• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

TAHUN 2010

(2)

KATA PENGANTAR

Pembangunan pertanian tahun 2010 merupakan tahun transisi pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian periode 2005-2009 ke Renstra periode 2010-2014. Kementerian Pertanian pada tahun 2010 telah menetapkan 4 (empat) sasaran utama (target sukses), yaitu: (1) Tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) Peningkatan deversifikasi pangan, (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dan

(4) Peningkatan kesejahteraan petani. Keempat sasaran tersebut diupayakan pencapaiannya melalui 3 (tiga) program utama, yaitu: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (2) Program Pengembangan Agribisnis, dan (3), Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, serta 4 (empat) program penunjang, yaitu;

(1) Program Peningkatan Pengawasan Akuntabilitas, (2) Program Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, (3) Program Pendidikan Tinggi, dan (4) Program Pendidikan Menengah.

Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel, maka pelaksanaan pembangunan pertanian dan sistem pengelolaan keuangan negara yang berbasis kinerja harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian. Selanjutnya sejalan dengan Instruksi Presiden RI Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Keputusan LAN RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP), dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah, maka hasil capaian kinerja dan sasaran perlu dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada publik melalui LAKIP.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, melalui buku LAKIP Kementerian Pertanian tahun 2010 ini, Kementerian Pertanian berusaha memaparkan akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian selama tahun 2010 dalam rangka pencapaian sasaran, yang dilaksanakan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian Pertanian tahun 2010.

Kami menyadari bahwa selain berbagai keberhasilan yang telah dicapai, masih terdapat kendala, permasalahan, dan hambatan yang perlu mendapat perhatian serius dan segera ditindaklanjuti untuk perbaikan dan penyempurnaan pembangunan pertanian ke depan. Tentu saja kita semua berharap kinerja yang akan datang dapat lebih ditingkatkan dengan memanfaatkan peluang yang tersedia, serta menekan semaksimal mungkin permasalahan yang terjadi dalam upaya mencapai kinerja Kementerian Pertanian yang lebih baik, benar, transparan dan akuntabel.

Keberhasilan dan pencapaian kinerja Kementerian Pertanian selama tahun 2010 adalah hasil kerjasama seluruh jajaran Kementerian Pertanian serta dukungan pemangku kepentingan di pusat dan di daerah, baik institusi pemerintah, swasta, maupun petani. Besar harapan kami LAKIP Kementerian Pertanian Tahun 2010 ini dapat memberikan gambaran kinerja Kementerian Pertanian dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

(3)

Sebagai akhir dari pengantar ini kami mengajak semua pihak untuk bekerja keras, cerdas, jujur dan ikhlas dengan semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing guna mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke depan.

Jakarta, Maret 2011 Menteri Pertanian,

SUSWONO

(4)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme; Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah; Keputusan Kepala LAN RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Tahun 2010 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Pertanian periode 2010-2014, serta merupakan tahun transisi dari pelaksanaan Rencana Strategis periode 2005-2009 ke Rencana Strategis periode 2010-2014. Dalam implementasinya Renstra 2010-2014 tersebut ditindaklanjuti dengan merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2010, dan Penetapan Kinerja (PK).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor: 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, yang ditindaklajuti dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanan, telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi unit-unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian yang merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertanian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Kementerian Pertanian dibantu oleh beberapa eselon I, yaitu: (1) Wakil Menteri Pertanian; (2) Sekretariat Jenderal; (3) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; (4) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

(5) Direktorat Jenderal Hortikultura; (6) Direktorat Jenderal Perkebunan; (7) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; (8) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian; (9) Inspektorat Jenderal; (10) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; (11) Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian; (12) Badan Ketahanan Pangan; (13) Badan Karantina Pertanian;

(14) Staf Ahli Bidang Lingkungan; (15) Staf Ahli Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian; (16) Staf Ahli Bidang Kerja Sama Internasional; (17) Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi; (18) Staf Ahli Bidang Investasi Pertanian. Selain itu juga ada beberapa Eselon II yang langsung berada di bawah Menteri Pertanian, yaitu: (1) Pusat Kerjasama Luar Negeri; (2) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian; (3) Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian; (4) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian; dan (5) Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Dalam mewujudkan pembangunan Jangka Menengah (2010-2014), Kementerian Pertanian menetapkan Visi “Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”.

Untuk mewujudkan Visi tersebut Kementerian Pertanian menetapkan sepuluh Misi, yaitu: (1) Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis;

(2) Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan;

(5)

inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi; (5) Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dikonsumsi;

(6) Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri;

(7) Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi seara vertikal dan horizontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan;

(8) Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional (9) Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan; dan (10) Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

Tujuan yang akan dicapai oleh Kementerian Pertanian dalam kurun waktu 2010-2014 adalah: (1) Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal; (2) Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan;

(3) Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan;

(4) Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian; dan (5) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai Kementerian Pertanian dalam 5 (lima) tahun (2010-2014) adalah: (1) Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, meliputi: (a) Swasembada kedelai: produksi 2.700 ribu ton di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 20,05 persen per tahun); Gula: produksi 5.700 ribu ton di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 17,63 persen per tahun); Daging sapi: produksi 550 ribu ton di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 7,30 persen per tahun); dan (b) Swasembada Berkelanjutan meliputi: Padi: produksi 75.700 ribu ton di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 3,22 persen per tahun); dan Jagung 29.000 ribu ton di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 10,02 persen per tahun); (2) Peningkatan Diversifikasi Pangan, meliputi: Konsumsi beras menurun sekurang-kurangnya 1,50 persen per tahun, yang secara paralel juga dibarengi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-buahan dan sayuran; Skor Pola Pangan harapan naik 86,40 (2010) menjadi 93,30 (2014); dan Peningkatan keamanan pangan; (3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor, meliputi:

Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi, dan bahan olehan karet pada 2014 (pemberlakuan sertifikat wajib); Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20 persen (2010) menjadi 50 persen (2014), Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20 persen gandum/terigu impor pada 2014;

Memenuhi sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri (2014); Meningkatkan surplus neraca perdagangan US$ 24,3 miliar (2010) menjadi US$ 54,5 miliar (2014); dan (4) Peningkatan Kesejahteraan Petani, meliputi:

pendapatan per kapita pertanian Rp.7,93 juta di tahun 2014, dan rata-rata laju peningkatan pendapatan per kapita 11,10 persen per tahun.

