• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012 Chapter III VI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi observasional dengan rancangan penelitian

case controle (kasus kontrol) yang menyangkut bagaimana faktor risiko sanitasi

lingkungan rumah, dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai terhadap kejadian skabies dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu, rancangan penelitian case

(2)

Faktor Resiko (+)

Faktor Resiko (-)

Faktor Resiko (+)

Faktor Resiko (-)

Populasi (Sampel)

Retrospektive

Retrospektive Efek +

(Kasus)

Efek - (Kasus)

(Matching)

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Case Controle 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai, dari 5 Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung, Kelurahan Pematang Pasir yang memiliki penderita skabies yang tinggi dibanding dengan Kelurahan lainnya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(3)

Oktober - Desember 2011sebanyak 211 penderita yang terdiri dari kelompok kasus sebanyak 126 penderita dan kelompok kontrol sebanyak 85 penderita.

3.3.2. Sampel 3.3.2.1. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari kelompok kasus dan kontrol berdasarkan sumber data dari puskesmas Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung. Kelompok kasus adalah penderita skabies positif dan kelompok kontrol adalah penderita skabies negatif (penyakit kulit lainnya) yang datang berobat ke puskesmas Pematang Pasir.

Besar sampel dalam penelitian ini di hitung dengan rumus Sastroasmoro (1995), sebagai berikut:

n1 = n2 =

(P1 - P2)²

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel terpajan (expose) yang dibutuhkan

n2 = Jumlah sampel tidak terpajan (non-expose) yang dibutuhkan = Deviat baku normal untuk pada derajat kepercayaan 95% = 1,96 = Deviat baku normal untuk pada derajat kepercayaan 80% = 0,842 P = Proporsi total = P1 + P2

2

P1 = Proporsi efek pada kelompok terpajan

(4)

Untuk memperoleh nilai sampel subyek yang perlu diketahui terlebih dahulu nilai p1 dan p2. Untuk menentukan nilai p1 dan p2, dilakukan terlebih dahulu studi pendahuluan dengan menggunakan 20 sampel yang positif skabies dan 20 sampel yang negatif skabies. Dari studi pendahuluan tersebut, diperoleh nilai sebagai berikut: P1 = 26,66 %

P2 = 6,66 %

P = P1 + P2 = 16% = 0,16 2

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang diperoleh dari studi pendahuluan tersebut ke persamaan diatas diperoleh:

n1 = n2 =

(P1 - P2)²

= ( 1,96 √2 (0,16 × 0,84) + 0,842 √ (0,26 × 0,74) + (0,06 × 0,94)² ( 0,26 – 0,06 )²

= 51,55

n = 52 responden

(5)

1:1, sehingga dapat diketahui jumlah kasus adalah 52 responden dan kontrol adalah 52 responden, maka total sampel dalam penelitian ini adalah 104 responden.

3.3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel kasus dan kontrol dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel non random karena adanya tehnik matching pada penelitian ini yaitu pada variabel umur dan jenis kelmain.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (sampel) yang kemudian di kumpulkan dan pengumpulan data di lakukan untuk memperoleh data objek yang di teliti. Alat atau device untuk memperoleh keterangan dari objek atau elemen antara lain melalui kuesioner (questionnaire), wawancara dan observasi atau pengamatan langsung kepada responden (Supranto, 2000).

3.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan peneliti dari dokumen yang telah tersedia di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Tanjungbalai, dan Puskesmas Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

(6)

praktek belum tentu data terkumpulkan adalah data yang valid. Banyak hal yang akan mengurangi validitas data, misalnya apakah si pewawancara yang mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuesioner. Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu wawancara. Bila, sewaktu menjawab semua pertanyaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliable, tetapi jika si responden merasa malu, takut dan cemas akan jawabannya, maka besar kemungkinan dia akan memberikan jawaban yang tidak benar (Umar, 2002).

Kuesioner penelitian agar dapat menjadi instrument penelitian yang valid dan

reliable sebagai alat pengumpul data maka dilakukan uji coba pada 15 orang

responden sebagai kelompok kasus dan 15 responden sebagai kelompok kontrol di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Kota Tanjungbalai.

Suatu kuesioner dapat di anggap valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Riyanto, 2011). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reliability statistics. Jika skor r hitung ≥ r table, maka dinyatakan valid dan jika skor r hitung ≤ r tabel,

maka dinyatakan tidak valid (Riyanto, 2011).

(7)

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002).

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi di ukur atau di amati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yag bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reliable belum tentu akurat (Nursalam , 2003).

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan dengan nilai r hasil (alpha cronbach) dengan r tabel:

1. Bila r- alpha cronbach ≥ r tabel maka pertanyaan reliabel 2. Bila r- alpha cronbach ≤ r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan rumah (kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersedian air bersih) dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai (pengetahuan, sikap dan kepercayaan atau keyakinan masyarakat pesisir pantai).

