• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCATATAN SIPIL

Dalam dokumen LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI (Halaman 26-42)

Bagian Pertama Pencatatan Kelahiran

Pasal 32

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh orang tuanya, keluarganya atau kuasanya kepada Walikota melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal kelahirannya.

(2) Kelahiran yang pelaporannya dilakukan tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada penduduk Kota Dumai tanpa dipungut biaya.

(3) Pelaporan kelahiran yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Kepala Instansi yang membidangi Kependudukan dan Catatan Sipil.

(4) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.

(5) Pencatatan kelahiran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), (2), (3) dan (4) dilakukan petugas Catatan Sipil pada register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 33

(1) Dalam hal tempat peristiwa kelahiran berbeda dengan tempat tinggal atau domisili, Pejabat Pencatatan Sipil yang mencatat dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) bertanggung jawab memberitahukan hal dimaksud kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil di wilayah tempat penduduk berdomisili.

(2) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari kepolisian.

(3) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh Instansi Pelaksana.

Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 34

(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada Perwakilan Negara Republik Indonesia.

Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang

Pasal 35

(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia diatas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.

(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di wilayah Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan pada Instansi Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada diluar wilayah Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara tempat tujuan atau tempat singgah.

(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan negara Republik Indonesia setempat.

(5) Perwakilan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Bagian Kedua Pencatatan Lahir Mati

Pasal 36

(1) Kelahiran bayi dalam keadaan mati dilaporkan oleh orang tuanya atau kuasanya kepada Walikota melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati. (2) Pencatatan kelahiran bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

direkam pada bank data kependudukan dan diterbitkan Surat Keterangan Lahir Mati.

Bagian Ketiga Kematian

Pasal 37

(1) Setiap kematian, wajib dilaporkan oleh keluarga atau ahli warisnya dan dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian. (2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud ayat (1) dicatat oleh

petugas Catatan Sipil pada Register Akta Kematian yang diterbitkan Kutipan Akta Kematian.

(3) Pencatatan Kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan Surat Keterangan Kematian dari pihak yang berwenang. (4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.

Pencatatan Kematian di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 38

(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan Negara Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang dinegara setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.

(2) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar instansi pelaksana di Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.

Bagian Keempat Pecatatan Perkawinan

Pasal 39

(1) Setiap Perkawinan wajib dilaporkan kepada Walikota melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Perkawinan bagi yang bukan beragama Islam yang telah dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaannya dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.

(3) Pencatatan perkawinan antar WNA dapat dilakukan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Perkawinan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada Register Akta Perkawinan dan diterbitkan Kutipan Akta Perkawinan.

Pasal 40

(1) Bagi penduduk WNI yang melaksanakan perkawinan di luar negeri dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

(2) Pencatatan perkawinan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) direkam dalam bank data kependudukan dan diterbitkan bukti pelaporan perkawinan luar negeri.

(3) Khusus perkawinan bagi yang beragama Islam, wajib dilaporkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.

(4) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memerlukan penerbitan kutipan akta Pencatatan Sipil.

Pasal 41

Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39, berlaku pula bagi :

(1) perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan

(2) perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan.

Bagian Kelima

Pencatatan Pembatalan Perkawinan Pasal 42

(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh penduduk yang mengalami pembatalan perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah mendapatkan putusan Pengadilan Negeri tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta Perkawinan dari Kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perkawinan, mekanisme serta Prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Walikota.

Bagian Keenam Pencatatan Perceraian

Pasal 43

(1) Setiap perceraian yang terjadi dan telah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri yang mempunyai Kekuatan Hukum tetap, wajib dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Negeri tersebut berdasarkan laporan yang bersangkutan atau kuasanya.

(2) Pencatatan Perceraian sebagaimana dimaksud ayat (1) dicatatkan dalam register Akta Perceraian oleh petugas Catatan Sipil dan diterbitkan Kutipan Akta Perceraian.

