PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ANAK
A. Vaksinasi BCG pada Anak
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari
Mycobacterium bovis. Pemberian vaksinasi BCG berdasarkan Program Pengembangan Imunisasi diberikan pada bayi 0-2 bulan. Pemberian vaksin BCG pada bayi > 2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin. Petunjuk pemberian vaksinasi BCG mengacu pada Pedoman Program Pemberian Imunisasi Kemenkes. Secara umum perlindungan vaksin BCG efektif untuk mencegah terjadinya TB berat seperti TB milier dan TB meningitis yang sering didapatkan pada usia muda. Saat ini vaksinasi BCG ulang tidak direkomendasikan karena tidak terbukti memberi perlindungan tambahan.
Perhatian khusus pada pemberian vaksinasi BCG yaitu : 1. Bayi terlahir dari ibu pasien TB BTA positif
Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BTA positif pada trimester 3 kehamilan berisiko tertular ibunya melalui placenta, cairan amnion maupun hematogen. Sedangkan bayi yang terlahir dari ibu pasien TB BTA positif selama masa neonatal berisiko tertular ibunya melalui percik renik. Pada kedua kondisi tersebut bayi sebaiknya dilakukan rujukan
2. Bayi terlahir dari ibu pasien infeksi HIV/AIDS
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terbukti infeksi HIV/AIDS tidak dianjurkan diberikan imunisasi BCG, bayi sebaiknya dilakukan rujukan untuk pembuktian apakah bayi sudah terinfeksi HIV atau tidak.
Sejumlah kecil anak-anak (1-2%) mengalami komplikasi setelah vaksinasi BCG. Komplikasi paling sering termasuk abses lokal, infeksi bakteri sekunder, adenitis supuratif dan pembentukan keloid lokal. Kebanyakan reaksi akan sembuh selama beberapa bulan. Pada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten dipertimbangkan untuk dilakukan rujukan. Begitu
TB AnakJuknis
B. Skrining dan Manajemen Kontak
Skrining dan manajemen kontak adalah kegiatan investigasi yang dilakukan secara aktif dan intensif untuk menemukan 2 hal yaitu (1) anak yang mengalami paparan dari pasien TB BTA positif, dan (2) orang dewasa yang menjadi sumber penularan bagi anak yang didiagnosis TB.
Latar belakang perlunya Investigasi Kontak: 1. Konsep infeksi dan sakit pada TB.
2. Anak yang kontak erat dengan sumber kasus TB BTA positif sangat berisiko infeksi TB dibanding yang tidak kontak yaitu sebesar 24.4– 69.2%.
3. Bayi dan anak usia < 5 tahun, mempunyai risiko sangat tinggi untuk berkembangnya sakit TB, terutama pada 2 tahun pertama setelah infeksi, bahkan pada bayi dapat terjadi sakit TB dalam beberapa minggu.
4. Pemberian terapi pencegahan pada anak infeksi TB, sangat mengurangi kemungkinan berkembangnya sakit TB.
Tujuan utama skrining dan manajemen kontak adalah :
1. Meningkatkan penemuan kasus melalui deteksi dini dan mengobati temuan kasus sakit TB.
2. Identifikasi kontak pada semua kelompok umur yang asimtomatik TB,
yang berisiko untuk berkembang jadi sakit TB
3. Memberikan terapi pencegahan untuk anak yang terinfeksi TB, meliputi anak usia < 5 tahun dan infeksi HIV pada semua umur.
Kasus TB yang memerlukan skrining kontak adalah semua kasus TB dengan BTA positif dan semua kasus anak yang didiagnosis TB. Skrining kontak ini dilaksanakan secara sentripetal dan sentrifugal.
