• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendaftaran tanah secara sporadik

KENDALA APA SAJA YANG DITEMUKAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT PENGGANTI

2. Pendaftaran tanah secara sporadik

yaitu untuk desa/kelurahan yang belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematis tersebut.

Kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan atas permohonan yang bentuknya sebagaimana yang diatur dalam Permen-Agra/Ka.BPN No.3/1997 yang meliputi permohonan untuk :

1. melakukan pengukuran bidang tanah untuk keperluan tertentu yaitu

persiapaan permohonan hak baru, untuk

pemecahan/pemisahan/penggabungan bidang tanah, untuk pengambilan batas, untuk penataan batas dalam rangka konsolidasi tanah, inventarisasi pemilikan dan penguasaan tanah dalam rangka pengadaan tanah sesuai ketentuan yang berlaku, untuk hal-hal lain dengan persetujuan pemegang hak;

2. mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 PP 24/1997;

3. mendaftarkan hak lama sebagaimana dmaksud dalam ketentuan Pasal 24 PP 24/1997.

Kedua cara tersebut sekalipun tujuannya sama tetapi mempunyai perbedaan yang khas yang terlihat pada bagian-bagian pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut antara lain sebagai berikut :25

a. Rencana dan inisiatif

Pada pendaftaran tanah secara sistematik, rencana dan inisiatif itu berasal dari pemerintah, dalam hal ini Menteri menetapkan wilayah mana suatu rencana kerja itu dilaksanakan sedangkan pada pendaftaran tanah secara sporadik berasal dari permintaan individu yang memiliki tanah.

b. Obyek dan sifat pelaksanaannya

Pada pendaftaran tanah secara sitematik dilakukan serentak yang meliputi seluruh/sebagian desa, sedangkan pada pendaftran tanah secara sporadik dilakukan tidak tidak serentak pada bidang-bidang tanah secara individual atau massal.

c. Kewenangan penilain dan penetapan Pada pendaftaran tanah secara sistematik :

Penetapan batas bidang tanah yang sudah dipunyai dengan sesuatu hak yang belum terdaftar atau sudah terdaftar tetapi belum ada surat ukur/gambar situasi yang ada tidak sesuai lagi dengan yang sebenarnya.

Membuat berita acara mengenai dilakukannya pengukuran sementara termasuk belum diperolehnya kesepakatan batas atau ketidakhadiran pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.

d. Pembuktian hak-hak lama atas tanah yang berasal dari konversi hak dan pengumpulan/penelitian data yuridis, dilakukan oleh Panitia Ajudikasi dan pada pendaftaran tanah secara sporadik oleh Kepala Kantor Pertanahan.

e. Tempat dan Waktu Pengumuman

Pada pendaftaran tanah secara sistematik, untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan atas hasil penelitian alat-alat bukti, pengukuran dan pemetaan dilakukan pengumumannya di Kantor Ajudikasi, Kantor Kepala desa/kelurahan serta ditempat lain yang dianggap perlu(dikantor rukun warga atau lokasi tanah yang bersangkutan) selama 30 hari, sedangkan pada pendaftran secara sporadik dilakukan di kantor pertanahan, Kantor kepala desa/kelurahan, tempat lain yang dianggap perlu(dikantor rukun warga atau lokasi

25

tanah yang bersangkutan) serta melalui media massa selama 60 hari.

f. Waktu Pengajuan gugatan ke pengadilan

Pada pendaftaran tanah secara sistematik pihak yang keberatan atas data fisik dan data yuridis diberitahukan kepada yang bersangkutan untuk mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai data yang disengketakan jika tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah dalam waktu 60 hari, sedangkan pada pendaftaran tanah secara sporadik selama 90 hari terhitung sejak disampaikan pemeberitahuan tersebut kepada pihak-pihak yang bersengketa. Perbedaan waktu itu juga dengan alasan yang sama sebagaimana diuraikan diatas.

Sementara kegiatan pemeliharaan dan pendaftaran tanah meliputi:26

1. Pendaftaran peralihan dan pembebasan hak

2. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.

Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.27

Asas merupakan fundamen yang mendasari terjadinya sesuatu dan merupakan dasar dari suatu kegiatan, hal ini berlaku pula pada pendaftaran tanah. Dalam Pasal 2 PP Nomor 24/1997, disebutkan bahwa asas-asas pendaftaran tanah, meliputi :

26

Tampil Ansari Siregar, Op.Cit, hal 76-77 27

a. sederhana, yaitu asas yang dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokok dan tata caranya mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama hak atas tanah.

b. Aman, yaitu asas yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hukum sesuai tujuan pendaftaran itu sendiri.

c. Terjangkau, yaitu suatu asas yang dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah yang harus bisa terjangkau oleh pihak yang memerlukan.

d. Mutakhir, yaitu asas ini dimaksudkan adanya kelengkapan data yang memadai dalam pelaksanaannya dan keseimbangan dalam pemeliharaan datanya, sehingga data pendaftaran tanah harus dipelihara. Data yang tersimpan dalam bentuk buku tanah di kantor pertanahan harus selalu diperbaharui bilamana terjadi perubahan data, baik data fisik maupun data yuridis. Perubahan dapat terjadi karena peristiwa hukum (misalnya proses pewarisan), maupun karena perbuatan hukum (misalnya jual beli, tukar menukar, hibah dan lain-lain). Asas ini menuntut pula dipeliharanya data

pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga data yang tersedia sesuai dengan keadaan nyata di lapangan.

e. Terbuka, yaitu masyarakat dapat memperoleh keterangan tentang data yang benar setiap saat. Maksudnya adalah siapapun masyarakat dapat secara terbuka memperoleh data pertanahan apabila kepentingannya menghendaki.

Selain asas di atas, terdapat asas umum dalam pendaftaran tanah yang dikenal dengan asas contadictoire delimitatie. Menurut asas ini, bahwa untuk menjamin kepastian hukum mengenai batas-batas tanah, maka ketika penentuan tata batas ditetapkan harus dihadiri dan disaksikan oleh pemilik tanah berbatasan terjadi kesepahaman mengenai letak dan batas tanah, sehingga dapat dihindari terjadinya sengketa tata batas tanah diantara mereka.

Sebagaimana dimaksud Pasal 19 PP No.24 Tahun 1997, yang berbunyi :

1. bahwa jika dalam penetapan batas bidang tanah sebagaimana yang dimaksud Pasal 18 ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan antara pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dengan pemegang hak atas tanah yang berbatasan, pengukuran bidang tanahnya diupayakan untuk sementara dilakukan berdasarkan batas-batas yang menurut kenyataanya merupakan batas-batas bidang tanah yang bersangkutan.

2. Jika pada waktu yang telah ditentukan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan atau para pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir setelah dilakukan pemanggilan, pengukuran bidang tanahnya, untuk

sementara dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas.

3. Ketua panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau kepala kantor pertanahan dalam pendaftaran secara sporadik membuat berita acara mengenai dilakukannya pengukuran sementara sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) san (2), termasuk mengenai belum diperolehnyaa kesepakatan batas atau ketidakhadiran pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.

Kegiatan pendaftaran tanah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah secara terus menerus dalam rangka menginventarisasikan data-data berkenaan dengan hak-hak atas tanah menurut undang-undang pokok agraria dan peraturan Pemerintah, sedangkan pendaftaran hak atas tanah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh si pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan dilaksanakan secara terus menerus setiap ada peralihan hak-hak atas tanah tersebut menurut undang-undang pokok agraria dan peraturan pemerintah guna mendapatkan sertipikat tanda bukti tanah yang kuat.

Dan yang menjadi objek pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 9 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagai berikut:

a. Objek Pendaftaran Tanah meliputi:

1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai.

2. Tanah hak pengelolaan 3. Tanah wakaf

5. Hak tanggungan 6. Tanah negara

b. Dalam hal tanah negara sebagai objek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan sebidang tanah yang merupakan tanah negara dalam daftar tanah.

Semua hak-hak atas tanah yang tercantum pada ayat (9) PP No. 24 Tahun 1997 di atas dengan membukukan tanah tersebut di kantor pertanahan akan diterbitkan sertipikat hak atas tanahnya yang merupakan salinan dari buku tanah. Sedangkan tanah negara tidak diterbitkan sertifikat yang diterbitkan tersebut diserahkan kepada yang berhak sebagai alat bukti haknya.

Menurut Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, sertipikat terdiri atas salinan buku tanah yang memuat data yuridis dan surat ukur yang memuat data yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen.28

28

Adrian sutedi,Op.Cit, hal 141

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, sertipikat hak atas tanah, hak pengelolaan dan waqaf berupa satu lembar dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang diperlukan.

