• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCABUTAN DAN PEMBEBASAN HAK ATAS TANAH

Dalam dokumen CIC Hukum Agraria sari kuliah (Halaman 37-42)

• Terjadi apabila cara lain untuk memindahkan hak atas tanah tidak mungkin dilakukan sedangkan pihak yang memerlukan tanah telah mendapat persetujuan dari instansi berwenang, sangat memerlukan tanah.

Definisi

• Pencabutan hak atas tanah adalah pengambilan tanah kepunyaan suatu pihak oleh negara secara paksa, yang mengakibatkan hak atas tanah menjadi hapus, tanpa yang bersangkutan melakukan suatu pelanggaran atau cacat dalam memenuhi suatu kewajiban hukum.

Akibat

• Akibat pencabutan/pembebasan hak atas tanah adalah bahwa hak atas tanah dari si empunya menjadi hapus.

Dasar Hukum • Antara lain :

- UUPA pasal 18,

- UU No. 20 Tahun 1961,

- Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1973, - Inpres No. 9 Tahun 1973.

Syarat

• Antara lain : (menurut UU No. 20 Tahun 1961 jo pasal 18 UUPA) 1. Kepentingan umum,

2. Merupakan cara terakhir untuk memperoleh tanah yang dibutuhkan, setelah menempuh cara musyawarah dengan empunya tidak dapat membawa hasil yang Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005

Campus in Compact – Hukum Agraria

diharapkan,

3. Memberi ganti kerugian yang layak kepada pemegang hak, 4. Dilakukan menurut cara yang diatur oleh UU,

5. Pemindahan hak menurut cara biasa tidak mungkin lagi dilakukan,

6. Tidak mungkin memperoleh tanah di tempat lain untuk keperluan tersebut. • Yang dimaksud dengan kepentingan umum:

(menurut Inpres No. 9 Tahun 1973) 1. Pertahanan,

2. PU,

3. Perlengkapan umum, 4. Jasa umum,

5. Keagamaan,

6. Ilmu pengetahuan dan seni budaya. 7. Kesehatan,

8. Olah raga,

9. Keselamatan umum terhadap bencana alam, 10. Kesejahteraan sosial,

11. Makam,

12. Pariwisata dan rekreasi,

13. Usaha-usaha ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan umum, misal:

o Kegiatan pembangunan perumahan dan pemukiman,

o Kegiatan pertambangan,

o Kegiatan pembangunan jaringan transmisi PLN, dsb.

• Pasal 1 (3) Inpres No. 9 Tahun 1973; Presiden dapat memberikan pertimbangan positif dan negatif, dan memberikan solusi.

• Yang berwenang melakukan pencabutan hak atas tanah adalah; Presiden setelah mendengar pertimbangan Mendagri (segi politik), Men. Kehakiman (segi hukum), menteri yang bidang tugasnya meliputi usaha yang meminta dilakukannya pencabutan bak itu (segi fungsi bahwa benar-benar diperlukan secara mutlak dan tidak dapat diperoleh di tempat lain).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Agraria

Acara Pencabutan Hak atas Tanah • Meliputi:

1. Acara biasa, 2. Acara luar biasa.

Ad l): Acara biasa

• Permohonan pencabutan hak kepada Presiden melalui perantaraan Mendagri/Menag atau melalui Gubemur, dengan disertai keterangan mengenai:

a. Rencana peruntukkan beserta alasan-alasannya. b. Data fisik tanah yang bersangkutan.

c. Rencana penampungan pihak yang terkena pencabutan.

• Penguasaan atas tanah yang dimohonkan untuk dicabut baru dapat dilaksanakan setelah diperoleh SK Presiden.

Ad 2): Acara luar biasa

• Ditempuh karena mendesak, contoh; dimana terjadi wabah, bencana alam yang memerlukan penampungan para korban dengan segera.

• Kasus:

Dalam Kepmen AG. Tanggal 22 Januari 1962 dimuat dalam tambahan LN No. 2394, yang memberi perkenan kepada Gubernur DKI untuk menguasai dengan segera tanah dan bangunan untuk pembangunan proyek senen dan penampungan mereka di daerah Cempaka Putih. Permohonan disampaikan tanpa taksiran ganti rugi. Akibat pencabutan hak: Hak atas tanah hapus menjadi tanah negara, selanjutnya dicatat oleh Kepala KPT dalam buku tanah dan sertifikatnya.

