• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencapaian Sasaran Kementerian Pertanian tahun 2010

Dalam dokumen LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 32-67)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

3.2. Pencapaian Sasaran Kementerian Pertanian tahun 2010

Kementerian Pertanian secara formal telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan Kementerian Pertanian sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:1185/Kpts/OT.140/3/2010. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Pertanian dalam tahun 2010 dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Pertanian Tahun 2010

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan

Swasembada :

Jumlah Produksi Kedelai 1.300 ribu ton 908 ribu ton 69,85 % Jumlah Produksi Gula 2.996 ribu ton 2.390 ribu ton 80,00 % Jumlah Produksi Daging Sapi 412 ribu ton 440 ribu ton 106,80 %

Swasembada berkelanjutan:

Jumlah Produksi Padi 66.680 ribu ton 66.411 ribu ton 99,60 % Jumlah Produksi Jagung 19.800 ribu ton 18.364 ribu ton 92,75 % 2. Meningkatnya

- Umbi-umbian, 3,64 (3,40) 0

- Pangan hewani, 4,61 7,23 156,83

- Buah-buahan dan 2,98 20,94 702,68

- Sayuran. 2,45 (0,94) 0

Skor Pola Pangan Harapan (PPH). 86,40 80,60 93.29 %

3. Meningkatnya nilai

25 sertifikasi 10 sertifikasi 40 %

Persentase peningkatan produk olahan yang diperdagangkan

20,00 % 19,00 % 95,00 %

Persentase peningkatan substitusi

tepung gandum/terigu 5,00 % 4,00 % 80,00 %

Persentase pemenuhan semua

Nilai Tukar Petani (NTP) 105 103,01 98,10 %

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 4 Sasaran/14 Indikator Kinerja Utama tersebut diantaranya sebanyak 2 Sasaran/Indikator Kinerja Utama sangat berhasil, 9 berhasil, dan 3 cukup berhasil/ kurang berhasil.

3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Kementerian Pertanian tahun 2010

Sasaran 1 Tercapainya Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

Kementeraian Pertanian pada tahun 2010 menetapkan lima komoditas pangan utama (padi, jagung, kedelai, gula dan daging sapi) sebagai wujud dari sasaran Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, sebagai berikut:

1. Produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan ASEM 2010 BPS mencapai 908 ribu ton biji kering atau 69,85 persen dari target 1.300 ribu ton biji kering (cukup berhasil), dan bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 mencapai 93,19 persen.

2. Produksi gula tahun 2010 berdasarkan Angka Taksasi (Ditjen Perkebunan), mencapai 2.390 ribu ton gula kristal putih (GKP), atau mencapai 80,00 persen terhadap target 2.996 ribu ton GKP (berhasil). Apabila dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 91,22 persen.

3. Produksi daging sapi tahun 2010 berdasarkan Angka Sementara (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan), mencapai 440 ribu ton, atau mencapai 106,80 persen terhadap target 412 ribu ton (sangat berhasil). Apabila dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 106,80 persen.

Sedangkan untuk swasembada berkelanjutan adalah:

1. Produksi padi tahun 2010 berdasarkan ASEM 2010 BPS mencapai 66.411 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau 99,60 persen dari target 66.680 ribu ton GKG (berhasil) dan bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 mencapai 103,14 persen.

2. Produksi jagung tahun 2010 berdasarkan ASEM 2010 BPS mencapai 18.364 ribu ton pipilan kering atau 92,75 persen dari target 19.800 ribu ton pipilan kering (berhasil) dan bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 mencapai 104,17 persen.

3.3.1 Produksi Kedelai

Produksi kedelai selama 6 tahun terakhir 2005 sampai 2010 mengalami fluktuasi.

