• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH

KOTA DUMAI

Nomor : 06 Tahun 2007 Seri : D Nomor 06

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 06 TAHUN 2007

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa perkembangan pembangunan yang semakin dinamis telah menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk pendatang untuk berkunjung dan menetap di Kota Dumai sehingga menyebabkan tingginya peningkatan jumlah penduduk, untuk itu perlu segera dilakukan penertiban kependudukan;

b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa penting yang dialami oleh Penduduk Kota Dumai, perlu dilakukan pengaturan administrasi kependudukan;

c. bahwa dalam rangka tertib administrasi kependudukan yang mencakup pendaftaran penduduk dan pengelolaan pemberian identitas penduduk serta pengendalian penduduk secara berdayaguna dan berhasilguna diperlukan pengelolaan Sistem Administrasi Kependudukan yang handal;

(2)

d. bahwa untuk kelancaran dan tertibnya Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kota Dumai serta menjamin Hak Kepemilikan Dokumen Penduduk, perlu diatur Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil bagi Penduduk Kota Dumai;

e. bahwa penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam wilayah Kota Dumai sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk tidak sesuai lagi dengan peraturan perundang-undangan kependudukan dan perkembangan kependudukan di Kota Dumai, sehingga perlu segera diadakan perubahan-perubahan dan penyesuaian;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, c, d dan e perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3077);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);

5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);

(3)

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852);

7. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882); 8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);

(4)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3742); 15. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983 tentang Penataan dan

Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil;

16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 119);

17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 119);

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah;

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 245 Tahun 2004 tentang Pedoman Penetapan Tarif Retribusi Jasa Umum;

20. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pembentukan Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2003 Nomor 16 seri D).

Dengan Persetujuan Bersama :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI dan

WALIKOTA DUMAI MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL.

(5)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Walikota adalah Walikota Dumai.

2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Dumai.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai.

4. Pejabat Pencatat Catatan Sipil adalah Pejabat yang ditunjuk/diberi kewenangan oleh Walikota untuk menandatangani Akta Catatan Sipil. 5. Camat adalah Camat se Kota Dumai.

6. Lurah adalah merupakan Perangkat Kecamatan yang berada di lingkungan Pemerintah Kota Dumai.

7. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi penduduk serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

8. Penyelenggara adalah Pemerintah Kota Dumai yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.

9. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah Kota Dumai yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.

10. Unit Kerja adalah unit kerja yang membidangi Kependudukan dan Catatan Sipil.

11. Rukun Tetangga selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka membantu menjalankan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat di bawah Kelurahan.

12. Penduduk adalah setiap orang, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di Kota Dumai sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6)

13. Penduduk Pendatang adalah setiap orang, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing yang datang dari luar wilayah Kota Dumai.

14. Calon Penduduk adalah Penduduk pendatang yang telah memenuhi persyaratan menjadi penduduk sementara Kota Dumai.

15. Penduduk sementara adalah calon penduduk dan atau orang asing yang berdiam untuk sementara dalam Kota Dumai yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) dan Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT).

16. Tamu adalah setiap orang, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing yang melakukan kunjungan singkat ke wilayah Kota Dumai bukan untuk bertempat tinggal, yang lamanya tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari.

17. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.

18. Warga Negara Asing adalah orang-orang bangsa asing yang menetap dalam wilayah Kota Dumai sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

19. Warga Negara Asing Tinggal Terbatas adalah Orang Asing yang tinggal dalam jangka waktu terbatas di Wilayah Negara Republik Indonesia dan telah mendapat Izin Tinggal Terbatas dari instansi yang berwenang.

20. Warga Negara Asing Tinggal Tetap adalah Orang Asing yang berada dalam wilayah Republik Indonesia dan telah mendapat Izin Tinggal Tetap dari instansi yang berwenang.

21. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan penerbitan dokumen penduduk berupa identitas, kartu atau surat keterangan penduduk.

22. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa implikasi terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah, datang, perubahan alamat, tinggal sementara, serta perubahan status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

(7)

23. Mutasi Kependudukan adalah setiap perubahan data yang terjadi karena perpindahan, kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian serta perubahan data tentang status kewarganegaraan, alamat/tempat tinggal, pekerjaan, agama dan data kependudukan lainnya.

24. Pindah Datang Penduduk adalah perubahan lokasi tempat tinggal untuk menetap karena perpindahan dari tempat yang lama ketempat yang baru.

25. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri yang selanjutnya disingkat dengan SKDLN adalah surat keterangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Unit Kerja yang mengelola pendaftaran penduduk dan Pencatatan Sipil yang diberikan kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang datang dari Luar Negeri.

26. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri yang selanjutnya disingkat dengan SKPLN adalah surat yang dikeluarkan /diterbitkan oleh Unit Kerja yang mengelola Pendaftaran Penduduk dan Pencatatn Sipil di Kabupaten/Kota dan diberikan kepada WNI atau TKI yang akan bekerja/pindah ke Luar Negeri untuk tujuan menetap selama 1 (satu) tahun berturut-turut atau lebih.

