• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

F. Mata Pencaharian

84

pada level tidak tamat pendidikan dasar 18.32% dan pendidikan menengah

SLTP dan SLTA 50.65%. sementara yang dapat menikmati pendidikan di

perguruan tinggi hanya 20%. Dari data di table, diketemukan fakta yang

menarik yaitu jumlah laki-laki terdidik prosentasenya lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan, dalam prosentasenya laki-laki terdidik

sebesar 48.37% sedangkan perempuan 41.31%

F. Mata Pencaharian

Secara umum mata pencaharian warga desa pabian dapat

terindetifikasi ke dalam beberapa bidang pencaharian seperti petani, buruh

tani, pegawai Negri Sipil (PNS), karyawan swasta, perdagangan, pensiunan,

transportasi, konstruksi, buruh harian lepas, guru, nelayan, wiraswasta yang

secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan konstribiusi

terhadap perkembangan prekonomian masyarakat desa Pabian.

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada table4.

No Macam Pekerjaan L P Jumlah Prosentase dari

Jumlah Total

Penduduk

1 Petani/Pekebun 329 186 415 7.775

85 3 Pegawai Negeri Sipil 214 89 303 5.86% 4 Karyawan Swasta 134 65 199 3.73% 5 Perdagangan 89 68 157 2.94% 6 Pensiunan 2 7 9 0.17% 7 Transportasi 37 0 37 0.69% 8 Konstruksi 30 0 30 0.56% 9 Buruh Harian Lepas 29 0 29 0.54% 10 Guru 127 313 440 8.24% 11 Perikanan 3 0 3 0.06% 12 Wiraswasta 122 27 149 2.79% 13 Pedagang 71 56 127 2.38% Jumlah 1189 812 1901 35.61%

Sumber: Data survey potensi ekonomi Desa Pabian 2018

Berdasarkan data diatas tersebut terindetifikasi, di Desa Pabian

86

jumlah tersebut kehidupan penduduk yang bergantung pada sector

pertanian yaitu 7.77% dari jumlah total penduduk dan tenaga pengajar

yaitu 8.24%. jumlah ini terdiri dari petaniterbanyak dengan 24.13% dari

jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau 17.98% dari jumlah

total penduduk. Selain sector ,ata pencaharian yang diusahakan sendiri,

penduduk desa Pabian ada yang bekerja sebagai aparatur pemerintah,

pegawai perusahaan swasta yang merupakan alternative pekerjaan selain

sector pertanian.

G. Profil Informan 1. Akh. Madani

Bapak Madani adalah kepala desa di desa Pabian selama dua

periode berturut-turut. Sosoknya yang penuh wibawa dan kharismatik

membuat mayoritas masyarakat desa Pabian tetap memilihnya sebagai

kepala desa di periode berikutnya. Meskipun beragama Islam, sebagai

kepala desa Bapak Madani selalu berusaha untuk tetap adil dan bijaksana

terhadap warganya yang di dalamnya bukan hanya beragama Islam, tapi

juga Kristen dan Konghucu. Beliau melayani warga-warganya yang plural

ini dengan sama rata, tanpa memandang agamanya apa.

Di setiap kegiatan keagamaan yang diadakan oleh masing-masing

agama, khususnya yang berbeda agama dengan beliau, beliau selalu

menyempatkan hadir dan bersumbangsih dalam acara-acara keagamaan

87

melakukan seperti itu, karena memang dari kecil sudah hidup di desa

Pabian ini.

Bapak Madani sering mejadi penengah di saat ada konflik dan

menyelesaikan masalah dengan baik tidak mandang bulu baik bagi yang

beragama Islam ataupun yang beragama selain agama Islam, menurutnya

selaku kepala Desa harus netral dan tidak boleh memihak siapupun agar

tercipta suasana yang kondusif

2. Maryanto

Maryanto tinggal di desa Pabian selama kurang lebih 35 tahun.

Beliau aslinya berasal dari desa Parsangah, desa yang tidak terlalu jauh

dengan desa Pabian. Beliau menetap di desa Pabian setelah menikah

dengan istrinya yang kebetulan berasal dari desa Pabian.

Maryanto adalah salah satu warga desa Pabian yang beragama

Islam. Beliau adalah salah satu pengurus aktif di masjid Baiturrahman.

