• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.8. Pencegahan

Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap penyakit jantung dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko penyakit jantung. Sasaran dari pencegahan ini adalah masyarakat yang sehat secara umum. Upaya ini terutama ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular.1

Upaya primordial dapat berupa anjuran kesehatan, peraturan-peraturan atau kebijakan nasional nutrisi dalam sektor agrokultur, industri makanan, impor ekspor makanan, pencegahan hipertensi, promosi aktivitas fisik atau olahraga dan peringatan pemerintah pada iklan rokok.38

2.8.2. Pencegahan Primer

Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan penyakit jantung sebelum seseorang menderita penyakit jantung. Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok yang mempunyai faktor risiko tinggi. Dengan adanya pencegahan ini diharapkan kelompok yang berisiko ini dapat mencegah berkembangnya proses atherosklerosis secara dini.1

Upaya-upaya pencegahan disarankan meliputi:39

a. Mengontrol kolesterol darah, yaitu dengan cara mengidentifikasi jenis makanan yang kaya akan kolesterol kemudian mengurangi konsumsinya serta mengkonsumsi serat yang larut.

b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak konsumsi garam dan kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stress dan melakukan olahraga.

c. Berhenti merokok. Program-program pendidikan umum dan kampanye anti merokok perlu dilaksanakan secara intensif di rumah sakit dan tempat umum lainnya.

d. Aktivitas fisik. Manfaat melakukan akvifitas fisik dan olahraga bagi penyakit jantung antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskular, pengurangan faktor risiko lain yang mengganggu pembuluh darah koroner. Ada dua jenis olahraga, yaitu olahraga aerobik dan olahraga anaerobik. Olahraga aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Sebagai contoh olahraga aerobik adalah gerak jalan cepat, jogging, lari, senam, renang, dan bersepeda. Olahraga anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Sebagai contoh angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, dan bulu tangkis.

2.8.3. Pencegahan Sekunder

Yaitu upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi melalui tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan yang tepat pada penderita penyakit jantung. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung. Pencegahan ini ditujukan untuk menurunkan mortalitas.1

Dalam hal ini dilakukan beberapa pemeriksaan yakni:

a. Pemeriksaan Fisik

Penderita sering tampak ketakutan, gelisah dan tegang. Mereka sering mengurut-urut dadanya (Levine sign). Penderita dengan disfungsi ventrikel kiri

teraba dingin, nadi bervariasi, bisa brakikardia atau bahkan takikardia. Kadang juga disertai dengan nadi yang tidak teratur oleh aritmia. Tekanan darah biasanya normal, tetapi karena terjadi penurunan curah jantung tekanan sitolik sering turun. Pulse pressure (tekanan nadi) sering menurun karena tekanan diastolik meningkat. Penderita dengan syok kardiogenik tekanan darah sistolik menurun <90 mmHg disertai dengan tanda-tanda gangguan perfusi perifer. Pada pemeriksaan auskultasi jantung suara jantung (S1) melemah dan sering tidak terdengar. Sering terjadi suara gallop S3 atau S4. Jika disertai komplikasi regurgitasi mitral dapat mendengar bising jantung sistolik blowing di apeks. Jika ada ruptur septum ventrikel dapat terdengar bising pansistolik di parasternal kiri. Kadang (6-30%) juga didapatkan adanya suara friction rub.2

b. Pemeriksaan Penunjang b.1. Pemeriksaan Laboratorium

Ada beberapa serum marker untuk Infark Miokard Akut, yaitu creatinekinase (CK), CK isoenzim (CK-MB), serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), lactic dehydrogenase (LDH) dan cardiac troponin (cTnI,cTnT). Enzim CK meningkat dalam 4-8 jam dan menurun ke kadar normal dalam 2-3 hari dengan kadar puncak pada 24 jam. , CK isoenzim (CK-MB) meningkat dalam 3-12 jam pertama dan mencapai puncak dalam 18-36 jam selanjutnya menjadi normal setelah 3-4 hari. Sementara lactic dehydrogenase (LDH) meningkat pada 10 jam dengan kadar puncaknya tercapai dalam 24-28 jam kemabali normal setelah 10-14 hari.2

b.2. Elektrokardiografi

Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya elevasi segmen-ST sesuai dengan lokasi dinding ventrikel yang mengalami infark. Pada fase hiperakut, perubahan EKG didahului oleh gelombang T yang meninggi, kemudian elevasi segmen-T selanjutnya terbentuk gelombang Q yang patologis disertai elevasi segmen-ST.2

