• Tidak ada hasil yang ditemukan

APRIL 9. Pelayanan

4.6 Pencapaian Indikator SPM Puskesmas Aek Batu

Pencapaian Indikator SPM di Puskesmas Aek batu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Cakupan SPM Puskesmas Aek Batu tahun 2013 – oktober 2016

NO Indikator 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%) Target 1 Cakupan Kunjungan K4 98,3% 88,13% 82,60% 83% 100% 2 Cakupan persalianan yang

ditolong oleh nakes kompetensi kebidanan

100% 90,58% 80,51% 76% 100%

3 Cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani

20% 4,48% 4,48% 21% 80%

4 Cakupan pelayanan nifas 100% 90,58% 80,26% 76% 90% 5 Cakupan neonatal dengan

komplikasi yang ditangani

15,13% 100%

6 Cakupan kunjungan bayi 91,7% 100% 100% 91,85% 90% 7 Persentase desa yang

mencapai UCI

100% 100% 100% 100% 100%

8 Cakupan pelayanan anak balita

100% 98,57% 98,57% 95,5% 100% 9 Cakupan pemberian MPASI

pada anak 6-24 bulan

10 Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan

100% 100% 100% 100% 90%

11 Cakupan perserta KB aktif 69,8% 34,98% 34,98% 51,23% 70% 12 Cakupan desa siaga Aktif 100% 100% 100% 100% 80%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan di beberapa indikator dan juga terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target-target SPM yang diharapkan. Berdasarkan keterangan informan bahwa belum tercapainya pelayanan atas SPM disebabkan kurangnya pelatihan terhadap petugas dalam menjalankan tugasnya kebanyakan dari mereka adalah seorang bidan serta lokasi tempat tinggal penduduk yang jauh dari tenpat pelayanan kesehatan sehingga sulit untuk menjangkau lokasi dan untuk tahun ini kendala yang dihadapi adalah lamanya pencairan dana. Peningkatan cakupan didukung oleh dana BOK yang dimanfaatkan sebagai bantuan transport bagi petugas untuk dapat menjangkau pelayanan kesehatan.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Dana BOK

Dana Program Bantuan Operasional Kesehatan adalah dana yang berasal dari APBN yang diberikan melalui Kementrian Kesehatan untuk membantu pemerintah Kabupaten/Kota dalam usaha mencapai Standar pelayanan Minimal (SPM). Mekanisme pencairan dana BOK diawali dari pengajuan SPU (Surat Permintaan Uang) oleh puskesmas beserta POA ke KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk kemudian dilakukan verifikasi POA oleh tim verifikator Dinas Kesehatan. Setelah POA disetujui verifikator, bendahara pengeluaran akan memproses pencairan dana tersebut untuk kemudian diterima puskesmas.

Pada tahun-tahun sebelumnya alur dana BOK di Puskesmas Aek Batu dimulai dari pengajuan SPU (Surat Permintaan Uang) oleh puskesmas ke KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) BOK Dinas Kesehatan Kabupaten yang telah dilapirkan POA yang telah disepakati dan disusun pada saat lokakarta mini, kemudian disetujui oleh tim verifikasi BOK dinas kesehatan dan akan memproses pencairan dana untuk puskesmas.

Pada tahun 2016 ini menurut informan proses pencairan dana sedikit berbeda yang biasanya dana langsung turun dari dinas kesehatan ke puskesmas sekarang dana turunnya ke dinas pendapatan daerah terlebih dahulu. Waktu pencairan bergantung pada puskesmas dalam memasukkan POA dan dokumen pertanggungjawaban POA. Pengelola keuangan BOK puskesmas dapat

mencairkan dana yang tersedia di rekening puskesmas sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan POA puskesmas dan untuk memperolehnya memerlukan waktu yang lama.

Pencairan dana biasanya dilakukan setiap bualan atau setiap tiga bulan tetapi untuk tahun ini sampai dengan sekarang dana BOK belum juga cair, sementara kegiatan tetap terus berjalan dengan menggunakan dana dari kas puskesmas dan dana pribadi dari petugas yang ini sebenarnya tidak diperbolehkan dan sementara itu dana kas puskesmas tidak selalu ada yang merupakan suatu hal yang sebenarnya tidak bisa dilaksanakan. Sementara keterlambatan penyerahan POA puskesmas disebabkan oleh keterlambatan penyusunan POA dan banyaknya dokumen pertanggungjawaban yang harus disiapkan.

Berdasarkan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, Serta Sarana Dan Prasarana Penunjang Kesehatan (2016), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan alokasi BOK ke setiap Puskesmas dengan memperhatikan beberapa variabel yang terkait dengan beban kerja setiap Puskesmas antara lain luas wilayah kerja Puskesmas, jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab Puskesmas, jumlah UKBM, jumlah sekolah, dana kapitasi JKN yang diterima, jumlah tenaga pelaksana UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat), tipe puskesmas, jumlah kunjungan serta bergagai bentuk program lainnya.

Besarnya dana yang cair disesuaikan dengan rencana pelaksanaan kegiatan di puskesmas agar efektif dalam penyerapan dana BOK. Pada tahun 2015 besarnya dana BOK yang dicairkan adalah Rp. 98.000.000 sementara untuk tahun

2016 ini dana BOK belum juga cair. Adapun kendala yang dihadapi saat ini dalam pemanfaatan dana BOK adalah keterlambatan dalam pencairan dana dan perubahan format dokumen BOK yang menimbulkan pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif sering dilakukan tidak tepat waktu. Setiap pembiayaan yang telah ditentukan pada petunjuk teknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tentunya ingin dilaksanakan dengan baik oleh pengelola dan pelaksana kegiatan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), namun karena adanya berbagai kendala seperti keterlambatan cairnya dana serta keterbatasan dana yang telah dianggarkan sehingga menyebabkan pelaksanaan kegiatan masih belum maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, maka dapat dinilai bahwa puskesmas telah membuat perncanaan yang berdasarkan analisa pencapaian cakupan program yang diusulkan oleh penanggungjawab program dan disesuaikan dengan petunjuk teknis BOK meskipun terkadang tidak tepat waktu. 5.2 Lokakarya Mini Puskesmas

Lokakarya mini sangat erat kaitannya dengan perencanaan puskesmas karena kegiatan ini merupakan manajemen puskesmas saat dilakukannya pertemuan untuk membahas apa yang akan dilakukan untuk bulan selanjutnya menyusun Rencana Kegiatan atau POA puskesmas untuk alokasi dana BOK dari kabupaten.

Lokakarya mini sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memantau kegiatan puskesmas sekaligus penyusunan perencanaan puskesmas sudah diselenggarakan setiap bulannya oleh puskesmas. Kegiatan pelaksanaan lokakarya mini ini sudah

semakin baik sesuai dengan pengakuan staf puskesmas yang mengaku bahwa lokakarya mini sudah dilaksanakan setiap bulannya dan sudah lebih terarah denagn melaksanakan evaluasi pencapaian program. Hal ini tidak lepas dari adanya dukungan dana sehingga pelaksana lokakarya mini dapat diselenggarakan secara rutin.

Dari hasil penelitian lapangan terlihat bahwa pelaksanaan lokakarya mini bulanan dilaksanakan oleh Puskesmas setiap awal bulan untuk mengevaluasi program yang telah terlaksana. Pelaksanaan lokakarya mini sebagai rutinitas menyampaikan laporan bulanan dan pertemuan antara staf. Metode pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas melibatkan staf untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan kesehatan secara khusus menyangkut tugas dan program-program puskesmas sehingga menimbulkan diskusi terhadap masalah-masalah yang di hadapi dilapangan. Beberapa staf Puskesmas bergiliran menyampaikan materi yang disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawabnya di Puskesmas. Sehingga dari hasil diskusi dapat disusun rencana kegiatan prioritas dari masing-masing program yang ada tetapi di Puskesmas Aek Batu terlihat diskusi masih lebih banyak diambil alih oleh kepala puskesmas. Hal ini juga sesuai penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan Lokakarya mini Puskesmas dan output dari pelaksanaan Lokakarya mini Puskesmas adalah disepakatinya POA kerja yang akan dilaksanakan bulan berikutnya, walaupun masih ada POA yang disusun sendiri oleh Kepala Puskesmas. Lokakarya mini hanya dimanfaatkan untuk membagi habis tugas yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas.

Hasil dokumen juga menunjukkan bahwa pelaporan pelaksanaan program tidak seluruhnya masuk setiap bulan dengan tepat waktu hal itu terjadi karena puskesmas tidak mampu menyelesaikan POA dengan tepat waktu dan tidak semua kegiatan dalam POA dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang terjadwal. Hasil akhirnya juga Puskesmas tidak dapat menyelesaikan pertanggungjawabannya dengan tepat waktu, sehingga akan menimbulkan dampak serta kemungkinan tidak tercapainya capaian program sesuai dengan yang diharapkan.

Dokumen terkait