Masjid tersebut berdiri berdampingan dengan Klenteng dan Gereja di desa

Pabian. Sebelum menjadi pengurus masjid, bapak Maryanto dulunya

pernah menjabat sebagai pegawai Pemda Sumenep.

Sebagai pengurus masjid Baiturrahman, Bapak Maryanto sangat

akrab dengan orang-orang yang mengurusi Klenteng dan Gereja.

Sehingga, beliau seringkali ikut bantu-bantu dalam setiap acara yang

diadakan di Klenteng maupun Gereja.

Bapak Maryanto mempunyai seorang anak yang disekolahkan di

88

berbaur dengan semua warga lebih-lebih pada saat jam sekolah Bapak

Maryanto bedrkumpul bersama dengan warga umat Katolik yang anaknya

juga disekolahkan di SDK.

3. Moh. Luthfi

Moh. Lutfi adalah salah satu warga desa Pabian lulusan SMA II

Sumenep yang rumahnya berdekatan dengan Masjid, Klenteng dan Gereja.

Moh. Lutfi merupakan salah satu warga yang rajin shalat berjamaah di

masjid Baiturrahman. Seusai shalat, biasanya dia duduk santai sambil

ngobrol bersama orang-orang yang kebetulan datang ke Gereja dan

Klenteng.

Moh. Luthfi memiliki usaha warung nasi. Orrang-orang yang

beragama Katolik dan Konghucu sering makan dan membeli nasi di

warung tersebut sambil lalu mempersiapkan nasi Moh. Luthfi dan warga

trsebut mengobrol seputar kehidupan sehari-hari yag terkadang membahs

masalah bisnis.

Dalam kehidupan seharinya Moh. Luthfi akrab bersama

teman-teman yang berbeda agama, keakraban tersebut dimulai sejak dia berada di

pendidikan SMA. terkadang Moh. Luthfi bersilaturrahmi kerumah

temannya yang berbeda agama.

Bagi Moh. Luthfi toleransi kepada golongan nonmuslim hanya

terbatas pada masalah-masalah duniawi, seperti kerjasama dalam bidang

89

dengan keduniaan. Adapun yang berkaitan dengan masalah aqidah dan

ibadah harus sesuai dengan agamanya masing-masing.

Meskipun dalam kesehariannya Moh. Luthfi Bergaul dengan bnyak

teman yang berbeda agama tapi dia tidak melupakan ajaran agama sendiri

yakni agam islam yang dipeluknya karena toleransi juga tidak arus

mengorbankan agama sendiri demi agama orang lain.

4. Bapak Fuji

Fuji adalah seorang Romo di Gereja Katolik Maria Gunung Karmel

Sumenep. Ia bertugas sebagai imam di Gereja di desa Pabian. Sebelum

bertugas di Sumenep, beliau pernah memimpin Jamaat di Malang dan

Yogyakarta. Saat ini beliau menempati sebuah rumah yang berada di

antara Gereja Maria Gunung Karmel dan Klenteng Pao Sian Lin Kong.

Dalam kehidupan seharinya romo fuji tinggal dilingkunagn sekolah

SDK yang berada disamping gereje Gunung Karmel, terkadang apabila

ada undangan dari masyrakat setempat Romo fuji mendatangi dan ikut

berkecimpung didalamnya meskipun beliau tidak lama tinggal di Pabian,

tapi menurut beliau masyarakat setempat baik-baik.

Romo fuji terkadang berkeliling Kabupaten Sumenep untuk

mengetahu jemaahnya yang berada di pelosok-pelosok desa sekaligus

berwisata menikmati susana pantai pesisir pantai kota sumenep.

90

Yesi adalah seorang mahasiswa Universitas Wiraraja Sumenep. Ia

tinggal di desa Pabian sudah sekitar 19 tahun. Ia beragama katolik.

Awalnya Yesi tinggal di Pulau Sapeken, Sumenep dimana pada saat

tinggal di Pulau Sapeken yesi serta keluarganya saja yang memilik

kayakinan berbeda. di sapeken mayoritas beragama islam sedangkan Yesi

dan Keluarganya yang tinggal satu rumah beragama Katolik, tapi bak Yesi

yang hidup ditengah-tengah mayoritas orang Islam mbak yesi tidak merasa

terganggu dan Aman-aman saja bahkan masyarakat sekitar sering saling

membantu kalau ada acara-acara dirumah.

kemudian Ia berpindah ke Pabian karena ikut orang tuanya yang

kebetulan bertugas di daerah kota Sumenep dan pada waktu itu juga Yesi

melanjutkan kuliahnya di Unija. yesi yang pindah dari Sapeken ke Pabian

yang secara Geografis berada di tengah-tengah kota dalam kehidupannya

lebih merasa nyaman, karena di Pabian Yesi bisa merasakan kehidupan

yang berbeda pada saat hidup di Pulau.