Pencapaian produksi kedelai tahun 2010 sebesar 908 ribu ton biji kering atau 69,85 persen dari target, dan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 66 ribu ton biji kering atau 6,78 persen. Keragaan produksi Kedelai, seperti pada tabel dan grafik berikut:

Tabel. 2. Produksi Kedelai di Indonesia selama Tahun 2005-2010

Tahun Sasaran

1. 2005 777 808 103,99

2. 2006 827 748 90,45

3. 2007 950 593 62,42

4. 2008 1.300 776 59,69

5. 2009 1.800 974 54,11

6. 2010* 1.300 908 69,85

*Angka Sementara 2010, BPS

Grafik 1. Keragaan Produksi Kedelai Tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi Tahun 2011-2014

3.3.2. Produksi Gula

Produksi gula selama 6 tahun terakhir (2005 sampai 2010) menunjukkan trend meningkat. Produksi gula pada tahun 2010 baru mencapai 2.390 ribu ton atau 80,00 persen dari target. Bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 460 ribu ton (16,14 persen). Angka tersebut belum bisa menggambarkan produksi gula tahun 2010 secara keseluruhan karena masih dalam perhitungan. Keragaan produksi gula, seperti pada tabel dan grafik berikut:

Tabel.3. Produksi Gula di Indonesia selama Tahun 2005-2010

No. Tahun Sasaran

(ton)

Capaian Produksi (ton)

Persen terhadap Sasaran

1. 2005 2.242 2.242 100,00

2. 2006 2.267 2.307 101,76

3. 2007 2.660 2.448 92,03

4. 2008 2.740 2.801 102,23

5. 2009 3.350 2.850 85,07

6. 2010* 2.996 2.390 80,00

*) Angka Taksasi, Ditjen Perkebunan.

Grafik 2. Keragaan Produksi Gula tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi Tahun 2011-2014

3.3.3 Produksi Daging Sapi

Produksi daging sapi selama 6 tahun terakhir (2005-2010) menunjukan trend kenaikan yang cukup menggembirakan. Produksi daging sapi dua tahun terakhir 2009-2010 relatif sama berkisar 440 ribu ton karkas. Bila dibandingkan dengan target maka capaian produksi daging sapi tahun 2010 mencapai 106,80 persen bila dibandingkan dengan target. Keragaan produksi daging sapi seperti pada tabel dan grafik berikut:

Tabel.4. Keragaan Produksi Daging di Indonesia selama Tahun 2005-2010

No. Tahun Sasaran

(ribu ton karkas)

Capaian Produksi (ribu ton karkas)

Persen terhadap Sasaran

1. 2005 392 359 91,58

2. 2006 404 396 98,02

3. 2007 416 418 100,48

4. 2008 428 421 98,36

5. 2009 441 440 99,77

6. 2010* 412 440 106,80

*Angka Sementara 2010, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Grafik 3. Keragaan Produksi tahun 2005-2010 dan Sasaran produksi Tahun 2011-2014

3.3.4. Produksi Padi

Capaian produksi padi selama 6 (enam) tahun terakhir rata-rata menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya. Keragaan produksi padi, secara rinci seperti pada tabel berikut:

Tabel. 5. Produksi Padi di Indonesia selama Tahun 2005-2010 No. Tahun Sasaran

(ribu ton) Capaian Produksi

(ribu ton) Persen terhadap Sasaran

1. 2005 55.030 54.151 98,4

2. 2006 55.720 54.455 97,72

3. 2007 58.180 57.157 98,25

4. 2008 60.500 60.326 99,72

5. 2009 63.530 64.398 101,37

6. 2010* 66.680 66.411 99,60

*Angka Sementara 2010, BPS

Dari tabel di atas, menunjukkan produksi padi tahun 2010 mencapai 66.411 ribu ton GKG atau 99,60 persen. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 2.013 ribu ton GKG atau 3,03 persen. Keberhasilan ini dapat mempertahankan status Indonesia dalam swasembada beras sejak tahun 2007 dan terhindar dari krisis pangan seperti yang terjadi di negara lain. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4. Keragaan Produksi tahun 2005-2010 dan sasaran produksi Tahun 2011-2014

3.3.5. Produksi Jagung

Produksi jagung selama 2005 sampai 2010 menunjukan trend kenaikan, produksi jagung pada tahun 2010 mencapai 18.364 ribu ton pipilan kering atau 92,75 persen.

