• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Infeksi

Tujuan pencegahan infeksi adalah melindungi bayi dan tenaga kesehatan dari infeksi. Bayi baru lahir yang mengalami asfiksia sangat rentan terhadap infeksi. Dua hal yang dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah:

1. Cuci tangan.

2. Pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai.

8.1. Cuci Tangan

Tangan adalah penyebar infeksi yang paling sering. Cuci tangan adalah cara terpenting untuk mengurangi penyebaran infeksi

Ada dua cara cuci tangan dalam merawat bayi, yaitu: (lihat Lampiran 2.1.) 1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

2. Mencuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol dan propylene glikol

SELALU LAKUKAN CUCI TANGAN KAPAN SAJA TERDAPAT KEMUNGKINAN TERKONTAMINASI:

• Segera sesudah sampai di fasilitas kesehatan atau di rumah pasien.

• Sebelum meninggalkan fasilitas kesehatan atau rumah pasien.

• Sebelum dan sesudah memeriksa ibu atau bayi.

• Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan untuk tindakan (tangan sering terkontaminasi bila sarung tangan berlubang kecil atau robek).

• Sebelum dan sesudah menyentuh instrumen/alat atau barang yang mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh lain, atau sesudah menyentuh jaringan mukosa.

• Sesudah memeriksa darah, urin atau feses.

• Sesudah ke kamar mandi/WC.

8.2. Pencegahan Infeksi Untuk Alat Dan Bahan Habis Pakai

Alat dan bahan habis pakai yang digunakan untuk resusitasi bayi baru lahir perlu dilakukan proses pencegahan infeksi. Ada 4 langkah pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai, yaitu:

I. DEKONTAMINASI. II. PENCUCIAN.

III. DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT). IV. PENYIMPANAN.

LANGKAH I: DEKONTAMINASI

(lihat lampiran 1.2.)

Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan larutan dekontaminasi. Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar alat atau barang aman bila tersentuh/terpegang.

Tujuan Dekontaminasi:

 Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV) serta berbagai jenis kuman.

 Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian.

 Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran darah, cairan tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.

LANGKAH II: PENCUCIAN

(lihat lampiran 2.2.).

Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi atau DTT.

Pencucian alat dan bahan habis pakai yang digunakan saat resusitasi dilakukan setelah proses dekontaminasi. Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen dan air.

Tujuan Pencucian:

 Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel pada alat dan bahan habis pakai.

 Mengurangi jumlah kuman.

 Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.

Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak tersebut mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT. LANGKAH III: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)

(lihat lampiran 2.2.)

DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus (memanasi dengan uap).

Tujuan DTT:

Endosprora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras, membungkus kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk endospora.

DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak dengan kulit maupun mukosa membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan satu-satunya pilihan.

DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.

1) Merebus

Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat yang digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.

2) Mengukus

Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.

Keuntungan mengukus dibanding merebus:

• Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barang-barang dari karet

• Menggunakan lebih sedikit air

• Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit

• Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam

LANGKAH IV: PENYIMPANAN

Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya digunakan atau disimpan secepatnya sehingga tidak terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama pentingnya seperti dekontaminasi, pencucian, atau DTT.

Tujuan Penyimpanan:

Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi kontaminasi alat tersebut.

Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:

Meja resusitasi:

Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air, dikeringkan dengan udara/angin.

Tabung resusitasi:

Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2 minggu, atau setiap bulan tergantung frekwensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3

langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.

Sungkup silikon dan katup karet - Sungkup silikon dapat direbus.

- Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT) Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang:

Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

• Kain dan selimut:

Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/ udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

• Bahan/alat habis pakai:

Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan, pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke tempat yang aman.

LAMPIRAN 1:

I. ASUHAN PASCA LAHIR

I. 1. PEMANTAUAN TANDA-TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI

• Bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya.