Dalam Pasal 1 angka 6 dan 7 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 memberikan pengertian tentang data fisik dan data yuridis. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.

Dalam pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa sertipikat diberikan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1).

Penerbitan sertipikat dan diberikan kepada yang berhak dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya. Sehingga sertipikat berfungsi sebagai alat pembuktian kepemilikan hak atas tanah. Sertipikat diberikan bagi tanah-tanah yang sudah ada surat ukurnya, atau pun tanah-tanah yang sudah diselenggarakan Pengukuran desa demi desa, karenanya sertipikat ini merupakan pembuktian yang kuat, baik subyek maupun obyek ilmu hak atas tanah. 29

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya. Sehingga data fisik dan data yuridis

29

tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Sertipikat sebagai tanda bukti yang kuat mengandung arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, sebagaimana juga dapat dibuktikan dari data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukurnya.

Untuk diketahui bahwa, hingga saat ini didapat 3 jenis sertipikat, yaitu:30

1. Sertipikat hak atas tanah

2. Sertipikat Hak Tanggungan ( Hypohteek dan Crediet Verband) 3. Sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

Sertipikat diberikan oleh kantor pertanahan kabupaten/kota, sedangkan pejabat yang berwenang menandatangani sertipikat menurut Peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 jo.Permen Agraria/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997 adalah :31

1. Dalam pendaftaran sistematik, sertipikat ditanda tangani oleh ketua ajudikasi atas nama kepala kantor pertanahan kabupaten/kota

2. Dalam pendaftaran taanh secara sporadik yang bersifat individual (perseorangan), sertipikat ditanda tanagni oleh kantor pertanahan kabupaten/kota

3. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat massal, sertipikat ditanda tangani oleh kepala seksi pengukuran dan pendaftaran tanah atas nama kepala kantor pertanahan kabupaten/kota.

30

Ibid, hal 125 31

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah,Kencana Prenada Media Group, Jalarta, 2011,hal 262-263

Dalam kegiatan pendaftaran tanah selain sertipikat hak milik atas tanah juga terdapat Buku Tanah dan Surat Ukur. Pengertian dari Buku Tanah di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pada Pasal 1 angka 19 adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Sedangkan pengertian surat ukur pada angka 17, surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian.

Mengenai surat ukur dan buku tanah tersebut diatas selain diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 juga diatur dalam peraturan kepala badan pertanahan nasional Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu. Bahwa berdasarkan bunyi Pasal Pasal 12 :

1. Surat Ukur dalam rangka Pendaftaran Tanah untuk pertama kali secara sporadik ditandatangani oleh Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan.

2. Salinan Surat Ukur yang merupakan bagian dari Sertipikat ditandatangani oleh pejabat yang berwenang menandatangani Sertipikat.

Dan pada Pasal 15 menyatakan bahwa Buku Tanah, Sertipikat dan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah dalam Pendaftaran Tanah untuk pertama kali dan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah secara sporadik ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Buku tanah ini terdiri dari 4 (empat) halaman yaitu :

a. Halaman muka (Kesatu)

b. Halaman kedua (bagian pendaftaran tanah) c. Halaman ketiga

d. Halaman keempat

Pada halaman kesatu dan kedua itu dipergunakan untuk pendaftaran tanah yang pertama kalinya. Sedangkan pada halaman ketiga dan keempat dipergunakan untuk mendaftarkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada suatu hak atas tanah. Sedangkan pengertian Surat Ukur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 adalah peta-peta situasi yang setelah diketahui dan ditetapkan batas-batas tanahnya yang sebagaimana telah ditetapkan di dalam Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut yaitu :

Setiap surat ukur dibuat rangkap 2 (dua) :

1. Yang satu diberikan kepada yang berhak sebagai bagian dari sertipikat. 2. Yang lainnya disimpan di kantor Pendaftaran Tanah dalam hal ini Kantor

Agraria (Lama)/Kantor Pertanahan (baru) pada seksi Pendaftaran Tanah. Dasar dari surat ukur tersebut, yaitu kutipan peta dari perbedaan tanah. Bentuk dari surat ukur serta cara mengisinya ditetapkan oleh Menteri Negara

Agraria/Kepala BPN, dengan ketentuan bahwa surat ukur itu selain memuat gambar tanah yang melukiskan batas tanah, tanda-tanda batas yang penting harus memuat pula :

a. Nomor pendaftaran

b. Nomor dan tahun surat ukur atau buku tanah c. Nomor pajak

d. Uraian tenang letak tanah e. Uraian tentang keadaan tanah f. Luas tanah dan

g. Orang atau orang-orang yang menunjukkan batas-batasnya.