b.3. Ekokardiografi

Ekokardiografi sangat berguna di dalam ruangan Coronary Care Unit (CCU) karena dapat mendiagnosa dengan cepat dan tepat adanya iskemia miokard terutama bila elektrokardiogram penderita tidak jelas dan kadar enzim jantung belum meningkat. Ciri khas adanya nekrosis miokard ekokardiografi adalah adanya abnormalitas pergerakan dinding ventikel.40

b.4. Arteriografi Koroner

Dengan kateter khusus melalui cara kateterisasi perkutan, disuntikkan zat kontras ke dalam arteri koroner yang hendak diperiksa. Dengan cara ini tampaklah arteri koroner yang menyempit dan beratnya stenosis dapat pula dinilai.40

b.5. Radioisotop

Pemeriksaan sistem kardiovaskular dengan radionuklear dilakukan dengan menyuntikkan zat radioaktif secara intravena, kemudian zat tersebut dideteksi di dalam tubuh manusia. Zat-zat yang biasa digunakan adalah thallium dan technetium 99m (Tc-99m).40

c. Diagnosis Infark Miokard Akut

Berdasarkan kriteria WHO tahun 2000, diagnosis Infark Miokard Akut ditegakkan berdasarkan terpenuhinya minimal 2 dari 3 kriteria berikut yakni :

c.1. Nyeri dada anterior tetapi timbulnya nyeri yang berkepanjangan tidak seketika itu juga ( > 30 menit, biasanya dirasakan sebagai rasa terbius), yang dapat menyebabkan aritmia, hipotensi, shock atau gagal jantung.

c.2. Kadang-kadang tanpa nyeri, sehingga sering dikelirukan dengan gagal jantung kongestif akut, pingsan, stroke dan syok.

c.3. Perubahan EKG (gelombang Q patologis dengan elevasi segmen-ST) dan peningkatan kadar enzim jantung (CK-MB, troponin T atau trponin I). Dengan teknik pencitraan tampak adanya gerakan dinding segmental yang abnormal.41

d. Pengobatan Infark Miokard Akut

Infark Miokard Akut adalah keadaan gawat karena dapat menyebabkan kematian yang mendadak. Penderita harus mendapat penanganan segera (cepat) dan tepat. Segera dilakukan pemasangan infus dan diberikan oksigen 21/menit dan penderita harus istirahat total serta dilakukan monitor EKG 24 jam (di ICCU). Selain itu dilakukan pemberian obat seperti analgetik (biasanya golongan narkotik diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan), nitrat, aspirin, trombolitik terapi, betablocker, ACE-inhibitor.2

e. Revaskularisasi Koroner

e.1. Operasi Bedah Pintas Arteri Koroner (Coronary ArteryBypass Grafting)

Revaskularisasi bedah menggunakan CABG pertama kali dilakukan awal tahun 1960-an dan sekarang merupakan salah satu prosedur pembedahan yang paling sering dilakukan.16

Operasi bedah pintas koroner harus dipertimbangkan pada kasus-kasus komplikasi Infark Miokard Akut, pasien dengan kondisi klinik dan anatomi koroner yang sesuai untuk tindakan bedah pintas koroner.15

e.2. Angiosplasti/Stent Koroner

Implan stent intrakoroner manusia pertama kali dilakukan tahun 1986. Perkembangan ini merupakan penanda dalam kardiologi intervensional karena dengan ditemukannya sten intrakoroner ini menurunkan insidensi penutupan mendadak pembuluh darah, Infark Miokard Akut, kematian mendadak dan kebutuhan CABG darurat.16

2.8.4. Pencegahan Tersier

Merupakan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian serta usaha untuk rehabilitasi. Komplikasi penyakit infark miokard akut tak terbatas hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah sakit. Sedini mungkin, pasien mengikuti program rehabilitasi kardiovaskular, dan kemudian terus dilanjutkan meskipun pasien pulang ke rumah. Pengertian rehabilitasi jantung oleh American Heart Association dan The Task Force on Cardiovascular Rehabilitation of the National Heart, Lung and Blood Institute, adalah proses untuk memulihkan dan memelihara potensi fisik, psikologis, sosial, pendidikan dan pekerjaan pasien.13

Pencegahan ini merupakan upaya agar tidak terjadi kambuh pada penderita dan penderita dapat melaksanakan aktivitasnya kembali. Ini dapat dilakukan setelah penyakit jantung dianggap sudah tidak membahayakan lagi. Upaya pencegahan ini mencegah terjadinya komplikasi yang lebih atau kematian. Seringkali setelah terkena penyakit jantung seseorang merasa sudah lumpuh dan tidak boleh melakukan pekerjaan, tetapi dengan mengikuti program rehabilitasi ini diharapkan dapat kembali bekerja seperti biasanya dengan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa dan dibutuhkan pemantauan yang cukup ketat.39

Dokumen terkait