(3) Mekanisme serta Prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota. (4) Khusus Perceraian bagi yang beragama Islam, wajib dilaporkan oleh

Pengadilan Agama kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perceraian dilaksanakan.

Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 44

(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Republik Indonesia wajib dicatatkan pada Instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Negara Republik Indonesia. 193

(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Negara Republik Indonesia setempat.

(3) Perwakilan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.

(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Pencatatan Pembatalan Perceraian

Pasal 45

(1) Pembatalan perceraian bagi penduduk wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perceraian.

Bagian ketujuh

Pencatatan Pengangkatan Anak Pasal 46

(1) Setiap pengangkatan anak yang telah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri wajib dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil berdasarkan laporan penduduk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Negeri tersebut.

(2) Pengangkatan anak sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada Register Akta Kelahiran dan selanjutnya diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran dalam bentuk catatan pinggir pada akta yang bersangkutan.

Bagian Kedelapan Pencatatan Pengakuan Anak

Pasal 47

(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tuanya pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan Anak.

Bagian Kesembilan Pencatatan Pengesahan Anak

Pasal 48

(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan Akta Perkawinan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah. (3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.

Bagian Kesepuluh Pencatatan Perubahan Nama

Pasal 49

(1) Setiap peristiwa perubahan nama yang telah mendapatkan penetapan/ putusan Pengadilan Negeri berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan tersebut, wajib dicatatkan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ini dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada akta-akta catatan sipil dalam bentuk catatan pinggir pada Register Akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.

Bagian Kesebelas Pembatalan Akta

Pasal 50

Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan yang memutuskan pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan Akta Pencatatan Sipil oleh Pemohon atau Pengadilan.

Pasal 51

(1) Setiap akta catatan sipil dapat dibatalkan berdasarkan putusan/ penetapan Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil wajib mencatat pembatalan akta yang telah mendapatkan putusan/penetapan Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya putusan/penetapan tersebut.

(3) Pembatalan akta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam register akta dan dibuatkan catatan pinggir pada akta yang bersangkutan;

(4) Pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) direkam dalam bank data kependudukan.

Pasal 52

Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada dokumen kependudukan.

Bagian Kedua belas

Pencatatan Peristiwa Kependudukan Pasal 53

(1) Dalam hal terjadinya perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen pendaftaran penduduk.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Peraturan Walikota.

Pasal 54

(1) Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil mencatat peristiwa penting lainnya yang telah mendapatkan putusan/penetapan Pengadilan Negeri atau Instansi yang berwenang paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan tersebut.

(2) Peristiwa penting lainnya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada Register dan Kutipan Akta-Akta Catatan Sipil dalam bentuk Catatan Pinggir pada akta yang bersangkutan.

Bagian Ketiga belas

Pencatatan Perubahan Kewarganegaraan Pasal 55

(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara Indonesia wajib dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana ditempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.

(2) Berdasarkan laporan sebagimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil.

Bagian Keempat belas

Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan

dari Warga Negara Republik Indonesia Menjadi Warga Negara Asing di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 56

(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara asing di luar wilayah Republik Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Perwakilan Republik Indonesia.

(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.

(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Catatan Sipil.

BAB XI

PENGELOLAAN DATA DAN PELAPORAN Pasal 57

(1) Data penduduk merupakan Dokumen Negara yang harus dipelihara dan dilindungi untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, dan kemasyarakatan.

(2) Pengelolaan data penduduk dilaksanakan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil, Kecamatan dan Kelurahan. (3) Proses pengelolaan data kependudukan dilaksanakan dengan

menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Pasal 58

(1) Kepala Kelurahan wajib mencatat dan melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk diwilayahnya kepada Camat secara reguler setiap bulan.

(2) Camat wajib mencatat dan melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk Kelurahan diwilayahnya kepada Walikota secara reguler setiap bulan melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(3) Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil wajib mencatat dan melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk Kecamatan kepada Walikota secara reguler setiap bulan.