Yesi terlibat langsung dalam kehidupan toleransi karena pernah

suatu hari Ia mengadakan acara doa bareng dirumahnya yang berada

ditengah-tengah umat Muslim dan dia merasa biasa-biasa aja masayarakat

disekitar tidak mengganggu. pernah juga pada saat ayahnya meninggal

dunia semua tetangga Yesi datng takziyah untuk memberikan

penghormatan terakhir meskipun berbeda agama.

91

Andi adalah pengusaha bengkel yang lokasi bengkelnya juga tidak

jauh dengan Masjid Baiturrahman, Gereja Maria Gunung Karmel dan

Klenteng Pao Sian Lin Kong. Andi adalah umat yang juga sering

bantu-bantu di setiap acara keagamaan yang ada di tiga tempat ibadah di atas.

Bapak Andi sering kumpul-kumpul bersama warga sekitar, apabila

ada warga sekitar yang mengadakan undangan Bapak Andi pasti datang

dan merasa senang karena dapat oleh-oleh atau tentengan. terkadang juga

Bapak Andi mendapat sembako dari pihak Klenteng yang setiap tahunnya

mengadakan Baksos .

Bapak Andi adalah anak dari keluarga yang berlatar belakang

sangat sederhana, beliau anak ke-2 dari 6 bersaudara. Kedua orang tuanya

berpendidikan yang tidak begitu tinggi hanya sekedar lulusan Sekolah

Dasar (SD) namun kedua orang tua beliau selalu mengajarkan kenapa

anak-anak nya terutama kepada Bapak Andi untuk enjadi seseorang yang

sukses dikemudian hari dan kedua orang tuanya berharap semua anaknya

dapat berpendidikan yang lebih tinggi dan berharap tidak seperti kedua

orang tuannya. Namun harapan yang diimpikan kedua orang tuannya

dahulu musnah jauh dari harapan sebelumnya yang menginginkan semua

anaknya menempuh pendidikan tinggi tapi takdir berkata lain pada

kenyataannya beliau tidak mempunyai biaya untuk membiayai pendidikan

anak anaknya sampai ke perguruan tinggi.

Walaupun hanya lulusan SMA Bapak Andi tidak putus asa karena

92

mengingatkan “ Kejarlah mimpimu setinggi langit karena dengan usaha

dan doa semua pasti bisa “ itulah pesan yang selalu diingat sampai beliau

tua nanti karena beliau mempunyai mimpi yang tinggi meskipun hanya

lulusan SMA.

7. Santoso

Santoso adalah salah satu warga desa Pabian yang beragama

Konghucu. Beliau berusia 55 tahun. Beliau lahir dan besar di desa Pabian.

Beliau bekerja sebagai pedangan/penjual alat-alat bangunan. Bapak

Santoso seorang pemeluk Konghucu yang taat. Beliau memiliki dua anak

yang sudah dewasa yang juga pemeluk Konghucu yang taat.

Khususnya bagi Bapak Santoso beragama Khonghucu, praktek

penghormatan terhadap leluhur itu dilakukan secara lebih intens lagi. Bagi

Bapak Santoso kewajiban itu tampak bukan sekedar sebagai penerusan

tradisi masa lampau, tetapi lebih merupakan bagian dari penghayatan dan

pengamalan iman mereka.

sedangkan dalam kehidupan sehari-hari Bapak santoso jarang

berkumpul dengan warga-warga sekitar karena faktor usia yang menua

juga karena faktor penyakit batuk ayng dideritanya.

Bapak santoso meyekolahkan cucunya di SDK karena biaya disana

mudah dijangkau dan rumah beliau juga tidak terlalu jauh sehingga lebih

mudah dan gampang untuk antar jemput. cucu bapak santoso merasakan

bantua yang diberikan oleh Pihak SDK untuk sedikit mambantu

93

baik, suka membantu pada saat ada acar-acara baik ada acara keluarga

maupun ada acara keagamaan biasanya pada saat perayaan maulid Nabi

Muhammad SAW.