Pembebasan Hak atas Tanah

• Adalah melepaskan hubungan yang semula diantara pemegang hak/penguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi.

• Perbedaannya dengan pelepasan hak adalah bahwa pembebasan hak atas tanah tidak diatur secara tegas dalam UUPA, sedangkan pembebasan hak atas tanah dapat terjadi karena:

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Agraria

- Pasal 27 (hak milik) dimana tanahnya jatuh pada negara dan penyerahannya secara sukarela oleh pemiliknya,

- Pasal 34 (HGU) dan pasal 40 (HGB), dimana dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir.

• Pembebasan tanah oleh pihak swasta adalah akibat adanya penetapan bentuk-bentuk kegiatan yang termasuk sebagai kegiatan untuk kepentingan umum.

Pengadaan Tanah

• Dasar Hukumnya; Keppres No. 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

• Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut (ada pelepasan/ penyerahan hak).

• Keppres No. 55 Tahun 1993 mencabut:

1. PMDN No. 15 tahun 1975 Tentang Tata Cara Pembebasan Tanah, 2. PMDN No.2 Tahun l976,

3. PMDN No. 2 Tahun 1985.

• Setelah menerima ganti kerugian dibuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

• Pelepasan/penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukmn antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.

• Ganti kerugian diberikan untuk: 1. Hak atas tanah,

2. Bangunan, 3. Tanaman,

4. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. • Bentuk ganti kerugian:

1. Uang,

2. Tanah pengganti,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Agraria

40 3. Pemukiman kembali,

4. Gabungan a, b dan c, 5. Bentuk lain yang disetujui.

• Tugas panitia pengadaan tanah antara lain :

1. Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian,

2. Mengadakan musyawarah mengenai besarnya ganti kerugian.

• Keberatan atas ganti kerugian diajukan ke Gubernur (Gubernur dapat mengukuhkan atau mengubah putusan panitia). Jika tidak disetujui maka dilakukan proses pencabutan hak (pasal 18 UUPA jo. UU No. 20 Tahun 1961).

• Pengadaan tanah harus memenuhi 2 aspek secara sekaligus, yaitu: 1. Perlindungan hak rakyat,

2. Pemenuhan tuntutan pembangunan,

Memaksa orang lain untuk menyerahkan hak atas tanahnya pada dasarnya merupakan pelecehan hak yang tidak seharusnya terjadi. Sebagai landasan bagi pemerintah untuk mengatasi berbagai kesulitan pertanahan.

• Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 : pengadaan tanah hanya dilakukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

• Kepentingan umum menurut Keppres No. 55 Tahun 1993: 1. Jalan umum, saluran pembuangan air,

2. Waduk, bendungan, 3. Rumah sakit, 4. Pelabuhan, bandara, 5. Peribadatan, 6. Pendidikan, 7. Pasar umum, 8. Pemakaman,

9. Fasilitas keselamatan umum, pos dan telekomunikasi, 10. Sarana olah raga,

11. Stasiun TV, Stasiun radio, beserta sarana pendukungnya, 12. Kantor pemerintah,

13. Fasilitas ABRI.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Agraria

• Menurut PMDN No.15 Tahun 1975 : pembebasan tanah dapat dilakukan terhadap segala macam bentuk pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum maupun tidak bahkan juga berlaku bagi pihak swasta yang kemudian diatur secara khusus berdasarkan PMDN No. 2 Tahun 1976.

• Kalau bukan untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, dilakukan melalui cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

• Apabila pihak swasta membutuhkan tanah maka dilakukan secara langsung dengan pemilik tanah atas dasar musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Dalam hal ini maka dibentuk tim pemerintah sebagai: (diatur dalam pasal 6, 7, 8 Keppres No. 55 Tahun 1993), yaitu :

- Pengawas,

- Pengendali untuk mencegah ekses-ekses negatif yang dapat merugikan kedua belah pihak.

Dalam dokumen CIC Hukum Agraria sari kuliah (Halaman 37-42)

Dokumen terkait