(8)

3.5.2. Definisi Operasional

a. Kepadatan penghuni rumah adalah perbandingan antara luas ruangan yang tersedia dengan penghuni atau anggota keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut.

b. Kelembaban adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara, merupakan sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti tungau sarcoptes

scabiei.

c. Ketersediaan air bersih adalah adanya air yang di konsumsi masyarakat Kelurahan Pematang Pasir untuk keperluan sehari-hari

d. Kuantitas air bersih banyaknya air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Pematang Pasir untuk keperluan sehari-hari

e. Kualititas air bersih adalah mutu air bersih secara fisik yang dikonsumsi oleh masyarakat Kelurahan Pematang Pasir untuk keperluan sehari-hari, yang meliputi: bau, rasa dan warna.

f. Sosial budaya adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar, meliputi; pengetahuan, kebiasaaan, sikap dan kepercayaan masyarakat pesisir terhadap penyakit skabies.

(9)

h. Sikap adalah mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap sesuatu. Meliputi sikap tentang penyakit skabies, penyabab skabies, cara penularan skabies, pencegahan skabies dan pengobatan skabies.

i. Kepercayaan atau keyakinan adalah merupakan sesuatu yang dipercaya dengan adanya penyakit skabies, penyabab skabies, cara penularan skabies, pencegahan skabies dan pengobatan skabies.

j. Kebiasaan adalah kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan secara rutin yang berhubungan dengan kesehatan, seperti personal higiene.

k. Skabies adalah penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam hari dan pada kulit di dapat vesiculae kecil-kecil berisi cairan bening. Kudis ini di sebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei yang memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan menaruh telur-telurnya di dalam kulit.

3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Variabel Independen

Variabel independen diukur dengan menggunakan beberapa sub variabel yaitu: pengetahuan, sikap, kepercayaan atau keyakinan dan kebiasaan dengan menggunakan skala pengukuran menurut Pratomo (1990), skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut :

(10)

a. Pengetahuan baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi.

b. Pengetahua buruk, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

Dengan alternatif empat jawaban pilihan (multifle choiss), jika menjawab dengan benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 2. Jawaban yang benar untuk variabel pengetahuan dari poin 1 sampai 10 adalah A, D, B, C, A, D, A,C, B, dan B.

2. Kebiasaan responden terhadap kejadian skabies, diukur dengan skala ordinal, meliputi:

a. Kebiasaan baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi.

b. Kebiasaan buruk, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

Dengan alternatif tiga jawaban pilihan yaitu Selalu (S), Kadang-kadang (Kk) dan Tidak Pernah (TP). Jika menjawab “Selalu” diberi skor 0, jika menjawab “Kadang-kadang” diberi skor 1, dan jika menjawab “Tidak Pernah” diberi skor 2. Jawaban yang tepat untuk variabel sikap dari poin 1 sampai 10 adalah selalu (s).

(11)

Dengan alternatif empat jawaban pilihan yaitu Setuju (S) , Sangat Setuju (SS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), jika menjawab dengan “Setuju” diberi skor 0, jika menjawab “Sangat Setuju” diberi skor 1, jika menjawab “Tidak Setuju” diberi skor 2 dan jika menjawab “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 3. Jawaban yang tepat untuk variabel sikap dari poin 1 sampai 10 adalah STS, SS, STS, STS, STS, STS, STS, STS, STS dan SS.

4. Kepercayaan atau keyakinan responden terhadap kejadian skabies, diukur dengan skala ordinal, meliputi:

a. Percayaan atau yakin, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi.

b. Tidak Percaya atau tidak yakin, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

Dengan alternatif tiga jawaban pilihan yaitu Percaya (P), Kurang Percaya (KP) dan Tidak Percaya (TP). Jika menjawab “Percaya” diberi skor 0, jika menjawab dan jika menjawab“Tidak Percaya” skor 1. Jawaban yang tepat untuk variabel sikap dari poin 1 sampai 10 adalah P, TP, TP, TP, P, P, P, TP, P, P.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen N

o Variabel Parameter

(12)

(13)

dalam air

2. Berasa bila tidak ada organisme 2. Berwarna bila 50

TCU

(14)

benar ≥75% dari

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Analisa Univariat ( Analisis Univariate)

(15)

untuk rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

3.7.2. Analisa Bivariat (Analisis Bevariete)

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Variabel independen yakni sanitasi lingkungan rumah ( kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersediaan air bersih), sosial budaya masyarakta pesisir pantai (pengetahuan, sikap, kepercayan atau keyakinan dan kebiasaan masyarakat pesisir). Dalam analisis bivariat ini dilakukan beberapa tahap, antara lain: dengan menggunakan analisis proporsi atau presentase dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel, uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan besarnya risiko dengan Odd Ratio (OR).

3.7.3. Analisa Multivariat

Analisa multivariat untuk melihat pengaruh antara variabel kejadian penyakit

skabies dengan seluruh variabel yang diteliti yaitu sanitasi lingkungan rumah (kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersediaan air bersih yang meliputi

(16)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

(17)

Tanjungbalai merupakan salahsatu kota di pulau Sumatera Utara, yang terdiri dari 5 kecamatan dan 13 kelurahan, diantaranya adalah kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung dengan luas wilayah kelurahan Pematang Pasir adalah 145 Ha, yang terletak di daerah pesisir pantai.