Dalam rangka pencapaian Visi, Misi, dan Sasaran tersebut, Kementerian Pertanian menyusun arah dan kebijakan 2010-2014 yaitu: (1) Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan pola sekolah lapang lainnya; (2) Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD), dan Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan; (3) Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan; (4) Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri; (5) Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk substitusi komoditas impor; (6) Peningkatan

(6)

kualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, jalan usahatani; (7) Jaminan penguasaan lahan produktif; (8) Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani;

(9) Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional; (10) Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan; (11) Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan bunga rendah; (12) Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif; (13) Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional; (14) Pengembangan bio energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khusunya di perdesaan dan mensubstitusi BBM; (15) Pengembangan investasi pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilisasi harga di sentra produksi; (16) Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu; (17) Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional; (18) Penguatan sistem perkarantinaan pertanian: (19) Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorientasi kebutuhan petani; (20) Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota; (21) Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi; (22) Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis;

dan (23) Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.

Untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian tahun 2010 dilaksanakan melalui 3 (tiga) program utama pembangunan pertanian, yaitu:

(1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (2) Program Pengembangan Agribisnis, dan (3), Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dan 4 (empat) program penunjang, yaitu; (1) Program Peningkatan Pengawasan Akuntabilitas, (2) Program Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, (3) Program Pendidikan Tinggi, dan (4) Program Pendidikan Menengah.

Kegiatan utama dalam mewujudkan sasaran tersebut sebanyak 26 kegiatan, terdiri dari (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan sebanyak 12 kegiatan utama, (2) Program Pengembangan Agribisnis sebanyak 5 kegiatan utama (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani sebanyak 5 kegiatan utama, (4) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara sebanyak 1 kegiatan utama, (5) Program Penyelenggaraan Kepemerintahan Yang Baik dilaksanakan oleh 12 Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, dimana kegiatannya lebih bersifat fasilitasi dan administrasi dalam pelaksanaan mendukung manajemen pembangunan pertanian;

(6) Program Pendidikan Tinggi sebanyak 1 kegiatan, dan (7) Program Pendidikan Menengah sebanyak 1 kegiatan.

Nilai pencapaian sasaran Kementerian Pertanian tahun 2010 rata-rata mencapai 101,08 persen, antara lain: (1) Sasaran pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan (a) swasembada dengan target kedelai 1.300 ribu ton biji kering realisasi mencapai 908 ribu ton biji kering atau 69,85 persen; gula target 2.996 ribu ton dengan realisasi mencapai 2.390 ribu ton atau 80,00 persen; dan daging dengan target 412 ribu ton karkas, realisasi mencapai 440 ribu ton karkas atau 106,80 persen dan (b)

(7)

mencapai 66.411 ribu ton GKG atau 99,60 persen; dan jagung target 19.800 ribu ton pipilan kering, realisasi mencapai 18.364 ribu ton pipilan kering atau 92,75 persen. (2) Peningkatan diversifikasi pangan, antara lain; persentase penurunan konsumsi beras pertahun target 1,50 persen realisasinya mencapai 1,43 persen atau 95,33 persen;

persentase peningkatan konsumsi umbi-umbian belum menunjukkan peningkatan dari target yang ditetapkan sebesar 3,64; persentase konsumsi pangan hewani menunjukkan peningkatan yang signifikan hal ini terlihat dari target sebesar 4,61, realisasinya 7,23 atau 156,83 persen; persentase konsumsi buah-buahan menunjukkan hasil yang sangat signifikan dari target 2,98 realisasinya mencapai 20.94, atau 702,68 persen; dan konsumsi sayuran belum menunjukkan peningkatan dari target 2,45. (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor antara lain: Sertifikasi produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet (pemberlakukan sertifikat wajib) dengan target 25 sertifikasi, realisasi 10 sertifikasi atau 40,00 persen, Peningkatan produk olahan yang diperdagangkan dengan target 20 persen, realiasasi 19 persen atau 95 persen; Peningkatan substitusi tepung gandum/terigu dengan target 5 persen, realisasi 4 persen atau 80,00 persen; Pemenuhan sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri, dengan target 20 persen, realisasi 20 persen, atau 100 persen; dan Peningkatan surplus neraca perdagangan dengan target 6,04 persen, realisasi 51,85 persen, atau 858,44 persen; (4) Peningkatan kesejahteraan petani dengan target pendapatan per kapita per tahun Rp. 5,34 juta, dan perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) target tahun 2010 sebesar 105, realisasi sebesar 103.01, atau 98,10 persen. Peningkatan tersebut dikarenakan indeks harga yang diterima petani lebih besar jika dibandingkan dengan indeks harga yang dikeluarkan petani. Di samping itu, dukungan manajemen pembangunan pertanian dari 4 (empat) program penunjang yang sasaran hanya sebatas keluaran/output bersifat fasilitasi, yaitu: (1) Program Penyelenggaraan Akuntabilitas Aparatur Negara 92,84 persen; (2) Program Penyelenggaran Kepemerintahan Yang Baik 95,11 persen; dan (3) Program Pendidikan Tinggi mencapai 100 persen, dan (4) Program Pendidikan Menengah mencapai 100 persen.

Evaluasi kinerja sasaran strategis tahun 2010 sebagai berikut:

Produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan ASEM tahun 2010 BPS, mencapai 908 ribu ton biji kering, atau mencapai 69,85 persen terhadap target 1.300 ribu ton biji kering (cukup berhasil). Apabila dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 93,19 persen. Faktor penyebab rendahnya capaian produksi kedelai tahun 2010 disebabkan perubahan iklim ekstrim basah sepanjang tahun, serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta harga yang tidak kompetitif.

Produksi gula tahun 2010 berdasarkan Angka Taksasi (Ditjen Perkebunan), mencapai 2.390 ribu ton Gula Kristal Putih (GKP), atau mencapai 80,00 persen terhadap target 2.996 ribu ton GKP (berhasil). Apabila dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 102,67 persen.

Produksi daging sapi tahun 2010 berdasarkan Angka Sementara (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan), mencapai 440 ribu ton karkas, atau 106,80 persen dari target 412 ribu ton karkas (sangat berhasil). Dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 107,32 persen.

Produksi padi tahun 2010 berdasarkan ASEM tahun 2010 BPS, mencapai 66.411 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mencapai 99,60 persen terhadap target 66.680 ribu ton GKG (berhasil). Dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 103,14 persen.

