• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahan yang dialokasikan oleh pemerintah Kota Baubau sebagai tambang menurut masyarakat81 dan beberapa anggota DPRD82 lokasi tersebut dipahami

80

Catatan harian Penyebab Konflik .KS (40) masyarakat pencari rotan yang tinggal di kelurahan Kaisabu Kecamatan Sorawolio.

81

Catatan harian Penyebab Konflik. PRB (47) merupakan tokoh adat (Parabela) masyarakat Kelurahan Gonda Baru Kecamatan Sorawolio. “kalau dilokasi nikel itukan “kaombo”, kalau sekarang itu ya kawasan, kawasan hutan tutupan begitu yang harus dilindungi dan tidak boleh diolah sembarangan”

82

Catatan harian. Sejarah penguasaan SDA MNF (44) : Budayawan Kota Baubau, yang saat ini menjadi anggota DPRD Kota Baubau (2009-2014). “....Sumberdaya hutan itu sama saja dengan spirit ketika pada zaman kesultanan yang juga sebenarnya menjadi sprit negara kita untuk digunakan dengan sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Misalnya di Kecamatan Sorawolio, itu oleh masyarakat ditetapkan sebagai zona kaombo karena memang daerah resapan, cadangan kayu dan lain sebagainya untuk mendukung kepentingan kolektif yang lebih besar. Kemudian ada larangan melakukan ekploitasi itu karena untuk kemaslahatan yang lebih besar....”

Kemudian disampaikan oleh YSM (40). Wakil Ketua DPRD Kota Baubau (2009-2014) bahwa “...Sederhana saja kita berpikir kenapa orang tua kita dulu itu untuk kawasan hutan di situ itu “kaombo”

sebagai kaombo yang harus dilindungi karena merupakan sumber mata air bagi masyarakat Kota Baubau. Baik itu untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan irigasi pertanian masyarakat. Hal ini seperti disampaikan oleh WR (59)83bahwa:

”...Kami di Ngkaring-ngkaring ini 99% memanfaatkan lahan pertanian (sawah), sehingga hutan itu merupakan salah satu sumber pupuk yang cukup untuk lahan pertanian tersebut utamanya air di sumberdaya hutan tersebut. untuk itu bagaimana kita menjaga air untuk lahan pertanian ini yang kami khawatirkan sumber daya air ini kurang dan pengelolaannya itu kami masyarakat wajib, pemerintah juga wajib untuk menjaga keberlangsungan lahan pertanian ini...”.

Kemudian disampaikan oleh YSM (40)84bahwa:

“...Saya punya pandangan bahwa “hutan kita harus lestari” karena ada lebih dari 1.200 persawahaan yg ada dibawah butuh air dan hutan penyangga kita. Ada 1.730 lebih masyarakat kota bau-bau yg butuh air dari hutan penyangga tersebut. Ada kurang lebih 300.000 masyarakat kita yang melakukan aktivitas di Kota Baubau pada siang hari itu butuh oksigen yang sebenarnya dari hutan sana (lokasi pertambangan)...”.

Untuk itu jika dilakukan eksploitasi tambang nikel (open pit mining) maka akan menyebabkan terjadinya penggundulan hutan. Hal ini disebabkan karena lokasi tambang tersebut berada diwilayah pegunungan (hulu). Akibatnya, pada musim hujan akan menyebakan terjadinya banjir dan pada musim kemarau akan terjadi kekeringan. Kekeringan dan banjir tersebut akan menimbulkan gagal panen tanaman padi masyarakat sebagaimana nampak pada gambar 6.3. Kartodihardjo et al. (2006) menyatakan bahwa kerusakan ekosistem hutan memberikan dampak amat besar pada ketersediaan sumberdaya air (walaupun bukan merupakan satu- satunya faktor). Kehilangan tutupan hutan berpotensi mengganggu siklus hidro- orologis yang pada gilirannya membuat pasokan dan prilaku air menjadi tidak menentu. Hal ini tercermin dari air melimpah dimusim hujan hingga terjadi banjir serta kelangkaan air dimusim kemarau yang menimbulkan kekeringan sawah dan kelangkaan pasokan air untuk berbagai kebutuhan.

tebang 1 batang pohon kau mati kualat. Kalau sekarang dijustifikasikan kearifan lokal itu kedalam undang-undang “Tebang 1 batang pohon kau dipenjara...”.