Asal muasal Kelurahan Pematang Pasir awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Asahan, pada tahun 1988 menjadi daerah Kota Madya Tanjungbalai, dengan nama Desa Teluk Nibung Dua, dan pada tahun 2004 menjadi kelurahan Pematang Pasir, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Perjuangan b. Sebelah Selatan berbatas dengan Sungai Asahan c. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Sei Merbau d. Sebelah Utara berbatas dengan desa Pematang Sei Baru 4.1.2. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk kelurahan Pematang Pasir adalah 6.697 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 2.166 KK. Penyebaran penduduk tidak merata, adapun distribusi penduduk di kelurahan Pematang Pasir, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Distribusi Golongan Umur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Golongan Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Jumlah %

n % n %

(18)

2 10 - 16 Tahun 547 14,4 433 14,9 980 14,6 3 17 - 25 Tahun 768 20,2 449 15,5 1200 17,9 4 26 - 40 Tahun 764 20,1 787 27,1 1.551 23,2 5 40 Tahun keatas 1159 30,5 854 29,4 2.013 30,1

Jumlah 3795 56,7 2902 43,3 6.697 100,0

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin penduduk di kelurahan Pematang Pasir, dapat terlihat jelas dari tabel 4.1 diatas. Umur dari 0 - 9 Tahun yaitu: 557 jiwa laki-laki (14,8%) dan 396 jiwa perempuan (13,6%), umur 10 - 16 Tahun yaitu: 547 jiwa laki-laki (14,4%) dan 433 jiwa perempuan (14,9%), umur 17 - 25 Tahun yaitu: 768 jiwa laki-laki (20,2%) dan 449 jiwa perempuan (15,5%), umur 26 - 40 Tahun yaitu: 764 jiwa laki-laki (20,1%) dan 787 jiwa perempuan (27,1%) dan umur 40 Tahun keatas yaitu: 1.159 jiwa laki-laki (30,5%) dan 854 jiwa perempuan (29,4%). Karakteristik berdasarkan umur penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat diketahui bahwa jumlah proporsi umur tertinggi yaitu 40 tahun keatas sebesar 2.013 jiwa (30,1%) dan yang terkecil umur 0 - 9 tahun sebesar 953 jiwa (14,2%). Secara rinci distribusi karakterristik umur penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:

Tabel 4.2. Distribusi Golongan Umur Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Golongan Umur (Tahun) Penduduk %

(19)

2 10 - 16 Tahun 980 14,6

3 17 - 25 Tahun 1200 17,9

4 26 - 40 Tahun 1.551 23,2

5 40 Tahun keatas 2.013 30,1

Jumlah 6.697 100,0

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

Jumlah penduduk berdasarkan umur di kelurahan Pematang Pasir, dapat terlihat jelas dari tabel 4.2 diatas. Umur dari 0 - 9 Tahun yaitu: 953 jiwa (14,2%), umur 10 - 16 Tahun yaitu: 980 jiwa (14,6%), umur 17 - 25 Tahun yaitu: 1200 jiwa (17,9%), umur 26 - 40 Tahun yaitu: 1.551 jiwa (23,2%) dan umur 40 Tahun keatas yaitu: 2.013 jiwa (30,1%).

Karakteristik berdasarkan jenis kelamin penduduk di kelurahan Pematang Pasir terlihat bahwa jumlah proporsi jenis kelamin tertinggi yaitu laki-laki sebesar 3795 (56,7%) sedangkan perempuan sebesar 2902 (43,3%). Secara rinci distribusi karakteristik jenis kelamin penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk %

1 Laki-laki 3795 56,7

2 Perempuan 2902 43,3

Jumlah 6.697 100,0

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

(20)

Tinggi sebesar 139 jiwa (2,1%). Secara rinci distribusi pendidikan karakteristik penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada tabel 4.4. dibawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Golongan Pendidikan Jumlah Penduduk %

1 Tidak pernah sekolah 840 12,5

2 Tidak Tamat SD 590 8,8

3 Tamatan SD 2444 36,5

4 Tamatan SLTP 805 12

5 Tamatan SLTA 1879 28,1

6 Tamatan Perguruan Tinggi 139 2,1

Jumlah 6.697 100,0

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa proporsi pendidikan yaitu mulai dari tamatan SD sebesar 2444 jiwa (36,5%), tamatan SLTA sebesar 1879 jiwa (28,1%), tidak pernah sekolah sebesar 840 jiwa (12,5%), tamatan SLTP sebesar 805 jiwa (12%), tidak tamat SD sebesar 590 jiwa (8,8%) dan dengan jumlah proporsi yang terendah adalah tamatan Perguruan Tinggi sebesar 139 jiwa (2,1%).

Karakteristik berdasarkan pekerjaan penduduk di kelurahan Pematang Pasir terlihat bahwa proporsi pekerjaan paling dominan adalah bekerja sebagai nelayan sebesar 2358 jiwa (35,2%). Secara rinci distribusi karakteristik pekerjaan penduduk di kelurahan Pematang Pasir dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini:

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Golongan Penkerjaan Jumlah Penduduk %

1 Nelayan 2358 35,2

(21)

3 Pegawai swasta 1053 15,7

4 Pegawai negeri 1043 15,6

5 Dan lain-lain 669 10

Jumlah 6.697 100,0

Sumber: Profil Kelurahan Pematang Pasir 2012

Seperti terlihat pada tabel 4.5 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proporsi pekerjaan penduduk di kelurahan Pematang Pasir yang bekerja sebagai Nelayan adalah sebesar 2358 jiwa (35,2%), Karyawan/buruh sebesar 1574 jiwa (23,5%), Pegawai Swasta sebesar 1053 jiwa (15,7%), Pegawai Negeri sebesar 1043 jiwa (15,6%) dan lain-lain sebesar 669 jiwa (10%).