Kondisi ini bila kita bandingkan dengan capaian produksi jagung tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 735 ribu ton atau 4,67 persen. Keragaan produksi jagung, secara rinci seperti pada tabel dan grafik berikut:

Tabel. 6. Produksi Jagung di Indonesia selama Tahun 2005-2010

No. Tahun Sasaran

(ribu ton)

Capaian Produksi (ribu ton)

Persen terhadap Sasaran

1. 2005 12.000 12.524 104,33

2. 2006 12.440 11.609 93,33

3. 2007 13.530 13.288 97,78

4. 2008 16.200 16.317 100,74

5. 2009 19.490 17.629 90,45

6. 2010* 19.800 18.364 92,75

*Angka Sementara 2010, BPS

Grafik 5. Keragaan produksi Jagung tahun 2005-2010 dan Sasaran produksi tahun 2011-2014

Faktor Pendukung Pencapaian Sasaran Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, antara lain:

a. Pencapaian produksi padi tahun 2010 antara lain dari hasil kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian berupa Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi sebanyak 107.164 unit (2,394 juta ha), Sekolah Lapangan Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) sebanyak 371 unit dan Sekolah Lapangan Iklim sebanyak 200 unit, serta adanya dukungan dari program bantuan benih (BLBU) padi sebanyak 74.839 ton seluas 3,202 juta ha dari anggaran subsidi. Sedangkan faktor penghambat disebabkan karena pengaruh iklim ekstrim basah sepanjang tahun yang menyebabkan peningkatan produktivitas tidak optimal, meluasnya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan bencana banjir di beberapa daerah yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

b. Pencapaian produksi jagung tahun 2010 antara lain dari hasil kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian berupa Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) jagung sebanyak 9.951 unit (149 ribu ha), serta adanya dukungan dari program bantuan benih benih (BLBU) jagung hibrida sebanyak 13.351 ton seluas 895 ribu ha dari anggaran subsidi. Sedangkan faktor penghambat disebabkan karena pengaruh iklim ekstrim basah sepanjang tahun yang menyebabkan peningkatan produktivitas tidak optimal.

c. Pencapaian produksi kedelai tahun 2010 antara lain dari hasil kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian berupa Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) kedelai sebanyak 18.631 unit (186 ribu ha), serta adanya dukungan dari program bantuan benih (BLBU) kedelai sebanyak 19.781 ton seluas 507 ribu ha dari anggaran subsidi. Sedangkan faktor penghambat disebabkan karena pengaruh iklim ekstrim basah sepanjang tahun sehingga mengurangi luas pertanaman/panen yang hanya mencapai 672 ribu ha atau 76,89 persen dari target 874 ribu ha serta meningkatnya gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan produktivitas hanya mencapai 13,46 ku/ha atau 90,34 persen dari target 14,90 ku/ha.

d. Capaian produksi tahun 2010 tersebut, juga dipengaruhi oleh serapan penyaluran pupuk bersubsidi (urea, SP-36, ZA, NPK dan Organik) mencapai 7.358.000 ton atau 77,61 persen dari target 9.480.749 ton. Tidak tercapainya target penyaluran pupuk bersubsidi antara lain dipengaruhi karena adanya kenaikan HET yang relatif cukup tinggi, dengan kisaran kenaikan antara 25 persen- 45 persen.