Dari uraian yang disebutkan di atas, jelas sekali bahwa akibat hukum yang timbul berkenaan dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah bagi pemegangnya, adalah :

1. Hak atas tanah yang dimiliki telah memiliki kekuatan hukum yang kuat dan sah menurut hukum.

2. Sertipikat tersebut merupakan alat bukti yang kuat bagi pemegangnya mengenai hak milik atas tanah tersebut.

Dalam uraian nomor 1 di atas disebutkan bahwa hak atas tanah “hanya” bersifat kuat atau tidak mutlak sesuai dengan azas “negatif stelsel” di mana tidak menutup kemungkinan munculnya bukti-bukti baru yang dapat membatalkan sertipikat tersebut. Akan tetapi dengan adanya Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu dengan adanya tenggang

waktu 5 tahun untuk mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan, maka apabila setelah 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat tidak ada yang mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kantor Pertanahan maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut. Dengan demikian, kepastian hukum sertipikat hak atas tanah tersebut lebih terjamin

Sertipikat mempunyai fungi yaitu :

a. Menjamin kepastian hukum dalam arti dapat melindungi pemilik sertipikat terhadap gangguan pihak lain serta menghindarkan sengketa dengan pihak lain sehingga dapat dipastikan siapa yang mempunyai hak , luas dan batas tanah yang dihakinya serta bagaimanakah status hak tanah tersebut.

b. Mempermudah untuk memperoleh kredit dengan tanah sebagai jaminan c. Dengan adanya surat ukur dalam sertipikat maka luas tanahnya sudah

pasti.

Penerbitan sertipikat ini merupakan tugas pokok dan fungsi bagi seksi pengukuran dan pendaftaran tanah. Sertipikat bukti kepemilikan hak atas tanah diterbitkan oleh BPN, melalaui proses pendaftaran tanah yang sebelumnya sudah dilaksanakan. Dengan demikian, untuk mendapatkan bukti hak atas tanah, maka harus melalui proses pendaftaran tanah yang secara hierarkis ditingkat kabupaten atau kota lebih dikenal dengan kantor pertanahan. Penerbitan bukti kepemilikan hak atas tanah merupakan bagian

dari proses pendaftran, yang dijalankan oleh Kantor Pertanahan dimana tanah yang dimohonkan atau didaftarkan itu berada.

Dalam proses kepemilikan hak atas tanah, BPN telah menentukan sistem pelayanan/mekanisme pendaftaran pada kantor pertanahan, tujuannya agar proses pendaftaran itu dapat lebih efektif dan efisien. Untuk memudahakan proses pendaftaran tanah, sebaiknya pemohon/pendaftar terlebih dahulu minta informasi ke loket I-layanan informasi di kantor pertanahan kabupaten/kota di mana tanah yang didaftarkan haknya tersebut berada. Sebagaimana pelaksanaan intruksi Mentri Negara/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1998 tanggal 20 Juli 1998, BPN memberlakukan sistem loket, yaitu yang terdiri dari :

1. Loket I : Informasi Pelayanan

Loket I memberikan informasi, arahan serta gambaran tentang bentuk layanan kantor pertanahan terhadap publik.

2. Loket II : Penyerahan Dokumen Permohonan

Pemohon/pendaftar dapat mengajukan permohonan pendataran hak atas tanah melalui loket ini. Pada loket ini menyediakan formulir permohonan. Dalam formulir permohonan itu, biasanya berisi daftar isian tentang : a. identitas diri atau kuasa pemohon/pendaftar hak atas tanah

b. jenis layanan dari kantor pertanahan ; seperti pengukuran, pendaftaran pertama kali, pendaftaran hak milik satuan rumah susun, pendaftran

tanah waqaf, pendaftaran peralihan hak, warisan, pendaftran hak tanggungan,dsb

c. data fisik letak tanah yang dimohonkan/ingin didaftarkan

d. lampiran kelengkapan administrasi, sesuai bentuk layanan yang dimohonkan. Untuk permohonan layanan pendaftaran hak atas tanah, biasanya diperlukan lampiran : fotokopi KTP atau identitas pemohon/pendaftar, kemudian bukti asal perolehan hak atas tanah seperti akta jual beli,keterangan waris, bukti pembayaran pajak/SPPT dan PBB terakhir-. Lalu keterangan bukti milik, misalnya letter C, letter E, sertipikat asli dari penjual,dsb.