Produksi jagung tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan I tahun 2011 (ARAM-I 2011), BPS, mencapai 18.364 ribu ton pipilan kering, atau mencapai 92,75 persen

(8)

terhadap target 19.800 ribu ton pipilan kering (berhasil). Dibandingkan produksi tahun sebelumnya (2009) mencapai 104,77 persen.

Pada tahun 2010 Kementerian Pertanian mengelola APBN sektoral (BA018) sebesar Rp.8,95 triliun yang dialokasikan di pusat dan daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia yang meliputi 1.791 satker. Realisasi penyerapan sampai dengan 31 Desember 2010 mencapai Rp. 8.03,- triliun atau 89,67 persen.

Pembangunan pertanian pada tahun 2010 mengalami kemajuan, namun masih ditemui kendala/hambatan, meliputi aspek: a) Administrasi dan Manajemen; b) Sumber Daya Manusia; dan c) Teknis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ditempuh berbagai upaya, antara lain: a) perbaikan sistem perencanaan kinerja, b) pembinaan dan pelatihan kepada petugas dan petani, c) peningkatan penggunaan sumberdaya lokal, dan d) koordinasi dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.

Prestasi yang patut diapresiasi karena pada tahun 2010 Kementerian Pertanian berhasil mempertahankan swasembada padi dan jagung sebagai bagian dari sasaran swasembada berkelanjutan dan swasembada gula konsumsi.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

IKHTISAR EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.1 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan ... 1

1.3 Susunan organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian ... 2

1.4 Sumberdaya Manusia Kementerian Pertanian... 11

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 12

2.1. Perencanaan Strategik 2010-2014 ... 12

2.1.1 Visi ... 12

2.1.2 Misi ... 12

2.1.3 Tujuan dan Sasaran ... 13

2.1.4 Arah Kebijakan Kementerian Pertanian ... 14

2.1.5 Program dan Kegiatan ... 15

2.2. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2010 ... 16

2.2.1 Sasaran Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan ... 16

2.2.2 Sasaran Peningkatan Diversifikasi Pangan... 17

2.2.3 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor ... 17

2.2.4 Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Petani ... 18

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN... 21

3.1. Kreteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran ... 21

3.2. Pencapaian Sasaran Kementerian Pertanian tahun 2010... 21

3.3 Evaluasi Kinerja ... 22

3.3.1 Produksi Kedelai ... 22

3.3.2 Produksi Gula ... 23

3.3.3 Produksi Daging Sapi... 24

3.3.4 Produksi Padi... 24

3.3.5 Produksi Jagung ... 25

Sasaran 1 Tercapainya Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan... 22

Sasaran 2 Meningkatnya Diversifikasi Pangan ... 30

Sasaran 3 Meningkatnya Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor... 34

Sasaran 4 Meningkatnya Kesejahteraan Petani... 42

3.4 Dukungan Manajemen Dan Teknis Lainnya ... 44

3.4.1 Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Aparatur Negara (Internal) ... 44

(10)

3.4.2 Beberapa Kegiatan Yang Belum Dapat Dilaksanakan Sesuai

Target Yang Telah Ditetapkan ... 45

3.4.3 Pembinaan/Koordinasi/Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan ... 45

3.4.4 Pendidikan Tinggi ... 45

3.4.5 Pendidikan Menengah ... 46

3.5 Akuntabilitas Keuangan ... 46

3.6 Hambatan dan Kendala ... 46

3.7 Upaya dan Tindak Lanjut ... 48

BAB IV. PENUTUP ... 49

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Pertanian Tahun 2010 ... 21

Tabel 2. Produksi Kedelai di Indonesia selama Tahun 2005-2010 ... 22

Tabel 3. Produksi Gula di Indonesia selama Tahun 205-2010 ... 23

Tabel 4. Produksi Daging di Indonesia selama Tahun 2005-2010... 24

Tabel 5. Produksi Padi di Indonesia selama Tahun 2005-2010... 24

Tabel 6. Produksi Jagung di Indonesia selama Tahun 2005-2010 ... 25

Tabel 7. Penurunan/Peningkatan Konsumsi 2010 terhadap 2009 ... 30

Tabel 8. Daftar Gapoktan/Pelaku Usaha Yang Telah Mendapat Sertifikasi Organik... 34

Tabel 9. Neraca Perdagangan Tahun 2010 Sektor Pertanian ... 37

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Keragaan Produksi Kedelai Tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi Tahun 2011-2014... 23

Grafik 2. Keragaan Produksi Gula Jagung Tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi Tahun 2011-2014... 23

Grafik 3. Keragaan Produksi Daging Sapi Tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi Tahun 2011-2014... 24

Grafik 4. Keragaan produksi Padi tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi tahun 2011- 2014 ... 25

Grafik 5. Keragaan produksi Jagung Jagung tahun 2005-2010 dan Sasaran Produksi tahun 2011-2014 ... 25

Grafik 6. Penurunan/Kenaikan konsumsi 2010 terhadap 2009 ... 31

Grafik 7. Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Tahun 2010... 37

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu kepada Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme; Instruksi Presiden RI Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Keputusan Kapala LAN RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Secara proses penerapan SAKIP dilakukan melalui empat fase; (a) menyusun Rencana Strategis, (b) merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU), (c) menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan (d) menetapkan Penetapan Kinerja (PK). Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dilakukan melalui pengukuran pencapaian dan evaluasi kinerja dengan mengkaji tingkat capaian kinerja dan membandingkannya dengan target yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja sebelumnya dan lebih luas lagi memperhatikan standar kinerja yang berlaku di negara lain, serta mengidentifikasi kendala/hambatan dan permasalahan serta langkah- langkah yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam rangka perbaikan kinerja.

Penerapan SAKIP tahun 2010 di samping merupakan kelanjutan tahun-tahun sebelumnya, juga merupakan tahun pertama pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Tahun 2010-2014 dan tahun transisi pelaksanaan Renstra periode 2005-2009 ke Renstra periode 2010-2014.

Diharapkan penerapan SAKIP ini dapat berfungsi secara optimal hingga dapat dijadikan salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan pembaharuan birokrasi pemerintah untuk mempercepat terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih dari pratek-pratek penyimpangan.

SAKIP sebagai instrumen utama dalam penyelenggaraan birokrasi di lingkungan pemerintahan, mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder terkait di lingkup Kementerian Pertanian dalam pengimplementasian sistem ini agar dapat diketahui secara tepat seberapa jauh tingkat capaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, yang pada gilirannya dapat diakumulasikan menjadi bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian.