• Ada riwayat kejang

• Bayi bergerak hanya jika dirangsang

• Hitung napas dalam 1 menit ____ kali / menit

o Ulangi jika ≥ 60 kali / menit, hitung napas kedua ____ kali/ menit. Napas cepat o Napas lambat ( < 30 kali / menit )

• Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat

• Bayi merintih

• Suhu tubuh ≥ 37,5 ° C

• Suhu tubuh < 35,5 ° C

• Nanah yang banyak di mata

• Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut

• Pusar kemerahan atau bernanah

• Ada pustul di kulit

DIARE

• Bayi diare yang ditandai perubahan bentuk feses, lebih banyak dan lebih cair

• Gelisah/ rewel

• Letargis atau tidak sadar

• Mata cekung

• Cubitan kulit perut kembalinya lambat

IKTERUS.

• Timbul kuning pada hari pertama setelah lahir ( < 24 jam )

• Kuning ditemukan pada umur ≥ 24 jam sampai < 14 hari.

• Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.

• Kuning sampai lutut atau siku.

• Tinja berwarna pucat

KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN/ ATAU MASALAH PEMBERIAN ASI.

• Berat badan menurut umur rendah

• Ada kesulitan pemberian ASI

• ASI kurang dari 8 kali/hari

• Mendapat makan/minum selain ASI

• Posisi menyusu, perlekatan salah

• Terdapat luka atau bercak putih di mulut (trush)

I.2. MENYUSUI

Menyusui/meneteki bayi adalah salah satu hal terpenting seorang ibu dapat membantu bayinya. Hal ini akan membantu bayi sakit lebih sehat dan bayi sehat tetap sehat. Agar dapat menyusui/meneteki bayi dengan berhasil seorang ibu perlu mengetahui hal berikut:

 Kolostrum sangat penting, akan keluar pada hari-hari pertama setelah lahir.

 Posisi ibu dan bayi waktu menyusui/meneteki, cara melekat yang baik, menghisap dengan efektif

 Biarkan bayi mengisap sampai kenyang (tidak ada batas waktu)

 Tetekan bayi kapan saja dia mau

 Minum dan makan lebih banyak dari biasanya

 Berikan ASI saja selama 6 bulan

 Setelah 6 bulan bayi diberikan makanan lain ditambah ASI

 Minum kapsul vitamin A (200,000 IU) segera

sesudah melahirkan untuk membantu ibu dan bayi mencegah infeksi

 Bagaimana caranya memeras ASI kalau ibu dan bayi terpisah atau bayi terlalu sakit atau terlalu capai untuk menetek

 Caranya memberi ASI dengan cangkir atau cawan

Perlekatan yang benar

Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah terbuka keluar , areola bagian atas terlihat lebih

banyak, dagu menyentuh

I.3. MENJAGA BAYI TETAP HANGAT

Seorang BBL memerlukan kehangatan. Tubuh seorang BBL kecil dan tak dapat menjaga dirinya tetap hangat. Bila BBL menjadi terlalu dingin, bayi tersebut dapat meninggal.

Menjaga bayi tetap hangat

Bagaimana Keluarga Sebaiknya Menjaga Bayi Tetap

Hangat

 Mendorong ibu dan keluarganya untuk lakukan metode Kanguru

 Jagalah agar kamar dimana bayi berada tetap hangat dan bebas dari angin baik siang maupun malam

 Bila tidak lakukan metode Kanguru, gunakan pakaian hangat untuk bayi (Bila perlu dapat memakai 2 lapis kain)

 Jangan pakai pakaian dan selimut terlalu ketat dan tertutup Dengan menutupi bayi dengan pakaian dan selimut terlalu ketat tidak akan membuat bayi menjadi hangat

 Tutup kepala bayi (pakai topi)

I.4. MELINDUNGI BAYI DARI INFEKSI

Sistem kekebalan pada BBL belum sempurna. Hal ini berarti BBL dapat terkena infeksi lebih mudah dari pada anak-anak atau orang dewasa. Seorang bayi yang memiliki masalah pernapasan mungkin lebih rentan terhadap infeksi. Ibu dan keluarga bayi sebaiknya perlu mengetahui bagaimana melindungi BBL mereka terhadap infeksi.

