hasil penelitian menunjukkan adanya ME dan DTP pada 36 kasus yang diamati. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan 14 kasus (38,9%) yang tidak mengalami DTP, dan 22 kasus (61,1%) mengalami DTP. DTP yang terjadi yaitu 19 kasus (52,8%) dosis terlalu rendah, 1 kasus (2,8%) dosis terlalu tinggi, 2 kasus (5,6%) ada obat tanpa indikasi, 1 kasus (2,8%) ada indikasi tetapi tanpa obat, dan 1 kasus (2,8%) compliance. Sedangkan pada ME, didapatkan 6 kasus (16,7%) yang tidak mengalami ME, dan 30 kasus (83,3%) yang mengalami ME, yaitu 1 kasus (2,8%) ME salah menulis instruksi, 1 kasus (2,8%) ME pemberian obat diluar instruksi, 21 kasus (58,3%) ME dosis keliru, dan 17 kasus (47,2%) ME administration error.
xi
can harm the patients. Drug Therapy Problems (DTP) is unwanted problems in the relation to the drug usage that can hinder the achievement of therapy aims.
This research includes non-experimental research and descriptive evaluatif plan. The objective is to arrange recommendations and applicable strategies in order to decrease ME and DPT happening to the patients of Bethesda Hospital by identifying of the main source of administration-phase ME and DTP in Bethesda Hospital.
The result of the observation showed that ME and DTP were found in the 36 cases observed. From the evaluation, 14 cases (38,9%) did not indicate DTP, and 22 cases (61,1%) DTP were found. DTP included 19 cases (52,8%) of dose too low, 1 case (2,8%) of dose too high, 2 cases (5,6%) of unnecessary therapy, 1 case (2,8%) of need for additional drug therapy, and 1 case (2,8%) of compliance. For the ME cases, it was found that 6 cases (16,7%) did not indicate any ME, and 30 ME cases (83,3%) were found which included 1 case (2,8%) ME of instruction miswriting, 1 case (2,8%) ME of medication out of the instruction, 21 cases (58,3%) ME of wrong dosage, and 17 cases (47,2%) ME of administration error.
Keywords: antacid, antiulcer, medication error, drug therapy problems
xii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 3
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian ... 6
B. Tujuan Penelitian ... 7
1. Tujuan umum ... 7
2. Tujuan khusus... 7
xiii
D. Ulkus Peptik…………..………. 12
1. Definisi ………... 12
2. Patofisiologi ………... 12
3. Manifestasi klinik ………. 13
E. Penatalaksanaan Terapi ……….. 13
1. Tujuan terapi ……….. 13
2. Sasaran terapi ……… 14
3. Terapi ………. 14
F. Keterangan Empiris ……… 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20
B. Definisi Operasional ... 20
C. Variabel Penelitian ... 22
D. Subyek Penelitian ... 22
E. Bahan Penelitian ... 23
F. Lokasi Penelitian ... 23
G. Tata Cara Pengumpulan Data ... 24
1. Tahap orientasi ... 24
2. Tahap pengambilan data ... 25
xiv
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Antasida dan Antiulserasi………. 30
1. Berdasarkan umur ... 30
2. Berdasarkan jenis kelamin ... 31
3. Berdasarkan pendidikan terakhir ... 32
4. Berdasarkan diagnosis utama ... 33
5. Berdasarkan pekerjaan ... 36
B. Profil Terapi Kasus yang Menerima Obat Antasida dan Antiulserasi. 37 1. Profil terapi secara umum ... 38
2. Profil terapi secara khusus ... 45
C. Evaluasi Medication Errors (ME) Fase Administration ... 46
1. Medication Errors salah menulis instruksi... 48
2. Medication Errors pemberian obat diluar instruksi... 48
3. Medication Errors dosis keliru ... 49
4. Medication Errorsadministration errror ... 50
D. Evaluasi Drug Therapy Problems (DTP) ... 52
1. Dosis terlalu rendah ... 53
2. Dosis terlalu tinggi ... 54
3. Ada obat tanpa indikasi ... 55
4. Ada indikasi tetapi tanpa obat ... 55
xv
F. Rangkuman Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN... 68
xvi
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication Error Versi the National
Coordinating Council for Medication Error Reporting and
Prevention……….……… 9
Tabel III. Informasi mengenai obat-obat Antasida dan Antiulserasi yang
digunakan berdasarkan MIMS ed.7 dan Durg Information
Handbook 11th Edition……… 16
Tabel IV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode agustus 2008 Berdasarkan
Diagnosis…... 34
Tabel V. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode agustus 2008 Berdasarkan Jenis
Penyakit……….. 36
Tabel VI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode agustus 2008 Berdasarkan Jumlah
Total Unit Obat yang Diterima……… 38
xvii
Generik……….. 39
Tabel IX. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernapasan yang Diterima oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik…...……… 40
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Sistem Neuromuskular yang Diterima
Oleh Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik………... 41
Tabel XI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Hormon yang Diterima Oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik….………...……. 41
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Antibiotika yang Diterima Oleh Pasien
Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik………...……….. 42
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Kemoterapeutik yang Diterima Oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik……….…… 42
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Sistem Endokrin dan Metabolik yang
Diterima Oleh Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan
antiulserasi Berdasarkan Nama Generik……… 43
xviii
Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik……….…… 44
Tabel
XVII.
Golongan dan Jenis Obat Mata yang Diterima Oleh Pasien
Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik……… 44
Tabel
XVIII.
Golongan dan Jenis Obat Dermatologi yang Diterima Oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik……… 44
Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Alergi dan Sistem Imunitas yang
Diterima Oleh Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan
antiulserasi Berdasarkan Nama Generik……… 44
Tabel XX. Golongan, Jenis Obat Lain yang Diterima Oleh Pasien Pengguna
Obat Golongan antasida dan antiulserasi………... 45
Tabel XXI. Profil Terapi Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi yang
Diterima oleh Pasien di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Periode Agustus 2008 …..……….. 45
Tabel
XXII.
Pengelompokkan Kejadian ME Fase Administrasi pada Kasus
yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di
Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
xix
2008……….………... 48
Tabel
XXIV.
Kelompok Kasus ME Pemberian Obat Diluar Instruksi pada
Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008……….. 48
Tabel
XXV.
Kelompok Kasus ME Dosis Keliru pada Kasus yang Menerima
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa
kelas III RS Bethesda Yogyakarta Agustus
2008……….……... 49
Tabel
XXVI.