27. Pekerjaan tetap adalah suatu aktivitas rutin yang menghasilkan barang dan atau jasa yang dilakukan secara perseorangan maupun berkelompok, berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum pada waktu dan tempat yang bersifat permanen, legal serta tidak menimbulkan akibat gangguan maupun kerugian bagi pihak lain. 28. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat dengan NIK

adalah Nomor Identitas Penduduk yang bersifat unik/khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar menjadi penduduk Indonesia.

29. Nomor Induk Kependudukan Orang Asing yang selanjutnya diberi Kode “A” didepan nomor NIKnya adalah nomor identitas penduduk Orang Asing yang dikeluarkan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil untuk calon penduduk pendatang dan Warga Negara Asing Tinggal Terbatas.

(8)

30. Biodata Penduduk adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati diri, informasi dasar serta riwayat perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami oleh penduduk sejak saat kelahiran.

31. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat dengan KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta karakteristik anggota keluarga. 32. Kepala Keluarga adalah :

a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain baik mempunyai hubungan darah maupun tidak yang bertanggungjawab terhadap keluarga atau;

b. Orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau

c. Kepala kesatrian, asrama, rumah yatim piatu dan lain-lain dimana beberapa orang bertempat tinggal bersama-sama.

33. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat dengan KTP adalah bukti diri sebagai legitimasi penduduk yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota yang belaku diseluruh wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia.

34. Surat Keterangan Tinggal Sementara yang selanjutnya disingkat SKTS adalah bukti diri penduduk pendatang WNI yang pindah datang ke Kota Dumai yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota.

35. Surat Keterangan Tempat Tinggal yang selanjutnya disingkat SKTT adalah bukti diri bagi Warga Negara Asing bertempat tinggal sementara di Kota Dumai yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota berdasarkan izin yang diberikan oleh instansi berwenang untuk tinggal sementara di wilayah Republik Indonesia.

36. Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Asing yang selanjutnya disingkat KK/KTP WNA adalah Kartu identitas keluarga dan data Warga Negara Asing yang diterbitkan Pemerintah Kota yang bertempat tinggal tetap di Kota Dumai berdasarkan izin yang diberikan oleh instansi berwenang untuk tinggal tetap di wilayah Republik Indonesia.

(9)

37. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang pada register catatan sipil oleh Instansi Pelaksana yang mengelola pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. 38. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan

Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya didasarkan pada Peraturan Walikota. 39. Akta Catatan Sipil adalah akta yang dibuat oleh Instansi Pelaksana

Kependudukan dan Catatan Sipil yang ditandatangani oleh Pejabat Pencatat Catatan Sipil Kota Dumai.

40. Peristiwa Penting adalah kegiatan yang dialami oleh seseorang meliputi : kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, perceraian, pembatalan perkawinan, pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak, perubahan nama, perubahan kewarganegaraan dan peristiwa penting lainnya.

41. Pengakuan anak adalah pengakuan secara hukum dari seorang bapak kepada anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan yang sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut.

42. Pengesahan anak adalah pengesahan status hukum seorang anak yang lahir di luar ikatan perkawinan yang sah, menjadi anak sah sepasang suami istri.

43. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di Kota Dumai dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan peraturan Walikota Dumai.

44. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal menetap di wilayah Kota Dumai sesuai dengan Peraturan Walikota Dumai.

45. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan.

(10)

46. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, disingkat SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

47. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya. 48. Kantor Urusan Agama Kecamatan, disingkat KUA Kec, adalah satuan

kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi Penduduk yang beragama Islam.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK

Pasal 2

Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan;

b. pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

c. perlindungan atas data pribadi;

d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;e. informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya.

Pasal 3

Setiap penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Pasal 4

Setiap penduduk Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang memiliki izin tinggal terbatas atau tetap dan kunjungan singkat melalui penetapan dari instansi yang berwenang berhak mendapatkan pelayanan dalam pelaksanaan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

(11)

Pasal 5

(1) Dalam penyelenggaraan pendaftaran penduduk, setiap penduduk dan Warga Negara Asing yang mempunyai izin tinggal terbatas dan tetap wajib melaporkan diri dan atau keluarganya kepada Pemerintah Kota Dumai melalui Instansi Pelaksana yang mengelola Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1), termasuk juga kewajiban untuk melaporkan setiap mutasi kependudukan yang terjadi.

BAB III

KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA

Bagian Kesatu Penyelenggara

Pasal 6

Pemerintah Kota Dumai melalui Instansi Pelaksana berkewajiban dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan urusan Administrasi Kependudukan meliputi :

(1) Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

(2) Pembentukan instansi pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan;

(3) Pengaturan Teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

(4) Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

(5) Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;

(6) Penugasan kepada kelurahan untuk menyelenggarakan sebagian Administrasi Kependudukan berdasarkan atas tugas pembantuan; (7) Pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala kota; dan (8) Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan.

(12)

Bagian Kedua Instansi Pelaksana

Pasal 7

(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi :

a. pendaftaran Peristiwa Kependudukan dan pencatatan Peristiwa Penting;

b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;

c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;

d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan

f. melakukan verifikasi dan validasi data informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada KUA Kec.