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

Dari variabel karakteristik responden dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian ini adalah 52 kasus dan 52 kontrol yang datang berkunjung ke puskesmas kelurahan Pematang Pasir. Jenis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan retrospective yaitu adanya tehnik matching. Variabel yang di matching dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden.

Secara rinci distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

N

o Distribusi Frekuensi

Status Responden

Total

(22)

n % n % n % 1 Jenis Kelamin

Laki-laki 52 100,0 52 100,0 104 100,0

Jumlah 52 100,0 52 100,0 104 100,0

2 Pendidikan

PT 0 0.0 12 23,1 12 11.5

SLTA 7 13,5 20 38,5 27 26.0

SLTP 45 86,6 20 38,5 65 62.5

Jumlah 52 100,0 52 100,0 104 100,0

3 Pekerjaan

Nelayan 28 53,8 39 75 67 64.4

Karyawan/buruh 21 40,4 5 9,6 26 25.0

Pegawai swasta 3 5,8 8 15,4 11 10.6

Jumlah 52 100,0 52 100,0 104 100,0

Dari tabel 4.6 diatas dapat terlihat jelas bahwa jenis kelamin dalam penelitian ini adalah semuanya laki-laki dan umur 23 tahun pada kelompok kasus sebesar 26 responden (50%) dan yang umur 24 tahun sebesar 26 responden (50%) dan kelompok kontrol umur 23 tahun sebesar 26 responden (50%) dan umur 24 tahun sebesar 26 responden (50%).

(23)

Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pada kelompok kasus yang terbanyak adalah nelayan dengan jumlah 28 responden (53,8%) dan yang terendah adalah pegawai swasta dengan jumlah 3 responden (5,8%), sedangkan pada kelompok kontrol yang terbanyak juga pekerja nelayan yaitu dengan jumlah 39 responden (75%) dan yang terendah juga karyawan/buruh dengan jumlah 5 responden (9,6%).

4.2.2. Sanitasi Lingkungan Rumah

Secara rinci distribusi sanitasi lingkungan rumah responden berdasarkan kepadatan penghuni, kelembaban dan ketersediaan air bersih (kuantitas dan kualitas fisik air) dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Rumah Responden Berdasarkan Kategori per Item Pertanyaan Mengenai Kepadatan Penghuni, Kelembaban dan Ketersediaan Air Bersih (Kuantitas dan Kualitas Fisik Air) di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

N

o Distribusi Frekuensi

(24)

a.Tidak Memenuhi Syarat 19 36,5 21 40,4 40 38.5 b. Memenuhi Syarat 33 63,5 31 59,6 64 61.5

Jumlah 52 100,0 52 100,0 104 100,0

4 Kualitas Fisik Air

Tidak Memenuhi syarat 39 75 22 42,3 61 58.7

memenuhi syarat 13 25 30 57,7 43 41.3

Jumlah 52 100,0 52 100,0 104 100,0

Berdasarkan pada table 4.7 diats dapat diketahui bahwa variabel kepadatan penghuni pada kelompok kasus mayoritas responden memiliki kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat (< 4 m²/orang) sebanyak 42 responden (80,8%), yang memenuhi syarat (≥ 4 m²/orang) sebanyak 10 responden (19,2%) dan pada kelompok kontrol mayoritas tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 35 responden (63,7%), yang memenuhi syarat sebanyak 17 responden (32,7%).

Berdasarkan variabel kelembaban kelompok kasus mayoritas responden memiliki kelembaban memenuhi syarat (40% atau 60%) sebanyak 30 responden (57,7%), yang tidak memenuhi syarat (<40% atau >60%) sebanyak 22 responden (42,3%) dan pada kelompok kontrol mayoritas memenuhi syarat sebanyak 33 responden (73,5%), yang tidak memenuhi syarat sebanyak 19 responden (36,5%).

(25)

Berdasarkan data kualitas fisik air kelompok kasus mayoritas responden memiliki kualitas fisik air tidak memenuhi syarat sebanyak 39 responden (75%), yang memenuhi syarat sebanyak 13 responden (25%), dan pada kelompok kontrol mayoritas responden memiliki kualitas fisik air memenuhi syarat sebanyak 30 responden (58,7%), yang tidak memenuhi syarat sebanyak 22 responden (41,3%). 4.2.3. Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

Secara rinci distribusi sosial budaya masyarakat pesisir berdasarkan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan dapat dilihat pada tabel 4.8. dibawah ini:

(26)

Berdasarkan pada table 4.8 diats dapat diketahui bahwa variabel sosial budaya masyarakat pesisir meliputi: pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan. Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan yang terdiri dari kelompok kasus yang berpengetahuan baik sebanyak 20 responden (38,5%), pengetahuan buruk sebanyak 32 responden (61,5%) sedangkan pada kelompok kontrol berpengetahuan baik sebanyak 17 responden (32,7%), pengetahuan buruk sebanyak 35 responden (67,3%), %).