Kelompok Kasus ME Administration Error Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008... 51
Tabel
XXVII.
Pengelompokkan Kejadian DTP pada Kasus yang Menerima
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa
Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008……… 53
Tabel
XXVIII.
Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
xx
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008……… 54
Tabel
XXX.
Kelompok Kasus Ada Obat Tanpa Indikasi pada Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008……….… 55
Tabel
XXXI.
Kelompok Kasus DTP Ada Indikasi Tetapi Tanpa Obat pada
Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus
2008……… 55
Tabel
XXXII.
Kelompok Kasus DTP Compliance pada Kasus di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008………... 56
Tabel
XXXIII.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008……….... 56
Tabel
XXXIV.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
xxi Tabel
XXXVI.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008……….. 59
Tabel
XXXVII.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
xxii
11
Gambar 3. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Golongan
Umur………..…. 31
Gambar 4. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin… 32
Gambar 5. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Pendidikan
Terakhir………... 33
Gambar 6. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan
Diagnosis……… 35
Gambar 7. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Jenis Penyakit… 36
xxiii
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008…………...…… 47
Gambar 10. Persentase Kejadian DTP pada Kasus yang Menerima Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III
xxiv
Lampiran 2 Wawancara Apoteker……….. 69 Lampiran 3 Wawancara Dokter……….. 70 Lampiran 4 Wawancara Perawat……….... 71 Lampiran 5 Data Kasus Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di
Bangsal Kelas III RS Bethesda dalam Periode Agustus 2008……... 80 Lampiran 6 Daftar Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi yang digunakan
di Bangsal Kelas III RS Bethesda dalam Periode Agustus 2008… 117 Lampiran 7 Wawancara Visit Bangsal……… 118 Lampiran 8 Data Home Visit Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda dalam
1
BAB I PENGANTAR
A.Latar Belakang
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan
dan tanggung jawab profesi kesehatan (Anonim, 2000). Medication error
merupakan kasus yang paling sering terjadi tetapi jarang sekali dilaporkan
maupun dikemukakan di muka umum. Studi pada tahun 1993 sampai dengan
1998 yang dilaporkan Food and Drug Administration (FDA) menyebutkan
medication error fatal yang paling sering terjadi pada fase administrasi yaitu
penggunaan obat dengan dosis yang kurang sesuai 41%, salah obat dan rute
pemberian sebanyak 16% (Stoppler and Marks, 2006).
Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang
tidak diharapkan atau yang kemungkinan akan dialami pasien selama proses terapi
akibat penggunaan obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan
(Cippole and Strand, 2004).
Medication errors dan drug therapy problems yang terjadi tentunya dapat
merugikan pasien yaitu dapat menyebabkan kegagalan terapi, biaya pengobatan
semakin tinggi, dan bahkan dapat menimbulkan efek obat yang tidak diinginkan.
Penyakit gangguan pada sistem gastrointestinal berupa peptik ulser
merupakan penyakit yang mempunyai prevalensi cukup tinggi, baik di Indonesia
gangguan pencernaan yang biasa sehingga jarang sekali penderita memeriksakan
diri, dan lebih memilih untuk mengobati sendiri atau mendiamkannya saja.
Penanganan peptik ulser biasanya terjadi jika penderita sudah mengalami
sakit yang parah, dan sering kambuh. Penanganan yang terlambat ini dapat
mengakibatkan penderita beresiko kehilangan pekerjaan, kualitas hidup pasien
menurun, serta harus membiayai pengobatan yang mahal. Terapi farmakologi
yang digunakan adalah golongan obat antasida, dan antiulserasi (Anonim, 2009).
Obat antasida merupakan obat yang sering dijumpai di pasaran
dibandingkan dengan obat antiulserasi lainnya. Fungsi antasida didalam
pengobatan ulkus adalah sebagai pendukung kesembuhan ulkus, bukan untuk
menyembuhkan ulkus (Neal, 2002). Akan tetapi, sebagian masyarakat langsung
menggunakan antasida (tanpa melakukan pemeriksaan kepada tenaga medis
terlebih dahulu) jika merasakan nyeri pada bagian abdominal perut. Hal ini dapat
menyebabkan semakin parahnya penyakit.
Efektivitas penggunaan obat antasida dan antiulserasi juga interaksi obat
antasida dan antiulser dengan obat lain merupakan masalah yang sering berkaitan
dengan medication error dan drug therapy problems sehingga diperlukan evaluasi
penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi untuk menjamin penggunaan
obat yang aman, tepat, dan efektif. Evaluasi penggunaan obat golongan antasida
dan antiulserasi dilakukan dengan cara observasi kejadian riil ME pada fase
administrasi yang dalam hal ini dilakukan pada pasien RS Bethesda Periode
Penelitian ini dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta, sebagai bentuk
kerjasama antara Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan pihak RS
Bethesda Yogyakarta dalam rangka peningkatan pelayanan farmasi klinis di
rumah sakit. Selain itu, rumah sakit ini telah memiliki program yang bertujuan
pada patient safety sesuai dengan tujuan farmasis.
Penelitian ini akan bersifat prospektif sehingga diharapkan dapat
menemukan dan memecahkan masalah utama timbulnya ME terutama fase
administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi
pada pasien untuk mendukung pelaksanaan isu patient safety di RS Bethesda
Yogyakarta.
1. Permasalahan
Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
”apakah yang menjadi masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan DTP pada pasien bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi?”. Selain itu juga terdapat permasalahan tambahan yang ingin diamati sebagai pendukung
permasalahan utama, yaitu :
a. bagaimanakah profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari penggunaan terbanyak
berdasarkan jumlah obat, jenis obat, bentuk sediaan, aturan pakai obat?
b. bagaimanakah profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari segi umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, jenis pekerjaan, penyakit?
c. permasalahan ME dan DTP apa saja yang terjadi saat penggunaan obat
golongan antasida dan antiulserasi oleh pasien bangsal dewasa kelas III
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008?