(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat Kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Catatan Sipil.

(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tata cara dan persyaratan Pencatatan Peristiwa Penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagaimana agama menurut peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan prioritas pembentukannya diatur oleh Peraturan Walikota.

(13)

Pasal 8

(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan yang meliputi :

a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk; b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami

Penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan; c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan

dan Peristiwa Penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan dan pembuktian kepada lembaga peradilan;

d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan. (2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi KUA Kecamatan, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam. (3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

Pelaksana mempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUA Kec.

Pasal 9

(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data, melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Walikota.

(14)

BAB VII

PENDAFTARAN PENDUDUK

Bagian Kesatu Nomor Induk Kependudukan

Pasal 10

(1) Setiap penduduk wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK). (2) NIK diberikan oleh Pemerintah Kota setelah biodata penduduk direkam

dalam bank data kependudukan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup, terdiri 16 (enam belas) digit didasar pada variabel kode wilayah, tanggal lahir dan nomor seri penduduk.

(4) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan dan digunakan sebagai tanda pengenal dalam pelayanan publik.

Bagian Kedua

Pendaftaran Peristiwa Kependudukan

Pasal 11

(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen pendaftaran penduduk.

(2) Penerbitan KK dan KTP bagi penduduk WNI yang telah berdomisili lebih dari 5 (lima) tahun di Kota Dumai diatur dengan Peraturan Walikota.

Bagian Ketiga

Pindah Datang Penduduk ke Kota Dumai

Pasal 12

(1) Penduduk WNI yang pindah dan datang ke Kota Dumai wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asalnya untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindah.

(15)

(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya penduduk di Kota Dumai untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.

(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penduduk yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di Kota Dumai untuk penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang.

(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi penduduk yang bersangkutan.

Kedatangan

Pasal 13

(1) Setiap penduduk pendatang melapor kepada Pemerintah Kota melalui RT dalam waktu 1 x 24 jam atau selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal kedatangan.

(2) Sahnya pindah datang penduduk ke Kota Dumai berdasarkan Surat Keterangan Pindah Datang yang ditanda tangani oleh Kepala Instansi Pelaksana Kependudukan dan Catatan Sipil Daerah Asalnya, untuk dilaporkan kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan guna dilakukan penelitian dokumen.

(3) Khusus bagi penduduk pendatang yang tidak memiliki pekerjaan atau ingin mencari pekerjaan sebelum Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) diterbitkan diharuskan menyetorkan uang jaminan.

(4) Besar uang jaminan sebagaimana dimaksud ayat (3) ditetapkan sesuai dengan besarnya ongkos pemulangan ke Daerah Asalnya. (5) Uang jaminan sebagaimana dimaksud ayat (3) diserahkan kepada petugas penerima di Unit Kerja yang membidangi Kependudukan dan Catatan Sipil pada saat pendaftaran yang akan disimpan pada rekening Pemerintah Daerah dan dapat diambil kembali selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah calon penduduk menjadi penduduk Kota Dumai.

(16)

(6) Uang jaminan yang tidak diambil dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (5) diatas menjadi milik Pemerintah Kota.

(7) Penduduk Pendatang bagi penduduk WNI yang telah memenuhi syarat ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) diatas diberikan Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil yang berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(8) Penduduk pendatang sebagaimana dimaksud ayat (3) , apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak mendapatkan pekerjaan SKTS di cabut dan uang jaminannya dikembalikan oleh Unit Kerja Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana kepada yang bersangkutan.

(9) Calon penduduk sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) diatas yang akan menjadi penduduk Kota Dumai, selain harus menyerahkan Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) juga diwajibkan menyerahkan Surat Keterangan dan telah memiliki Pekerjaan Tetap dari Pimpinan tempatnya bekerja atau dari Instansi berwenang yang diketahui Ketua RT tempatnya berdomisili.

(10) Mekanisme serta prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (2), (3), (7) dan (8) akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Bagian Keempat

Penyelenggaraan SKDLN dan SKPLN

Pasal 14

(1) Bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berstatus sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari Kota Dumai dan datang kembali ke Kota Dumai wajib melapor ke Unit Kerja yang mengelola Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada saat kedatangannya dan akan diberikan/diterbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar pembuatan KK dan KTP.

(17)

(2) Dan bagi Warga Negara Indonesia asal Kota Dumai yang akan pindah/ bekerja ke Luar Negeri dengan tujuan menetap selama 1 (satu) tahun berturut-turut atau lebih akan diterbitkan/diberikan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri (SKPLN).

Pasal 15

(1) Penduduk WNI asal Kota Dumai yang datang dari Luar Negeri, wajib melaporkan kedatangannya ke Unit Kerja yang mengelola Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil di Kota Dumai paling lambat 14 (empat belas) hari sejak kedatangannya dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan dan mengisi formulir Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri (SKDLN).