8. Triyono

Triyono adalah pemeluk agama Konghucu. Usia beliau saat ini

adalah 40 tahun. Beliau adalah pengurus Klenteng Pao Sian Lin Kong

sekaligus bertempat tinggal di Klenteng tersebut bersama istri dan satu

anak perempuannya yang berumur 12 tahun.

pada saat ketemu beliau di klenteng beliau kesehariannya sering

memakai pakaiaan yang sederhana, celana pendek dan kaos, beliau selain

pengurus klenteng juga sebagai warga seperti biasanya yang dalam

kesehariannya bapak Ion berbaur dengan warga setempat.

Bapak Ion asli dari Kecamatan Dungkek, yaitu Kecamatan yang

berada di Ujung Timur Kabupaten Sumenep yang merupakan tempat

pertama kali warga Tionghoa mendarat dan berdagang, sehingga dengan

berjalannnya waktu warga tionghoa yang rata-rata beragama konghucu

menepato desa Pabian.

Sepertyi biasa bapak ion juga sering membantu warga-warga yang

ada disekitar klenteng baik yang beragama Konghucu sendiri ataupun yang

beragama lain, karena bagi bapak ion saling tolong menolong merupakan

kewajiban bagi seluruh umat manusia. bapak Ion juga merasakan tidak ada

gangguan dari masyarakat meskipun beliau merupakan kaum minoritas

94

memperingati hari Ulang tahun Indonesia semuar warga saling membantu

menghiasi dan membersihkan tempat ibadahnya.

9. Ahmad Syauqi

Ahmad Syauqi adalah pemeluk agama Islam yang lahir dan besar

di desa Pabian. Ia lahir pada tanggal 06 April 1976. Beliau bekerja sebagai

tukang ukir kayu. Ia lulusan salah satu sekolah menengah atas di Sumenep.

Rumah Ahmad Syauqi berada pas di samping Klenteng Pao Sian Lin

Kong.

Dari kecil beliau hidup di desa pabian dan juga hidup

ditengah-tengah perbedaan. tapi beliau bersyukur karena selama hidup di Pabian

beliau tidak merasakan ada konflik yang memecah belah warga, bahkan

beliau merasakan kenyamanan dan kedamaian hidup ditengah-perbedaan.

Bapak Syawqi yang rumahya berdampingan dengan Klenteng tidak

merasa terganggu padaa saat ada kegiatan ibadah bahkan beliau bersyukur

jika jamaah Konghucu mengadakan acara karena setiap kali setelah acara

beliau diberi makanan atau paling tidak diberi sembako dari pihak

klenteng meskipun beliau beragama Islam.

Dalam pergaulan beliau tidak memilah memilih semua warga yang

ada diseelilingnya dianggap sebagai saudara, terkadang apabila malam hari

mau makan tidak punya cabe beliau minta kepada warga yang ada

95

BAB V

Toleransi Antar Umat Beragama di Desa Pabian A. Penyajian Data

Semua agama mengajarkan perdamaian dan mendambakan

terciptanya hubungan harmonis antar sesama. Dalam hubungan antar umat

beragama, keharmonisan merupakan tujuan utama dalam sebuah

kebersamaan menuju kemudahan serta kenyamanan beraktifitas sesuai

dengan norma, etika, dan budaya di setiap lingkungan masyarakat.

keharmonisan, kebersamaan adalah sesuatu yang pertama kali memahami

arti penting kesadaran akan kehadiran tuhan atau bahkan arti penting

agama bagi manusia agar mampu mewadahi bagi terimplementasikannya

amal-amal sosial dan kemanusiaan dengan begitu kedekatan dengan tuhan

tidak hanya dapat dibangun melalui ritus-ritus dan upacara keagamaan

yang rutin dan ketat, melainkan juga bisa dicapai melalui harmoni sosial,

pembelaan terhadap keadilan, perlawanan terhadap penindasan, serta

pengentasan sesama manusia dari keterbelakangan.