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Error Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems dengan Kajian terhadap
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 belum pernah dilakukan di Universitas Sanata
Dharma. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan masalah ME fase
administrasi dan DTP adalah
a. Studi Potensial Medication Error pada Peresepan Bangsal Anak di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Februari-April 2003 : ditinjau dari aspek
transcribing : kesulitan membaca penulisan angka desimal oleh Fitri (2005)
b. Evaluasi Medication Errors Resep Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi
Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli Tahun 2007 : Tinjauan Fase
Dispensing Oleh Erlin (2007)
c. Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007 : Tinjauan
Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna oleh Amanda (2007)
d. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Periode Agustus - September 2008 (Kajian Obat Alergi) oleh Robertus
Bambang (2008)
e. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Analgesik pada
Kasus Osteomuskular) oleh Nolen Mayrani Manik (2008)
f. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Agustus–
September 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan
Serebrovaskuler) oleh Fransisca Tri Wituningtyas (2008)
g. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Agustus–
September 2008 (Kajian Terhadap Obat Gangguan Sistem Kardiovaskuler)
oleh Olivia Ganeswati (2008)
h. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan
Antiemetik) oleh Stella Maxda Juwita (2008)
i. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Agustus–
September 2008 (Kajian Terhadap Obat Gangguan Sistem Saluran Urinari)
j. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus
2008 (Kajian Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernapasan) oleh Donald
Tandiose (2008)
k. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi Dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Periode
Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Gangguan
Sistem Endokrin) oleh Sekar Candra Dewi (2008).
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Error Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems dengan kajian obat
golongan antasida dan antiulserasi pada pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan hasil penelusuran pustaka dengan sifat
pengambilan data yang prospektif, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi
untuk mendeskripsikan ME dan DTP yang riil terjadi pada pasien yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di RS Bethesda Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan
keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care dan
Yogyakarta dan secara umum RS di Indonesia yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan mengevaluasi masalah utama
terjadinya ME fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan
antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah
a. melihat gambaran profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari segi jumlah obat,
jenis obat, bentuk sediaan, aturan pakai obat.
b. melihat gambaran profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari segi umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, jenis pekerjaan, penyakit.
c. mengevaluasi permasalahan ME dan DTP apa saja yang terjadi saat
penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi oleh pasien bangsal
8
A. Medication Error
Medication error adalah suatu kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya
dapat dicegah (Anonim, 2004). Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication
error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama
dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu : fase prescribing,
fase transcribing, fase dispensing, dan fase administration.
Tabel I. Bentuk-bentuk medication error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008)
Prescribing Transcribing Dispensing Administration
Kontraindikasi Duplikasi Tidak terbaca Instruksi tidak jelas
Instruksi keliru Instruksi tidak lengkap Penghitungan dosis keliru
Copy error Dibaca keliru Ada instruksi yang
terlewatkan Mis-stamped Instruksi tidak dikerjakan Extra dose
Kegagalan mencek instruksi
Sediaan obat buruk Instruksi pengguna-an obat tidak jelas
Salah menghitung dosis Salah memberi label Salah menulis instruksi Dosis keliru
Pemberian obat di luar instruksi
Instruksi verbal dijalankan keliru
Administration error Kontraindikasi Obat tertinggal di samping bed Extra dose
Kegagalan mencek instruksi
Menurut Grasso (2003) medication error fase administrasi yaitu : dosis
obat yang akan diberikan tidak tercatat, obat diberikan pada pasien yang salah,
obat diberikan pada waktu yang salah, obat diberikan melalui rute pemberian yang
salah, obat diberikan tanpa perintah dari petugas kesehatan yang meresepkan,
waktu pemberian dosis yang diinginkan tidak tercatat dalam Medical
Administration Record (MAR).
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication error versi the National
Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(NCCMERP, 1998)
Tipe error Kategori Keterangan
NO ERROR
A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya error
ERROR- NO HARM
B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien
C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak menimbulkan risiko
Obat mencapai pasien dan sudah terlanjur diminum/digunakan
Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan
D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
ERROR-HARM
E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara
F Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau
perpanjangan perawatan di rumah sakit disertai cacat yang bersifat sementara
G Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen
H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis. Anafilaksi, henti jantung)
ERROR-DEATH
I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien
Medication error yang terjadi pada fase apapun tentu merugikan pasien
dan dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang
Oleh karena itu, agar obat sampai pada pasien dengan aman, maka
terdapat ”5 benar” yang menjadi prinsip amannya, yaitu ”benar obat”, ”benar
pasien”, ”benar dosis”, ”benar rute”, dan ”benar waktu pemberian” (Anonim,
2008).
B. Drug Therapy Problems
Drug Therapy Problems (DTP) merupakan masalah-masalah yang tidak
diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga
dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi (Strand et.al., 1998). Ada tujuh
macam jenis DTP yang dapat disebabkan oleh obat, yaitu ada obat tanpa indikasi
(unnecessary drug therapy), butuh tambahan obat (need for additional drug
therapy), pemilihan obat yang salah (wrong drug), dosis terlalu rendah (dosage
too low), efek samping dan interaksi obat (adverse drug reaction), dosis terlalu
tinggi (dosage too high), kepatuhan pasien (compliance) (Cipolle and Strand,
2004).
C. Saluran Pencernaan
F
urun (desce
acing, 23. P
ma selama f
menstimula dua belas ja
Kolon data
ending), 20 oros usus /
fase di lam
asi sekresi a
ya reseptor
ung. Peptida
n gastrin. M
kan menstim
ngan efek l
r histamine
cerna yang bawah rah aring, 7. Li . Saluran ari (duoden
ar (tranvers
0. Usus pe / Rektum, 2
mbung yaitu
asam. Maka
r mekanik,
a dan asam
Makanan jug
mulus sekr
langsung p
positif dan
g terdiri d hang), 4. Su
anan akan m
mengaktiva
amino pad
ga berfungs
resi somast
pada sel pa
gastrin (An
asi reflex n
da makanan
i sebagai b
atin. Soma
arietal, dan
D. Ulkus Peptik 1. Definisi
Penyakit ulkus peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus pada
saluran pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan
pepsin. Tukak berbeda dari erosi mukosa superfisial dalam yang membuat luka
lebih dalam pada mukosa muskularis. Tiga bentuk umum dari tukak adalah ulser
yang disebabkan oleh Helicobacter Pylori, obat antiinflamasi non steroid
(NSAID) dan kerusakan mukosa yang berhubungan dengan stress (ulcer stress)
(Dipiro dan Taylor, 2005).
2. Patofisiologi
Patogenesis dari tukak duodenal (TD) dan tukak lambung (TL)
merupakan faktor refleksi dari kombinasi ketidaknormalan patofisiologi dan
lingkungan serta faktor genetik. Kebanyakan tukak terjadi disebabkan oleh asam
dan pepsin dari H.Pylori, NSAID atau kemungkinan faktor lain yang mengganggu
pertahanan mukosa normal dan mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari
sekresi asam lambung adalah penting untuk pembentukan tukak. Basal dan sekresi
asam pada malam hari biasanya dapat memperparah pasien dengan penyakit TD.