1.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor: 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I

(13)

Pertanan, telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi unit-unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian yang merupakan unsur pelaksana pemerintahan, dipimpin oleh Menteri Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Kementerian Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan dibidang pertanian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut di atas Kementerian Pertanian menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pertanian;

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian;

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pertanian;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pertanian di daerah; dan

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan Susunan Unit Organisasi Kementerian Pertanian yang terkait secara langsung atau berada di bawah Menteri Pertanian (Lampiran I.1), terdiri atas:

1. Wakil Menteri Pertanian;

2. Sekretariat Jenderal;

3. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian;

4. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

5. Direktorat Jenderal Hortikultura;

6. Direktorat Jenderal Perkebunan;

7. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;

8. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian;

9. Inspektorat Jenderal;

10. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;

11. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian;

12. Badan Ketahanan Pangan;

13. Badan Karantina Pertanian;

14. Staf Ahli Bidang Lingkungan;

15. Staf Ahli Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian;

16. Staf Ahli Bidang Kerja Sama Internasional;

17. Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi;

18. Staf Ahli Bidang Investasi Pertanian;

19. Pusat Kerjasama Luar Negeri;

(14)

20. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian;

21. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian;

22. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian; dan 23. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Masing-masing unit organisasi tersebut di atas mempunyai tugas dan fungsi:

1. Wakil Menteri Pertanian;

Wakil Menteri Pertanian mempunyai tugas membantu Menteri Pertanian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Pertanian. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Wakil Menteri Pertanian mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas khusus dari Menteri Pertanian yang tidak menjadi tugas Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan, Staf Ahli atau Staf Khusus;

b. Membantu Menteri Pertanian dalam mengupayakan perbaikan iklim investasi pertanian dan peningkatan nilai investasi publik, swasta dan masyarakat dibidang pertanian;

c. Membantu Menteri Pertanian dalam upaya menghilangkan dan/atau mengurai hambatan-hambatan (debottlenecking) yang dihadapi dalam pembangunan pertanian yang bersifat lintas kementerian; dan

d. Melaksanakan tugas lainnya yang bersifat ad hoc.

2. Sekretariat Jenderal;

Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit Organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi kegiatan Kementerian Pertanian;

b. Koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Pertanian;

c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Kementerian Pertanian;

d. Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama dan hubungan masyarakat;

e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;

f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pertanian.

(15)

3. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian;

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang Prasarana dan Sarana Pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang- undangan;

b. Pelaksanan kebijakan di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang- undangan;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian; dan

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

4. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang tanaman pangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan dibidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan;

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan; dan

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

5. Direktorat Jenderal Hortikultura;

Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang hortikultura. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen hortikultura;

(16)

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen hortikultura;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen hortikultura;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen hortikultura;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Hortikultura.

6. Direktorat Jenderal Perkebunan;

Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan;

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan.

7. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;

Direktorat Jenderal Peternakan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan dibidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; dan

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

(17)

8. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian;

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha dan pemasaran hasil pertanian;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha dan pemasaran hasil pertanian;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha dan pemasaran hasil pertanian;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha dan pemasaran hasil pertanian;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

9. Inspektorat Jenderal;

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian. Dalam tugas tersebut, Inspektorat Jenderal mempunyai fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian;

b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Pertanian;

d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Pertanian;

dan

e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.

10. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan pertanian;

b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian;

(18)

c. Pemantaun, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian; dan

d. Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

11. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian;

Badan Pengembangan dan Sumberdaya Manusia Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan dan pengembangan sumberdaya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standarisasi dan sertifikasi sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b. Pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standarisasi dan sertifikasi sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. Pemantaun, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standardisasi dan sertifikasi sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

d. Pelaksanaan administrasi Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.

12. Badan Ketahanan Pangan;

Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengembangan dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan;

b. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan dan cadangan pangan;

c. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan pola konsumsi dan penganekaragaman pangan;

d. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pengawasan keamanan pangan segar; dan

e. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan.

13. Badan Karantina Pertanian;

Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Karantina Pertanian menyelenggarakan fungsi:

(19)

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;

b. Pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;

c. Pemantaun, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati; dan

d. Pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian.

14. Staf Ahli Menteri Pertanian

Staf Ahli Menteri Pertanian mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai dengan bidang tugasnya. Staf Ahli Menteri Pertanian terdiri atas:

a. Staf Ahli Bidang Lingkungan;

b. Staf Ahli Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian;

c. Staf Ahli Bidang Kerja Sama Internasional;

d. Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi;

e. Staf Ahli Bidang Investasi Pertanian;

Tugas dari masing-masing Staf Ahli Menteri Pertanian tersebut adalah:

a. Staf Ahli Bidang Lingkungan mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pertanian mengenai masalah lingkungan;

b. Staf Ahli Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pertanian mengenai masalah kebijakan pembangunan pertanian;

c. Staf Ahli Bidang Kerjasama Internasional mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pertanian mengenai masalah kerja sama internasional;

d. Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pertanian mengenai masalah Inovasi dan Teknologi; dan

e. Staf Ahli Bidang Investasi Pertanian mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pertanian mengenai masalah Investasi Pertanian.

15. Pusat Kerjasama Luar Negeri

Pusat Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan kerja sama luar negeri di bidang pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Kerjasama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. Penelaahan, penyusunan program, dan penyiapan pelaksanaan kerja sama bilateral di bidang pertanian;

b. Penelaahan, penyusunan program, dan penyiapan pelaksanaan kerja sama regional di bidang pertanian;

c. Penelaahan, penyusunan program, dan penyiapan pelaksanaan kerja sama multilateral di bidang pertanian;

(20)

d. Pelaksanaan urusan atase pertanian; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat Kerjasama Luar Negeri.

16. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian;

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengembangan sistem informasi pertanian, dan pelayanan data dan informasi pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, anggaran;

b. Penyediaan dan pelayanan data dan informasi komoditas pertanian;

c. Penyediaan dan pelayanan data dan informasi non komoditas pertanian;

d. Pengelolaan dan pelaksanaan pengembangan sistem informasi Kementerian Pertanian; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.

17. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian;

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perlindungan varietas tanaman serta pelayanan perizinan dan rekomendasi teknis pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan rencana, program dan anggaran, serta kerja sama;

b. Pemberian pelayanan permohonan hak dan pengujian perlindungan varietas tanaman, serta pendaftaran varietas dan sumber daya genetik tanaman;

c. Penerimaan, analisis, fasilitasi proses teknis penolakan atau pemberian izin, rekomendasi teknis, dan pendaftaran di bidang pertanian;

d. Pelayanan penamaan, pemberian, penolakan permohonan, pembatalan hak, serta pelayanan permohonan banding, konsultasi, pertimbangan, dan perlindungan hukum perlindungan varietas tanaman; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.

18. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian;

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan program, anggaran dan evaluasi perpustakaan dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian;

(21)

c. Pembinaan sumberdaya perpustakaan di lingkungan Kementerian Pertanian;

d. Pembinaan dan pengelolaan publikasi hasil penelitian pertanian;

e. Penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui tatakelola teknologi informasi dan promosi;

f. Pengelolaan sarana instrumentasi teknologi informasi dan bahan pustaka; dan g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Perpustakaan dan

Penyebaran Teknologi Pertanian.

19. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

b. Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

c. Pelaksanaan telaah ulang program dan kebijakan pertanian;

d. Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan kebijkan pertanian;

e. Pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil analisis, dan pengkajian serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

f. Evaluasi dan pelaporan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; dan

g. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Bila dibandingkan antara organisasi dan tatalaksana Kementerian Pertanian sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61 tahun 2010 dengan organisasi dan tata laksana Kementerian Pertanian sebelumnya, maka terdapat penambahan tugas dan fungsi Wakil Menteri Pertanian, dan adanya pergesaran kegiatan antar Eselon I.

Namun demikian secara keseluruhan Tugas Pokok dan Fungsi yang menjadi tanggungjawab Kementerian Pertanian sudah tertampung seluruhnya dan telah dibagi habis ke semua Eselon I lingkup Kementerian Pertanian.

(22)

1.4 Sumberdaya Manusia Kementerian Pertanian

Jumlah pegawai Kementerian Pertanian pada tahun 2010 di Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebanyak 22.281 orang yang tersebar di 12 Unit Kerja Eselon I dan UPT di bawah binaan masing-masing Eselon I. Jika dilihat dari jenjang pendidikannya terdiri dari: S3 sebanyak 462 orang, S2 sebanyak 2.962 orang, S1/D4 sebanyak 6.304 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 1.203 orang, SLTA sebanyak 9.476 orang, SLTP sebanyak 670 orang, dan SD sebanyak 1.204 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 dengan jumlah pegawai 20.192 orang, maka jumlah pegawai tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 10,34 persen atau 2.089 orang. Kenaikan ini pada tahun 2010 dilakukan melalui rekrutmen pegawai baru. Secara rinci jumlah pegawai Kementerian Pertanian tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran Tabel I.2

(23)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Rencana Strategik 2010-2014

2.1.1 Visi

Visi Kementerian Pertanian adalah Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani.

2.1.2 Misi

Untuk mewujudkan hal tersebut misi yang harus dilaksanakan, yaitu:

1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.

2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.

3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.

4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.

5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi.

6. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri.

7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan.

8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.

9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.

10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

(24)

2.1.3 Tujuan dan Sasaran

Sesuai dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian, maka tujuan yang akan dicapai adalah:

1. Mewujdkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal.

2. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan.

3. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan.

4. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.

5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan sasaran yang ingin dicapai Kementerian Pertanian selama tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

a. Swasembada meliputi: produksi kedelai naik dari 1.300 ribu ton biji kering (2010) menjadi 2.700 ribu ton biji kering di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 20,05 persen per tahun); produksi Gula naik dari 2.990 ribu ton (2010) menjadi 5.700 ribu ton di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 17,63 persen per tahun);

produksi Daging sapi naik dari 412 ribu ton (2010) menjadi 546 ribu ton karkas di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 7,30 persen per tahun).

b. Swasembada Berkelanjutan meliputi: produksi Padi naik dari 66.680 ribu ton GKG (2010) menjadi 75.700 ribu ton GKG di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 3,22 persen per tahun); dan prduksi Jagung naik dari 19.800 ribu ton (2010) menjadi 29.000 ribu ton pipilan kering di tahun 2014 (kenaikan rata-rata 10,02 persen per tahun).

2. Peningkatan Diversifikasi Pangan, meliputi:

a. Konsumsi beras menurun sekurang-kurangnya 1,50 persen per tahun, dibarengi peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani; buah-buahan dan sayuran;

b. Skor Pola Pangan Harapan naik 86,40 (2010) menjadi 93,30 (2014) 3. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor, meliputi:

a. Terfasilitasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi, dan bahan olahan karet pada 2014 (pemberlakuan sertifikat wajib);

b. Meningkatkan produk olahan yang diperdagangkan dari 20 persen (2010) menjadi 50 persen (2014).

c. Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20 persen gandum/

terigu impor pada 2014.

d. Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri (2014).

e. Meningkatkan surplus neraca perdagangan US$ 24,30 miliar (2010) menjadi

(25)

4. Peningkatan Kesejahteraan Petani, meliputi:

a. Pendapatan per kapita pertanian Rp.7,93 juta di tahun 2014.

b. Rata-rata laju peningkatan pendapatan per kapita 11,10 persen per tahun.

2.1.4 Arah Kebijakan Kementerian Pertanian

Dalam rangka pencapaian Visi, Misi, dan Sasaran tersebut, Kementerian Pertanian menyusun arah dan kebijakan, yaitu:

1. Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan pola sekolah lapang lainnya;

2. Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD), dan Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan;

3. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan;

4. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri;

5. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk substitusi komoditas impor;

6. Peningkatan kualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, jalan usahatani;

7. Jaminan penguasaan lahan produktif;

8. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani;

9. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional;

10. Perberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan;

11. Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan bunga rendah;

12. Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif;

13. Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional;

14. Pengembangan bio energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khusunya di perdesaan dan mensubstitusi BBM;

15. Pengembangan investasi pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilisasi harga di sentra produksi;

(26)

16. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu;

17. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional;

18. Penguatan sistem perkarantinaan pertanian:

19. Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorientasi kebutuhan petani;

20. Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota;

21. Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi;

22. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis; dan

23. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.