Sasaran tersebut di atas, diwujudkan melalui Kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan sebanyak 8 kegiatan. Adapun hasil pengukuran pencapaian sasaran rata-rata mencapai 96,87 persen dari taget. Sampai dengan Desember tahun 2010 nilai kelompok kinerja (Tabel III.6 Lampiran), adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil Pertanian

Pengukuran pencapaian indikator sasaran menurunnya tingkat kehilangan hasil pertanian dan meningkatnya daya saing pasar domestik sebanyak 10 indikator sasaran, realisasinya mencapai 90,87 persen. Indikator sasaran berupa penurunan losses padi 0,5 persen per tahun dan meningkatnya rendemen beras 10 persen per tahun, tersedianya jagung pakan untuk subsidi impor di 21 kabupaten/ kota, beroperasinya pasar tani sebanyak 32 unit, beroperasinya pasar lelang sebanyak 5 unit,

beroperasinya Sub Terminal Agribisnis (STA) secara optimal sebanyak 11 unit, beroperasinya pasar ternak sebanyak 25 pasar ternak, terlaksananya pemantauan dan stabilisasi harga untuk 4 komoditi, beroperasinya pelayanan informasi pasar secara optimal di 180 kabupaten/ kota, beroperasinya kemitraan yang telah difasilitasi sebanyak 18 unit. Ada 1 indikator yang belum dimanfaatkan yaitu dryer dengan tungku sekam sebanyak 6 unit, power threser 200 unit dan UPH kopi dan sagu 4 unit.

2. Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur

Pengukuran pencapaian indikator sasaran peningkatan penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pertanian mencapai 110,58 persen. Indikator sasaran tersebut antara lain: lahan kering dari target 1.050 ha terealisasi 1.077,5 ha (102,62 persen);

Optimalisasi lahan seluas 9.790 ha terealisasi 9.434 ha (96,36 persen), Jalan usaha tani sepanjang sepanjang 485 km terelisasi 483 km atau (99,59 persen) dari target, Jalan produksi sepanjang 470 km, (99,79 persen) dari target sepanjang 469 km, JITUT terealisasi 57.525 ha (100,46 persen) dari target seluas 57.264 ha, pengembangan JIDES target seluas 45.102 ha terealisasi 44.225 ha (98,06), pengembangan TAM dengan target seluas 5.920 ha terealisasi 6.030 ha (101,86 persen), APPO/Rumah Kompos dari target 200 paket terealisasi 235 paket (117,50 persen), sertifikasi lahan petani dengan target seluas 65.500 persil terealisasi 72.600 persil (105,99 persen).

Realisasi anggaran mencapai Rp.299,79 miliar atau 92,30 persen dari target Rp.324,87 miliar. Ouput kegiatan ini tersebar di 33 provinsi. Perlu kami sampaikan bahwa untuk penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian sebagian besar pencapaiannya diatas 100 persen, hal ini disebabkan karena pelaksanaan kegiatan penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian di lapangan bersifat padat karya yang banyak melibatkan petani dan masyarakat.

3. Pengendalian Orgnisme Pengganggu Tanaman (OPT), Penyakit Hewan, Karantina dan Peningkatan Keamanan Pangan

Pengukuran pencapaian indikator sasaran terkendalinya serangan OPT pertanian mencapai 94,98 persen. Indikator sasaran tersebut antara lain: Dampak dari Fenomena Iklim mencapai 100 persen dari target, hasilnya adalah meningkatnya pengendalian OPT hortikultura, meningkatnya penerapan terknologi pengendalian OPT dengan nilai capaian 85,71 persen, terdistribusi vaksin Anthrax 250.000 dosis, memfasilitasi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan dan mengurangi luas serangan OPT di 2 provinsi mencapai 99,75 persen, pengendalian masuk dan menyebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).