Penerimaan permohonan pendaftaran kepemilikan hak atas tanah, oleh petugasa loket II akan ditindak lanjuti dengan pemeriksaan kelengkapan berkas. Apabila berkas dinilai tidak lengkap, maka akan dikemblaikan kepada pemohon/pendaftar, untuk selanjutnya dilengkapi. Dan apabila dinilai berkas permohonan sudah lengkap, maka petugas loket II akan menerbitkan surat tanda terima berkas permohonan, lalu memberikan rincian biaya yang harus dibayarkan oleh pemohon/pendaftar.

3. Loket III: penyerahan Biaya/pembayaran

Setelah menerima surat tanda terima berkas permohonan dan perincian biaya yang harus dibayar, maka selanjutnya pemohon/pendaftar dapat melakukan pembayaran diloket III. Petugas loket III, setelah menerima

pembayaran dari pemohon/pendaftar akan menerbitkan tanda bukti pendaftara dan pembayaran, yang nantinya akan dipergunakan oleh pemohon/pendaftar untuk mengambil sertifikat bukti kepemilikan hak atas tanah yang didaftarkan.

4. Loket IV : Penyerahan Produk

Setelah menerima tanda bukti pendaftaran dan pembayaran, pemohon/pendaftar diharapkan menunggu proses pendaftraan tanah, yang biasanya diawali dengan pengukuran, pemetaan serta pembukuan data fisik tanah. Selanjutnya data fisik dan data yuridis tanah tersebut akan dijadikan sebagai dasar pendaftaran hak atasa tanah, serta peralihan hak-hak atas tanah yang didaftarkan.

Hal-hal yang perlu disiapkan oleh pemohon/pendaftar dalam proses pendaftaran tanah adalah : 32

a. bukti identitas diri pemohon dan identitas pemilik asal hak atas tanah yang didaftarkan.

Yang lazim digunakan sebgai bukti identitas diri, dari subjek : 1. perseorangan seperti kartu tanda penduduk

2. badan hukum, didasarkan pada akta pendirian badan hukum atau perusahaan (corporate) yang telah disahkan

3. jika permohonan/pendaftar menggunakn kuasa, maka surat kuasa juga diperlukan, disamping KTP dari pemohon/pendaftra sendiri. b. Kelengkapan bukti asal-usul atau riwayat tanah

Dalam pengurusan surat kepemilikan hak atas tanah maupun bangunan untuk rumah tinggal atau tempat usaha, diperlukan bukti-bukti tentang riwayat atau asal usul tanah atau rumah yang dimintakan bukti surat kepemilikannya tersebut. Riwayat atau asal usul tanah dapat berupa

32

Yulian Isnur Eko, Tata Cara Mengurus Surat-Surat Rumah Dan Tanah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2008, hal 23

hak turun temurun karena waris, atau bukti peralihan hak karena sebab hibah, jual beli, sewa tanah atau bahkan pemberian hak dari negara. c. Bukti pembayaran pajak, bea perolehan hak atas tanah

Perlu diketahui bahwa, transaksi yang berkaitan dengan penguasaan maupun kepemilikan hak atas tanah, dikenakan pajak atau bea perolehan hak atas tanah oleh Negara. Ini ditegaskan dalam Undang Nomor 20 Tahun 2000 yang mengubah ketentuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Dijelaskan bahwa pajak dikenakan atas objek pajak rupa perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang meliputi: 1. pemindahan/peralihan hak atas tanah yang terjadi karena perjanjian jual beli;tukar menukar; hibah; hibah wasiat; pemasukan dalam perseroan atau badan hokum lainnya; pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak; penunjukkan pembeli dalam lelang; pelaksanaan keputusan hakim yang mempunyai kekeuatan hukum tetap; hadiah; waris; penggabungan usaha; peleburan usaha; serta pemekaran usaha.

2. Pemberian hak baru sebagai kelanjutan pelepasan atas tanah, ataupun pemberian hak baru diluar pelepasan hak atas tanah

Besaran Bea perolehan hak atas tanah secara umum adalah 5 % dari

Dokumen terkait