• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Pola Pencarian Pengobatan Informan

1. Tindakan Informan jika Anggota Keluarga Terkena Penyakit

Bagi sebagian informan ada yang langsung segera memberikan pengobatan baik secaramedis maupun tradisional bahkan dengan melakukan pengobatan sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh informan berikut :

“Biasanya berobat sendiri dulu dibeli obat dari apotik,kalau tidak sembuh baru pergi kebidan atau kedokter. Kadang kadang mau trus sembuh dia kalau kutahankan gitu.kalau masih ringan-ringannya biasanya trus sembuh gitu.kek batuk ginilah aku, kutahankan ajanya,sembuh nya dia. Aku karna masih tahannya makanya gak pala kubawa ke bidan langsung, tapi lain hal kalau dah gak sembuh atau gak kuat aku,barulah pergi.(Matriks 4.2 Informan 1)

60

Bagi sebagian informan lagi, tidak akan melakukan tindakan-tindakan khusus terhadap penyakit-penyakit ringan, karena dianggap akan sembuh dengan sendirinya. Seperti yang di sampaikan informan berikut :

“Beli obat diwarunglah aku. Kalau gak tahan lagi barulah pergi aku ke bidan aku.(Matriks 4.2 Informan 5)

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menjaga agar tubuh kembali sehat, masyarakat akan melakukan berbagai macam cara pengobatan, baik pengobatan sendiri, medis maupun tradisional. Walaupun ada juga masyarakat yang tidak melakukan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya, karena memiliki persepsi bahwa penyakit tersebut tidak mengancam jiwanya dan yakin akan kemampuan tubuhnya untuk tetap sehat.

Ini senada dengan pandangan Afrizal (2004), bahwa setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau berusaha untuk mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, tetapi hubungan antara sehat dan permintaan pelayanan kesehatan tidaklah sesederhana itu.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan bagaimana persepsi seseorang tersebut terhadap kesehatan dan tingkat kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

2.Penyakit yang Dapat Diobati Sendiri

Pandangan informan terhadap penyakit yang dapat di obati sendiri tidak jauh berbeda. Semua informan menyatakan ada penyakit yang dapat kita ( masyarakat awam ) sembuhkan sendiri, tanpa butuh bantuan dari orang pintar ataupun petugas kesehatan. Penyakit-penyakit ringan, seperti sakit perut, sakit kepala ( pening ), batuk dan lain sebagainya. Walaupun proses pengobatan tersebut ada dengan cara membeli obat bebas di warung-warung, namun lebih dominan informan menggunakan pengobatan dengan ramuan bahan-bahan tradisional seperti ramuan herbal. Seperti pernyataan informan berikut ini :

“Aku kalau pusing tidur ajanya aku, bangun udah sembuh dia, tambah teh manis, itulah kesukaan ku hahah. aku tidur ya biar tenang aja pikiran, biar rileks. Nanti kan kalau bangun udah segar aja otak kita. Ya dampaknya baiklah untukku makanya gak pala aku berobat”. (Matriks 4.3 Informan 1)

Kek ginilah sakit perut ini, kubiarkan ajalah. Kalau batuk pun aku kubiarkan ajalah situ, kalau sakit badanku pun entah tidurnya aku habis itu sembuh lah. Kubirkan aja, sembuhnya itu pasti, ya baiklah dampaknya. (Matriks 4.3 Informan 2)

Hal ini senada dengan pandangan Noto Siswoyo dan Mulyono ( 1995 ), yang menyatakan bahwa pengobatan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan tradisional adalah sangat baik dan merupakan salah satu sosial budaya yang dapat digolongkan sebagai tekhnologi tepat guna karena bahan-bahan yang dipergunakan terdapat di sekitar masyarakat sehingga mudah di dapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan peralatan yang mahal.

3. Penyakit yang tidak perlu diobati

Penjelasan informan untuk penyakit yang tidak perlu diobati sangat erat kaitannya dengan pandangan informan jika anggota keluarga ada yang terkena penyakit.

