• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya. Tujuan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam proses pembangunannya dihadapkan pada permasalahan dalam keterbatasan modal untuk membiayai investasi pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan agar meningkatkan peran sektor keuangan dalam pembiayaan pembangunan secara mandiri dan tidak bergantung pada pembiayaan luar negeri.

Jika diamati akhir-akhir ini negara Indonesia mulai menampakkan pertumbuhan, baik dilihat dari keuangan dan pembangunannya. Maka saat ini banyak orang yang menginginkan untuk dapat hidup serta dalam berinvestasi. Salah satu alternatif investasi yang mudah dan banyak menjadi pilihan investor adalah dengan membeli saham pada perusahaan terbuka atau go public, yaitu perusahaan yang namanya sudah tercatat dan diperdagangkan dibursa (Afdhalul Amri, 2011)

Perusahaan melakukan kegiatan usaha untuk mencapai satu tujuan yaitu memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan keberlangsungan sebuah perusahaan. Untuk meningkatkan laba, cara yang ditempuh

2 perusahaan adalah dengan mempergunakan sumber dana intern perusahaan seperti penggunaan laba yang ditahan. Namun adakalanya dana intern yang digunakan perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan usaha. Alternatif lain yaitu menggunakan dana eksternal yang berasal dari lembaga intermediasi seperti perbankan atau keuangan non bank.

Untuk menghimpun kekurangan dana tersebut, dalam dunia usaha terdapat suatu wadah penghimpun dana yang dikenal dengan nama pasar modal. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2003).

Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian sebuah negara. Peran pasar modal lebih dari sekedar tempat pertemuan antara lenders dan borrowers ataupun tempat untuk memperdagangkan sekuritas, tetapi berperan dalam mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan dorongan terhadap domestic savings dan meningkatkan kuantitas dan kualitas investasi (Renny Wijaya, 2013).

Ekonomi makro merupakan studi mengenai perilaku perekonomian secara keseluruhan. Lukman (2007:2) mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana tingkah laku manusia dalam usaha memenuhi

3 kebutuhannya yang tidak terbatas, dengan mengadakan pemilihan diantara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas / langka (scarcity). Dari pengertian umum tersebut dapat dinyatakan bahwa perilaku ekonomi yang timbul sebagai tanggapan terhadap dorongan keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berhadapan dengan alat-alat pemuas kebutuhan yang terbatas baik jumlahnya maupun macamnya, sehingga membuat masalah bagi manusia. Lukman (2007:5) menguraikan bahwa ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan dan bagaimana bentuk kebijaksanaan di dalamnya.

Saham merupakan salah satu instrument investasi yang banyak dipilih investor. Renny Wijaya (2013) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena mampu memberikan return yang menarik.

Supaya investasi dalam bentuk saham tersebut aman dan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal, maka investor perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian (return) saham (Hadi & Azmi, 2005).

4 Nilai tukar rupiah sangat berfluktuasi. Pada pertengahan 2008 akibat krisis subprime mortage, nilai tukar rupiah melemah hingga pertengahan 2009. Pada November 2008 nilai tukar rupiah mencapai Rp 11.711,- per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali stabil pada pertengahan 2009 sampai dengan pertengahan 2012. (Renny Wijaya, 2013)

Pada 2008, inflasi meningkat menjadi 11,06% seiring dengan menurunnya IHSG. Inflasi kemudian turun pada 2009 menjadi 2,78% dari tahun sebelumnya dan kembali naik pada 2010 menjadi 6,96%. Kenaikan inflasi pada 2008 mendorong Bank Indonesia untuk meningkatkan BI rate untuk mengendalikan inflasi. Meningkatnya inflasi pada pertengahan 2008 turut menaikkan BI rate hingga 9,5%. Pada tahun 2009 hingga 2011, inflasi cenderung turun sehingga BI

rate stabil antara 6,5-6,75%. (www.yahoofinance.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Mulai dari 451,64 pada Januari 2002 hingga 3821,99 pada Desember 2011. Adanya krisis subrime mortage yang terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan 2008 serta krisis Eropa akibat gagal bayar Yunani pada 2011 sempat membuat IHSG mengalami penurunan meski kondisi perbankan relatif kuat, utang yang relatif kecil (26,6% dari GDP),serta pertumbuhan ekonomi diatas 6%. (Astrid Angelina, 2011)

5 Jumlah uang beredar semakin banyak setiap tahunnya. Pada September 2008, jumlah uang beredar sebesar 1778,139 triliun rupiah, IHSG berada pada posisi Rp 1832,51. Pada bulan berikutnya, jumlah uang beredar sebesar 1812,490 triliun rupiah dan IHSG berada pada posisi Rp 1256,7. Kenaikan jumlah uang beredar juga terkait dengan meningkatnya BI rate yang mencapai 9,5%. (Renny Wijaya, 2013)