83 Catatan harian Penyebab Konflik. WR (59) merupakan tokoh adat (ketua) masyarakat Bali yang berada di

kelurahan Ngkaring-ngkaring Kecamatan Bungi

84

Catatan harian Analisis konflik. Wawancara dengan YSM (40) Saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Baubau.

Gambar 7.2. Kondisi Banjir di Lokasi persawahan masyarakat Kelurahan Waliabuku Kecamatan Bungi

Kemudian ketika aktivitas bongkar muat bahan material tambang menuju terminal dengan adanya perubahan penggunaan lahan tersebut bagi masyarakat akan menimbulkan dampat terhadap pencemaran lingkungan yaitu debu. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh SML (44)85bahwa

“....Jadi menurut saya kalaupun ini jalur pertambangan dipaksakan, berarti daerah ini sudah jelas akan menjadi daerah kumuh. Proses kerjanya mereka itu (PT BIS) mulai jam 08.00-12.00, kemudian jam 12.00-13.00 itu istrahat. Setelah itu mulai lagi jam 13.00 – 17.00. itu kita harus mengepel 2-3 kali sehari, karena itu debu-debu menumpuk disini, yang seperti ini menyebabkan pencemaran debu...”

Konfrontasi

Dalam analisis pentahapan konflik fishel et al. (2001) menyatakan bahwa pada tahap konfrontasi konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya. Berangkat dari hal tersebut maka ketika PT BIS melakukan kegiatan ekplorasi nikel dan pembangunan jalan untuk kegiatan eksplorasi pada pada tahun 2007, maka mahasiswa dan masyarakat melakukan observasi lapang di lokasi pertambangan PT BIS. Hasil observasi tersebut menjadi rujukan mahasiswa dan masyarakat untuk melakukan aksi demonstrasi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh RHN (27)86bahwa:

“....Kegiatan eksplorasi tambang nikel PT BIS kami mengetahuinya ketika ada laporan dari warga (kelurahan Waliabuku) yaitu DYM (mahasiswa unidayan asal Kelurahan. Waliabuku) kepada HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan saat itu saya masih sebagai pengurus cabang. Laporan tersebut kami tindaklanjuti dengan melakukan observasi lapang pada bulan Oktober tahun 2008. Saat itu kami dari HMI berjumlah 4 orang yaitu saya sendiri, HMD, KSD dan JML dan ditemani beberapa warga diantaranya yaitu DY dan UG. Hasil observasi inilah yang kami jadikan bahan untuk melakukan aksi untuk menolak kegiatan eksplorasi PT BIS...”87

85

Catatan harian Analisis konflik .SM (40) tokoh masyarakat kelurahan Lowu-lowu kecamatan Lea-Lea dan juga memilik sawah di Lokasi rencana pembangan jalan tambang tersebut

86

Catatan harian Sumber Konflik. RHN (27) Mantan Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan saat ini sebagai pengurus Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Baubau.

87

Informasi yang sama juga disampaikan oleh FD (35) yang merupakan salah seorang aktivis perempuan dan saat ini sebagai direktur Aliansi Perempuan Anti Kekerasan (APAK) mengatakan bahwa “Kegiatan eksplorasi Tambang Nikel PT BIS Kami mengetahuinya dari salah seorang teman (YN) anak sospol Unidayan yang kebetulan tinggal di sekitar lokasi tambang tersebut yaitu kelurahan kaisabu pada akhir tahun 2007 bahwa kenapa ini sudah ada yang aktif kerja di tambang ini padahal informasinya tidak ada, sosialisasnya juga tidak ada, sudahmi kami sepakat untuk mengecek ke lokasi kegiatan eksplorasi tersebut. Ternyata di lokasi sudah ada pembukaan jalan dan yang dipersoalkan itu sebenarnya permasalahan lingkunganya”

Berikut akan diuraikan aksi demonstrasi dan pernyataan mahasiswa dan LSM yang dilakukan sejak tahun 2007 hingga tahun 2012, yaitu sebagai berikut : (1). Oktober 200788, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Baubau

melakukan aksi dengan materi aksi yaitu terkait dengan ketegasan pemerintah Kota Baubau untuk mempublikasikan tentang keberadaan tambang nikel di Kota Baubau dan menolak keberadaan tambang nikel.