KONTROL ULANG:

• Bayi yang mengalami asfiksia (misalnya lebih dari 5 menit) mempunyai resiko tinggi akan mengalami gangguan perkembangan. Kunjungi bidan / nakes sesuai dengan anjuran.

• Gunakan pedoman atau acuan dari Depkes (Stimulasi Deteksi & Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak) atau acuan lainnya.

Bagaimana Keluarga Dapat Melindungi BBL Dari Infeksi

 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah menyentuh/memegang BBL.

 Jaga agar kuku jari tangan tetap pendek (kuman dapat hidup di bawah kuku jari tangan).

 Jangan membubuhi apapun (ramuan atau daun-daunan atau produk obat-obatan) pada tali pusat BBL. Jagalah agar tali pusat tetap bersih dan kering.

 Cucilah semua barang di rumah yang akan bersentuhan dengan bayi: pakaian, selimut, sprei.

 Jagalah agar anak dan orang dewasa yang sakit jauh dari bayi.

 Lindungi BBL dari asap di udara (dari asap rokok, asap sewaktu memasak makanan). Hal ini dapat berakibat pada masalah pernapasan.

 Tidurkan BBL di bawah kelambu yang telah diobati anti malaria (bila tersedia) agar terhindar dari penyakit tersebut (daerah malaria).

 Berikan ASI saja kepada BBL. ASI dapat melindungi BBL dari infeksi.

 Pastikan bayi memperoleh semua imunisasi sesuai jadwal.

UMUR VAKSIN TEMPAT MENDAPATKAN

IMUNISASI

Bayi lahir di rumah: 0 – 7

hari

Hepatitis B 0 Rumah

1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu/tempat pelayanan lain Bayi lahir di RS/RB/Bidan praktek:

0 – 7 hari

Hepatitis B 0, Polio 1, BCG

RS/RB/Bidan

1 bulan DPT/HB 1, Polio 2 RS/RB/Bidan/posyandu

Jadual selanjutnya dapat dilihat pada Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

LAMPIRAN 2 : PENCEGAHAN INFEKSI

2.1. CUCI TANGAN

A. LANGKAH-LANGKAHCUCITANGANDENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR

1) Buanglah kotoran seperti darah, feses dan kotoran tubuh lainnya.

2) Basahi tangan dengan air mengalir. Bila air mengalir tidak tersedia gunakan :

 Bejana/bak/ember dengan kran.

 Bak/ember dengan gayung. Minta orang lain untuk menuangkan air ke tangan selagi anda mencuci tangan.

Catatan: Kuman berkembang biak dalam air yang tidak mengalir.

Jangan mencuci tangan dengan air di baskom (bukan air mengalir) walaupun airnya telah diberi antiseptik dengan Dettol atau Savlon.

3) Cuci tangan dengan menggunakan 7 langkah :

Gosoklah tangan anda dengan sabun dan busanya, secara baik mengenai seluruh permukaan.

 Gosoklah telapak tangan dengan telapak tangan

 Telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri diatas punggung tangan kanan

 Telapak dengan telapak dan jari saling terkait

 Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci

 Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya

 Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan kanan dan sebaliknya

 Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, gerakan memutar dan sebaliknya

Catatan: Air saja tidak menghilangkan protein, minyak, lemak dan kotoran.

Bila memakai sabun tangan taruhlah sabun itu di rak atau tempat sabun yang berlubang agar tidak berair atau tetap basah.

4) Bilas dengan air mengalir seluruh sabun dan busa yang menempel pada tangan hingga bersih.

5) Keringkan tangan menggunakan handuk yang bersih atau dibiarkan kering.