62

Sebagian informan tidak setuju jika ada pernyataan yang menyatakan penyakit yang tidak perlu diobati. Bagi informan yang memiliki pandangan bahwa jika penyakitnya masih ringan menurut persepsi mereka, sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Pernyataan tidak setuju disampaikan oleh informan berikut : Semua penyakit diobatinya, tapi kan ada yang parah ada yang tidak parah. Yang gak parah itu bisalah ke alternatif kalau yang parah kedokter lah. (Matriks 4.4 Informan 1)

Pernyataan setuju diungkap oleh informan berikut :

Kalau kita percaya adalah penyakit yang gak perlu diobati,ya kayak sakit kepala ku kusut- kusut sembuhnya, kalau batuk aku obat alami lah. Mataku ini pun gak pernahnya kuobati. Karna gak ada itu uang, ditahan tahanlah dulu.aku pun takutnya berobat nanti jumpalah sama sakitku,streslah aku hahah. sakit gigi pun kutahankan ajanya. Karna aku pun percaya aku sembuh, ya sembuh lah aku. (Matriks 4.4 Informan 3)

Kesimpulan dari informasi informan ini, bahwa pandangan tentang sakit itu sangat subjektif sehingga pengobatan terhadap suatu jenis penyakit akhirnya juga sangat subjektif. Kondisi ini juga sesuai dengan pernyataan Sarwono (1997), yang menyatakan sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.

Fenomena subjektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak. Mungkin saja terjadi bahwa secara objektif individu terserang penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan tugasnya sehari-hari.

Kalaupun ada gangguan, dia yakin dalam waktu yang tidak lama penyakit yang diderita anggota keluarga akan sembuh dengan sendirinya.

Pegobatan tradisional ini terdiri dari 2 macam, ada pengobatan dengan cara meracik bahan-bahan ( ramuan tradisional ) dan ada juga dengan menggunakan Datu(Dukun)

Tergantung oranya, kalau menurutku ya kayak dibikin orang. Cuma cerita ceritanya ini, ciri nya kayak orang kesurupan gitu. Kalau kek gitu gak bisa dia diobati kedokter gitu. Kalau aku gak percaya sama dukun dukun, tapi kalau pengobatan herbal gitu masih masuk akal ku nya. Kalau tradisional ini kan ada yang berhasil ada yang enggak, jadi menurut kepercayaan masing- masing lah. Gak bisa dibilang pelayanannya baik atau tidak (Matriks 4.5 Informan 1)

Semua informan menyatakan bahwa memang ada penyakit yang harus dibawa ke pengobat tradisional untuk menyembuhkannya, seperti penyakit yang disebabkan karena kesambet/ kemasukan makhluk halus dan penyakit yang karena dibuat orang lain,seperti pernyataan informan berikut :

“Oh ada nya itu memang, guna-guna gitu trus kalau datang aruah opung atau orang mati gitu. Bah karna gak sembuh dari mantri, bah ke dukunlah pergi. Adanya langsung sembuh kalau pas pengobatannya, kayak pergi gitu ke kuburan opungnya untuk ziarah langsung sembuhnya(Matriks 4.5 Informan 2)

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Foster dan Anderson ( 2005 ) tentang konsep penyebab penyakit yaitu ada 2 hal, pertama penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung) yang disebut juga istilahnya personalistik. Kemudian kedua penyakit disebabkan oleh lingkungan alamiah dan lingkungan sosial.

64

Untuk penyakit yang pengobatannya harus ke pengobatan medis, semua informan setuju. Alasannya karena mereka sudah tidak kuat menahan rasa sakit Berikut pernyataan informan:

“Penyakit yang udah parah kali lah kayak tumor, hepatitis, kanker ya gitulah yang kerumah sakit. Ya karna udah ga k tertahankan dan udah parah makanya ke medis modern dibawa. Kalau Cuma demam demam kita masih bisa tahan. Ya pelayanan medis menurut yang udah saya jalani sejauh ini masih baiklah masih bagus” (Matriks 4.6 Informan 1)

“Ya maag aku kemarin, udah mau pingsan aku baru pergi aku kerumah sakit hahah menurtuku pelayanannya pun yang kurasakan bagusnya . (Matriks 4.6 Informan 3)

Tetapi ada informan yang tekut untuk pergi berobat. Karena dia merasa takut jika ia tahu jenis penyakitnya. Ia takut penyakitnya semakin bertambah karena mengetahui jenis penyakitnya. Berikut pernyataan informan:

Kadang malasnya aku ke dokter, ditunjukkan ini sakitku, aduhh streslah aku nanti makin parahlah nanti (Matriks 4.2 Informan 3)

Pengobatan dengan medis modern memang sangat dianjurkan dan memang sebaiknya ketika seseorang sakit, alangkah baiknya dibawa ke dokter atau pun bidan. Namun pemanfaatan pelayanan medis modern tidak lah sesederhana itu. Ada faktor- faktor yang membuat mereka memilih memanfaatkan pelayanan medis modern. salah satunya dalah nilai atau kehidupan ekonomi. Ada informan yang sebenarnya ingin memanfaatkan pelayanan medis modern, tetapi takut karena tidak punya biaya. Berikut pernyataan informan:

Aku sering sakit maag,baru itu mataku juga pernah sakit. Demam pun iya sama pilek. Beli obat sendirilah dulu, baru kebidan. Gak pernah kerumah sakit. Kadang malasnya aku ke dokter, ditunjukkan ini sakitku, aduhh streslah aku nanti makin parahlah nanti. Uang pun gak ada kan, gak cukup duitku, itulah yang kupikir pikir. Kek ginilah, kalau kita mau baju baru, tapi gak ada duit, kan mana bisa (Matriks 4.2 Informan 3).