(2). Tahun 200889, Aliansi Masyarakat Pemerhati Lingkungan (HMI, BEM UNIDAYAN, BEM STAI, BEM UMB, LBH) melakukan aksi dengan jargon yang digunakan adalah “Tambang Nikel Buso : Rahmat atau Bencana”

(3). 3 Juli 201290, Aksi dilakukan oleh Himpunan Pelajar Mahasiswa Lowu-Lowu Kolese (HIPMALKO). Bahwa jalan tambang yang yang akan dilewati mobil pengangkut material Nikel menuju penampungan akan dicemari udara dan akan menimbulkan penyakit. Selain itu pembukaan pelabuhan akan mengancam mata pencaharian warga sebagai petani agar-agar (nelayan) (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013)

(4). 11 Juli 201291, Aksi dilakukan oleh Gerakan Mahasiswa Peduli Sosial Kota Baubau. Mendesak walikota Baubau untuk mencabut Izin usaha pertambangan PT BIS karena tidak menjawab kebutuhan dasar masyarakat kota Baubau dalam hal penyerapan tenaga kerja bahkan hanya akan merusak lingkungan hidup terlebih lagi tidak memiliki AMDAL. Selain itu meminta masyarakat kota Baubau untuk mengevaluasi kinerja DPRD Kota Baubau, Polres Baubau dan Pemerintah Kota Baubau karena ada indikasi konspirasi yang terstruktur antara PT BIS, pemerintah Kota Baubau dan DPRD Kota Baubau dalam rangka meloloskan kepentingan PT BIS untuk beroperasi (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

(5). 7 November 201292, Aksi dilakukan oleh Gerakan Peduli Kerakyatan (gabungan HMI Cabang Baubau, BEM STAI, BEM AMIK dan Mahasiswa Pecinta Lingkungan (MAPALI) Giri Jaya Unidayan). Menolak dan mencabut Izin pertambangan PT BIS yang dikeluarkan oleh Walikota Baubau karena

Kemudian DN (30). Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Dayanu Iksanuddin (UNIDAYAN menuturkan bahwa Ide-ide awal tentang kegiatan eksplorasi PT BIS pada akhir tahun tahun 2007, informasi dan data-datanya berasal dari teman-teman senior-senior di HMI, awalnya kami tidak mengetahui apa itu istilah eksplorasi buta alam juga tentang hal tersebut kami miskin informasi yang kami dengar ini bahwa di lokasi tersebut air sudah mau kering, hutan dirambah berapa puluh hektar itulah isu yang disampaikan sama kami dan memunculkan kegelisahan juga to, sehingga untuk menfinalkan itu maka kami pergilah kelokasi tambang itu di bukit sorawolio sana. Sampai disana ternyata sudah ada penyapuan lahan, pembukaan jalan sekitar 40 meter itu dan yang saya catat itu hari ada 30 anak sungai yang putus. Isu awalnya itu adalah isu lingkungan yaitu air bahwa diperkirakan sekitar 10 tahun air akan habis dan terjadi kekeringan. Dari situlah maka kami adakan demonstrasi besar-besaran BEM se Kota Baubau untuk menolak keberadaan PT BIS”.

88

Catatan harian Identifikasi Aktor. Wawancara dengan RHN (27) saat ini kami melakukan aksi dalam seminggu 2 kali.

89

Catatan harian Identifikasi Aktor. Wawancara dengan RHN (27)

90

Aksi dipimpin oleh MSH (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

91

Aksi dilakukan di tugu kirap Baubau, kantor PT BIS dan kantor DPRD Kota Baubau dan aksi tersebut dipimpin MP (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

92

Masa aksi star dari Kampus STAI Baubau menuju Kampus Unidayan dan melanjutkan ke kantor DPRD Kota Baubau. Aksi tersebut dipimpin oleh EK (Ketua Bidang PPD HMI Cabang Baubau dan Presiden Mahasiswa STAI)

kehadiran PT BIS di Kecamatan Bungi dan Sorawolio (Buso) sangat merugikan masyarakat Kota Baubau pada umumnya dan Buso merupakan daerah penampung air bagi masyarakat Kota Baubau (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013)

(6). 13 dan 19 November 2012, Aksi dilakukan oleh Gerakan Peduli Kerakyatan (gabungan BEM STAI, BEM AMIK dan Mahasiswa Pecinta Lingkungan (MAPALI) Giri Jaya Unidayan). Menolak dan mencabut Izin pertambangan PT BIS yang dikeluarkan oleh Walikota Baubau karena PT BIS telah merusak lingkungan dalam hal ini hutan. (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013)