Berapa lama anda cuci tangan

10 – 15 detik : Sesudah hampir semua kegiatan misalnya memeriksa bayi atau menggunakan toilet atau WC.

2 – 3 menit : Kalau tangan sangat kotor dengan darah atau materi organik lain (misalnya bila sarung tangan robek) atau kotoran.

Catatan: Bila cuci tangan dilakukan sebelum tindakan, jangan menyentuh permukaan/ barang

B. LANGKAH - LANGKAH CUCI TANGAN

MENGGUNAKAN CAMPURAN ALKOHOL DAN PROPYLENE GLIKOL

• Karena alkohol saja mengeringkan kulit, campur alkohol dengan propylene glikol atau sorbitol untuk melembutkan kulit

• Membuat campuran alkohol dan propylene glikol atau sorbitol.

Campurkan:  100 ml alkohol (60 – 90 %) dan

 2 ml gliserin, propylene glikol atau sorbitol

Cara mencuci tangan dengan campuran alkohol dan propylene glikol:

1) Tuangkan 3-5 ml (1 sendok teh) campuran alkohol dan propylene glikol ke telapak tangan.

2) Gosoklah tangan bersamaan termasuk di antara jari dan di bawah kuku serta punggung tangan sampai kering.

Harus diingat bila cuci tangan dengan

campuran alkohol dan propylene glikol:

 Tidak efektif untuk menghilangkan kotoran, darah, feses atau cairan tubuh lain.

 Sesudah setiap 5-10 kali mencuci tangan dengan campuran alkohol dan propylene glikol, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk membuang cairan pelembut.

2.2. PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK ALAT DAN BAHAN:

LANGKAH I : DEKONTAMINASI

Cara melakukan dekontaminasi:

1. Segera sesudah dipakai, taruhlah alat dalam ember atau panci plastik berisi larutan klorin 0,5%.

2. Tutuplah ember / panci tersebut.

3. Rendamlah alat selama 10 menit.

4. Angkat alat dari larutan perendam dengan menggunakan sarung tangan.

5. Bilaslah alat dengan air atau keringkan segera.

6. Gantilah larutan perendam:

• setiap pagi hari,

• kapan saja bila larutan sangat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya,

• Bila cairan menjadi keruh. Catatan:

Jangan biarkan alat terendam lebih dari 10 menit. Perendaman terlalu

lama dalam larutan klorin dapat merusak alat atau barang lainnya.

Selalu gunakan sarung tangan pelindung setiap kali mengangkat alat dari

larutan klorin.

Bagaimana membuat larutan dekontaminasi ?

Klorin biasanya murah, mudah diperoleh dan merupakah zat kimia yang paling cepat untuk dibuat sebagai larutan dekontaminasi. Klorin dapat ditemukan dalam bentuk larutan pemutih (bleach), bubuk atau tablet. Di Indonesia ada bleach dalam klorin aktif 5%. Untuk membuat 0,5% larutan dekontaminasi campur:

Larutan klorin 0,5% diperlukan untuk dekontaminasi. Bila kurang dari 0,5 % terlalu lemah mungkin tidak membunuh kuman. Bila lebih dari 0,5% (terlalu kuat) akan memerlukan klorin lebih banyak, menjadi tidak hemat dan dapat merusak alat.

LANGKAH 2: PENCUCIAN Cara melakukan pencucian:

1. Gunakan sarung tangan (bila alat dan bahan habis pakai terkena banyak darah atau cairan ketuban, gunakan juga masker dan pelindung mata).

2. Gunakan sikat yang lembut atau sikat bekas, sabun dan air.

3. Sikatlah alat/barang dengan baik sambil memegangnya di dalam air (jangan mencoba menyiramkan air). Sikatlah bagian-bagian celah, gigi, dan sambungan di mana darah dan jaringan melekat.

