• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Pencegahan

2.7.1 Pencegahan Primer a. Pencegahan DBD

Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah terjadinya DBD. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti.

a.1. Vektor Penularan Penyakit25

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aeedes aegypti merupakan vektor penting didaerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu dan dalam genangan air lainnya. (1) Morfologi dan Lingkaran Hidup Nyamuk Aedes aegypti25

Morfologi Aedes aegypti yang terdiri dari nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Pupa atau kepompong berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik). Pupa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Larva (jentik) memiliki 4 tingkat (instar) sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut: larva instar I berukuran paling kecil, 1-2 mm, larva instar II 2,5-3,8 mm, larva instar III lebih besar sedikit dari larva instar II, dan larva instar IV berukuran paling besar 5 mm. Larva memiliki pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral. Beristirahat dengan bergantung membuat sudut terhadap permukaan air.

Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm. Berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air.

Lingkaran hidup nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik, dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetes menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air, stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium pupa (kempompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2- 3 bulan.

(2) Tempat Perkembangbiakan25

Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam atau di luar rumah atau di tempat-tempat umum,biasanya tidak lebih berjarak 500 m dari rumah. Nyamuk ini tidak berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.

Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, ember dan lain-lain.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain)

c. Tempat penampungan air alamiah seperti : lobang pohon , lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain- lain.

a.2. Bionomik Vektor25

Yang dimaksud dengan bionomik adalah kebiasaan tempat perindukan (breeding habit), kebiasaan menggigit (feeding habit), kebiasaan beristirahat (resting habit) dan jarak terbang.

(1) Tempat Perindukan Nyamuk (Breeding Habit) 25

Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti berupa genangan air bersih yang tertampung di suatu wadah yagn disebut dengan container. Tempat bertelur yang disukai oleh nyamuk adalah dinding vertikal bagian sebelah dalam dari tempat atau container yagn berisi air dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat penampungan air yang terdapat di masyarakat biasanya berupa bak mandi dengan bahan terbuat dari porselin ataupun plesteran biasa, gentong dari tanah, drum dan lain-lain.Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap, dan mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat disukai Ae. aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Ae. aegypti adalah yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya keramik.

(2) Kebiasaan Menggigit (Feeding Habit) 25

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan nyamuk betina sangat menyenangi darah manusia. Nyamuk betina biasanya menggigit dengan 2 puncak aktifitas yaitu pukul 08.00-12.00 dan 15.00- 17.00. Tempat mengigit lebih banyak di dalam rumah dari pada di luar rumah dan dapat menggigit beberapa kali. Nyamuk yang telah menggigit seseorang kemudian terbang dan menggigit orang lain sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya. Waktu yang diperlukannya untuk menyelesaikan

perkembangan telur, mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari.

(3) Kebiasaan Beristirahat (Resting Habit) 25

Setelah menggigit selama menunggu pematangan telur, nyamuk akan berkumpul di tempat-tempat dimana terdapat kondisi optimum untuk beristirahat setelah itu nyamuk akan bertelur dan menggigit lagi. Tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap/beristirahat adalah tempat-tempat gelap, lembab, dan sedikit angin, juga pada baju-baju yang bergantungan.

(4) Jarak Terbang25

Nyamuk Aedes aegypti sehari-hari mempunyai kebiasaan terbang dekat permukaan tanah dan bergerak ke semua arah untuk mencari mangsa, mencari tempat bertelur dan mencari tempat beristirahat.

Nyamuk betina dapat terbang rata-rata 50-100 meter dan ada kalanya sampai sejauh 2 kilometer. Di daerah yang padat penduduknya dan cukup banyak tempat air untuk bertelur, kemungkinan terjadi penyebaran ke daerah-daerah lain sedikit sekali. a.3. Pengendalian Vektor28

Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu :

a.1. Metode lingkungan

Pencegahan dilakukan dengan upaya sebagai berikut :

1. Menguras bak mandi atau WC dan tempat penampungan air lainnya sekurang- kurangnya seminggu sekali, secara teratur menggosok dinding bagian dalam

dari bak mandi, dan semua tempat penyimpanan air untuk menyingkirkan telur nyamuk.

2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.

3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas, botol bekas ).

4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.

5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ.

a.2. Metode biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14).

a.3. Metode kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

1. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Fogging hanya efektif sekitar seminggu, setelah itu generasi nyamuk baru akan berkembang biak dengan kekuatan yang bisa lebih hebat dari pada induknya. Kekuatan besar itu muncul karena jumlah nyamuk baru akan semakin banyak. Pengasapan dilakukan minimum 2 kali dengan jarak 10 hari di rumah penderita dan sekitarnya dengan jarak 100 meter sekeliling rumah penderita, di rumah sakit yang merawat penderita dan sekitarnya, serta di sekolah penderita dan sekitarnya.

2. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air,vas bunga, kolam, dan lain-lain

b. Mencegah DBD bermanifestasi menjadi DSS13

Masa kritis dari penyakit DBD terjadi pada akhir fase demam. Pada saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan, perubahan yang terjadi minimal dan sementara, namun pada kasus berat penderita dapat mengalami shock. Untuk mengantisipasi kejadian shock tersebut, penderita disarankan diinfus cairan kristaloid untuk mengganti cairan plasma yang hilang. 2.7.2 Pencegahan Sekunder25

a. Pengobatan DBD

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan suportif, yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intrvena (biasanya cairan ringer laktat atau NaCl) perlu diberikan.

Pada fase demam dianjurkan :

a. Tirah baring selama masih demam

b. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.

c. Memberi minum sebanyak-banyaknya, karena penderita DBD mengalami kekurangan cairan di dalam tubuh, oleh sebab itu pertolongan pertama yang paling penting adalah memberi minum sebanyak-banyaknya. Minuman dapat berupa jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit.

b. Pengobatan DSS5

DSS termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Sebagai terapi awal untuk pengobatan DSS, cairan yang digunakan adalah ringer laktat. Dalam keadaan shock (renjatan berat), cairan harus diberikan secara diguyur, artinya secepat-cepatnya yaitu dengan membuka penjepit infus.

2.7.3. Pencegahan Tertier5

Untuk penderita yang sudah mengalami shock, pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian adalah dengan penggantian secara cepat cairan yang hilang. Cairan yang diberikan adalah cairan kristaloid dan cairan koloid. Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, shock masih menetap sedangkan kadar hematokrit menurun, diduga sudah terjadi perdarahan, maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar.

Dokumen terkait