(4) Walikota wajib melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk di wilayahnya kepada Menteri Dalam Negeri setiap bulan secara reguler melalui Gubernur Riau.

BAB XII

PROSEDUR DAN TATACARA

PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK Pasal 59

Prosedur dan Tatacara Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta Petunjuk Teknis lainnya ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

BAB XIII PENYULUHAN

Pasal 60

(1) Kepala Kelurahan, Camat, Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil wajib melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

(2) Penyuluhan dilakukan secara rutin maupun berkala, langsung maupun tidak langsung antara lain melalui temu wicara, pameran, kesenian, media cetak dan elektronik serta bentuk lainnya.

BAB XIV PENYIDIKAN

Pasal 61

(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang lingkup tugasnya dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas penyidikan berwenang untuk :

a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan; b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak

pidana Administrasi Kependudukan;

c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana dimaksud pada huruf b;

d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan. (3) Pengangkatan, mutasi dan pemberhentian Penyidik Pegawai

Negeri Sipil, serta mekanisme penyidikan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 62

(1) Pelanggaran atau kelalaian terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi administrasi berupa :

a. Denda sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang melanggar pasal 24 ayat (4) bagi penduduk yang tidak membawa KTP pada saat bepergian atau Surat Kependudukan lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah ini;

b. Denda sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang melanggar pasal 25 ayat (1), dan ayat (6) bagi penduduk yang masa berlaku KTP nya sudah habis/kadaluarsa;

c. Denda sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) yang melanggar pasal 24 ayat (1) bagi penduduk yang tidak memiliki KTP atau Surat Kependudukan lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah ini;

d. Denda sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) bagi setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang bepergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal.

e. Denda sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) terhadap pelanggaran pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1);

f. Denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) terhadap pelanggaran pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal terbatas atau orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3).

(2) Pelanggaran atau kelalaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas ditetapkan di depan hakim pada pelaksanaan razia reguler atau waktu tertentu yang ditentukan oleh Walikota.

(3) Uang denda sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas disetorkan ke rekening Pemerintah Daerah Kota Dumai oleh petugas yang ditunjuk Walikota sebagai Penerimaan Daerah selain pajak.

(4) Penduduk yang melanggar sebagaimana dimaksud ayat (1) yang tidak memiliki uang denda dikenakan sanksi berupa kurungan/tahanan paling lama 7 (tujuh) hari.

Pasal 63

(1) Bagi penduduk yang pindah ke luar Kota Dumai tanpa melapor, sekurang-kurangnya dalam waktu 6 (enam) bulan Pemerintah Kota akan menghapus data yang bersangkutan dari data bank kependudukan yang ada di Unit kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Bagi Penduduk yang sampai batas akhir masa berlaku Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) tidak atau belum mempunyai pekerjaan tetap maka akan dipulangkan kedaerah asalnya dengan menggunakan jaminan yang telah disetorkan kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(3) Bagi Penduduk Sementara WNI yang menolak dipulangkan sebagaimana dimaksud ayat (2), tidak akan diperpanjang SKTS nya dan tidak akan diberikan Tanda Bukti Diri serta fasilitas pelayanan lainnya berupa apapun dari Pemerintah Kota Dumai.

(4) Bagi Penduduk WNA yang sampai batas akhir masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT) maka melalui pihak Imigrasi akan dipulangkan kedaerah asalnya atau proses lebih lanjut sesuai dengan peraturan yang diberlakukan bagi WNA.

(5) Atas dasar pertimbangan tertentu, Pemerintah Kota berhak melakukan upaya paksa untuk memulangkan pendatang ke Daerah asalnya. (6) Apabila ditemukan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Surat

Keterangan Kependudukan lainnya yang diperoleh tanpa melalui prosedur sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini akan dicabut dan atau dibatalkan.

BAB XVI

Dalam dokumen LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI (Halaman 26-42)

Dokumen terkait