Analisis variabel kebiasaan pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan baik sebanyak sebanyak 18 responden (34,6%), kebiasaan buruk sebanyak 34 responden (65,4%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan baik sebanyak 30 responden (57,7%), kebiasaan buruk sebanyak 22 responden (42,3%).

Analisis variabel sikap pada kelompok kasus yang memiliki sikap baik sebanyak 33 responden (63,5%), sikap buruk sebanyak 22 responden (42,4%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki sikap baik sebanyak 32 responden (61,5%), sikap buruk sebanyak 20 responden (38,5%)

(27)

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel sanitasi lingkungan rumah (kepadatan penghuni rumah, kelembaban dan ketersediaan air bersih: kuantitas dan kualitas fisik air) dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai (pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan) terhadap kejadian skabies dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel dan disertakan dengan uji

chi-square dengan Matchet Analysis, perhitungan OR (Odd Ratio) dengan derajat

kepercayaan (CI) 95% (α = 0,05).

4.3.1. Karakteristik Responden

Secara rinci distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.9. dibawah ini:

Tabel 4.9. Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan terhadap Kejadian Skabies di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

N

o Distribusi Frekuensi

(28)

Dari tabel 4.9. ditas dapat terlihat jelas hasil analisis hubungan karakteristik responden yang meliputi variabel pendidikan pada kelompok kasus yang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 0 responden (0,0%) SLTA sebanyak 7 responden (13,5%) dan SLTP sebanyak 45 responden (86,6%) sedangkan pada kelompok kontrol yang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 12 responden (23,1%) SLTA sebanyak 20 responden (38,5%) dan SLTP sebanyak 20 responden (38,5%), hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,00, artinya ada hubungan pendidikan terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012.

Variabel pekerjaan pada kelompok kasus yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 28 responden (53,8%), karyawan/buruh sebanyak 21 responden (40,4%), dan bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 responden (5,8%), sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak memenuhi syarat 42 responden (80,8%) sedangkan pada kelompok kontrol yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 39 responden (75%), karyawan/buruh sebanyak 5 responden (9,6%), dan bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 8 responden (15,4%), hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,00, artinya ada hubungan pekerjaan terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012.

4.3.2. Sanitasi Lingkungan Rumah

(29)

Tabel 4.10. Hasil Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan Kepadatan Penghuni, Kelembaban, Kuantitas dan Kualitas Fisik Air) terhadap Kejadian Skabies di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

N

1 Kepadatan Penghuni

0,117 2,040

Berdasarkan pada tabel 4.10, diatas dapat terlihat jelas hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan rumah yang meliputi kepadatan penghuni, kelembaban dan ketersediaan air (kuantitas dan kualitas fisik air) terhadap kejadian skabies diketahui bahwa variabel kepadatan penghuni pada kelompok kasus yang memenuhi syarat sebanyak 10 responden (19,2%), yang tidak memenuhi syarat 42 responden (80,8%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 17 responden (32,7%) dan tidak memenuhi syarat 35 responden (67,3%), hasil uji statistik chi

square diperoleh nilai p = 0,117, artinya tidak ada hubungan kepadatan penghuni

(30)

Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2,040) hal ini berarti responden yang memiliki penghuni tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 2,040 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki penghuni rumah memenuhi syarat.

Analisis variabel kelembaban pada kelompok kasus yang memenuhi syarat sebanyak 30 responden (26,9%), yang tidak memenuhi syarat 22 responden (73,1%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 33 responden (63,5%) dan tidak memenuhi syarat 19 responden (36,5%), hasil uji statistik chi

square diperoleh nilai p = 0,547, artinya tidak ada hubungan kelembaban terhadap

kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR=1,274), hal ini berarti responden yang memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 1,274 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kelembaban yang memenuhi syarat.

Analisis variabel kuantitas air pada kelompok kasus yang memenuhi syarat sebanyak 33 responden (63,5%), yang tidak memenuhi syarat 19 responden (36,5%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 31 responden (59,6%) dan tidak memenuhi syarat 21 responden (40,4%), hasil uji statistik chi

(31)

memiliki kuantitas air tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 0,785 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kuantitas air memenuhi syarat.

Analisis variabel kualitas fisik air pada kelompok kasus yang memenuhi syarat sebanyak 13 responden (25%), yang tidak memenuhi syarat 39 responden (75%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memenuhi syarat sebanyak 30 responden (57,7%) dan tidak memenuhi syarat 22 responden (42,3%), hasil uji statistik chi

square diperoleh nilai p = 0,001, artinya ada hubungan rasa air terhadap kejadian

skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 4,091), hal ini berarti responden yang memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat mempunyai resiko 4,091 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kualitas fisik air memenuhi syarat. 4.3.3. Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

(32)

Tabel 4.11. Hasil Analisis Hubungan Sosial Budaya Masyarakat Berdasarkan Pengetahuan, Kebiasaan, Sikap dan Kepercayaan/keyakinan terhadap Kejadian Skabies di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

N

(33)

(OR= 0,777) hal ini berarti responden yang memiliki pengetahuan buruk mempunyai peluang 0,777 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.