Hubungan antara kortikosteroid dan tukak sendiri memiliki kontroversi.
Bagaimanapun yang menerima terapi glukokortikoid dan NSAID secara
bersama-sama dapat meningkatkan resiko pada tukak lambung.
Merokok dapat meningkatkan resiko tukak dan besar resikonya adalah
sebanyak rokok yang diisap setiap harinya. Merokok dapat mengganggu proses
kembali. Walaupun observasi klinik menyarankan agar pasien penyakit tukak
menghindari stress namun saran tersebut gagal dijalankan (Sukandar, 2008).
3. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dari ulkus peptik (Sukandar,2008) :
a. Kebanyakan pasien mengalami kesakitan pada malam hari sehingga
membangunkan mereka dari tidur, itu terjadi antara jam 12 malam dan jam 3
malam.
b. Kesakitan berlangsung selama 1 hingga 3 jam setelah makan dan biasanya
rasa sakit akan berkurang dengan makan. Antasida dapat cepat meringankan
rasa sakit pada kebanyakan pasien tukak.
c. Pasien dengan ulkus sering mendapatkan sindrom dispeptik seperti rasa panas
dalam perut dan perut gembung, mual, muntah, anoreksia dan turun berat
badan.
d. Komplikasi dari penyakit ulser disebabkan oleh H.Pylori dan NSAID
termasuk perdarahan saluran cerna atas, perforasi ke dalam peritoneal,
penetrasi ke dalam bagian dalam tubuh seperti pankreas, dan hati.
E. Penatalaksanaan Terapi 1. Tujuan terapi
Tujuan terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus,
mencegah kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak.
dan menyembuhkan penyakit dengan obat yang efektif secara ekonomi (Dipiro
and Taylor, 2005).
2. Sasaran terapi
Sasaran terapinya adalah asam lambung, eradikasi H.Pylori, ulkus
(Dipiro, 2005).
3. Terapi
a. Terapi non farmakologi :
1) Mengurangi faktor stres
2) Mengurangi konsumsi rokok
3) Mengurangi konsumsi makanan pedas, asam, kafein, dan alkohol.
b. Terapi farmakologi :
Agen antiulser dapat dibedakan menjadi penghambat pompa proton,
antagonis reseptor H2, sukralfat, prostaglandin, sediaan bismuth, dan antasida
(Dipiro, 2005).
Pompa proton inhibitor tidak aktif pada pH netral, tetapi dalam keadaan
asam obat-obat tersebut disusun kembali menjadi dua macam molekul reaktif,
yang bereaksi dengan gugus sulfihidril pada H+/K+ ATPase (pompa proton) yang
berperan untuk mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal (Neal, 2002). Yang
termasuk penghambat pompa proton adalah omeprazol, lansoprazol, esomeprazol,
pantoprazol, rabeprazol (Tjay dan Rahardja, 2002).
Antagonis reseptor H2 bekerja dengan cara menempati reseptor H2
pepsin sangat dikurangi. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2
adalah simetidin, ranitidin, famotidin, roxatidin (Tjay dan Rahardja, 2002).
Sukralfat mengalami polimerasi pada pH < 4 untuk menghasilkan gel
yang sangat lengket dan melekat kuat pada dasar ulkus (Neal, 2002).
Prostaglandin, yang dalam hal ini adalah misoprostol bekerja sebagai
pendukung penyembuhan ulkus dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada
mukosa lambung dan menurunkan sekresi asam (Neal, 2002).
Bismuth merupakan garam yang berkhasiat bakteriostatis dan terutama
digunakan pada terapi membasmi H.Pylori pada tukak lambung atau usus. Zat ini
juga sebagai pelindung mukosa dengan terbentuknya kompleks bismuth
glikoprotein dalam asam lambung yang menutupi tukak (Tjay dan Rahardja,
2002).
Antasida berperan dalam meningkatkan pH lumen lambung.
Peningkatan tersebut meningkatkan kecepatan pengosongan lambung, sehingga
efek antasida menjadi pendek. Pelepasan gastrin meningkat akibatnya stimulasi
pelepasan asam pun meningkat, maka antasida yang dibutuhkan lebih banyak
daripada yang diperkirakan (acid rebound). Jenis obat antasida adalah natrium
bikarbonat, magnesium hidroksida, alumunium hidroksida (Neal, 2002).
Untuk ulkus yang diinduksi oleh NSAID, obat yang sering digunakan
adalah penghambat pompa proton karena paling cepat dalam menyembuhkan
ulkus dibandingkan antagonis reseptor H2 dan sukralfat (Dipiro, 2005).
Berdasarkan pembagian MIMS, obat antiulser dibagi menjadi obat
Berdasarkan kasus pada pasien bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta, obat golongan antasida dan antiulser yang digunakan pada periode
Agustus 2008 dapat dilihat pada table III.
Tabel III. Informasi mengenai obat-obat antasida dan antiulserasi yang digunakan berdasarkan MIMS ed.7dan Drug Information Handbook 11th
Edition
Variabel Informasi
A. Obat Golongan H-2 Blocker A.1. Ranitidin
Indikasi Mengurangi keasaman lambung
Faktor Resiko Kehamilan B
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap ranitidin atau komponen yang terdapat
dalam formulasi.
Efek samping (Dosis tidak tentu) kardiovaskuler, CNS, dermatologi,
gastrointestinal, hematologi,gagal hati, anafilaksis, dan reaksi hipersensitifitas.
Dosis Doudenal ulser : oral : 150 mg 2x/hari, atau 300 mg 1x/hari setelah
makan malam atau saat tidur; dosis pemeliharaan : 150 mg 1x/hari sebelum tidur malam.
Eradikasi Helicobacter Pylori : 150 mg 2x/hari Membutuhkan kombinasi terapi :
-kondisi patologi hipersekresi :
oral : 150 mg 2x/hari, dosis dapat ditingkatkan menjadi 6 g/hari sesuai dengan indikasi klinik
i.v : infuse berkelanjutan untuk Zollinger-Ellison : 1
mg/kg/jam,tentukan hasil asam lambung 4 jam, jika > 10 mEq atau jika pasien simptomatik, tingkatkan dosis 0,5
Gastric Ulser ringan : oral : 150 mg 2x/hari; dosis pemeliharaan : 150 mg 1x/hari sebelum tidur malam.