2.1.5 Program dan Kegiatan

Tahun 2010 merupakan tahun pertama pelaksanaan Renstra Kementerian Pertanian periode 2010-2014 dan tahun transisi pelaksanaan Renstra periode 2005-2009 ke Renstra periode 2010-2014. Pada tahun 2010 pelaksanaan program dan anggaran pembangunan pertanian mengacu pada Renstra periode 2005-2009, yang terdiri dari 3 (tiga) program utama, yaitu: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (2) Program Pengembangan Agribisnis, dan (3), Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, serta 4 (empat) program penunjang, yaitu; (1) Program Peningkatan Pengawasan Akuntabilitas, (2) Program Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, (3) Program Pendidikan Tinggi, dan (4) Program Pendidikan Menengah. Sedangkan program pembangunan pertanian dalam Renstra periode 2010-2014 terdiri dari 12 program sesuai dengan jumlah Eselon I yang ada di Kementerian Pertanian. Untuk itu karena tahun 2010 merupakan tahun transisi, dimana Renstra periode 2010-2014 baru ditetapkan tahun 2010, dan pada saat penetapan Renstra periode 2010-2014 tersebut DIPA Kementerian Pertanian tahun 2010 sudah terbit, maka penyusunan LAKIP Kementerian Pertanian Tahun 2010 mengacu pada program pembangunan pertanian yang ada pada Renstra periode 2005-2009. Walaupun demikian, sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2010 tetap mengacu pada sasaran Renstra periode 2010-2014. Hal ini dapat diselaraskan, karena apabila dibandingkan antara sasaran dan program pembangunan pertanian yang ada pada Renstra periode 2005-2009 dengan yang ada pada Renstra periode 2010-2014 secara substansi tidak ada perbedaan yang cukup

(27)

2.2 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2010

Dalam rangka mewujudkan ke empat sasaran Kementerian Pertanian, telah dilaksanakan 3 (tiga) program utama, yaitu: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (2) Program Pengembangan Agribisnis, dan (3), Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, serta 4 (empat) program penunjang, yaitu; (1) Program Peningkatan Pengawasan Akuntabilitas, (2) Program Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, (3) Program Pendidikan Tinggi, dan (4) Program Pendidikan Menengah.

Program-program tersebut diimplementasikan ke dalam 26 Kegiatan Utama/Strategis Kementerian Pertanian yang berada pada Eselon I lingkup Kementerian Pertanian.

Rincian Kegiatan dan Sasaran tersebut diuraikan sebagai berikut:

2.2.1 Sasaran Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

Swasembada: sasaran produksi kedelai 1.300 ribu ton biji kering, produksi gula 2.996 ribu ton GKP, dan sasaran produksi daging sapi 412 ribu ton karkas. Swasembada berkelanjutan: sasaran produksi padi 66.680 ribu ton GKG, dan jagung 19.800 ribu ton pipilan kering. Pencapaian sasaran tersebut dicapai melalui kegiatan:

1. Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Komoditas Pertanian. Sasarannya menurunnya tingkat kehilangan hasil produksi padi 0,2 - 5 persen per tahun, kelembagaan pasar sebanyak 186 unit, dan pelayanan pasar 200 kab, serta kerjasama Kementerian Pertanian sebanyak 16 MoU.

2. Penyediaan dan Perbaikan infrastruktur Pertanian. Sasarannya meningkatnya Perluasan Areal Tanam dan Sarana dan Prasarana Pertanian (cetak sawah 12.125 ha, optimalisasi lahan 12.125 ha, SRI, 9.790 ha, JUT 485 km, JADPROD 470 km, JITUT 470 km, TAM 5.920 ha, JITUT 57.264 ha, JIDES 45.102 ha, pupuk 200 paket, dan sertifikasi lahan petani 68.500 persil).

3. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Penyakit Hewan, Karantina dan Peningkatan Keamanan Pangan. Sasarannya terkendalinya serangan OPT Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Penyakit Peternakan. Indikator sasarannya yaitu:

a. Terkendalinya serangan OPT dan dampak fenomena iklim pada tanaman pangan di 34 balai, 33 prov, 1 tahun koordinasi pestisida, 311 unit SL-PHT dan 200 unit SL-Iklim.

b. Penanggulangan penyakit reproduksi pada sapi potong,

c. Pengendalian masuk dan menyebarnya HPT hewan karantina dan OPT karantina (HPHK dan Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).

4. Pengembangan Pembibitan Sapi. Sasaran berkembangnya pembibitan sapi melalui kelompok (sapi/kerbau dengan sasaran 22 paket); Peningkatan Perbibitan sapi perah dengan sasaran 10 klp; dan Fasilitas UPT Perbibitan dengan sasaran 8 kelompok)

5. Bantuan Benih/Bibit, Sarana Produksi Pertanian, dan Penguatan Kelembagaan Perbenihan dengan sasaran meluasnya penggunaan benih varietas unggul bermutu.

6. Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca Panen. Sasarannya meningkatnya kegiatan mekanisasi produksi komoditas pertanian pra dan pasca panen melalui kelompok

(28)

7. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Pertanian serta Pengembangan Kawasan. Sasarannya meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan memanfaatkan teknologi budidaya tanaman pangan sesuai dengan agroklimat daerah setempat. Indikator sasarannya:

a. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman pangan 30 Provinsi dan 377 Kab/Kota.

b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan memanfaatkan teknologi budidaya tanaman pangan sesuai dengan agroklimat daerah setempat.

c. Produksi semen beku 4 juta dosis, 850.000 liter, 200 ULIB; Pengawalan satker SLPTT dengan sasaran 400 satker.

8. Penelitian dan Diseminasi Inovasi Pertanian. Indikator sasarannya meningkatnya inovasi dan deseminasi teknologi pertanian. Indikator sasarannya:

a. Inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan, dan produk olahan.

b. Inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya pertanian.

c. Rekomendasi kebijakan pertanian.

d. Diseminasi inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan.

2.2.2 Sasaran Peningkatan Diversifikasi Pangan

Peningkatan diversifikasi pangan dengan sasaran menurunnya konsumsi beras sekurang-kurangnya 1,5 persen per tahun, dibarengi peningkatan konsumsi umbi- umbian, pangan hewan, buah-buahan dan sayuran; Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ditargetkan 86,40; Pencapaian sasaran tersebut dicapai melalui kegiatan:

9. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Indikator sasarannya meningkatnya pemantapan Distribusi dan Harga Pangan.

10. Restrukturisasi Perunggasan. Indikator sasarannya tertatanya pengembangan Perunggasan di pemukiman dan terpenuhinya kebutuhan pakan lokal.

11. Diversifikasi Pangan. Indikator sasarannya meningkatnya pemantapan Keanekaragam Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan Segar di 2.000 Desa pada 200 Kab/Kota.