6. Penyakit yang Proses Pengobatannya Harus Dikombinasikan antara Pengobatan Medis dengan Pengobatan Tradisional

Tidak semua informan mengatakan bahwa ada penyakit yang memang pengobatannya harus dilakukan secara kombinasi, penggabungan pengobatan tradisional dan pengobatan medis. Ada informan yang tidak setuju jika pengobatan tradisional dan medis modern di padukan, berikut pernyataannya: Kalo aku yang setauku medis medislah, kalo tradisional yah tradisional lah. Jangan dicampur. (Matriks 4.7 Informan 1)

Namun Informan yang lain, berpendapat bahwa ada penyakit yang memang pengobatannya harus memadukan antara tradisional dengan medis modern,berikut pernyataannya:

Bah itulah salah satunya paru-paru itu. Pertama aku ke rumah sakitnya dulu berobat, tapi karna gak sembuh pergi aku ke tukang kusuk. Dibilang sakitku gara - gara pikirannya bukan karna paru-paru. Itulah yang kutau. Karna gak sembuh kubawa aja ke tukang kusuk (Matriks 4.7 Informan 2)

Begitu juga dengan informan berikut:

Menurut aku ya kayak kesurupan kayak pikiran gak tenang dibikin orang. Aku kedokter gak sembuh, pergi aku ke tradisional disuruh rebus rempah-rempah gitu akhirnya sembuh dia, ya sesuai keyakinan kita nya itu semuanya. (Matriks 4.7 Informan 4).

Hal ini dilakukan agar prosesnya cepat sembuh dan hasilnya maksimal, karena kalau hanya menggunakan salah satu jenis pengobatan saja, sembuhnya mungkin sulit atau bahkan mungkin tidak sembuh-sembuh. Dan ketika tidak sembuh ketika melakukan pengobatan maka akan memadukan nya dengan pengobatan yang lain. 7. Penyakit yang Proses Pengobatannya Harus Dicukupkan di Tengah Masa Pengobatan

Semua informan menyatakan bahwa tidak ada penyakit yang dalam masa pengobatannya harus dicukupkan hingga batas tertentu. Namun bukan berarti tidak ada masyarakat yang melakukan demikian. Informan menganggap

66

masyarakat yang melakukan demikian karena terbentur masalah ekonomi atau sudah lelah mencari pengobatan namun penyakit tidak juga sembuh. Seperti yang di ungkapkan informan berikut :

Pernah tahun lalu ku stop pengobatan, dibilang aku gejala Tumor. Kumakan obatnya, tapi malah pendengaran ku yang kurang. Disuruh 5 ha ri lagi datang ke rumah sakit, gak mau aku datang. Gak ada manfaatnya makanya ku stop. Malah nambah sakitku. (Matriks 4.8 Informan 4)

Namun secara umum, informan lainnya menganggap bahwa tidak perlu melakukan pemberhentian pengobatan dan tetap berusaha. Lain hal ketika mereka telah sembuh dari penyakitnya. Berikut pernyataannya:

Kalau aku tunggu sembuh dulu, baru di stop berobat, gak pernah berhenti di tengah jalan gitu. Harus totalnya (Matriks 4.8 Informan 1)

Selama belum sembuh, tidak saya berhentikan pengobatan. Tapi lain hal kalo sudah tidak ada uang ya hahah (Matriks 4.8 Informan 2)

Ya sering lah kalo dah sembuh aku ya ku stop hahah tapi tetap nya aku berusaha biar sembuh, gak pernah di stop pengobatan. (Matriks 4.8 Informan 3)

Pengalaman dan tingkat kepuasan dalam melakukan pengobatan, menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan pengobatan. Ketika seseorang tidak mendapatkan pelayanan yang baik ketika mereka berobat, maka mereka akan menghentikan proses pengobatan. Ada dua kemungkinan yang terjadi, akan berhenti selamanya atau mencari pengobatan di tempat lain. Perilaku pencarian pengobatan di Doloksaribu Lumban Nabolon ada 2, berhenti karena sudah sembuh dan berhenti karena pasrah dan tidak mendapat pelayanan yang baik.

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pencarian Pengobatan pada

Dokumen terkait