(2) Penduduk yang akan pindah ke Luar Negeri selama lebih dari 1 (satu) tahun, melapor kepindahannya ke Kelurahan setempat dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan guna mendapatkan Surat Pengantar Pindah ke Luar Negeri (SPPLN), setelah ditandatangani Lurah dibawa ke Kecamatan untuk disahkan/diketahui Camat. (3) Surat Pengantar Pindah ke Luar Negeri (SPPLN) pada ayat (2)

digunakan sebagai dasar untuk mengurus Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri (SKPLN) yang diterbitkan oleh Unit Kerja yang mengelola Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Bagian Kelima

Penduduk Yang Bertransmigrasi

Pasal 16

Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang penduduk Warga Negara Indonesia yang bertransmigrasi.

(18)

Bagian Kelima

Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan Pasal 17

(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan yang meliputi :

a. penduduk korban bencana alam; b. penduduk korban bencana sosial; c. orang terlantar; dan

d. komunitas terpencil.

(2) Pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.

(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan untuk penduduk rentan Administrasi Kependudukan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk rentan diatur dalam Peraturan Walikota Dumai.

Bagian Keenam

Pelaporan Penduduk Yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri Pasal 18

(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Walikota Dumai.

Bagian Ketujuh

Pendaftaran dan Pelaporan Penduduk bagi Warga Negara Asing (WNA) Pasal 19

(1) Orang Asing yang memiliki izin tinggal terbatas dan Orang Asing yang memiliki tinggal tetap yang pindah ke Kota Dumai, wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.

(19)

(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.

(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.

(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar perubahan dan penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT) bagi Orang Asing yang bersangkutan.

Pasal 20

(1) Bagi Warga Negara Asing (WNA) yang melakukan pendaftaran pelaporan penduduk ke Kota Dumai sebelum ke Kecamatan dan Kelurahan setempat, diwajibkan terlebih dahulu melaporkan kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan guna penelitian dan verifikasi surat-surat dokumen yang dimiliki.

(2) Penduduk Sementara Warga Negara Asing (WNA) yang telah memperoleh Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS)dari instansi yang berwenang, wajib mendaftarkan diri pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT)setelah semua persyaratan dipenuhi.

(3) Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT) sebagaimana dimaksud ayat (2) berlaku selama 1 (satu) tahun, kemudian dapat diperpanjang kembali.

(4) Penduduk Sementara Warga Negara Asing (WNA) yang telah memperoleh Kartu Izin Tinggal Menetap (KITAP)dari instansi yang berwenang, wajib mendaftarkan diri pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Asing (KK/KTP WNA)setelah semua persyaratan dipenuhi.

(20)

(5) Masa berlaku Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Asing sebagaimana dimaksud ayat (4) disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.

(6) Mekanisme serta prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (4) akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

(7) Pengawasan terhadap ketentuan pada ayat (2) dan ayat (4) pasal ini dilakukan oleh Kelurahan, Kecamatan serta Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, imigrasi dan instansi yang berwenang.

Pasal 21

(1) Setiap penduduk sementara dan Warga Negara Asing pemegang izin tinggal terbatas diberikan NIK dengan Kode “A” berlaku selama yang bersangkutan berstatus sebagai penduduk sementara.

(2) NIK Kode “A” dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan dan digunakan sebagai tanda pengenal dalam pelayanan publik.

BAB II

PENCATATAN DAN PENERTIBAN DOKUMEN

Pasal 22

(1) Dokumen Kependudukan meliputi : a. Biodata Penduduk;

b. KK; c. KTP;

d. Surat Keterangan Kependudukan; dan e. Akta Pencatatan Sipil.

(2) Surat Keterangan Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. Surat Keterangan Pindah; b. Surat Keterangan Pindah Datang; c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri; d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;

(21)

e. Surat Keterangan Tempat Tinggal; f. Surat Keterangan Kelahiran; g. Surat Keterangan Lahir Mati;

h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan; i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian; j. Surat Keterangan Kematian;

k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;

l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia; m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan

n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.

(3) Biodata penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar Kabupaten/Kota dalam satu propinsi dan antar propinsi dalam wilayah NKRI, Surat Keterangan Pindah Datang Warga Negara Indonesia antar Kabupaten/Kota dalam satu propinsi dan antar propinsi dalam wilayah NKRI, Surat Keterangan Pindah Datang Orang Asing dalam wilayah NKRI, Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing, Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi Pelaksana.

(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar Kecamatan dalam satu Kabupaten/Kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar Kecamatan dalam satu Kabupaten/Kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh Camat atas nama Kepala Instansi Pelaksana.

(5) Surat Keterangan Pindah Datang penduduk Warga Negara Indonesia dalam satu kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang penduduk Warga Negara Indonesia antar kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh Lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.

(22)

(6) Pindah antar RT dalam satu Kelurahan, wajib melapor kepada RT setempat dengan membawa surat pengantar dari Pengurus RT asal untuk dilaporkan ke Kelurahan.

(7) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia.