12. Pengembangan Desa Mandiri Pangan, 1.750 dan persentase KK miskin yang ditanggani sebanyak 50 persen

2.2.3 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor

Sasaran kegiatan meliputi: target sertifikasi produk pertanian organik, kakao fermentasi, dan bahan olahan karet (pemberlakuan sertifikasi wajib) sebanyak 25 sertifikasi, peningkatan produk olahan yang diperdagangkan sebesar 20 persen, peningkatan subsitusi tepung gandum/terigu sebesar 5 persen, pemenuhan sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri sebesar 20 persen dan peningkatan surplus neraca perdagangan sebesar 6,04 persen. Pencapaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui kegiatana:

13. Pengembangan Agroindustri Perdesaan/Terpadu. Indikator sasarannya

(29)

14. Integrasi Tanaman-Ternak, Kompos dan Biogas. Sasarannya meningkatnya penggunaan pupuk anorganik dan populasi ternak serta fasilitasi peningkatan produksi perkebunan.

15. Peremajaan Tanaman Perkebunan Rakyat dan Pengembangan Perkebunan Komersial (Bahan Baku Bio Energi). Sasarannya terlaksanannya pengembangan dan manajemen perkebunan.

16. Pengembangan Pertanian Organik dan Pertanian Berkelanjutan. Sasarannya Berkembangnya Pertanian Organik yang berwawasan lingkungan dan aman konsumsi.

17. Peningkatan Kegiatan Eksibisi, Perlombaan dan Penghargaan kepada Petani/Pelaku Agribisnis. Sasarannya meningkatnya prestasi kerja, eksibisi, pemberian penghargaan kelompok tani, ternak, hortikultura dan promosi bidang pertanian.

2.2.4 Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Petani

Sasaran kegiatan meliputi: peningkatan pendapatan per kapita pertanian; dan peningkatan rata-rata laju peningkatan pendapatan per kapita 11,10 persen per tahun.

Namun karena pada saat penyusunan LAKIP ini informasi PDB petani per kapita belum tersedia, maka indikator sasaran yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP).

Indikator NTP ini sesuai dengan yang tercantum dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian sebagaimana tercantum dalam SK Mentan Nomor:

1185/Kpts/OT.140/3/2010 bahwa target NTP tsebesar 105. Pencapaian sasaran tersebut dicapai melalui:

18. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Sasarannya berkembangnya agribinsis perdesaan melalui kelompok. Indikator Sasaran yaitu:

a. Meningkatnya dan berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan melalui Gapoktan dengan sasaran 10.000 desa

b. Terbentuknya jaringan kerja usaha antar pemerintah, petani dan stakeholder dengan sasaran 33 Prov, 20.812 orang mitra tani pendamping.

19. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan melalui LM3 dan Pemuda Membangun Desa (PMD). Sasarannya berkembangnya bidang usaha tanaman pangan, hortukulutra, peternakan, perkebunan, dan jaringan kerja usaha melalui LM3 dan PMD. Indikator sasaran yaitu:

a. Meningkatnya pendapatan LM3 dan Kelompok tani UPJA sebanyak 250 LM3 dan 476 PMD

b. Penguatan Kelembagaan Peternakan 755 LM3

c. Berkembangnya usaha pengolahan dan pemasaran di 200 LM3

d. Terbentuknya jaringan kerja usaha antara pemerintah, petani dan stakeholder 33 LM3, 2.400 orang, 3.4000 eksemplar informasi PUAP.

e. Berkembangnya agribisnis hortikultura di 400 LM3.

20. Magang, Sekolah Lapang dan Pelatihan, Pendidikan Pertanian, dan Kewirausahaan Agribisnis. Sasarannya terselenggaranya SL-Hama Terpadu Perkebunan, SL-GAP Hortikultura, Diklat kewirausahaan dan pembekalan THL TB PP. Indikator sasaran yaitu:

a. Terlaksananya sekolah lapang pengendalian hama terpadu (perkebunan di 79 KT).

(30)

b. Terlatihnya aparatur dan non aparatur sesuai dengan kebutuhan petugas.

c. Tertatanya kegiatan kelembagaan, ketenaga kerjaan dan pembiayaan 7 Balai, 2 SPP, 557 Mahasiswa, 2.100 Siswa, 8 SKKNI, 2 LSP, 2 LDP, 3.395 orang

d. Pelaksanaan SL-GAP Hortikultura 91 paket.

21. Peningkatan Sistem Penyuluhan, Sumberdaya Manusia Pertanian, dan Pengembangan Kelompok Tani. Sasarannya terfasilitasinya penyuluh, pemberdayaan petani, pelaku agribisnis di kawasan FEATI. Indikator Sasaran yaitu:

a. Meningkatnya kegiatan kelembagaan, ketenagakerjaan dan pembiayaan 27.393 PNS, 19.170 THL TBPP, 3.942 BPP, 33 prov, 473 kab, 21 satker

b. Meningkatnya sarana dan prasarana FEATI 18 prov, 68 kab.

22. Kebijakan, Perencanaan, Koordinasi, Keuangan, Kepegawaian, Monitoring, dan Evaluasi, Pengembangan Data Statistik dan Informasi, Kerjasama serta Pengarusutamaan Gender dan Penyelesaian masalah-masalah mendesak dan bencana alam. Sasarannya meningkatnya dukungan manajemen dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Indikator sasaran yaitu:

a. Meningkatnya kualitas rumusan perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan, serta tertib administrasi dan layanan sebanyak 80 dok, 41 Unit.

b. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan ketatalaksanaan Kementerian, berkembangnya SDM aparatur pertanian, dan meningkatnya pelayanan administrasi kepegawaian dan publik sebanyak 42 dok.

c. Meningkatnya layanan informasi untuk pengembangan agribisnis dan tertib administrasi serta lembaga sebanyak 4 paket, 45 dok, 5 keg, dan 122 unit.

d. Meningkatnya pengelolaan dan operasional Pusat Informasi Agribisnis, meluasnya informasi program pembangunan pertanian secara cepat dan akurat, meningkatnya pelayanan sarana dan prasarana, serta meningkatnya fasilitasi hubungan antar lembaga Kementerian/Lembaga, pertemuan Bakohumas serta fasilitasi pemangku kepentingan dan pemberian bantuan hukum sebanyak 407 dok, 42 unit.

e. Meningkatnya hubungan dan kualitas rumusan perencanaan kerjasama internasional di bidang pertanian.