Selain mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi sejak tahun 2012 masyarakat kontra tambang dengan aliansi yang dibangun (sebagaiman telah diuraikan pada Bab VI) sejak tahun 2012 hingga dilakukannya penelitian ini aksi yang dilakukan aliansi tersebut yaitu sebagai berikut :

(1). Selasa, 10 Juli 201293, Pernyatan sikap yang disampaikan diantaranya yaitu pertama, mendesak pimpinan DPRD Kota Baubau untuk segera mengehentikan segala aktivitas pertambangan di Kecamatan Lea-Lea, Bungi dan Sorawolio; kedua, mendesak walikota Baubau untuk dengan segera mencabut Izin Usaha Pertambangan PT BIS (Sekretariat DPRD Kota Baubau, Risalah Rapat, 2012)

(2). Kamis,12 Juli 201294, Dalam aksi ini dilakukan sebagai bentuk pressure kepada DPRD Kota Baubau yang pada hari tersebut sedang melakukan rapat kerja gabungan komisi DPRD Kota Baubau bersama pemerintah dengan agenda menindaklanjuti aspirasi masyarakat kecamatan Lea-Lea terkait pengelolaan tambang oleh PT BIS dan pembangunan PLTU95.

93 Aksi dilakukan di kantor DPRD Kota Baubau dan sebagai koordinator aksi yaitu SKM (masyarakat Lowu-

Lowu), RCK (Masyarakat Kolese) dan MHD (masyarakat Palabusa) dan yang bertindak sebagai jenderal lapangan yaitu MTA (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

94

Aksi dilakukan di kantor DPRD Kota Baubau yang dipimpin oleh MSR dengan jumlah massa sekitar 150 orang. Massa aksi bertolak dari titik star di lapangan sepak bola Kelurahan Lowu-Lowu, Kecamatan Lea- Lea sekitar 15 Km dari Pusat Kota Baubau. Massa menggunakan 9 kenderaan roda 4 terdiri dari 5 buah mikrolet, 4 buah pick up dan sekitar 60 buah kenderaan roda 2. (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

95

Terkait dengan PLTU bukan merupakan kajian dalam penelitian ini.

Dalam orasinya massa menuntut penghentian aktivitas tambang PT BIS dan penghetian pembangunan PLTU dikecamatan Lea-Lea dan mosi tidak percaya kepada Walikota Baubau AT dan Lurah Kolese SZ. Massa yang berorasi kemudian ditemui oleh ketua DPRD Kota Buabau HS dan menyampaikan bahwa DPRD tengah menggelar rapat kerja dengan pemerintah Kota Baubau membahas legalitas aktivitas tambang dan PLTU di Kecamatan Lea-Lea.Ketua DPRD kemudian mempersilahkan 5 orang perwakilan massa untuk mengikuti rapat tersebut.

Rapat kerja DPRD dan pemkot Baubau tersebut menghasilkan kesimpulan : “ DPRD Kota baubau merekomendasikan penghentian aktivitas tambang nikel PT BIS dan penghentian pembangunan PLTU sampai menunggu kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan dalam peraturan”. Kesimpulan rapat disambut oleh massa aliansi dan ditutup dengan orasi masing-masing oleh MSR (mahasiswa Unidayan Baubau, asal Lowivu-Lowu), DLT (mantan presiden Mahasiswa Unhalu Kendari 2008-2009, dan asal Lowu-Lowu) dan YMR (mantan Presiden Mahasiswa Unidayan Baubau dan asal Lowu-Lowu) dengan substansi bahwa perjuangan masyarakat Lea-Lea telah berhasil menekan DPRD Kota Baubau megeluarkan rekomendasi pengehentian total aktivitas tambang Nikel PT BIS dan penghentian pembangunan PLTU (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

(3). Selasa, 27 November 201296,Aksi ini dilakukan untuk menyikapi aktivitas pertambangan PT BIS dengan menyampaikan kekecewaan atas tidak berpihaknya DPRD Kota Baubau serta kurangnya pengawasan terhadap PT BIS di kawasan Bungi Sorawolio. Bahwa sampai dengan hari ini PT BIS masih melakukan pekerjaan dan sangat meresahkan masyarakat sekitar dan karyawan PT BIS sampai sekarang terus melakukan pembujukan kepada masyarakat agar mau menjual tanahnya kepada PT BIS (Badan Kesbangpol Kota Baubau, Laporan Kominda/Komunitas Intelijen Daerah,2013).