Analisis variabel kebiasaan pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan baik sebanyak 18 responden (34,6%), kebiasaan buruk sebanyak 34 responden (65,4%) sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan baik sebanyak 30 responden (57,7%), kebiasaan buruk sebanyak 22 responden (38,5%), hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,018, artinya ada hubungan kebiasaan terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2.576), hal ini berarti responden yang memiliki kebiasaan mempunyai peluang 2.576 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kebiasaan.

(34)

Analisis variabel kepercayaan pada kelompok kasus yang memiliki kepercayaan sebanyak 22 responden (38,5%), tidak percaya sebanyak 30 responden (26,9%) sedangkan pada kelompok kontrol yang mempunyai kepercayaan sebanyak 33 responden (63,5%), tidak percaya sebanyak 19 responden (36,5%), hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,031, artinya tidak ada hubungan kepercayaan responden terhadap kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2,368) hal ini berarti responden yang memiliki kepercayaan mempunyai peluang 2,368 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang tidak memiliki kepercayaan.

4.4. Analisis Multivariat

Untuk mengetahui pengaruh variabel indevenden sanitasi lingkungan rumah (kepadatan penghuni, kelembaban, kuantitas air dan kualitas fisik air), sosial budaya masyarakat pesisir (pengetahuan, kebiasaan, sikap dan kepercayaan/keyakinan) terhadap kejadian skabies secara bersamaan dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression). Untuk mencari faktor mana yang paling dominan terhadap kejadian skabies, melalui beberapa langkah, yaitu:

(35)

2. Pada uji regresi logistik ganda tahap pertama dipilih nilai signifikan kurang dari 0,25 (p<0,25) pada uji bivariat (uji multivariat). Penggunaaan kemaknaan statistik 0,25 untuk memungkinkan variabel-variabel yang secara terselubung sesuguhnya penting dimasukkan kedalam model multivariat.

3. Tahap selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan metode enter untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian skabies.

Dalam penelitian ini berdasarkan analisis bivariat dengan uji chi-square bahwa sebagian variabel independen ada hubungan dengan kejadian skabies yaitu kualitas fisik air, kebiasaan dan kepercayaan, sedangkan variabel kuantitas, kepadatan penghuni, kelembaban, pengetahuan dan sikap menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan karena nilai signifikannya diatas 0,05 (p>0,05) maka dikeluarkan dari model secara berurutan atau bertahap dimulai dari p value terbesar.

Hasil dari analisis multivariat dengan uji regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut ini:

Tabel 4.12. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Kualitas Fisik Air, Kebiasaan dan Kepercayaan Masyarakat Pesisir di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Variabel B Sig Exp () 95% Cl for Exp

() 1 Kualitas fisik air -1,119 0,026 0,327 0,122 – 0,872 2 Kebiasaan -0,801 0,043 0,449 0,193 - 1.043 3 Kepercayaan -0,341 0,485 0,711 0,273 –1, 854

(36)

Berdasarkan tabel 4.12. diatas dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari 0,25 (p<0,25) yaitu kualitas fisik (p= 0,026) dan kebiasaan (p= 0,003). Variabel dimasukkan sebagai kandidat model untuk dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini:

Tabel 4.13. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Kualitas Fisik Air dan Kebiasaan Masyarakat Pesisir di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

No Variabel B Sig Exp () 95% Cl for Exp

() 1 Kualitas fisik air -1,297 0,003 0,273 0,117 – 0,640 2 Kebiasaan -0,767 0,042 0,464 0,202 – 1,070

Constant 1,185 0,003 3,270

Berdasarkan tabel 4.13. diatas dapat diketahui bahwa semakin besar nilai Exp (�) maka semakin kuat pengaruh variabel terhadap kejadian skabies, dari kedua variabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi kejadian skabies adalah variabel kebiasaan dengan nilai koefisien tertinggi (Exp. � = 0,464) diikuti variabel kualitas fisik air dengan nilai (Exp. � = 0,273).

Model persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut: P (x) = 0 + 1 + X1 + 2 + X2 atau

Y = 1,185 + -1,297 X1 + -0,767 X2 Keterangan :

(37)

X1 = Kualitas fisik air X2 = Kebiasaan

Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika kualitas fisik air (X1), kebiasaan (X2) ditingkatkan kearah yang lebih baik, maka hal ini akan menyebabkan penurunan angka kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012.

Untuk tidak menderita skabies dapat dihitung dengan ramalan probabilitas (risiko) responden persamaan sebagai berikut:

Y = 1,185 + --1,297 (kualitas fisik air) +-0,767 (kebiasaan) Y = 1,185 + -1,297 (1) + -0,767 (2)

Y = 1,185 + -1,297 + -0,767 = -0,879

(38)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Sanitasi Lingkungan Rumah

Secara rinci distribusi sanitasi lingkungan rumah responden berdasarkan kepadatan penghuni, kelembaban dan ketersediaan air bersih (kuantitas dan kualitas fisik air)

5.1.1. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan Kepadatan Penghuni terhadap Kejadian Skabies

Kepadatan penghuni rumah dalam penelitian ini adalah perbandingan antara luas lantai rumah responden dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, memenuhi syarat kesehatan jika ≥ 4 m²/orang atau dalam kategori memenuhi syarat.