Keberagaman agama, etnik, dan kelompok atau golongan memang

didalamnya terdapat potensi-potensi konflik yang alamiah. Dan potensi

alamiah itu tentu tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diredam dan

diberikan saluran-saluran yang dapat menjadi kendali, agar

perbedaan-perbedaan yang ada didalamnya dapat mengarah kepada kohesi dan tidak

mengarah kepada disitegrasi. Adapun beberapa bentuk-bentuk kegiatan

96

a) Kontribusi dan kerjasama antarumat di Desa Setempat

Dalam masyarakat senantiasa terdapat pola-pola hubungan

sosial yang antara lain diwujudkan dalam proses interaksi sosial, hal

ini tergantung dengan pola pemikiran masyarakat itu sendiri, untuk

lebih mengarah kepada interaksi sosial menuju integrasi. Dengan

demikian integrasi merupakan proses alamiah dan dinamika dalam

struktur kehidupan masyarakat. Dalam hal inilah terjadi dinamika di

tengah tengah masyarakat.

Kegiatan sosial yang dilakukan oleh warga pabian secara

bersama dan dalam suasana kebersamaan, baik warga muslim maupun

non muslim semua bersatu yaitu adalah pembagian sembako yang

dilakukan oleh pihak klenteng kepada masyarakat sekitar yang kurang

mampu seperti halnya yang dikatakan oleh kepala desa Pabian sebagai

berikut:

“interaksi dengan manusia sama-sama menunjukkan sikap atau toleransi yang baik dengan menunjukkan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat yang saling melibatkan antara satu sama lain contoh dari kelenteng setiap tahun mengadakan bakti sosial dengan memberikan sembako kepada warga masyarakat itu tanpa terkecuali artinya tidak hanya diberikan kepada masyarakat yang beragama kong ghu chu saja melainkan semua agama juga mendapatkan sembako tersebut jadi masyarakat sekitar mendapatkan sembako terutama masyarakat yang miskin dan itu bentuk toleransi agama yang sudah ditunjukkan oleh agama kong ghu chu, termasuk agama katolik ada

kegiatan-kegiatan social masyarakat.”1

Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh Bapak Ukik,

selain dari Klenteng umat Kristiani juga setiap tahun mengadakan

97

bakti sosial di bidang kesehatan. Karena dengan adanya bakti sosial

dapat menunjang hidup bertoleransi.

“contohnya seperti umat kristiani dalam tiap tahunnya mengadakan kegiatan bakti sosial pelayanan kesehatan gratis bagi warga sekitar begitu juga saat di mesjid ada keg sprit maulid pihak gereja mempersilahkan jamaah masjid untuk parkir dihalaman gereja dan tidak lupa dengan klenteng tiap thunnya mengadakan baktisos dengan bagi-bagi sembako untuk warga sekitar itu bagian dari penunjang toleransi umat beragama

di desa pabian sbg desa pancasila yghidup dalam

keberagaman.”2

Kegiatan sosial lainnya yang terjadi di Pabian yang

menunjukkan sikap persatuan antarumat beragama adalah ketika ada

acara selamatan atau perayaan di masing-masing agama. Pemeluk

agama yang satu dengan agama yang lain saling bekerja sama dan

berkontribusi. Berikut penuturan Bapak Andi Rubah, selaku pemeluk

agama Kristen, yang seringkali diundang oleh masyarakat sekitar yang

beragama islam dalam acara selamatan atau syukuran.

“saya kalau ada undangan selammatan saya diundang pulang-pulang bawa tentengan biasanya ada isinya nasi dan kue, senang saya mas, seperti itu yang saya mau mas, gak ada perbedaan dari

masalah agama.”3

Romo Fuji mengatakan bahwa karena tempat masjid, gereja dan

klenteng yang berdekatan, masyarakat umat beragama yang ada di

desa Pabian seringkali melakukan kegiatan saling mengunjungi tempat

ibadah masing-masing.

“kalau disana baik sangat baik toleransinya sangat baik ini

mereka datang kunjungan-kunjungan.”4

2 Ukik, Wawancara, 23 Februari 2019 3 Andi, Wawancara, 19 Februari 2019. 4 Fuji, Wawancara, 19 Februari 2019.

98

Begitu juga dengan yang dialami Yesi. Ia sering datang ke

rumah-rumah warga yang beragama Islam untuk menghadiri acara

kumpulan. Sebaliknya, warga muslim di desa itu juga ikut

bersumbangsih saat keluarga Yesi mengadakan acara, seperti acara

pernikahan atau ketika ayahnya meninggal.