(8) Mekanisme serta prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6) dan (7) akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB V KARTU KELUARGA

Pasal 23

(1) Setiap Keluarga wajib memiliki Kartu Keluarga;

(2) Penerbitan KK sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan berdasarkan permohonan penduduk WNI atau penduduk WNA Tinggal Tetap. (3) Penduduk WNI atau penduduk WNA Tinggal Tetap sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2) hanya dapat didaftar dalam satu KK. (4) KK sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) memiliki nomor yang

terdiri dari 16 digit didasarkan pada kombinasi variabel kode wilayah, tanggal pencatatan dan nomor seri KK.

(5) Nomor KK sebagaimana yang maksud pada ayat (4) diberikan oleh Pemerintah setelah biodata Kepala Keluarga direkam dalam bank data kependudukan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

(6) Bentuk, ukuran dan warna Kartu Keluarga serta jumlah rangkapnya ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri.

(7) Kartu Keluarga yang rusak, hilang dan atau terjadi perubahan data harus diganti dengan yang baru.

(8) Kartu Keluarga yang hilang, harus dilampirkan Surat Tanda Lapor Hilang dari Kepolisian untuk mengurus Kartu Keluarga yang baru.

(23)

BAB VI

KARTU TANDA PENDUDUK

Pasal 24

(1) Setiap penduduk WNI dan Orang Asing Tinggal Tetap yang telah berusia 17 tahun atau sudah kawin atau pernah kawin, wajib memiliki KTP.

(2) KTP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dan diterbitkan KTP baru;

(3) KTP berlaku secara nasional, digunakan sebagai tanda pengenal dalam pelayanan publik;

(4) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian;

(5) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) KTP;

(6) Dalam KTP dimuat pas foto berwarna penduduk yang bersangkutan berukuran 2x3 cm dengan ketentuan 70% tampak wajah;

(7) Bentuk, ukuran dan warna Kartu Tanda Penduduk mempedomani pada ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 25

(1) KTP untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama masa waktu 5 (lima) tahun.

(2) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun keatas diberikan KTP yang berlaku seumur hidup;

(3) Dalam hal Pemerintah Kota menerima laporan perubahan data penduduk, kepada penduduk diterbitkan perubahan KTP;

(4) Penerbitan KTP WNI yang baru datang dari luar negeri yang memenuhi syarat yang ditentukan dilakukan setelah diterbitkan Surat Keterangan Datang dari luar negeri oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil;

(5) Masa berlaku KTP bagi penduduk WNA Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlakunya izin tinggal tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;

(24)

(6) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya masa berlaku Kartu Tanda Penduduk, yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan kepada Kecamatan untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk yang baru.

Pasal 26

(1) Kartu Tanda Penduduk yang rusak, hilang atau terjadi perubahan data diganti dengan yang baru berdasarkan pelaporan dari penduduk yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan kejadian dimaksud.

(2) Kartu Tanda Penduduk yang hilang, harus dilampirkan Surat Tanda Lapor Hilang dari Kepolisian untuk mengurus Kartu Tanda Penduduk yang baru.

Pasal 27

Dalam hal terjadi pemekaran wilayah atau pembangunan yang menyebabkan perubahan alamat penduduk, Pemerintah Kota melakukan penerbitan perubahan alamat dalam KK dan KTP dengan memberi kemudahan kepada penduduk.

BAB VIII PELAYANAN

Pasal 28

(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagai berikut :

a. KK dan KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;

b. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari;

c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;

d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;

(25)

e. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki izin tinggal terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari; f. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari; g. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari; h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 14

(empat belas) hari;

i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 14 (empat belas) hari;sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan. (2) Pejabat Pencatatan Sipil dalam mencatat pada Register Akta

Pencatatan Sipil dan menerbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.

Pembetulan Kesalahan Tulis Redaksional Pada Dokumen Kependudukan

Pasal 29

(1) Pembetulan KTP hanya dapat dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.

(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan permohonan dari orang yang bersangkutan langsung (subjek KTP).

(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.

Pasal 30

(1) Pembetulan Akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan tulis redaksional.

(2) Pembetulan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan permohonan dari orang yang bersangkutan langsung (subjek akta).

(3) Pembetulan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.

(26)

BAB IX PENGECUALIAN

Pasal 31

(1) Kewajiban persyaratan dan menyetorkan uang jaminan sebagaimana yang dimaksud pasal 13 ayat (3), (4) dan (5) Peraturan Daerah ini tidak berlaku bagi :

a. Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/Polri, Karyawan BUMN dan BUMD yang dialih tugaskan ke Kota Dumai.

b. Karyawan Swasta/Pekerja Formal yang dipindahkan ke Kota Dumai.

c. Pelajar dan Mahasiswa asal Kota Dumai yang kembali dari belajar di luar Daerah.

d. Orang tua lanjut usia yang pindah mengikuti anak atau sanak familinya yang berstatus sebagai penduduk Kota Dumai. e. Penduduk pendatang yang mengikuti suami atau isteri yang

berstatus sebagai penduduk Kota Dumai;

f. Anak-anak yang berasal dari luar Kota Dumai yang diangkat/ dipelihara oleh Penduduk Kota Dumai.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang berkaitan pindah datang ke Kota Dumai.