Pasien yang tidak bisa obat-obat oral:
I.M : 50 mg setiap 6-8 jam
I.V. : intermitten bolus atau infuse : 50 mg setiap 6-8 jam; infuse I.V seterusnya 6,25 mg/jam
Interaksi Obat ‐ Sitokrom P450 :substrat CYP 1A2, 2C19, 2D6; menghambat
CYP 1A2, 2D6.
Interaksi Obat ‐ Meningkatkan efek/toksisitas : siklosporine (meningkatkan
serum kreatinin), gentamicin (blockade neuromuscular), glipizide, glyburide, midazolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoxifylline, fenitoin, kuinidine, dan triazolam. ‐ Menurunkan efek : mempengaruhi variable warfarin;
Lanjutan Tabel III
Variabel Informasi
B. Obat Golongan Penghambat Pompa Proton (PPP) B.1 Omeprazol
Indikasi Jangka pendek (4-8 minggu) untuk ulkus duodenal aktif atau
ulkus gastric ringan yang aktif, pengobatan untuk heartburn dan syptom lainnya dengan GERD, untuk refluks esofagitis; sebagai
bagian dalam pengobatan kombinasi untuk eradikasi H.Pylori
untuk mengurangi resiko ulkus duodenum, sindroma Zillonger-Ellison.
Resiko Kehamilan C
Kontraindikasi Hipersensitif dengan omeprazol atau dengan komponen lainnya
dalam formulasi
Efek samping Jarang, gangguan GI, sakit kepala, ruam kulit
Dosis ‐ Ulkus duodenal aktif : 20 mg 1x/hari 4-8 minggu
‐ Ulkus lambung : 40 mg 1x/hari 4-8 minggu
‐ Gejala GERD : 20 mg 1x/hari hingga lebih dari 4 minggu
‐ Efluks esofagitis : 20 mg 1x/hari 4-8 minggu
‐ Eradikasi Helicobacter Pylori : dosis pengobatan bervariasi : 20 mg 1x/hari atau 40 mg 1x/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi; dikombinasikan dengan antibiotic.
Interaksi Obat ‐ Memperpanjang waktu eliminasi diazepam,
warfarin,digoksin, fenitoin, dan obat lainnya yang dimetabolisme di hati; Voriconazol dapat meningkatkan secara signifikan level serum omeprazol (pada dosis omeprazol 40 mg 1x/hari, mengurangi dosis omeprazol hingga 50%). Level serum dari PPP lainnya juga dapat meningkat.
‐ Menurunkan efek ketokonazol, itraconazol, dan obat lainnya
yang absorpsinya tergantung pada asam.
B.2 Lansoprazol
Indikasi Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, ulkus gaster
jinak, dan refluks esofagitis
Efek samping Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dyspepsia, mual, muntah,
mulut kering, konstipasi, perut kembunng, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus. Peningkatan hasil tes fungsi hati. Artralgia, edema perifer, depresi, trombositopenia, eosinofilia, lekopenia.
Dosis ‐ Ulkus duodenum : 30 mg 1x/hari selama 4 minggu
‐ Ulkus gaster jinak : 30 mg 1x/hari selama 8 minggu
‐ Refluks esofagitis 30 mg 1x/hari selama 4 minggu
Interaksi Obat Menurunkan efek : lansoprazol dapat menurunkan level darah/
absorpsi ketokonazole, itraconazole, ampisilin, garam-garam besi, digoksin dan obat lainnya yang absorpsinya tergantung pada keberadaan asam. Lanzoprazole dapat menurunkan level teofilin (rendah).
Sukralfat dan antacid dapat mengurangi bioavailibilitas (mengurangi absorpsi hingga 30%).
B.3 Esomeprazol
Indikasi Penyakit Refluks gastroesofageal (GERD). Kombinasi terapi
dengan antibakteri yang cocok untuk eradikasi Helicobacter
Pylori dan penyembuhan H.Pylori yang berhubungan dengan
Lanjutan Tabel III
Variabel Informasi
Faktor Resiko Kehamilan B
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau
benzimidazol atau komponen lain dari obat ini. Jangan diberikan bersama atazanavir
Efek samping Sakit kepala, nyeri abdomen, diare, kembung, mual, muntah,
konstipasi, dermatitis, pruritus, urtikaria, pusing, mulut kering, reaksi hipersensitifitas, reaksi anafilaktik, peningkatan enzim hati.
Dosis Tablet Dewasa :
‐ Refluks Esofagitis erosif 40 mg 1x/hari selama 4 minggu
untuk pasien dengan esofagitis yang tidak menyembuh atau dengan gejala persisten. Pencegahan relaps esofagitis 20 mg 1x/hari.
‐ Terapi simptomatik GERD : 20 mg 1x/hari selama 4 minggu
untuk pasien tanpa esofagitis. Pemeliharaan 20 mg 1x/hari.
‐ Terapi kombinasi dengan antibakteri yang sesuai untuk
eradikasi Helicobacter Pylori 20 mg ditambah dengan 1g
amoksisilin dan 500 mg klaritromisin, berikan 2x/hari selama 7 hari.
‐ Vial dewasa 40 mg diberikan secara injeksi I.V. selama
minimal 3 menit atau secara infuse I.V. selama 10-30 menit.
Interaksi Obat ‐ Meningkatkan efek/toksisitas : meningkatkan konsentrasi
serum diazepam, digoksin, penisilin.
‐ Menurunkan efek : menurunkan absorpsi dapsone, besi,
itraconazole, ketokonazole, dan obat lainnya dimana asam lambung mempengaruhi absorpsinya. Absorpsi esomeprazol akan menurun 33%-53% jika digunakan bersamaan dengan makanan.
B.4 Pantoprazol
Indikasi Menghilangkan gejala dan untuk terapi jangka pendek gangguan
gaster dan intestinal yang memerlukan pengurangan sekresi asam lambung; ulkus duodenal; ulkus gaster; refluks esofagitis sedang dan berat.
Faktor Resiko Kehamilan B
Kontraindikasi Kerusakan fungsi hati, kehamilan
Efek samping Sakit kepala, diare. Jarang, mual, nyeri perut bagian atas,
kembung, ruam kulit, pruritus, pusing.
Dosis Tab. 40 mg 1x/hari selama 2-8 minggu. IV injeksi 40 mg 1x/hari.