4. Pengembangan Pembibitan Sapi

Pengukuran pencapaian indikator sasaran berkembangnya pembibitan sapi melalui kelompok rata-rata mencapai 91,04 persen. Indikator ini berupa pengembangan pembibitan sapi potong, kerbau, sapi perah dan unggas. Nilai capaian rata-rata Input dana yang terealisasi sebesar Rp 211,14 miliar (80.29 persen) dari total Rp 262,98 miliar dengan dukungan sumberdaya manusia Ditjen peternakan dan kesehatan hewan, unsur daerah, pakar/ahli. Output rata-rata mencapai 91,04 persen, berupa: 1) PePennggeemmbbaannggaann PePemmbbiibbiittaann SaSappii PoPottoonngg tahun 2010 realisasinya sebanyak 820 ekor;

2) Pengembangan Perbibitan Kerbau tahun 2010, terealisasi sebanyak 150 ekor; 3)

p

5. Bantuan Benih/Bibit, Sarana produksi Pertanian dan penguatan Kelembagaan Perbenihan

Pengukuran pencapaian indikatror sasaran meluasnya penggunaan benih varietas unggul bermutu mencapai 90,33 persen. Indikator sasaran ini meningkatnya fungsi kelembagaan, pembinaan penangkar, dan koordinasi pengawasalan perbenihan di 33 provinsi. Sasaran tersebut diwujudkan oleh kegiatan Bantuan Benih/Bibit, Sarana Produksi Pertanian dan Penguatan Kelembagaan Perbenihan tanaman pangan. Nilai capaian indikator input dana 77,94 persen, indikator output 58,54 persen -100 persen, indikator outcome 100 persen.

6. Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca Panen

Pengukuran pencapaian indikator sasaran meningkatnya kegiatan mekanisasi produksi komoditas pertanian 100 persen. Indikator sasaran tersebut, yaitu: terlaksananya kegiatan UPJA center, Penguatan UPJA, dan terlaksananya koordinasi dan pengawasan, meningkatnya pengetahuan petugas dan petani dalam penerapan budidaya tanaman hortikultura sesuai GAP dan SOP, meningkatnya penerapan GAP/SOP hortikultura, meningkatnya pengembangan kawasan sentra hortikultura, tersedianya laporan tentang penggunaan anggaran APBN yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan di pusat dan daerah dengan nilai capaian 95,75 persen, meningkatnya usaha pasca panen dan meningkatnya layanan pengujian mutu alsintan mencapai 74,00 persen. Indikator sasaran adalah alsintan yang siap diedarkan dan termanfaatkan RMU di 28 Kabupaten.

7. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Pertanian Serta Pengembangan Kawasan

Pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi,produktivitas, dan mutu produk pertanian serta pengembangan kawasan, dengan sasaran meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola dan memanfaatkan teknologi budidaya pertanian sesuai agroklimat setempat. Pengukuran pencapaian indikator sasaran meningkatnya pengetahuan dan keterampilan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian serta pengembangan kawasan mencapai 100 persen. Indikator sasaran tersebut berupa:

meningkatkan kemampuan kelompok budidaya tanaman pangan dan meningkanya

pendapatan dan kesejahteraan petani padi, terdistribusinya semen beku 4,06 juta dosis, pengadaan N2 cair 850 ribu liter, Unit Layanan Inseminasi Buatan (ULIB) 200 unit.

8. Penelitian dan Diseminasi Inovasi Pertanian

Pengukuran pencapaian indikator sasaran meningkatnya inovasi dan diseminasi teknologi pertanian mencapai rata-rata 119,03 persen. Nilai capaian indikator sasaran/outcome berkisar 75 persen hingga 151,52 persen. Indikator sasaran/outcome ini berupa (1) Inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan, dan produk olahan sebanyak 66 teknologi dengan capaian 151,52 persen; (2) Inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya pertanian sebanyak 68 teknologi dengan capaian 120,59 persen; (3) Rekomendasi kebijakan pertanian sebanyak 60 rekomendasi dengan capaian 105,00 persen; dan (4) Diseminasi inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan sebanyak 32 teknologi dengan capaian 75 persen.

Kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah mencapai hasil/outcome adalah:

(1) Dimanfaatkannya 22 VUB padi sawah, padi hibrida, padi gogo, padi rawa, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar oleh pengguna dan diperbanyak oleh UPBS; (2) Tersedianya benih sumber dari 6 komoditas untuk diperbanyak oleh UPBS untuk memenuhi kebutuhan pengguna; (3) Tersedianya 67 inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem sebagai bahan diseminasi; (4) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan mekanisme subsidi pupuk langsung ke petani oleh stakeholder; (5) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan untuk penanggulangan kemiskinan pertanian oleh stakeholders; (6) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan optimalisasi sumberdaya pertanian di lahan kering oleh stakeholders; (7) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan tentang investasi pertanian oleh stakeholders; (8) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan Untuk Mengakselerasi Pembangungan Pertanian di Daerah oleh stakeholders; (9) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan tentang akselerasi inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan oleh stakeholders;

(10) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan kinerja program PUAP dan List Desa Penerima PUAP 2010 oleh stakeholders; (11) Dimanfaatkannya 1 rekomendasi kebijakan peningkatan pembangunan pertanian dan perdesaan oleh stakeholders; (12) Dimanfaatkannya 4 rekomendasi kebijakan tanggapan terhadap isu-isu aktual pembangunan pertanian selama tahun 2010 oleh stakeholders; (13) Dimanfaatkannya 25 rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif spesifik wilayah, regional dan nasional; (14) Tersebarluaskannya 228 inovasi pertanian melalui berbagai media diseminasi di BBP2TP dan 32 provinsi/BPTP; (15) Terimplementasikannya 2 model FMA dan model VCA di 18 provinsi; (16) Penguatan 3 jenis kelembagaan (Gapoktan, Penyuluh Pendamping, dan Penyelia Mitra Tani), keuangan/LKM, dan Pengembangan Usaha Agribisnis di 32 provinsi; (17) Tersebarluaskannya 3 teknologi benih sumber padi, jagung, kedelai, dan sayuran; dan (18) Dimanfaatkannya teknologi hasil penelitian yang sudah dipatenkan oleh 11 stakeholders.

Sasaran 2 Meningkatnya Diversifikasi Pangan

Indikator kinerja Peningkatan Diversifikasi Pangan dapat dilihat dari persentase penurunan konsumsi beras, peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-buah dan sayuran serta skor Pola Pangan Harapan (PPH).

1. Prosentase penurunan konsumsi beras per tahun

Konsumsi beras tahun 2010 mengalami penurunan dari target 1,5 persen mencapai 1,43 persen atau 95,33 persen (berhasil) terhadap tahun 2009 yaitu dari 102,22 kg/kap/tahun menjadi 100,76 kg/kap/tahun. Ini mengindikasikan bahwa diversifikasi pangan, terutama dari beras ke non beras terlaksana dengan baik.

2. Prosentase peningkatan umbi-umbian, pangan hewani, buah-buahan dan sayuran:

a. Konsumsi umbi-umbian tahun 2010 ditargetkan 3,64 persen, tetapi pada tahun 2010 konsumsi umbi-umbian belum menunjukkan peningkatan (kurang berhasil).

b. Konsumsi pangan hewani mengalami peningkatan yang sangat signifikan dimana target peningkatan tahun 2010 sebesar 4,61 persen dan realisasinya 7,23 persen dengan capaian 156,83 persen (sangat berhasil).

c. Konsumsi buah-buahan mengalami peningkatan yang sangat signifikan dimana target peningkatan tahun 2010 sebesar 2,98 persen dan realisasinya 20,94 persen dengan capaian 702,68 persen (sangat berhasil) dan

d. Konsumsi sayuran tahun 2010 target 2,45 persen, tetapi pada tahun 2010 konsumsi sayuran belum menunjukkan peningkatan (kurang berhasil).

3. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Target PPH pada tahun 2010 sebesar 86,40, dengan capaian 80,60 atau 93,29 persen dari target (berhasil), bila dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 2,28 persen .

Faktor Pendukung Sasaran Peningkatan Diversifikasi Pangan

Keberhasilan ini disebabkan meningkatnya pendapatan penduduk yang menyebabkan pengalihan konsumsi pangan dari beras dan umbi-umbian ke buah-buahan dan pangan hewani (Tabel 7). Hal ini juga ditunjukkan dari peningkatan konsumsi protein dari 59,17 gram pada tahun 2009 menjadi 59,98 gram pada tahun 2010 atau naik sebesar 1,37 persen

Tabel. 7. Perubahan Pola Konsumsi Pangan Tahun 2010 terhadap 2009

Konsumsi 2009 (Kg) 2010 (Kg) Perubahan (persen)

Beras 102,22 100,76 -1,43

Umbi-umbian 14,7 14,2 -3,4

Hewani 42,9 46 7,23

Buah 23,07 27,9 20,94

Sayur 49,75 49,28 -0,94

Grafik 6. Penurunan/Kenaikan konsumsi 2010 terhadap 2009

Faktor Pendukung Keberhasilan Peningkatan Diversifikasi Pangan, antara lain:

a. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

Peningkatan diversifikasi pangan tersebut di dukung dengan pelaksanaan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Salah satu indikator sasaran dari kegiatan tersebut diatas, yaitu: (1) Jumlah desa yang menerapkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman sebanyak 18.33 desa terdiri dari: 1.810 desa untuk pengembangan kelompok wanita pemanfaatan pekarangan, 1.950 desa pelaksana kegiatan P2KP bagi anak SD/MI, dan 1.680 desa pelaksana kegiatan usaha mikro kecil bidang pangan untuk kegiatan penepungan; (2) Jumlah perguruan tinggi yang sudah melakukan penelaahan dan diseminasi penganekaragaman konsumsi pangan sebanyak 17 perguruan tinggi atau 89,47 persen; (3) Jumlah OKKPD yang telah memberikan sertifikat PRIMA di 10 provinsi sebanyak 10 OKKPD atau 100 persen; (4) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang telah menerapkan sistem penanganan keamanan pangan segar sebanyak 33 provinsi dan 30 kabupaten/kota atau terealisasi 100 persen; dan (5) Jumlah provinsi yang telah menindaklanjuti hasil analisis konsumsi pangan sebanyak 33 provinsi.

Indikator kinerja sasaran telah terealisasi rata-rata 96,03 persen, dengan sebagian besar indikator kinerja sasaran terealisasi 100 persen kecuali pada indikator kinerja sasaran ”Jumlah desa yang menerapkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman” yang terealisasi 90,67 persen, dan ”Jumlah perguruan tinggi yang sudah melakukan penelaahan dan diseminasi penganekaragaman konsumsi pangan”

yang terealisasi 17 perguruan tinggi atau 89,47 persen.

b. Produksi Tanaman Pangan

Produksi komoditas tanaman pangan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan meliputi kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Berdasarkan Aram III BPS, produksi kacang tanah tahun 2010 mencapai 780 ribu ton biji kering atau 88,44 persen dari target 882 ribu ton, kacang hijau 324 ribu ton biji kering atau 90,00 persen dari target 360 ribu ton, ubi kayu 23.093 ribu ton umbi basah atau 103,80 persen dari target 22,248 juta ton dan ubi jalar 2.06 ribu ton umbi basah atau 103,00 persen dari target 2.000 ribu ton. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009, semuanya mengalami peningkatan: kacang tanah mencapai 100,26 persen, kacang hijau 103,18 persen, ubi

Pencapaian produksi kacang tanah tahun 2010 didukung antara lain melalui kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian berupa Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) sebanyak 4.612 unit (46 ribu ha), serta adanya dukungan program bantuan benih (BLBU) sebanyak 7.257 ton seluas 61 ribu ha dari anggaran subsidi. Sedangkan faktor penghambat tidak tercapainya luas tanam/panen yang hanya mencapai 92,19 persen dari target 679 tibu ha akibat kompetisi dengan tanaman padi dan peningkatan produktivitasnya tidak optimal karena iklim basah yang ekstrim sepanjang tahun yang mengakibatkan pengisian polong tidak sempurna. Pencapaian produksi kacang hijau tahun 2010 didukung antara lain dari hasil kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Sedangkan faktor penghambat antara lain menurunnya luas tanam/panen yang hanya mencapai 87,16 persen dari target 327 ribu ha akibat persaingan dengan komoditas lain.

c. Produksi Peternakan

Produksi telur (ayam buras, ayam ras, dan itik) tahun 2010 mencapai 1.372 ribu ton atau 91,00 persen dari sasaran tahun 2010 sebesar 1.507 ribu ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 naik sebesar 5,50 persen dari angka sementara tahun 2009 sebesar 1.300 ribu ton; 5) Produksi susu tahun 2010 mencapai 923 ribu ton 126,80 persen dari sasaran tahun 2010 sebesar 728 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami kenaikan 11,60 persen dari angka sementara tahun 2009 sebesar 827 ribu ton (Lampiran Tabel III.2)

Populasi: 1) Sapi Potong pada tahun 2010 mencapai 13.633.000 ekor atau 106 persen dari sasaran tahun 2010 sebesar 12.795.000. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 naik 6,80 persen. Populasi Sapi Perah mencapai 495.000 ekor atau 116,74 persen dari sasaran tahun 2010 sebesar 424.000 ekor. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 4,20 persen dari angka sementara sebesar 475.000 ekor;

2) Populasi Kerbau mencapai 16.641.000 ekor atau 103,29 persen dari sasaran tahun 2010 sebesar 16.111.000 ekor. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 angka sementara naik 3,90 persen; 3) Populasi Kambing, Domba, Babi, Kuda, Ayam Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging dan Itik capaiannya berkisar antara 90,50 persen hingga 136,40 persen dari sasaran tahun 2010. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 kenaikannya berkisar 2,50 persen hingga 21,80 persen, kecuali Ayam Ras Petelur mengalami penurunan 6,80 persen dari angka sementara tahun 2009 sebesar 1.111.418.000 ekor (Lampiran Tabel III.3).

d. Pengembangan Desa Mandiri Pangan

Jumlah desa yang memasuki tahap dan prosentase KK miskin yang tertangani dari total KK miskin dilokasi desa pelaksana realisasinya rata-rata mencapai 56,97 persen.

Ouput/keluaran kegiatan ini adalah jumlah pelaksana Demapan di 350 Kab. Nilai capaian rata-rata indikator Input mencapai 100 persen, Output mencapai 113,94 persen dan Outcome mencapai 56,97 persen karena beberapa desa masih dalam proses.

e. Produksi Hortikultura

Secara keseluruhan pencapaian produksi tahun 2010 menunjukkan keberhasilan dengan nilai 105,89 persen, adalah sebagai berikut:

a. Buah mencapai 19.380,075 ribu ton atau 102 dari target 18.853,058 ribu ton. Jika dibandingkan dengan angka ATAP tahun 2009 naik 3,89 persen dari 18.653,900 ribu ton;

b. Sayuran mencapai 10.989,737 ribu ton atau 104,05 persen dari target 10.561,813 ribu ton. Jika dibandingkan ATAP 2009 naik 3,77 persen dari 10.589,820 ribu ton

b. Sayuran mencapai 10.989,737 ribu ton atau 104,05 persen dari target 10.561,813 ribu ton. Jika dibandingkan ATAP 2009 naik 3,77 persen dari 10.589,820 ribu ton

Dalam dokumen LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (Halaman 32-67)

Dokumen terkait