Istilah yang digunakan pada skrining dan manajemen kontak
1. Kasus Indeks : Kasus yang diidentifikasi sebagai kasus TB baru atau berulang;
dapat berupa sumber kasus dewasa, atau anak sakit TB
2. Sumber Kasus : Kasus TB (biasanya BTA sputum positif) yang menyebabkan infeksi atau sakit pada kontak.
TB Anak
Juknis
3. Investigasi kontak : Proses sistematis yang diitujukan untuk mengiden-
tifikasi kasus TB yang belum terdiagnosis pada
sekelompok orang yang kontak dengan kasus indeks 4. Kontak erat : Hidup dan tinggal bersama dalam satu tempat
tinggal dengan sumber kasus (contoh ayah, ibu, pengasuh, dll) atau mengalami kontak yang sering dengan sumber kasus (contoh sopir, guru, dll). 5. Kontak serumah : Seseorang yang saat ini tinggal bersama atau pernah
tinggal bersama di satu tempat tinggal selama satu malam atau lebih ATAU sering/beberapa hari, bersama-sama dengan kasus indeks selama 3 bulan sebelum diagnosis atau mulai terapi TB.
6. Terapi preventif : Pengobatan yang diberikan kepada kontak
yang diidentifikasi infeksi TB. Yang memiliki
risiko berkembangnya sakit TB setelah terpapar dengan sumber kasus TB BTA positif, bertujuan untuk mengurangi kejadian sakit TB.
Langkah Pelaksanaan Skrining Kontak
Jika Kasus Indeks adalah dewasa BTA positif
• Tentukan berapa jumlah anak yang kontak dengan kasus indeks,
sesuai dengan definisi di atas
• Setiap anak yang sudah diidentifikasi, harus dilakukan evaluasi tentang ada atau tidaknya infeksi dan gejala TB (lihat bab diagnosis) • Jika terdapat gejala sugestif TB, harus dievaluasi untuk kemungkinan
sakit TB (lihat bab diagnosis)
• Catat semua anak yang teridentifikasi sebagai kontak TB pada register TB 01
Gejala utama TB
a. BB turun atau sulit naik
b. Demam menetap > 2 minggu dan atau keringat malam c. Batuk menetap ≥ 3 minggu, non remitting
d. Nafsu makan tidak ada disertai gagal tumbuh e. Fatique, kurang bermain, kurang aktif
TB AnakJuknis
• Kontak dengan gejala sugestif TB harus dievaluasi menggunakan sistem skoring.
• Jika tidak ada gejala sugestif TB, maka anak dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan pengobatan preventif dengan Isoniazid selama 6 bulan apabila anak berumur < 5 tahun.
Jika kasus indeks adalah anak dengan sakit TB
• Tentukan sumber kasus dengan melakukan identifikasi terhadap orang dewasa yang pernah kontak erat dan atau kontak serumah
(sesuai definisi di atas) dalam 3 bulan terakhir.
• Jika dapat diidentifikasi, evaluasi apakah tersangka sumber kasus TB dewasa tersebut sudah didiagnosis atau telah mendapat terapi TB. • Jika belum, pastikan sumber kasus mendapat manajemen yang
layak sesuai pedoman kasus TB dewasa
• Identifikasi juga anak lain yang mungkin sudah terpapar dari tersangka sumber kasus tersebut dan evaluasi sesuai langkah- langkah di atas.
C. Tatalaksana Pencegahan dengan Isoniazid
Sekitar 50-60% anak yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa dengan BTA sputum positif, akan terinfeksi TB juga. Kira-kira 10% dari jumlah tersebut akan mengalami sakit TB. Infeksi TB pada anak kecil berisiko tinggi menjadi TB berat (misalnya TB meningitis atau TB
milier) sehingga diperlukan pemberian kemoprofilaksis untuk mencegah
terjadinya sakit TB.
Cara pemberian Isoniazid untuk Pencegahan sesuai dengan tabel berikut:
Umur HIV Hasil pemeriksaan Tata laksana
Balita (+)/(-) Infeksi laten TB INH profilaksis Balita (+)/(-) Kontak (+), Uji tuberkulin (-) INH profilaksis > 5 th (+) Infeksi laten TB INH profilaksis
> 5 th (+) Sehat INH profilaksis
> 5 th (-) Infeksi laten TB observasi
TB Anak
Juknis
Keterangan
• Obat yang diberikan adalah INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/ kgBB (7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
• Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan terhadap adanya gejala TB. Jika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke 3, ke 4, ke 5 atau ke 6, maka harus segera dievaluasi terhadap sakit TB dan jika terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar ke regimen terapi TB anak dimulai dari awal
• Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala TB
selama 6 bulan pemberian), maka rejimen isoniazid profilaksis dapat
dihentikan.
• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu