• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada akne memerlukan anamnesis yang cermat. Hal ini untuk menemukan faktor-faktor aknegenik sehingga dapat dihindari atau yang lebih serius menemukan kelainan endokrin (Stawiski, 2012). Sedangkan Widjaja (2013)menuliskan penatalaksanaan akne sebagai berikut :

A.Nasehat umum dan dorongan mental a. Penjelasan

Penderita harus diterangkan bahwa :

- Akne disebabkan oleh tipe kulit dan perubahan hormon pada masa pubertas, yang menyebabkan timbulnya sebore dan bertambahnya produksi bahan tanduk di dalam saluran kelenjar palit karena reaksi kelenjar palit yang berlebihan terhadap kadar hormon seks yang normal. - Sifat akne adalah kumat-kumatan, artinya kita hanya dapat mengurangi danmengontrol aknenya bukan menyembuhkannya.

- Pengobatan akne didasarkan pada tipe, derajat, dan lokalisasi. Pengobatan membutuhkan waktu lama dan kemungkinan disertai dengan efek samping.

- Pada umumnya penderita akne berespon terhadap pengobatan yang diberikanyaitu sebesar 92%.

b. Perawatan

- Perawatan kulit muka: pemakaian sabun bakteriostatik tidak dianjurkan, bahkan pemakaian sabun berlebihan bersifat aknegenik dan dapat menyebabkan akne bertambah berat. Menurut Plewig dan Kligman bahwa kurangnya mencuci muka tidak terbukti akan memperberat akne atau sebaliknya. Mencuci muka hanya akan menghilangkan lemak di permukaan kulit tetapi, tidak berpengaruh terhadap lemak yang ada di dalam folikel.

- Perawatan kulit kepala dan rambut: walaupun menurut beberapa pengarang bahwa ketombe dan dermatitis seboroik lebih banyak dijumpai pada penderita akne, penyelidikan Plewig dan Kligman gagal membuktikan hal tersebut. Pemakaian shampoo yang mengandung obat untuk penderita akne dengan ketombe, sebaiknya dilarang sebab dapt memperberat akne.

- Kosmetika dan bahan lain: bahan-bahan yang bersifat aknegenik akan membentuk komedo lebih cepat dan lebih banyak pada penderita akne, sehingga sangat dianjurkan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian kosmetik tebal dan hanya memakai kosmetik ringan, yang tidak mengandung minyak dan obat.

- Diet: efek makanan terhadap akne masih diragukan oleh banyak penyelidik, diet khusus pun tak dianjurkan.

- Emosi dan faktor psikosomatis: pada orang-orang yang memiliki predisposisi akne, stres dan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Memegang, memijit dan menggosok akne tidak dianjurkan sebab dapat menyebabkan keadaan yang disebut “akne mekanika”.

B. Obat-obatan

Ada tiga hal penting pada pengobatan akne yaitu untuk:

a. Mencegah timbulnya komedo: dipakai bahan-bahan pengelupas kulit.Untuk mencegah pecahnya mikrokomedo atau meringankan lesi peradangan dapat diberikan antibiotik.

b. Mempercepat lesi beradang: dapat diberikan iritan fisik seperti CO2 padat, sinar ultra violet atau iritan kimiawi seperti sulfur, resorsinol, asam salisilat dan lain-lain. Hal ini dikarenakan iritan baik fisik maupun kimiawi dapat menambah aliran darah sehingga mempercepat regresi lesi yang beradang, karena dapat mempercepat hilangnya mediator radang dan bahan toksik.

c. Penanganan akne membutuhkan waktu yang lama. Pada penderita akne ringan cukup dengan obat topikal, namun penderita akne sedang-berat membutuhkan obat topikal dan oral. Penderita juga mungkin membutuhkan antibiotik oral secara berkala selama 6 bulan, sedangkan terapi topikal diperlukan selama perjalanan penyakit.