4. Bilaslah dengan air bersih secara baik untuk menghilangkan semua sabun.

GUNAKAN DETERJEN DALAM MENCUCI

Deterjen amat penting digunakan agar pencucian efektif. Sebab air saja tidak akan menghilangkan protein, minyak dan lemak:

• Ketika deterjen larut dalam air akan menghancurkan lemak, minyak dan benda asing lainya sehingga membuat mudah pencucian.

• JANGAN GUNAKAN SABUN MANDI ATAU SABUN COLEK untuk mencuci karena asam lemak dalam sabun akan beraksi dengan mineral dalam air. Hal ini akan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan.

• Jangan gunakan pembersih abrasif misalnya Vim atau Comet. Materi ini dapat merusak/menimbulkan goresan/celah pada logam atau stainless steel. Kuman dapat bersembunyi pada celah ini. Hal tersebut juga dapat merusak alat atau barang lain.

LANGKAH 3: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI

Cara Merebus

1. Pisahkan masing-masing bagian tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir. 2. Taruhlah semua alat atau barang lain dalam bak untuk merebus.

3. Semua barang harus terendam dalam air.

4. Tutup dan rebus, tunggu hingga mendidih selama 20 menit.

Catatan:

Jangan menambah barang lainnya bila perebusan telah mulai

Jangan merebus air dengan api yang terlalu besar. Hal ini akan menjaga

alat agar tidak rusak dan menghemat bahan bakar.

5. Angkatlah barang/alat dari bak dengan forsep atau tang pengambil yang telah didisinfeksi

Catatan: Untuk forsep atau alat pengambil gantungkan forsep/alat pengambil dengan tali pada bak agar mudah mengambil barang.

6. Letakkan alat atau barang dalam bak yang telah didisinfeksi tingkat tinggi.

Catatan: Untuk bak DTT

Taruhlah bak di atas alat-alat lain yang akan direbus. Angkat terlebih

dahulu ATAU

Isilah bak dengan larutan klorin 0,5% dan biarkan terendam selama 20

menit. Lalu tiriskan dari larutan klorin dan bilas dengan air matang. Keringkan di udara sebelum dipakai.

7. Keringkan dalam udara sebelum memakai atau menyimpan.

Catatan: Jangan biarkan alat/barang yang telah direbus berada di dalam air yang sudah tidak mendidih. Alat/barang tersebut dapat terkontaminasi begitu air dingin

Catatan:

• Butir keputihan dan keras tertinggal dan menempel pada alat/bahan yang telah sering direbus. Ini merupakan endapan soda (lime) yang disebabkan oleh soda garam dalam air. Untuk mengurangi endapan soda (lime), tambahkan cuka ke dalam air.

• Rebus air selama 10 menit agar soda (lime) keluar dari air dan mengendap di bawah atau di samping panci perebus (lebih baik dari pada menempel pada alat/instrumen yang direbus) sebelum ditambahkan barang lainnya.

• Gunakan air yang sama sepanjang hari. Tambahkan air secukupnya hanya agar alat terendam.

LANGKAH 3: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI

Cara Mengukus

1. Taruh air di dasar panci penguap.

2. Taruh rak yang berlubang di atas permukaan air.

3. Letakkan semua barang dalam rak (pisahkan semua bagian tabung resusitasi dan alat lain yang memiliki sambungan) dan tutuplah panci.

4. Panaskan air sampai mendidih. 5. Biarkan mendidih selama 20 menit.

6. Ambil alat/barang dari panci dengan forsep DTT.

7. Letakkan alat/barang dalam bak yang telah didisinfeksi. 8. Keringkan alat/barang di udara terbuka.

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LANGKAH 4: PENYIMPANAN

 Jangan menyimpan alat atau barang lain di dalam cairan. Selalu simpan

dalam keadaan kering. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang

biak di dalam cairan antiseptik maupun cairan disinfeksi dan dapat

mencemari alat tersebut.