BAB X PENCATATAN SIPIL

Bagian Pertama Pencatatan Kelahiran

Pasal 32

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh orang tuanya, keluarganya atau kuasanya kepada Walikota melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal kelahirannya.

(27)

(2) Kelahiran yang pelaporannya dilakukan tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada penduduk Kota Dumai tanpa dipungut biaya.

(3) Pelaporan kelahiran yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Kepala Instansi yang membidangi Kependudukan dan Catatan Sipil.

(4) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.

(5) Pencatatan kelahiran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), (2), (3) dan (4) dilakukan petugas Catatan Sipil pada register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 33

(1) Dalam hal tempat peristiwa kelahiran berbeda dengan tempat tinggal atau domisili, Pejabat Pencatatan Sipil yang mencatat dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) bertanggung jawab memberitahukan hal dimaksud kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil di wilayah tempat penduduk berdomisili.

(2) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari kepolisian.

(3) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh Instansi Pelaksana.

(28)

Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 34

(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada Perwakilan Negara Republik Indonesia.

Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang

Pasal 35

(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia diatas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.

(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di wilayah Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan pada Instansi Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada diluar wilayah Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara tempat tujuan atau tempat singgah.

(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan negara Republik Indonesia setempat.

(5) Perwakilan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

(29)

Bagian Kedua Pencatatan Lahir Mati

Pasal 36

(1) Kelahiran bayi dalam keadaan mati dilaporkan oleh orang tuanya atau kuasanya kepada Walikota melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati. (2) Pencatatan kelahiran bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

direkam pada bank data kependudukan dan diterbitkan Surat Keterangan Lahir Mati.

Bagian Ketiga Kematian

Pasal 37

(1) Setiap kematian, wajib dilaporkan oleh keluarga atau ahli warisnya dan dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian. (2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud ayat (1) dicatat oleh

petugas Catatan Sipil pada Register Akta Kematian yang diterbitkan Kutipan Akta Kematian.

(3) Pencatatan Kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan Surat Keterangan Kematian dari pihak yang berwenang. (4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.

(30)

Pencatatan Kematian di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 38

(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan Negara Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang dinegara setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.

(2) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar instansi pelaksana di Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.

Bagian Keempat Pecatatan Perkawinan

Pasal 39

(1) Setiap Perkawinan wajib dilaporkan kepada Walikota melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Perkawinan bagi yang bukan beragama Islam yang telah dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaannya dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.

(3) Pencatatan perkawinan antar WNA dapat dilakukan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Perkawinan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada Register Akta Perkawinan dan diterbitkan Kutipan Akta Perkawinan.

Pasal 40

(1) Bagi penduduk WNI yang melaksanakan perkawinan di luar negeri dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

(31)

(2) Pencatatan perkawinan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) direkam dalam bank data kependudukan dan diterbitkan bukti pelaporan perkawinan luar negeri.

(3) Khusus perkawinan bagi yang beragama Islam, wajib dilaporkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.

(4) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memerlukan penerbitan kutipan akta Pencatatan Sipil.

Pasal 41

Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39, berlaku pula bagi :

(1) perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan

(2) perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan.

Bagian Kelima

Pencatatan Pembatalan Perkawinan

Pasal 42

(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh penduduk yang mengalami pembatalan perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah mendapatkan putusan Pengadilan Negeri tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta Perkawinan dari Kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan.

(32)

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perkawinan, mekanisme serta Prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Walikota.

Bagian Keenam Pencatatan Perceraian

Pasal 43

(1) Setiap perceraian yang terjadi dan telah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri yang mempunyai Kekuatan Hukum tetap, wajib dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Negeri tersebut berdasarkan laporan yang bersangkutan atau kuasanya.

(2) Pencatatan Perceraian sebagaimana dimaksud ayat (1) dicatatkan dalam register Akta Perceraian oleh petugas Catatan Sipil dan diterbitkan Kutipan Akta Perceraian.

(3) Mekanisme serta Prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota. (4) Khusus Perceraian bagi yang beragama Islam, wajib dilaporkan oleh

Pengadilan Agama kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perceraian dilaksanakan.

Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 44

(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Republik Indonesia wajib dicatatkan pada Instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Negara Republik Indonesia. 193

(33)

(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Negara Republik Indonesia setempat.

(3) Perwakilan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.

(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Pencatatan Pembatalan Perceraian

Pasal 45

(1) Pembatalan perceraian bagi penduduk wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perceraian.

Bagian ketujuh

Pencatatan Pengangkatan Anak

Pasal 46

(1) Setiap pengangkatan anak yang telah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri wajib dicatatkan pada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil berdasarkan laporan penduduk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Negeri tersebut.

(2) Pengangkatan anak sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada Register Akta Kelahiran dan selanjutnya diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran dalam bentuk catatan pinggir pada akta yang bersangkutan.

(34)

Bagian Kedelapan Pencatatan Pengakuan Anak

Pasal 47

(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tuanya pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan Anak.