I. Pengobatan topikal a. Retinoid topikal

Retinoid adalah turunan vitamin A yang terutama digunakan pada penanganan akne.Asam vitamin A lain adalah tretinoin, airol, dan lain-lain. Senyawa ini bekerja menipiskan dan melonggarkan lapisan tanduk sehingga mengikis ringan sel-sel permukaan dan menghambat produksi keratin. Karena keratolisis ini dan kerja mitosis kulit, maka komedo yang terbukaakan didorong keluar dan komedo tertutup jadi terbuka. Obat ini digunakan secara topikal dalam sediaan dengan konsentrasi 0,02-0,1%. Efek samping obat ini berupa tanda-tanda radang (Mutschler, 2010).

b. Benzoil Peroksida

Benzoil peroksida bekerja sebagai anti bakteri, yang terutama mengenai bakteri anaerob termasuk P.acnes. Disamping itu ia juga menimbulkan reaksi radang pada kutis sehingga terjadi perluasan lapisan spinosum diikuti pembentukan sisik, dengan ini peroksida bekerja sebagai komedolitik. Sama halnya dengan retinoid, obat ini menimbulkan iritasi lokal berupa rasa terbakar dan rasa gatal pada kulit(Mutschler, 2010).

c. Antibiotik Topikal

Klindamisin, eritromisin, dan tetrasiklin adalah antibiotik yang sering dipakai dalam mengatasi akne dengan lesi papul dan pustul. Biasa digunakan pada pagi hari, atau malam hari dikombinasikan dengan retinoid atau peroksida (Stawiski, 2012).

d. Asam azeleik

Obat ini memiliki efek yang sama dengan benzoil peroksida, eritromisin topikal, asam-asam vitamin A, dan tetrasiklin oral. Memiliki sifat iritasi yang lebih kecil dan dapat ditolerir dengan baik (Widjaja, 2013).

II. Pengobatan oral a. Antibiotik oral

Antibiotik sistemik tetap merupakan terapi utama untuk akne papular dan pustular. Pasien biasanya diberi tetrasiklin, eritromisin, dan minosiklin. Antibiotik bekerja langsung pada P.acnes. Penggunaan tetrasiklin jangka panjang telah dibuktikan cukup aman. Tetrasiklin tidak diberikan pada wanita hamil karena menimbulkan warna kuning yang permanen pada gigi bayi baru lahir. Obat ini juga tidak diberikan pada wanita dengan kontrasepei oral karena akan mengurangi keefektifan obat kontraspsi. Minosiklin merupakan antibiotik paling efektif untuk akne namun, lebih mahal dibanding tetrasiklin dan pada dosis yang lebih tinggi menimbulkan pusing dan menimbulkan perubahan warna kulit menjadi kebiruan. Sedangkan eritromisin kurang efektif dalam mengobati akne (Stawiski, 2012).

b. Hormon

Hormon utama penyebab meningkatnya produksi sebum adalah dihidrotestosteron, yang dikonversikan menjadi testosteron di dalam kelenjar minyak oleh enzim 5-alphareduktase, sehingga pengobatan akne

dapat pula difokuskan dengan menggunakan antiandrogen, estrogen dan pil kontrasepsi (Widjaja, 2013).

c. Isotretinoin

Isotretinoin merupakan metabolit dari vitamin A, obat ini diindikasikan pada akne yang berat. Walaupun obat ini efektif dalam pengobatan akne namun penggunaannya harus dibatasi karena dapat memberikan efek samping berupa radang bibir yang hampir selalu ada, pengeringan kulit dan mukosa, gatal-gatal, danbersifat teratogenik sehingga tidak baik digunakan pada ibu hamil (Mutschler, 2010). Isotretinoin juga dapat menyebabkan depresi dan yang lebih jarang berupa keinginan untuk bunuh diri. Obat ini harus segera dihentikan bila dijumpai adanya depresi (Stawiski, 2012).

C. Tindakan khusus

a. Ekstraksi komedo

b. Suntikan kortikosteroid intralesi c. Terapi cahaya

2.3.Perilaku

Dokumen terkait