BAB XI DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2 Pengambilan Sampel pada Anak
Pengambilan Sampel pada Anak
Prosedur dasar metode umum mendapatkan spesimen dari anak untuk pemeriksaan mikroskopi : ekspektorasi, bilas lambung dan induksi sputum.
A. Ekspektorasi Latarbelakang
Semua spesimen sputum yang diproduksi oleh anak harus dikirim untuk pemeriksaan mikroskopi, dan bila tersedia untuk biakan kuman Mtb. 3 spesimen sputum harus didapatkan yaitu :
1. Spesimen sewaktu (pada evaluasi pertama)
2. Spesimen pagi hari hari dan spesimen sewaktu kedua (pada kunjungan selanjutnya)
Prosedur
Jelaskan pada anak dan keluarganya tujuan pengumpulan spesimen
1. Perintahkan anak untuk berkumur dengan air sebelum menghasilkan sputum. Tujuan : untuk membersihkan makanan dan bakteri yang dapat mengkontaminasi di mulut.
2. Perintahkan anak menarik dua kali nafas panjang, tahan selama beberapa detik setelah setiap inhalasi lalu keluarkan nafas perhalan. Bernafas lagi untuk ketiga kalinya lalu dengan kuat keluarkan udara keluar. Minta anak untuk menarik nafas kembali lalu batuk. Tindakan ini akan menghasilkan sputum dari dalam paru. Minta anak memegang kontainer sputum dekat dengan bibir dan masukkan sputum ke kontainer setelah batuk produktif. 3. Jika jumlah sputum tidak cukup, minta pasien untuk batuk lagi.Banyak
pasien tidak dapat memproduksi sputum dari dalam saluran pernafasan hanya dalam beberapa detik. Berikan anak waktu yang cukup untuk memproduksi ekspektorasi.
4. Bila tidak ada ekspektorasi, anggap kontainer sudah digunakan dan buang pada tempat yang sesuai.
TB Anak
Juknis
B. Bilas lambung
Latarbelakang
Anak dengan TB dapat menelan mukus yang mengandung M. tuberculosis. Bilas lambung merupakan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan isi lambung untuk dapat mengkonfirmasi diagnosis TB
dengan mikroskop dan biakan kuman Mtb. Karena distress yang akan dialami anak, dan rendahnya lapang pandang BTA positif di mikroskop, maka prosedur ini hanya dilakukakan bila biakan tersedia. Mikroskopi kadang bisa memberikan hasil false-positive (terutama pada anak yang terinfeksi HIV yang berisiko memiliki mycobacteria nontuberculous). Biakan dapat menentukan kepekaan organisme terhadap obat anti TB.
Bilas lambung digunakan untuk mengumpulkan spesimen untuk pemeriksaan mikroskopi dan biakan kuman MTb dimana sputum tidak dapat diekpektorasi secara spontan ataupun diinduksi dengan menggunakan salin hipertonis. Prosedur ini paling berguna untuk anak yang dirawat di RS. Namun, hasil biakan positif dari 3 set bilas lambung hanya sekitar 25-50% dari anak dengan TB aktif.Sehingga, hasil smear ataupun biakan negatif tidak mengeksklusi TB pada anak.Bilas lambung dikumpulkan dari anak yang dicurigai pulmonary Tb. Selama tidur, sistem mukosiliary menyebabkan mukus berkumpul di tenggorakan. Mukus lalu tertelan dan tertinggal di lambung sampai lambung kosong. Sehingga, spesimen yang mengandung jumlah bakteri terbanyak didapatkan di pagi hari.
Bilas lambung tiga pagi berturut-turut harus dilakukan pada tiap pasien.Angka ini untuk memaksimalkan lapang pandang smear-positivity. Sebagai catatan, bilas lambung yang pertama memiliki lapang pandang terbesar.Untuk melaksanakan test secara benar biasanya dibutuhkan dua orang (satu melaksanakan test dan satu lagi sebagai asisten). Anak puasa setidaknya 4 jam (3 jam pada bayi) sebelum prosedur dan anak dengan hitung trombosit yang rendah atau kemungkinan pendarahan sebaiknya tidak menjalani prosedur ini.
Peralatan yang dibutuhkan: • Sarung tangan
• Nasogastric tube ( biasanya ukuran 10 F atau lebih besar )
• Syringe 5, 10, 20 or 30 cm3dengan konektor nasogastric tube yang sesuai
TB AnakJuknis
• Kertas litmus
• Kontainer spesimen
• Pulpen untuk memberi label spesimen • Formulir permintaan laboratorium • Air steril atau normal salin (0.9% NaCl) • Larutan Na bicarbonate (8%)
• alkohol/chlorhexidine.
Prosedur
Prosedur dapat dilakukan pada pasien rawat inap, pagi hari ketika pasien bangun di bedside atau di ruangan tindakan yang ada di bangsal, atau pada pasien rawat jalan (diperlukan fasilitas yang lengkap). Anak berpuasa setidaknya 4 jam (bayi 3 jam) sebelum prosedur.