(4). Rabu, 16 Januari 201397,Aksi dilakukan untuk menolak aktivitas penambangan PT BIS di Kecamatan Lea-Lea.

(5). Selasa, 4 Februari 201398. Dalam aksi tersebut disampaikan bahwa menolak keberadaan PT BIS di Kecamatan Lea-Lea serta menyoroti tindakan aparat kepolisian pada saat membubarkan dan menahan 6 orang warga yang melakukan tindakan anarkis pengrusakan rumah pada tanggal 30 Januari 2013 (malam) serta meninjau keberadaan TNI di Lowu-Lowu yang meresahkan warga sekitar99.

Dalam melakukan aksi demonstrasi sejak tahun 2012 ketika terjadi pro dan kontra terhadap PT BIS dalam memanfaatkan sumberdaya nikel maka pihak masyarakat pro tambang membangun aliansi untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah daerah dan DPRD Kota Baubau. Adapun aliansi yang dibangun tersebut yaitu pertama, Aliansi “Lea-Lea Pro Tambang Sejahtera” dalam gerakannya melakukan penyampian aspirasi kepada DPRD Kota Baubau pada tanggal 10 Juli 2012. Kedua Aliansi “Masyarakat Kecamatan Bungi, Sorawolio dan Lea-Lea Pro Tambang” yang melakukan aksi unjuk rasa pada tanggal 17 Desember 2012 dikantor DPRD Kota Baubau100. Dalam aksi tersebut perwakilan masa pro tambang yang disampaikan oleh NRD101bahwa:

“....Keberadaan tambang yang ada dikecamatan Bungi dan kecamatan Sorawolio pada dasarnya memerlukan beberapa pengkajian yang berimbas pada masyarakat itu sendiri. Dimana salah satunya bisa membawa peningkatan PAD Kota Baubau.Kami sepenuhnya menyadari bahwa kehadiran tambang tentunya akan membawa dampak, baik itu dampak yang positif maupun negatif. Oleh sebab itu kami masyarakat 3 (Tiga) kecamatan ini sangat membutuhkan pekerjaan dan ini dapat dijawab oleh kehadiran tambang PT BIS...”

Krisis

Pada tahap krisis sebagaimana disampaikan oleh fisher et al. (2001) bahwa tahapan ini merupakan puncak konflik, dimana ketegangan dan atau kekerasan terjadi paling hebat. Pada tahapan ini komunikasi normal diantara dua pihak

96 Aksi dilakukan di kantor DPRD Kota Baubau yang dipimpin oleh YMR 97

Aksi dilakukan di kantor DPRD Kota Baubau yang dipimpin oleh MSR

98

Aksi dilakukan di kantor Walikota Baubau yang dipimpin oleh MSR. Massa aksi start dari Kelurahan Lowu-Lowu dengan menggunakan 16 Buah Roda 4 dan 40 sepeda Motor.

99

Aksi ini kemudian pemerintah kota Baubau (kepempinan AST) menjawabnya dengan membentuk tim (lihat uraian pada point C).

100

Jumlah masa yang saat itu aksi sebanyak 80 orang (Laporan Kominda,2012 s/d 2013, Kesbangpol Kota Baubau dipimpin oleh NRD).

101

Mantan anggota DPRD Kota Baubau dan saat ini telah bekerja atau sedang membantu beberapa kegiatan PT BIS seperti pembagian baju adat di kecamatan Sorawolio seperti halnya yang disampaikan oleh SR (38) pembagian baju adat itu di dibagikan oleh pak NRD, dia mengatasnamkan perwakilan perusahaan.

kemungkinan putus, pernyataan-pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak lainnya.

Dari penuturan tersebut diatas maka dalam konflik pertambangan di Kota Baubau pada tahapan krisis ini yang terjadi yaitu teror dan pengrusakan rumah warga yang pro terhadap tambang. Tahapan ini terjadi pada bulan Juli tahun 2012 hingga saat ini (Mei 2013) kembali terjadi puncak konflik pertambangan nikel.