Lama terapi ≤ 8 minggu
Interaksi Obat Dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat yang absorpsinya
tergantung dari pH (ketokonazole, itrakonazole, dll)
C. Antasida C.1 Al(OH)3, Mg trisilikat
Indikasi Mengatasi gejala sakit maag, dyspepsia, hiperfosfatemia
Faktor Resiko Kehamilan -
Kontraindikasi hipofosfatemia
Efek samping Diare, konstipasi
Dosis ‐ Dewasa : 1-2 tab kunyah, 3-4x/hari
‐ Anak : 1/2-1 tab kunyah, 3-4x/hari
Interaksi Obat Menurunkan absorpsi diflunisal
C.2 Al(OH)3-Mg karbonat, Mg(OH)2, metilpolisiloxan
F. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems (Kajian terhadap Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi) pada Pasien Bangsal dewasa kelas III
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dapat mengurangi
kejadian ME dan DTP penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi pada
pasien yang dirawat di RS Bethesda Yogyakarta.
hemia
Faktor Resiko Kehamilan -
Kontraindikasi Gangguan ginjal berat
Efek samping Mual (jarang)
Dosis 1-2 sdt/tab 3x/hari
Interaksi Obat Dapat menghambat absorpsi tetrasiklin, digoksin, vitamin
D. Sukralfat
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum
Faktor Resiko Kehamilan -
Kontraindikasi Gangguan ginjal, kehamilan
Efek samping Konstipasi, mual, gangguan pencernaan, gangguan lambung,
mulut kering, ruam, gatl-gatal, nyeri punggung, pusing, sakit kepala, vertigo, dan mengantuk
Dosis 2 g 2x/hari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4x/hari, 1 jam
sebelum makan dan sebelum tidur malam, diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten 12 minggu; maksimal 8 g/hari; anak-anak tidak dianjurkan. Profilaksis tukak stress (suspensi), 1g 6x/hari (maksimal 8 g/hari)
Interaksi Obat Menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfofloksasin, ofloksasin,
dan tetrasiklin; absorpsi warfarin mungkin menurun; menurunkan absorpsi ketokonazol; menurunkan absorpsi glikosida jantung; menurunkan absorpsi tiroksin
E. Rebamipide
Indikasi Ulkus gaster dalam kombinasi dengan penghambat pompa proton,
antikolinergik atau antagonis H2, gastritis
Faktor Resiko Kehamilan -
Kontraindikasi Reaksi hipersensitivitas
Efek samping Konstipasi, abdomen terasa membesar
Dosis 1 tab 3x/hari
20 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems dengan Kajian terhadap
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 termasuk penelitian non eksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Metode
pengumpulan data dengan cara observasi pasien, melihat medical record pasien,
wawancara pasien serta tenaga kesehatan. Penelitian non eksperimental
merupakan penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri
(variabel) subyek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi atau
intervensi peneliti (Notoatmojo, 1993).
Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama mendapatkan
perawatan di rumah sakit dengan melihat lembar catatan mediknya dan saat pasien
keluar dari rumah sakit yaitu dilakukan dengan home visit selama periode Agustus
2008.
B. Definisi Operasional
1. masalah utama yang dimaksud disini adalah hal yang merupakan penyebab
utama terjadinya Medication Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy
2. drug therapy problems merupakan setiap masalah yang ditemukan selama
masa pengobatan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi yang
meliputi dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, efek samping obat dan
interaksi obat, butuh tambahan obat, ada obat tanpa indikasi, kepatuhan pasien
(Cippole and Strand, 2004)
3. fase administrasi merupakan suatu fase pada waktu obat diberikan dan
kemudian digunakan oleh pasien di RS Bethesda Yogyakarta
4. medication errors yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap kejadian
berupa kesalahan dalam proses pengobatan yang tidak disengaja dan
sebenarnya dapat dicegah oleh tenaga kesehatan
5. obat antasida dan antiulserasi yang dimaksud disini adalah obat golongan
antasida dan antiulserasi berdasarkan formularium RS Bethesda periode
Agustus 2008
6. periode penelitian dimulai dari tanggal 4 Agustus s.d. 31 Agustus 2008
7. karakteristik subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap
Kelas III Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus 2008 yang menerima resep
obat golongan antasida dan antiulserasi non infeksi
8. karakteristik pasien meliputi distribusi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, diagnosis dan penyakit
9. karakteristik peresepan obat meliputi unsur jumlah obat, jenis obat, bentuk
sediaan obat, aturan pemakaian obat (kekuatan, frekuensi pemberian, durasi
10.evaluasi DTP dalam penelitian ini berdasarkan sumber referensi Drug
Information Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, dan Lance, 2006), MIMS
ed. 7 (Anonim, 2007), British National Formulary (Anonim, 2004)
11.home visit adalah pengamatan penggunaan obat dan kondisi pasien setelah
keluar dari rumah sakit tanpa melakukan intervensi, dilakukan pada pasien
yang menyetujui informed consent.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan merupakan variabel independent
yaitu masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya ME fase administrasi dan
DTP. Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan tim sehingga antar anggota tim
dapat terjadi bias pada saat mengambil data.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan pasien rawat inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 yang menggunakan obat golongan antasida dan
antiulserasi. Kriteria inklusi subyek penelitian adalah pasien wanita dan pria
berumur ≥ 17 tahun, dirawat inap di bangsal kelas III RS Bethesda Periode
Agustus 2008 yang menerima obat antasida dan atau antiulserasi non infeksi.
Kriteria eksklusi subyek penelitian ini adalah pasien yang tidak bersedia
bekerjasama, pasien yang meninggal dunia selama periode Agustus 2008, pasien
yang bukan berasal dari bangsal kelas III, dan pasien yang tidak menggunakan
Berdasarkan data yang didapat di bangsal dewasa kelas III ruang B, C,
D, E, F, H, J selama periode Agustus 2008, obat golongan antasida dan atau
antiulserasi digunakan pada 36 pasien dengan pembatasan mengacu pada kriteria
inklusi dan eksklusi penelitian.
Pasien home visit adalah pasien yang rawat inap yang keluar dalam
periode Agustus 2008, yang bersedia untuk dikunjungi, dan mengisi form
pemakaian obat. Persetujuan pasien ini ditandai dengan menandatangani informed
consent.
Subyek wawancara selain pasien, juga meliputi dokter, perawat, dan
apoteker (untuk yang home visit, keluarga pasien ikut menjadi subyek
wawancara).