 Rangkai kembali seluruh bagian alat resusitasi. Gunakan sarung tangan

steril pada saat merangkai alat.

 Jagalah agar tempat penyimpanan bersih, kering dan bebas debu.

 Bungkus dan bak sebaiknya disimpan paling tidak:

 20 – 25 cm dari atas lantai

 45 – 50 cm dari atap/langit-langit

 15 – 20 cm dari dinding luar

 Jangan gunakan kotak karton karena dapat berdebu dan berserangga.

 Beri tanggal dan rotasikan bahan habis pakai (masuk dulu - keluar dulu).

 Berapa lama alat/barang tetap steril atau terDTT tergantung pada:

 Kualitas pembungkus atau bak.

 Berapa kali bak dibuka.

 Berapa kali paket diproses sebelum dipakai.

 Apakah alat disimpan dalam lemari yang dapat dibuka atau ditutup.

 Keadaan ruang penyimpanan (suhu, kelembaban dan kebersihan).

 Gunakan kantong plastik untuk menutup dan usahakan tidak bocor

(rapat).

 Barang disimpan dalam keadaan terbungkus.

Dengan penyimpanan yang baik dan sedikit manipulasi, barang yang

dibungkus dengan baik dapat dianggap steril sepanjang tetap utuh

bungkusnya dan kering.

Catatan: Bila anda meragukan sterilitas alat tertentu, anggap telah terkontaminasi dan lakukan sterilisasi.

 Gunakan barang yang tak terbungkus sesegera mungkin atau simpan

dalam bak tertutup yang telah di DTT untuk kurang lebih 2 minggu.

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Formulir Pencatatan

FORMULIR BAYI BARU LAHIR

Pemeriksa (Nama dan Tanda tangan):

_________________________________________________________

Nama bayi: _______________________________ Jenis kelamin: _____ Nama orang tua: ______________________ Alamat:__________________________________

Tanggal & jam lahir : ______________________ Lahir pada umur kehamilan: _______bulan

PEMERIKSAAN

Tanggal …….. Jam …….. Tanggal …….. Jam ……..

Hasil Hasil

1. Postur, tonus dan aktivitas

2. Kulit bayi

3. Pernapasan ketika bayi sedang tidak

menangis

4. Detak jantung

5. Suhu ketiak

6. Kepala

7. Mata

8. Mulut (lidah, selaput lendir)

9. Perut dan tali pusat

10. Punggung tulang belakang 11. Lubang anus 12. Alat kelamin 13. Berat badan 14. Panjang badan 15. Lingkar kepala ASUHAN/KONSELING Waktu (tanggal, jam) dilakukan asuhan Keterangan Waktu (Tanggal, jam) dilakukan asuhan Keterangan

1. Inisiasi menyusu dini

2. Salep mata antibiotika profilaksis

3. Suntikan vitamin K1

4. Imunisasi Hepatitis B1

5. Rawat gabung dengan ibu

6. Memandikan bayi

7. Konseling menyusui

8. Tanda-tanda bahaya pada bayi yang

perlu dirujuk

9. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan

bayi di rumah

10. Melengkapi catatan medis

Waktu pemeriksaan kembali/ Kunjungan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR < 2 BULAN

Tanggal kunjungan : _______________

Nama bayi : _____________ L/P Nama orang tua : _____________ Alamat : ____________________

Umur : _________ Berat badan : ________ gram, Panjang badan: ___cm Suhu badan : _____ oC

Tanyakan: Bayi ibu sakit apa ?_______________ Kunjungan pertama?____ Kunjungan ulang? ____

PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN /

PENGOBATAN MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT

ATAU INFEKSI BAKTERI

Bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya. Ada riwayat kejang.

Bayi bergerak hanya jika dirangsang.

Hitung napas dalam 1 menit ____ kali / menit.

o Ulangi jika ≥ 60 kali / menit, hitung napas kedua

Dokumen terkait