Gambar 7.3. Rumah masyarakat pro tambang yang dirusak oleh masyarakat kontra tambang. (Sumber : Foto Lapang, Mei 2013)

Bentuk teror ini terjadi ketika mahasiswa melakukan aksi demonstrasi maka yang menjadi koordinator lapangan dari aksi tersebut akan diteror. Baik itu melalui telepon dari pihak yang tidak diketahui maupun akan dipanggil oleh perangkat keras yang berpihak kepada pihak PT BIS. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh EK (30) bahwa:

“..Saya setelah melakukan aksi atau baru rencana mau aksi tentang PT BIS handphone saya sudah berdering atau di SMS ancaman untuk tidak melakukan aksi. Pernah juga saya dipanggil oleh seseorang perangkat keras, memang ini penyampaianya baik-baik agar tidak melakukan aksi tapikan ini perangkat keras..”

Sementara pengrusakan rumah warga terjadi akibat akumulasi kekesalan masyarakat terhadap warga yang dilempar rumahnya tersebut. Hal ini karena menurut masyarakat kontra tambang bahwa warga yang dilempar rumahnya tersebut memfasilitasi PT BIS dan pemerintah kecamatan serta membujuk masyarakat untuk menjual lahannya kepada PT BIS untuk kebutuhan jalan tambang menuju terminal khusus. Akibat dari pengrusakan rumah tersebut beberapa masyarakat masuk tahanan di polresta Kota Baubau.

Akibat

Pada tahapan ini mulai dilakukan mediasi antara pihak-pihak yang berkonflik dengan pihak PT BIS. Namun dalam mediasi tersebut yang dilibatkan adalah masyarakat kontra tambang dan PT BIS. Hasil mediasi tersebut tidak mendapatkan kesimpulan karena disatu sisi masyarakat yang hadir dalam mediasi tersebut tidak melepaskan lahannya untuk dibeli oleh pihak PT BIS untuk kebutuhan jalan tambang menuju terminal khusus dengan alasan sebagaiaman telah diuraikan pada bab VI. Hal ini menurut PT BIS seperti yang disampaikan oleh SMR bahwa:

“...Memang sudah pernah dimediasi oleh kepolisian tapi tidak ada titik temu, kami juga dari pihak perusahaan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan maksud melakukan kegiatan penambangan nikel ini...”

Berangkat dari hal tersebut maka tahapan konflik pertambangan yang terjadi yaitu masih pada tahap krisis.

Pasca Konflik

Pada tahap pasca konflik sebagaimana yang disampaikan oleh Fisher et al. (2001) bahwa situasi konflik telah diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah lebih normal diantara kedua pihak. Namun jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasran mereka saling bertentangan tidak diatasi dengan baik, tahap ini sering kembali lagi menjadi situasi pra-konflik. Namun kondisi ini belum terjadi dalam konflik pertambangan di Kota Baubau

Ikhtisar

Pada tahap pra konflik diawali ketika pemerintah Kota Baubau memberikan izin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi (dahulu izin kuasa pertambangan eksplorasi) kepada PT BIS. Pemberian IUP tersebut membentuk terjadinya kontroversi kebijakan. Adapun kontroversi tersebut yaitu terkait dengan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWI, dimana menurut mahasiswa dan LSM pemberian IUP eksplorasi PT BIS oleh pemerintah Kota Baubau tidak sesuai dengan RTRW (Perda No 2 tahun 2004) karena dalam RTRW tersebut tidak ada alokasi ruang untuk tambang di Kota Baubau. Selain itu kontroversi perizinan yang terjadi yaitu ketika PT BIS melakukan kegiatan eksplorasi dan belum mengantongi izin pinjam pakai kawasan hutan produksi terbatas untuk kegiatan penyelidikan. Namun pemerintah Kota Baubau tetap memberikan rekomendasi izin pinjam pakai kawasan tersebut yang ditujukan kepada gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara. Kemudian pemberian IUP Eksplorasi tersebut memicu terjadinya perubahan penggunaan dan penguasaan Sumberdaya Alam (SDA). Akibatnya menimbulkan hilangnya akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan di lokasi pertambangan.

Ilustrasi tersebut diatas sehingga menimbulkan ketidasesuaian sasaran antara masyarakat, mahasiswa dan LSM dengan pemerintah terhadap penggunaan dan penguasaan sumberdaya alam tersebut sehingga timbul konflik pertambangan

Pada tahapan konfrontasi mulai terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, LSM dan masyarakat untuk menolak keberadaan tambang nikel PT BIS. Sementara pada tahap krisis yang terjadi adalah pengrusakan rumah dan teror. Pada tahap akibat dan pasca konflik belum terjadi dalam konflik pertambangan di Kota Baubau.

Dokumen terkait