E. Bahan Penelitian
Bahan penelitian meliputi lembar catatan medis, lembar Daftar
Pemberian Obat (DPO). Data yang digunakan dari catatan medik ini adalah data
mengenai kondisi klinis pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, diagnosis
keperawatan, instruksi dokter. Hasil wawancara dengan pasien, perawat, apoteker,
dan dokter, digunakan juga sebagai bahan penelitian.
F. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bangsal dewasa kelas III, ruang B, C, D, E, F, H,
dan J Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Selain di rumah sakit, penelitian juga
sudah menerima form pemakaian obat yang seharusnya diisi setiap hari oleh
pasien atau keluarga pasien.
G. Tata Cara Pengumpulan Data
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Error dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi) dilakukan dengan mengamati profil terapi kasus yang
menerima obat golongan antasida dan antiulserasi, kejadian ME fase administrasi
pada kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi, kejadian DTP
pada kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi, dan akhirnya
ditarik kesimpulan mengenai masalah utama yang menyebabkan terjadinya ME
fase administrasi dan DTP.
Pada penelitian ini, evaluasi dilakukan pada 36 kasus yang menerima
obat golongan antasida dan antiulserasi yang dirawat di bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta serta 5 kasus home visit yang menerima obat golongan
antasida dan antiulserasi.
1. Tahap orientasi
Tahap ini diawali pemaparan alur kerja penelitian kepada pihak Rumah
sakit Bethesda Yogyakarta, yang meliputi apoteker, dan dokter. Setelah itu,
dilakukan pencarian informasi mengenai penggunaan obat golongan antasida dan
antiulser di Bangsal Rawat Inap Kelas III, dan juga informasi mengenai teknik
Bethesda. Tahap orientasi ini dilakukan selama satu minggu. Pada tahap orientasi
juga dilakukan validasi bahasa sebanyak 2 kali, dengan subyek wawancara 10-18
orang, yang terdiri dari dokter, perawat, apoteker, dan pasien.
2. Tahap pengambilan data
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada
pasien dan medical record pasien tersebut. Penelitian ini merupakan proyek
payung yang terdiri dari 9 anggota yang memiliki bahasan golongan obat yang
berbeda sehingga pengambilan data dilakukan secara kolektif terhadap
ke-sembilan jenis golongan obat terlebih dahulu.
Data yang dikumpulkan meliputi identitas, lama tinggal di rumah sakit,
riwayat penyakit, riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan; data medis berupa
diagnosis dan terapi, dan data laboratorium (Rovers, et.al., 2003, Tietze, 2004).
Kemudian dari data yang didapat ini, dispesifikkan lagi berdasarkan bahasan
golongan obat masing-masing. Penelitian mengenai obat golongan antasida dan
antiulserasi mendapatkan 36 kasus. Selain berinteraksi dengan pasien, interaksi
juga dilakukan dengan perawat, apoteker, dan dokter jika dibutuhkan untuk
mendapatkan informasi yang lebih jelas.
b. Tahap wawancara
Pada proses ini dilakukan wawancara terstruktur terhadap pasien, dokter,
perawat, dan apoteker; sedangkan pada saat home visit dilakukan wawancara
terhadap pasien, dan juga keluarga pasien tersebut. Dalam penelitian ini tidak
hasil wawancara digunakan sebagai data penunjang untuk membantu
mendeskripsikan hasil penelitian.
3. Tahap penyelesaian data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh sebanyak 36 kasus, dievaluasi dengan
menggunakan referensi Drug Information Handbook (Lacy, et.al., 2006), MIMS
Petunjuk Konsultasi ed.7 (Anonim, 2007), Informatorium Obat Nasional
Indonesia (Anonim, 2000). Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tabel golongan
obat, data laboratorium, tanda vital, waktu penggunaan obat, dosis dan cara pakai,
serta nama obat yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta yang menerima obat antasida dan antiulser. Data yang telah diolah ini
akan digunakan dalam menganalisis kemungkinan terjadinya Medication Errors
Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada pasien pengguna obat
golongan antasida dan antiulser.
b. Evaluasi data
Evaluasi ME fase administrasi dan DTP berdasarkan sumber referensi
Drug Information Handbook (Lacy, et.al., 2006), MIMS ed. 7 (Anonim, 2007),
British National Formulary (Anonim, 2004).
H.Tata Cara Analisis Hasil
Analisis data dilakukan dengan bantuan tabel secara evaluatif:
1. kasus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dewasa (17 tahun s.d
dengan cara membagi antara jumlah pasien pada tiap kelompok umur per
jumlah pasien yang mendapatkan obat golongan antasida dan atau antiulser,
dikalikan 100%.
2. kasus dibagi berdasarkan persentase jenis obat golongan antasida dan atau
antiulser dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok dibagi
jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%
3. kasus dibagi berdasarkan persentase antara kelompok jenis kelamin pria
dengan kelompok jenis kelamin wanita. Perhitungan dilakukan dengan cara
membagi antara jumlah pasien pada tiap kelompok jenis kelamin per jumlah
pasien pengguna obat golongan antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%
4. kasus dengan pembagian persentase berdasarkan tingkat pendidikan,
dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien pada tingkat pendidikan
dibagi dengan jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dengan
menggunakan obat golongan antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%
5. kasus dengan pembagian persentase berdasarkan jenis penyakit, dilakukan
dengan cara menghitung jumlah kasus tiap kelompok dibagi dengan jumlah
total kasus pengguna obat antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%
6. kasus dengan pembagian persentase berdasarkan jumlah obat, dilakukan
dengan cara menghitung jumlah obat yang digunakan tiap pasien dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang dirawat dikalikan 100%.
7. kasus dibagi berdasarkan persentase perbedaan jenis pekerjaan, perhitungan
jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dan menggunakan obat golongan
antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%.
8. persentase kasus berdasarkan diagnosis. Kasus diagnosis yang sama
dikelompokkan, yang kemudian tiap kelompok dibagi dengan jumlah total
kasus, dikali 100%.
9. persentase berdasarkan aturan pakai, rute pemberian, dosis dilakukan dengan
dengan cara menghitung jumlah kasus yang ditemukan pada tiap kelompok
dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
10.persentase kasusberdasarkan terjadinya ME, dihitung dengan cara ME yang
sama dikelompokkan, yang kemudian tiap kelompok dibagi dengan jumlah
total kasus, dikali 100%.
11.persentase kasus berdasarkan terjadinya DTP, dihitung dengan cara DTP
yang sama dikelompokkan, yang kemudian tiap kelompok dibagi dengan
jumlah total kasus, dikali 100%.
I. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang dialami selama pengambilan data, adalah sulitnya
membaca lembar catatan medik, baik yang ditulis perawat, maupun oleh dokter.
Selain itu, peneliti kesulitan ketika harus mendeskripsikan, dan juga mengolah
data yang didapat supaya dapat menganalisis data, dan menghasilkan kesimpulan
29
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors fase administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat
Golongan Antasida dan Antiulser) dilakukan selama periode Agustus 2008
mendapatkan 36 pasien yang menggunakan obat antasida dan atau antiulser.
Hasil dan pembahasan penelitian ini akan dibagi menjadi 6 bagian.
Bagian pertama membahas profil pasien yang menggunakan obat antasida dan
atau antiulser di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Bagian
kedua membahas profil peresepan obat antasida dan antiulser pada pasien di
bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Bagian ketiga membahas
kejadian ME fase admisnistrasi pada pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Bagian keempat membahas DTP di bangsal kelas III
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang menggunakan obat antasida dan
antiulser. Bagian kelima mengevaluasi masalah utama terjadinya ME fase
administrasi dan DTP pada pasien pengguna obat antasida dan antiulser di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda periode Agustus 2008. Bagian keenam merupakan
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
Profil kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang
menerima obat golongan antasida dan antiulserasi periode Agustus 2008 dapat
dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, diagnosis
utama, dan pekerjaan.
1. Berdasarkan umur
Kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat
dikelompokkan berdasarkan golongan umurnya, yaitu pasien berusia 17-64 tahun
dan pasien berusia ≥ 65 tahun. Berdasarkan gambar 3, terdapat 26 kasus (72%)
yang berumur 17-64 tahun, dan 10 kasus (28%) yang berumur ≥ 65 tahun.
Pengelompokkan berdasarkan golongan umur ini hanya digunakan untuk
menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antasida dan
antiulserasi di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008.
Obat antiulserasi banyak digunakan oleh golongan usia produktif dibandingkan
pada penderita golongan usia lansia. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
obat antiulserasi banyak digunakan golongan usia dewasa adalah adanya faktor
stress yang berhubungan dengan pekerjaan dan kewajiban keluarga (Hasanah,
Gambar 3. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008 berdasarkan Golongan Umur. 2. Berdasarkan jenis kelamin
Kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu pasien laki-laki dan pasien
perempuan. Seperti yang terlihat pada gambar 4, terdapat 18 kasus (50%) yang
berjenis kelamin laki-laki, dan 18 kasus (50%) yang berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan pustaka, pengguna antipeptik ulser lebih banyak laki-laki
dibandingkan perempuan (Hasanah, 2007).
Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin ini hanya digunakan untuk
menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antasida dan
antiulserasi di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus
2008.
72% 28%
PERSENTASE KASUS YANG MENERIMA OBAT GOLONGAN
ANTASIDA DAN ANTIULSER BERDASARKAN GOLONGAN UMUR
r 4. Persent erasi di Ba Ag asarkan pen Kasus yang
kelas III R
okkan berda
LTA, dan a
kasus (20%
20%) yang
rupakan ma
ang tidak t
n terakhir in
a obat golo
Yogyakarta
tase Kasus angsal dewa
ni hanya di
ongan anta
a periode Ag PERS asa kelas II 8 berdasark erakhir
obat golong
sda Yogya
ndidikan tera
niversitas. S
um/tidak ta
P, 8 kasus (
uatu akadem
eterangan. P
gunakan un
asida dan a
gustus 2008 II RS Bethe kan Jenis K
gan antasida
a dan antiul
ode Agust
u belum/tida
ng terlihat p
kasus (11%
g lulus SLTA
tas, serta t
okkan berd
n Antasida akarta Peri
lserasi di ba
tus 2008
ak tamat SD
pada gamb
%) yang lulu
A, 3 kasus
erdapat 7 k
dasarkan tin
profil kasus
r 5. Persent erasi di Ban
Agust asarkan dia Kasus yang
kelas III R
okkan berd
elihat diagn
pokkan be
an diagnosi
nosis, kasu
ang terlihat
alah kasus d
22 tus 2008 be agnosis utam
menerima
RS Bethes
asarkan jen
nosis yang d
erdasarkan
s ini dapat d
s dengan d
dalam tabe
dengan satu
2% asa kelas II
erdasarkan
itnya. Jenis
oleh dokter
terlebih
jadi tiga kel
sis, dan ka
a dan antiul
ode Agust
penyakit d
r. Oleh seba
dahulu. P
lompok, ya
asus dengan
a kasus yan
nyak 29 kasu ENERIMA
A DAN NDIDIKAN
Belum/tidak ta SD
SLTP SLTA
Akademi/Univ Tanpa Keteran
n Antasida akarta Peri
ir
lserasi di ba
tus 2008
dapat ditent
ab itu diper
Pengelompo
itu kasus de
n tiga diagn
ng paling ba
Tabel IV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 berdasarkan Diagnosis
No. Diagnosis Jumlah kasus
n = 36 Dengan 1 diagnosis
1. Abdominal pain 1
2. Adeno Ca Colon 1
3. Aritmia konals-fibrilasi 1
4. Asma 1
5. Cedera kepala 1
6. Centusio cerebri 1
7. Cervical mass 1
8. Cholesystitis 1
9. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) 2
10. Cirrosis Hepatica (CH) Decompensata 1
11. Cord Pulmonar Cronic (CPC) Decompensata 1
12. Diabetes Melitus 2
13 Dispepsia 1
14. Epidural hemiperfusi 1
15. Gastroentritis Akut 2
16. Hepatitis B 1
17. Hipertensi 1
18. Neuropati Diabetes Melitus 1
19. Obstruksi Cephalgia ditandai dengan psikosomatis 1
20. Oedem cerebri 1
21. Pneumonia 1
22. Pyleum S 1
23. Sirosis hati 1
24. Syok kardiogenik 1
25. Trauma capitis 1
26. Uretrolithiasis Dekstra 1
Dengan 2 diagnosis
27. Chronic Obstructive Pulmonary Disease, broncopneumonia 1
28. Fraktur cruris, fraktur costae 1
29. Obs. Febris, dyspnea 1
30. Peritonitis umum, appendititis akut perforate 1
31. Vomitas, ganggren diabetic 1
Dengan 3 diagnosis
32. Abd.pain, Apendititis akut, Infeksi Saluran Kemih (ISK) 1