(39)

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,117, artinya tidak ada hubungan kepadatan penghuni rumah dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2,040) hal ini berarti responden yang memiliki penghuni tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 2,040 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki penghuni rumah memenuhi syarat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2007) yang mengatakan tidak ada hubungan kepadatan penghuni dengan kejadian skabies dengan nilai p = 0,561 (p > 0,05), berbeda dengan hasil penelitian Hidayati (2004) P = 0,01 (p < 0,05), dan Widyantana (2010) P = 0,021 (p < 0,05), mengatakan ada hubungan antara kepadatan penghuni dengan kejadian skabies.

5.1.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan Kelembaban terhadap Kejadian Skabies

Persyaratan kelembaban untuk kesehatan di lingkungan industri adalah berkisar antara 40-60% (memenuhi syarat) dan < 40-60% (tidak memenuhi syarat).

(40)

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,547, artinya tidak ada hubungan kelembaban dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR=1,274), hal ini berarti responden yang memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 1,274 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kelembaban yang memenuhi syarat.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frenki (2011) yang mengatakan ada hubungan kelembaban dengan kejadian skabies, berbeda dengan hasil penelitian Kristiwiani (2005) mengatakan tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian skabies.

Kelembaban merupakan sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban rumah yang tinggi dapat memengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri.

5.1.3. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan Kuantitas Air terhadap Kejadian Skabies

(41)

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,547, artinya tidak ada hubungan kuantitas air dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 0,785), hal ini berarti responden yang memiliki kuantitas air tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 0,785 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kuantitas air memenuhi syarat.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lusiana (2004), Frenki (2011) dan Faisal (2010) bahwa kuantitas air memepunyai hubungan dengan kejadian skabies.

Rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter/orang/hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001).

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Namun demikian air dapat menjadi malapetaka, bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar baik kuantitas maupun kualitasnya. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh (Raini, 2004).

5.1.4. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Berdasarkan Kualitas Fisik Air terhadap Kejadian Skabies

(42)

mayoritas responden memiliki kualitas fisik air memenuhi syarat sebanyak 30 responden (57,7%), yang tidak memenuhi syarat sebanyak 22 responden (42,3%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,001, artinya ada hubungan kualitas fisik air dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 4,091), hal ini berarti responden yang memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat mempunyai resiko 4,091 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kualitas fisik air memenuhi syarat.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2010), Ma’rufi (2005), Lusiana (2004) mengatakan ada hubungan kualitas fisik air dengan kejadian skabies, berbeda dengan hasil penelitian Kristiwiani (2005), Putri (2011) mengatakan tidak ada hubungan kualitas fisik air dengan kejadian skabies.

Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Slamet, 2007).

Air untuk rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Slamet, 2007).

5.2. Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai

(43)

kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

5.2.1. Hubungan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Berdasarkan Pengetahuan terhadap Kejadian Skabies

Skala pengukuran menurut Pratomo (1990), skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan pengetahuan baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi, pengetahuan buruk jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat terlihat jelas hasil analisis variabel pengetahuan diperoleh nilai p = 0,539, artinya tidak ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 0,777) hal ini berarti responden yang memiliki pengetahuan buruk mempunyai peluang 0,777 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.

Asumsi penulis, jika pengetahuan tinggi maka akan memengaruhi perilaku hidup seseorang, khususnya dalam kontes kesehatan yaitu memengaruhi untuk mengalami kejadian skabies. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Somad (2006) yang menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan kejadian skabies, jika pengetahuan tinggi terutama pengetahuan tentang skabies maka akan mengurangi angka kejadian skabies.

(44)

Skala pengukuran menurut Pratomo (1990), skala pengukuran untuk kebiasaan dapat dikategorikan kebiasaan baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi, kebiasaan buruk jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

Analisis variabel kebiasaan diperoleh nilai hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,031, artinya ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2,368) hal ini berarti responden yang memiliki kebiasaan buruk mempunyai peluang 2,368 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki kebiasaan baik.

Penulis berasumsi bahwa kebiasaan seseorang sangat memengaruhi kejadian skabies, terutama kebiasan hidup yang tidak sehat, hidup jorok yaitu kurang memperhatikan kebersihan lingkungan rumah, lingkungan sekitar dan terutama personal hygiene yang buruk. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Somad (2006) yang menyatakan bahwa kebiasaan mempunyai hubungan dengan kejadian skabies, jika kebiasaan baik terutama kebiasaan hidup bersih dan sehat maka akan mengurangi angka kejadian skabies.

5.2.3. Hubungan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Berdasarkan Sikap terhadap Kejadian Skabies

(45)

tertinggi. Sikap buruk, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

Analisis variabel sikap diperoleh p = 0,689, artinya tidak ada hubungan sikap dengan kejadian skabies di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 1,173), hal ini berarti responden yang memiliki sikap buruk mempunyai peluang 1,173 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang memiliki sikap baik.