Bagian Kesembilan Pencatatan Pengesahan Anak

Pasal 48

(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan Akta Perkawinan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah. (3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.

(35)

Bagian Kesepuluh Pencatatan Perubahan Nama

Pasal 49

(1) Setiap peristiwa perubahan nama yang telah mendapatkan penetapan/ putusan Pengadilan Negeri berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan tersebut, wajib dicatatkan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ini dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada akta-akta catatan sipil dalam bentuk catatan pinggir pada Register Akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.

Bagian Kesebelas Pembatalan Akta

Pasal 50

Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan yang memutuskan pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan Akta Pencatatan Sipil oleh Pemohon atau Pengadilan.

Pasal 51

(1) Setiap akta catatan sipil dapat dibatalkan berdasarkan putusan/ penetapan Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil wajib mencatat pembatalan akta yang telah mendapatkan putusan/penetapan Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya putusan/penetapan tersebut.

(36)

(3) Pembatalan akta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam register akta dan dibuatkan catatan pinggir pada akta yang bersangkutan;

(4) Pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) direkam dalam bank data kependudukan.

Pasal 52

Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada dokumen kependudukan.

Bagian Kedua belas

Pencatatan Peristiwa Kependudukan

Pasal 53

(1) Dalam hal terjadinya perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen pendaftaran penduduk.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Peraturan Walikota.

Pasal 54

(1) Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil mencatat peristiwa penting lainnya yang telah mendapatkan putusan/penetapan Pengadilan Negeri atau Instansi yang berwenang paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan tersebut.

(2) Peristiwa penting lainnya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh petugas Catatan Sipil pada Register dan Kutipan Akta-Akta Catatan Sipil dalam bentuk Catatan Pinggir pada akta yang bersangkutan.

(37)

Bagian Ketiga belas

Pencatatan Perubahan Kewarganegaraan

Pasal 55

(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara Indonesia wajib dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana ditempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.

(2) Berdasarkan laporan sebagimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil.

Bagian Keempat belas

Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan

dari Warga Negara Republik Indonesia Menjadi Warga Negara Asing di luar Wilayah Republik Indonesia

Pasal 56

(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara asing di luar wilayah Republik Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Perwakilan Republik Indonesia.

(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.

(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Catatan Sipil.

(38)

BAB XI

PENGELOLAAN DATA DAN PELAPORAN

Pasal 57

(1) Data penduduk merupakan Dokumen Negara yang harus dipelihara dan dilindungi untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, dan kemasyarakatan.

(2) Pengelolaan data penduduk dilaksanakan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil, Kecamatan dan Kelurahan. (3) Proses pengelolaan data kependudukan dilaksanakan dengan

menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Pasal 58

(1) Kepala Kelurahan wajib mencatat dan melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk diwilayahnya kepada Camat secara reguler setiap bulan.

(2) Camat wajib mencatat dan melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk Kelurahan diwilayahnya kepada Walikota secara reguler setiap bulan melalui Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(3) Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil wajib mencatat dan melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk Kecamatan kepada Walikota secara reguler setiap bulan.

(4) Walikota wajib melaporkan data hasil penyelenggaraan pendaftaran penduduk di wilayahnya kepada Menteri Dalam Negeri setiap bulan secara reguler melalui Gubernur Riau.

BAB XII

PROSEDUR DAN TATACARA

PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

Pasal 59

Prosedur dan Tatacara Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta Petunjuk Teknis lainnya ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

(39)

BAB XIII PENYULUHAN

Pasal 60

(1) Kepala Kelurahan, Camat, Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil wajib melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

(2) Penyuluhan dilakukan secara rutin maupun berkala, langsung maupun tidak langsung antara lain melalui temu wicara, pameran, kesenian, media cetak dan elektronik serta bentuk lainnya.

BAB XIV PENYIDIKAN

Pasal 61

(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang lingkup tugasnya dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas penyidikan berwenang untuk :

a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan; b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak

pidana Administrasi Kependudukan;

(40)

c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana dimaksud pada huruf b;

d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan. (3) Pengangkatan, mutasi dan pemberhentian Penyidik Pegawai

Negeri Sipil, serta mekanisme penyidikan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 62

(1) Pelanggaran atau kelalaian terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi administrasi berupa :

a. Denda sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang melanggar pasal 24 ayat (4) bagi penduduk yang tidak membawa KTP pada saat bepergian atau Surat Kependudukan lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah ini;

b. Denda sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang melanggar pasal 25 ayat (1), dan ayat (6) bagi penduduk yang masa berlaku KTP nya sudah habis/kadaluarsa;

c. Denda sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) yang melanggar pasal 24 ayat (1) bagi penduduk yang tidak memiliki KTP atau Surat Kependudukan lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah ini;

d. Denda sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) bagi setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang bepergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal.

(41)

e. Denda sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) terhadap pelanggaran pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1);

f. Denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) terhadap pelanggaran pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal terbatas atau orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3).

(2) Pelanggaran atau kelalaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas ditetapkan di depan hakim pada pelaksanaan razia reguler atau waktu tertentu yang ditentukan oleh Walikota.

(3) Uang denda sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas disetorkan ke rekening Pemerintah Daerah Kota Dumai oleh petugas yang ditunjuk Walikota sebagai Penerimaan Daerah selain pajak.

(4) Penduduk yang melanggar sebagaimana dimaksud ayat (1) yang tidak memiliki uang denda dikenakan sanksi berupa kurungan/tahanan paling lama 7 (tujuh) hari.

Pasal 63

(1) Bagi penduduk yang pindah ke luar Kota Dumai tanpa melapor, sekurang-kurangnya dalam waktu 6 (enam) bulan Pemerintah Kota akan menghapus data yang bersangkutan dari data bank kependudukan yang ada di Unit kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(2) Bagi Penduduk yang sampai batas akhir masa berlaku Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) tidak atau belum mempunyai pekerjaan tetap maka akan dipulangkan kedaerah asalnya dengan menggunakan jaminan yang telah disetorkan kepada Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil.

(3) Bagi Penduduk Sementara WNI yang menolak dipulangkan sebagaimana dimaksud ayat (2), tidak akan diperpanjang SKTS nya dan tidak akan diberikan Tanda Bukti Diri serta fasilitas pelayanan lainnya berupa apapun dari Pemerintah Kota Dumai.

(42)

(4) Bagi Penduduk WNA yang sampai batas akhir masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT) maka melalui pihak Imigrasi akan dipulangkan kedaerah asalnya atau proses lebih lanjut sesuai dengan peraturan yang diberlakukan bagi WNA.

(5) Atas dasar pertimbangan tertentu, Pemerintah Kota berhak melakukan upaya paksa untuk memulangkan pendatang ke Daerah asalnya. (6) Apabila ditemukan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Surat

Keterangan Kependudukan lainnya yang diperoleh tanpa melalui prosedur sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini akan dicabut dan atau dibatalkan.

BAB XVI KETENTUAN PIDANA

Pasal 64

Setiap penduduk dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Pasal 65

Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen data pada Dokumen Kependudukan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 66

Setiap orang yang tanpa hak mengakses data base kependudukan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).

(43)

Pasal 67

Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

Pasal 68

Setiap penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga lebih dari satu KK untuk memiliki KTP lebih dari satu dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 69

(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 atau Pasal 64, pejabat yang bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).

(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu melakukan tindak pidana sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 65, pejabat yang bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Pasal 70

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67 dan Pasal 68 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.

(44)

BAB XV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 71

(1) Pembinaan dan pengawasan atau pelaksanaan Peraturan Daerah ini selain dilakukan oleh Unit Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil juga dilakukan oleh Polisi Pamong Praja, Kecamatan dan Kelurahan serta pengurus RT yang berada di wilayah Kelurahan.

(2) Untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pemerintah Kota melaksanakan Razia KTP dan atau Surat Kependudukan lainnya dalam Daerah Kota Dumai secara reguler atau waktu tertentu yang ditentukan oleh Walikota.

(3) Tata cara pelaksanaan razia sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 72

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Kartu Tanda Penduduk yang dikeluarkan dan masih berlaku berdasarkan Peraturan Daerah yang lama, tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan sesudahnya diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

Pasal 73

Kewajiban mengganti Kartu Keluarga yang lama dengan Kartu Keluarga yang baru berdasarkan Peraturan Daerah ini dilakukan pada saat pembuatan/perpanjangan KTP atau jika ada perubahan data/mutasi.

(45)

BAB XVII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 74

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan dan Keputusan Walikota.

Pasal 75

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 76

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai

pada tanggal 27 September 2007

WALIKOTA DUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.S

Diundangkan di Dumai

pada tanggal 28 September 2007

SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI

PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010055541

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari peramalan pemakaian pozzola di tahun 2014 akan lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu dengan total pemakaian

Ukuran penguat berpengaruh terhadap kemampuan bahan komposit dapat menahan gaya dari luar. Jika semakin panjang ukuran serat yang dipakai, maka efisiensi menahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air tertinggi pada serat yang diperoleh dari perlakuan NaOH 5% selama 2 jam dengan nilai kadar air sebesar 11,193% Sedangkan kadar

BAB IV Hasil penelitian, berisi tentang gambaran umum objek penelitian meliputi sejarah, profil lembaga, struktur organisasi, dan pegawai- pegawai yang ada di UPT

Batasan operasional dalam penelitian tersebut menggunakan pengawasan kerja sebagai variabel bebas (X) dan efektivitas kerja karyawan sebagai variabel terikat

Karena himpunan akar persamaan karakteristik dari  -sistem termuat pada himpunan akar persamaan karakteristik sistem (1), maka terdapat akar persamaan karakteristik

Oleh karena itu, hal tersebut sangatlah menarik apabila dilakukan studi yang mendalam tentang persepsi pertanian terhadap pelaksanaan program UPSUS PAJALE khususnya di

Algoritma flood fill akan “mewarnai” node-node pada connected area yang ditemukan sehingga dapat ditentukan luas dari connected area tersebut.. Algoritma Flood Fill