“…kan kayak kumpulan dirumah itu gak pernah ada yang ngelarang trus waktu kemarin papa saya meninggal atau kakak saya nikah gituh mereka datang kok jadi gak membeda-bedakan

kok.”5

Begitu juga Bapak Santoso yang beragama Konghucu

mengatakan hal yang tidak jauh berbeda dengan Yesi;

“saya ngundang-ngundnag juga tapi lebih ke acara-acara pestanya, terkadang kalau sudah hari raya agama saya disana banyak makanan dibagi-bagi ke masyarakat sekitar tidak

memandang apapun.”6

Bapak Maryanto selaku pengurus Masjid Baiturrahman juga

mengatakan kalau setiap ada acara di klenteng warga sekitar terutama

yang tidak mampu dapat ampau dari orang yang ada di Klenteng “Iyah dapat dik, kalau ada hari hari tertentu, ampau istilahnya,

terutama bagi orang-orang yang tidak mampu.”7

Selain kegiatan sosial bagi-bagi sembako kepada masyarakat

yang kurang mampu yang telah dilakukan oleh pihak klenteng ada juga

kegiatan yang diadakan pada waktu moment-moment tertentu misalnya

lomba kegiatan sosial lainnya seperti memeriahkan hari ulang tahun

5 Yesi, Wawancara, 31 Maret 2019. 6 Santoso, Wawancara, 31 Maret 2019. 7 Maryanto, Wawancara, 19 Februari 2019.

99

Indonesia atau yang biasa warga Pabian menyebutnya dengan

Agustusan semua warga bahu membahu ikut serta memperingati serta

memeriahkan dan meramaikan hari besar nasional.

Bapak Madani selaku Kepala Desa Pabian juga mengatakan; “Disamping itu juga ada kegiatan-kegiatan masyarakat yang mana mengaitkan kebangsaan seperti acara 17 agustus itu disana dengan bersama-sama memeriahkan dan saling mendukung antara satu sama lainnya tentang hal yang berkaitan dengan acara tersebut dan disitu yang ditonjolkan antara sesama dan

disitu tercipta toleransi antara agama”.8

Ada yang menarik dari kegiatan-kegiatan sosial yang terjadi di

Desa Pabian yaitu kegiatan sosial kerja Bakti di tempat peribadatan di

klenteng, gereja, mesjid. Ada sebagian warga RT setempat ikut

membantu jika salah satu tempat beribadah tersebut ada acara dan

mereka mendapatkan upah atau dibayar. Hal ini senada dengan apa

kata kepala Desa;

“Kalau masalah persiapan acara peribadatan itu adalah organisasi peribadatan tersebut jadi kalau di masjid itu namanya REMAS (remaja masjid) itu yang menyiapkan acara, kalau di gereja itu kebanyakan mempekerjakan orang lain jadi masyarakat sekitar yang menyiapakan acaranya adan kemudian mereka dibayar karena mungkin disana pendanaannya sudah

sangat cukup jadi cukup memkerjakan orang untuk

menyiapakan acaranya termasuk di kelenteng juga begitu, jadi campur tangan masyarakat masih ada cuuman tidak berbentuk mencampur ibadahnya tidak jadi dari sisi akidah beda tapi dari sisi social mereka bersama sehingga sampai sekarang tidak ada

permasalahan.”9

8 Ibid.

100

b) Silaturrahmi dan saling memberikan makanan di hari raya

masing-masing agama

Masyarakat Madura adalah masyarakat yang familiar dengan

budaya tretan tibi’ (saudara), mereka sangat menjunjung tinggi budaya

kebersamaan, salah satunya melalui silaturrahmi. Silaturrahmi ini

tidak hanya dilakukan oleh sesame golongan saja, tapi dilakukan

secara merata, bahkan yang berbeda agama sekalipun.

Desa Pabian yang masyarakatnya menganut beberapa agama

juga seringkali saling bersilaturrahmi meskipun berbeda agama. Salah

satu bentuk kebiasaan silaturrahmi yang paling menarik adalah saat

ada perayaan masing-masing agama. Mereka saling mengunjungi

rumah masing-masing untuk berbagi makanan dalam perayaan hari

raya tersebut. Kebiasaan ini melahirkan beberapa pendapat dalam

menyikapi hal ini, seperti yang peneliti tanyakan kepada sebagain

masyarakat di bawah ini:

Mbak Yesi adalah warga sumenep yang beragama katolik,