Penulis berasumsi bahwa sikap seseorang sangat memengaruhi kejadian skabies, terutama sikap yang buruk, perilaku hidup jorok yaitu kurang memperhatikan kebersihan lingkungan rumah, lingkungan sekitar dan terutama personal hygiene buruk. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nugraheni (2008) yang menyatakan bahwa sikap mempunyai hubungan dengan kejadian skabies, jika sikap baik terutama sikap dalam mencegah kejadian skabies maka akan mengurangi angka kejadian skabies.

5.2.4. Hubungan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kepercayaan/keyakinan terhadap Kejadian Skabies

Skala pengukuran menurut Pratomo (1990), skala pengukuran untuk kepercayaan/keyakinan dapat dikategorikan percaya atau yakin, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥75% dari nilai tertinggi. Tidak Percaya atau tidak yakin, jika menjawab pertanyaan dengan benar ≤ 40% dari nilai tertinggi.

(46)

Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tahun 2012, dengan nilai (OR= 2.576), hal ini berarti responden yang memiliki kepercayaan/keyakinan mempunyai peluang 2.576 kali menderita skabies dibanding dengan responden yang tidak memiliki kepercayaaan/keyakinan.

Penulis berasumsi bahwa kepercayaan/keyakinan seseorang sangat memengaruhi kejadian skabies, terutama kepercayaan/keyakinan seseorang yang kurang mempercayai dan bahkan tidak mempercayai akan adanya penyakit skabies, dan dampak buruk dari perilaku tidak sehat.

5.3. Variabel yang Paling Dominan Berpengaruh terhadap Kejadian Skabies Berdasarkan uji regresi logistik berganda dari 10 (sepuluh) variabel yang diteliti diperoleh hasil bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian skabies adalah variabel kebiasaan dengan nilai koefisien tertinggi (Exp. � = 0,464).

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diketahui bahwa jika responden memiliki kebiasaan buruk maka semakin besar peluang terjadinya skabies. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa sebagian besar responden kelompok kasus (skabies positif) di Kelurahan Pematang Pasir mempunyai kebiasaan buruk, sehingga dapat menyebabkan terjadinya skabies pada responden.

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diakukan pada 104 responden yang terdiri dari dua kelompok yaitu 52 kelompok kasus dan 52 kelompok kontrol di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai tentang pengaruh sanitasi lingkungan rumah dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai terhadap kejadian skabies, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan variabel sanitasi lingkungan rumah yang memiliki hubungan terhadap kejadian skabies yaitu variabel kualitas fisik air diperoleh nilai p = 0,001, sedangkan variabel yang tidak memiliki pengaruh adalah variabel kepadatan penghuni diperoleh nilai p = 0,117, variabel kelembaban diperoleh nilai p = 0,547 dan variabel kuantitas diperoleh nilai p = 0,547

(48)

3. Berdasarkan variabel karakteristik responden, semua variabel memiliki pengaruh terhadap kejadian skabies yaitu variabel pendidikan diperoleh nilai p = 0,000 dan variabel pekerjaan diperoleh nilai p = 0,000.

4. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian skabies adalah kebiasaan dengan nilai koefisien tertinggi (Exp. � = 0,464)

5.6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelurahan Pematang Pasir kecamatan Teluk Nibung kota Tanjungbalai, kejadian skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sanitasi lingkungan rumah (kualitas fisik air) dan sosial budaya masyarakat pesisir pantai (kebiasaan dan kepercayaan/keyakinan). Untuk mengatasi hal ini maka saran-saran yang akan disampaikan adalah:

1. Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai

Meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pemantauan pelaksanaan program kesehatan lingkungan misalnya dengan mengadakan pelatihan terhadap tenaga kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas dana memonitoring pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas.

2. Puskesmas Pematang Pasir

(49)

skabies serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan perbaikan lingkungan rumah.

3. Masyarakat kelurahan Pematang Pasir

Ikut serta dalam upaya pencegahan skabies, misalnya dengan menerapkan pola hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar terutama lingkungn rumah, segera kunjungi rumah sakit atau Puskesmas jika mengalami gangguan kesehatan terutama jika menemukan adanya tanda-tanda atau gejala skabies, menghindari kontak langsung degan penderita skabies.

4. Ilmu Pengetahuan

Gambar

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Case Controle
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen
Tabel 3.1. (Lanjutan)
Tabel 4.1.  Distribusi Golongan Umur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proyeksi Kebutuhan Bahan Bakar dan Listrik untuk Transportasi (Nilai Listrik adalah Aktual). propulsi mobil listrik pada konfigurasi sebagian atau seluruh daya dan

Adapun upaya yang dilakukan dalam evaluasi kinerja pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang di dinas perhubungan kota sorong antara lain sebagai berikut

Tim Pelaksana Kegiatan Kajian Aktual Strategis Satuan Kerja Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

The reactivity of CFBC fly ashes in the presence of water can be related to their chemical composition, essentially the quantity of silica, alumina, lime and sulfate that

Pembahasan penyebaran informasi gaya hidup sehat dengan menerapkan food combining ditinjau dari teori difusi inovasi didasarkan pada pola pengaturan asupan makanan yang

karena adanya minat. biasanya apa yang paling disukai mudah sekali untuk diingat. Sama halnya dengan siswa yang berminat pada suatu mata pelajaran tertentu akan menyukai

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa bentuk penggelapan asal usul anak di Kota semarang, antara lain adalah dengan membuat akta kelahiran langsung