1. Cari asistan untuk membantu
2. Siapkan semua peralatan sebelum memulai prosedur
3. Posisikan anak dengan posisi terlentang atau miring. Asisten membantu memegang pasien.
4. Tentukan jarak antara hidung dan lambung, untuk memperkirakan jarak yang akan dibutuhkan untuk memasukan tube ke dalam lambung.
5. Sambungkan syringe ke nasogastric tube.
6. Masukan nasogastric tube dengan lembut melalui hidung sampai ke lambung.
7. Aspirasi isi lambung (2-5 ml) menggunakan syringe yang sudah melekat ke nasogastric tube.
8. Untuk memeriksa posisi tube benar atau tidak, test isi lambung dengan kertas litmus, kertas litmus biru berubah menjadi merah (dalam respons terhadap asam lambung) (Juga bisa diperiksa dengan memasukan beberapa udara (3-5 ml0 dari syringe ke lambiung dan dengarkan menggunakan stetoskop).
9. Jika tidak ada cairan yang teraspirasi, masukan 5-10 ml air atau normal saline dan coba untuk mengaspirasi lagi
• Jika masih belum berhasil coba lagi (walaupun posisi nasogastric tube tidak benar dan air ataupun normal salin masuk kedalam saluran udara, risiko efek samping sangatlah kecil)
• Jangan diulangi lebih dari tiga kali. 10. Ambil isi lambung (idealnya 5-10 ml)
TB Anak
Juknis
11. Pindahkan cairan lambung dari syringe ke kontainer steril (sputum collection cup).
12. Tambahkan volume cairan sodium bicarbonate sejumlahspesimen ( untuk menetralkan isi lambung yang asam dan mencegah pengrusakan basil tuberkel).
Setelah prosedur
1. Seka kontainer spesimen dengan alkohol/chlorhexidineuntuk mencegah infeksi silang dan beri label.
2. Isi formulir permintaan laboratorium.
3. Transportasikan spesimen (di cool box) ke laboratorium untuk diproses secepat mungkin (dalam 4 jam)
4. Jika ada kemungkinan dibutuhkan waktu lebih dari 4 jam untuk metransportasikan spesimen, letakkan dalam refrigerator (4–8 °C) dan simpan sampai bisa ditransportasikan.
5. Berikan anak makanan seperti biasa.
Keamanan
Bilas lambung biasanya merupakan prosedur yang tidak menghasilkan aerosol. Anak hanya berisiko kecil mentransmisikan infeksi, sehingga dapat dilakukan dengan aman di kamar rawat inap atau ruang tindakan rutin.
C. Induksi sputum
Tidak seperti bilas lambung, induksi sputum merupakan prosedur yang menghasilkan aerosol. Bila memungkinkan, prosedur ini sebaiknya dilakukan diruang isolasi yang memiliki tindakan pencegahan kontrol infeksi yang mencukupi (negative pressure, sinar ultraviolet (nyalakan jika ruang tidak digunakan) dan kipas ekstraktor).
Induksi sputum merupakan prosedur yang berisiko rendah. Hanya sedikit efek samping yang dilaporkan,seperticoughing spells, mild wheezingdan epistaksis. Penelitian terbaru menunjukkan prosedur ini dapat dilakukan dengan aman pada bayi.(2), namun staf memerlukan pelatihan dan peralatan khusus untuk melakukan prosedur ini pada bayi.
TB AnakJuknis
Pendekatan umum
Periksa anak sebelum prosedur untuk memastikan mereka cukup sehat untuk menjalani prosedur.Anak dengan karakteristik dibawah ini sebaiknya tidak menjalani induksi sputum :
• Belum cukup puasa : jika anak belum puasa setidaknya 3 jam, tunda prosedur sampai waktu yang tepat.
• Distress pernafasan berat (termasuk tachypnea, wheezing, hipoksia) • Sedang dalam intubasi
• Perdarahan : hitung trombosit rendah, kemungkinan pendarahan, epistaksis (simptomatik atau hitung platelet<50/ml darah).
• Penurunan kesadaran
• Riwayat asma (yang didiagnosis dan ditatalaksana oleh klinisi)
Prosedur
1. Berikan bronkodilator (contoh salbutamol) untuk mengurangi risiko wheezing.
2. Berikan nebulisasi saline hipertonic (3% NaCl) selama 15 menit atau sampai 5 cm3larutan sudah diberikan.
3. Berikan fisioterapi dada bila perlu; hal ini berguna untuk memobilisasi
sekresi.
4. Untuk anak yang lebih besar dan sudah bisa ekspektorasi, ikuti prosedur di section A untuk mengekspektorat sputum.
5. Untuk anak yang tidak dapat mengekspektorate (contoh anak yang lebih muda), lakukan :
(i) suction hidung untuk membersihkan sekresi nasalatau (ii)aspirasi nasopharyngealuntuk mengumpulkan spesimen yang sesuai.
Setiap peralatan yang akan digunakan kembali harus didisinfektan dan disterilisasi sebelum digunakan pada pasien berikutnya.