f. Meningkatnya : kualitas, validitasi, metode pengumpulan data dan pelaporan data elektronik, serta pelaksanaan program dan kerja dalam pengelolaan data dan informasi pertanian.

g. Meningkatkan pelayanan perizinan, dan promosi investasi pertanian serta meningkatnya kualitas PNBP dan penatausahaan anggaran

h. Meningkatnya pelayanan perlindungan varietas tanaman dan meningkatkan pelayanan perizinan.

i. Meningkatnya kinerja satuan kerja dan petugas lapangan

j. Terlaksananya penerapan dan pemantapan good governance, penyelesaian daerah konflik, bencana alam.

k. Terfasilitasinya daerah perbatasan/pemanfaatan lahan gambut/Inpres untuk pengembangan peternakan.

l. Tersusunnya kebijakan dan program dan data base m. Terpantaunya program dan kegiatan Ditjen Peternakan.

n. Meningkatnya kualitas laporan, koordinasi, penyusunan program, anggaran,

(31)

o. Terfasilitasinya kegiatan READ

p. Tersusunnya rumusan draft RUU Lembaga Pembiayaan Pertanian.

Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut di atas didukung beberapa program seperti program Penerapan Pemerintahan Yang Baik, Peningkatan Pengawasan Akuntabilitas Aparatur, dan Pendidikan Tinggi dan Menengah. Adapun bentuk fasilitasi dari program- program tersebut adalah:

23. Pembayaran Gaji, pemeliharaan pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan, penyelenggaraan operasional dan pelayanan publik serta birokrasi pada 12 Eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Sasarannya meningkatnya pelayanan aparatur, kelancaran administrasi dan pelayanan publik kepada semua pihak.

24. Penyelesaian Pengawasan dan Pemeriksaan Aparatur Negara (internal). Indikator sasarannya terlaksananya fungsi pengawasan dan pemeriksaan internal.

25. Penyelenggaraan/pengembangan pendidikan sumber daya manusia. Indikator sasarannya tertatanya kegiatan pendidikan dari aspek kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan dan pembiayaan untuk pendidikan tinggi sebanyak 300 Mahasiswa.

26. Penyelenggaraan/pengembangan pendidikan sumber daya manusia. Indikator sasarannya tertatanya kegiatan pendidikan dari aspek kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan dan pembiayaan untuk pendidikan menengah di 12 provinsi.

(32)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran

Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran keberhasilan tahun 2010 ditetapkan berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian>100 persen), (2) berhasil (capaian 80-100 persen), (3) cukup berhasil (capaian 60-79 persen), dan (4) kurang berhasil (capaian <60 persen) terhadap sasaran yang telah ditetapkan.

3.2. Pencapaian Sasaran Kementerian Pertanian tahun 2010

Kementerian Pertanian secara formal telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan Kementerian Pertanian sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:1185/Kpts/OT.140/3/2010. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Pertanian dalam tahun 2010 dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Pertanian Tahun 2010

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian

1. Tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan

Swasembada :

Jumlah Produksi Kedelai 1.300 ribu ton 908 ribu ton 69,85 % Jumlah Produksi Gula 2.996 ribu ton 2.390 ribu ton 80,00 % Jumlah Produksi Daging Sapi 412 ribu ton 440 ribu ton 106,80 %

Swasembada berkelanjutan:

Jumlah Produksi Padi 66.680 ribu ton 66.411 ribu ton 99,60 % Jumlah Produksi Jagung 19.800 ribu ton 18.364 ribu ton 92,75 % 2. Meningkatnya

diversifikasi pangan

Persentase penurunan konsumsi beras pertahun

1,5 % 1,43 % 95,33 %

Persentase peningkatan konsumsi :

- Umbi-umbian, 3,64 (3,40) 0

- Pangan hewani, 4,61 7,23 156,83

- Buah-buahan dan 2,98 20,94 702,68

- Sayuran. 2,45 (0,94) 0

Skor Pola Pangan Harapan (PPH). 86,40 80,60 93.29 %

3. Meningkatnya nilai tambah, daya saing dan ekspor

Jumlah sertifikasi produk pertanian organik, kakao fermentasi, dan bahan olahan karet (pember-lakuan sertifikasi wajib)

25 sertifikasi 10 sertifikasi 40 %

Persentase peningkatan produk olahan yang diperdagangkan

20,00 % 19,00 % 95,00 %

Persentase peningkatan substitusi

tepung gandum/terigu 5,00 % 4,00 % 80,00 %

Persentase pemenuhan semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri

20,00 % 20,00 % 100,00 %

Persentase peningkatan surplus neraca perdagangan

6,04 % 51,85 % 858,44 %

4. Meningkatnya kesejahteraan petani

Nilai Tukar Petani (NTP) 105 103,01 98,10 %

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 4 Sasaran/14 Indikator Kinerja Utama tersebut diantaranya sebanyak 2 Sasaran/Indikator Kinerja Utama sangat berhasil, 9 berhasil, dan 3 cukup berhasil/ kurang berhasil.

Referensi

Dokumen terkait

Pada periode pembangunan 2010-2014, pembangunan tanaman pangan diarahkan untuk mewujudkan swasembada padi dan jagung berkelanjutan, pencapaian swasembada kedelai tahun 2014,

Pencapaian indikator tahun anggaran 2018 ini sebesar 216,88% termasuk Sangat Baik, hal ini dampak dari dukungan APBD melalui program Peningkatan Produksi

Keberhasilan dalam pencapaian Persentase capaian sasaran tahunan peningkatan Produksi Tanaman Pangan ditunjang pula dengan kegiatan-kegiatan berupa Pengembangan

Untuk mengukur akuntabilitas kinerja pengkajian teknologi pertanian secara umum dapat dilihat pada pencapaian rencana tingkat capaian dari indikator kinerja yang tertuang dalam

Laporan kinerja Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali tahun 2018 menyajikan tingkat pencapaian 1 SK (Sasaran Strategis yaitu Peningkatan penelitian, pengembangan

Peningkatan produksi kacang tanah dilakukan dengan berbagai cara seperti perluasan penanaman kacang tanah sehingga memiliki produksi yang baik dan lain-lain tetapi kendala

Berdasarkan hasi pengukuran evaluasi dan analisis pencapaian sasaran strategik yang telah melalui proses penyesuian dan penajaman terhadap sasaran yang didukung indikator

Sasaran 1 : Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan/ kegagalan pencapaian sasaran ini adalah beberapa