Tabel 1

Daftar Nilai IHSG, BI rate, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar, Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2), dan Harga Saham

Bank Mandiri Pada Tahun 2009, 2010, dan 2011

No Keterangan 2009 2010 2011 1 Harga Saham Gabungan (IHSG) Rp 2.534,356 Rp 3.703,51 Rp 3.821,99 2 BI rate 6,50% 6,50% 6% 3 Nilai Kurs Rp 9.447/9353 Rp 9.036/8946 Rp9.113/9.023 4 Inflasi 2,78% 6,96% 3,79% 5 M2 (miliar) Rp 2.141.383,70 Rp 2.471.205,79 Rp 2.877.220 6 Saham Bank Mandiri Rp 4.489,8 Rp 6.324,21 Rp 6.665,77

sumber: www.bi.go.id, www.yahoofinance.com

Dari data pada tabel diatas terlihat nilai BI rate pada tahun 2009 sebesar 6,50 %, kemudian tidak berubah pada tahun 2010 sebesar 6,50% dan kembali

6 menurun menjadi 6% pada tahun 2011. Perubahan nilai BI Rate juga diikuti dengan perubahan harga saham gabungan (IHSG) yang pada tahun 2009 ditutup sebesar 2.534,356. Namun, pada tahun 2010 IHSG mengalami peningkatan menjadi sebesar 3.703,51. Pada tahun 2011, IHSG kembali mengalami kenaikan menjadi sebesar 3.821,99.

Perubahan IHSG tidak hanya disebabkan oleh perubahan nilai BI

rate tetapi juga disebabkan oleh perubahan nilai kurs. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel diatas, IHSG cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2010 akibat tingginya nilai kurs yaitu IHSG sebesar 3.703,51 pada saat nilai kurs sebesar 9.036/8946.

Variabel yang cenderung meningkat di tiap tahunnya adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) dan tingkat inflasi. Di tahun 2009 M2 tumbuh sebesar 12,95% dan di tahun 2010 kembali meningkat pertumbuhannya sebesar 15,40%. Untuk tingkat inflasi sendiri, meski naik dari tahun 2009 ke tahun 2010 yaitu masing-masing sebesar 2,78% dan 6,96%, namun pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebesar 3,79%.

Dalam membeli saham, investor harus selalu mempertimbangkan risiko. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.

7 Investor lokal maupun internasional dapat masuk ke suatu perusahaan dengan membeli saham perusahaan yang diinginkan sesuai dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Masuknya investor ke dalam sebuah perusahaan membuat perusahaan tersebut memperoleh sumber dana tambahan, namun keputusan investor tersebut dalam berinvestasi di suatu negara tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fundamental internal suatu perusahaan saja melainkan faktor fundamental eksternal juga mempengaruhi keputusan investor.

Penelitian ini memfokuskan untuk membahas lima faktor fundamental eksternal yaitu BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar, inflasi, IHSG dan jumlah uang beredar (M2). Objek penelitian ini memfokuskan pada harga saham industri sektor perbankan yaitu Bank Mandiri. Keenam hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain yang saling mempengaruhi atau dipengaruhi yang kemudian menggerakkan roda perekonomian.

Dipilihnya Bank Mandiri sebagai objek penelitian tentu penulis mempunyai alasan tersendiri. Menurut majalah infobank, Bank Mandiri sukses mengukuhkan diri sebagai bank dengan asset terbesar di Indonesia, nilai assetnya mencapai Rp.551,89 triliun hingga pada akhir tahun 2011 atau naik sekitar 22,75 persen dari tahun sebelumnya (2010) dengan jumlah asset sebesar Rp. 449,77 triliun. Kemudian pada akhir 2012, asset Bank Mandiri berhasil tumbuh 27 persen menjadi Rp.630 triliun.

8 Hal inilah yang menjadi alasan penulis mengambil Bank Mandiri sebagai objek penelitian. Karena dari jumlah asset yang dimiliki suatu perusahaan menggambarkan bahwa performa perusahaan tersebut baik sehingga banyak investor yang membeli saham perusahaan tersebut.

Faktor eksternal pertama yang mempengaruhi harga saham yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar. Di Indonesia kurs valas mengalami perubahan setiap waktu. Apabila nilai tukar (kurs) naik maka tingkat pengembalian yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun, sehingga bagi para investor semakin rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hubungan atau pengaruh kurs terhadap Indeks Harga Saham itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham, sedangkan Indeks Harga Saham adalah dampak simultan dari berbagai kejadian utama pada fenomena-fenomena ekonomi. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung Indeks Harga Saham juga akan naik, tapi bila kurs itu melemah maka Indeks Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing khususnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menyebabkan naik turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor. (Astrid Angelina, 2011)

Kurs valas bukan satu-satunya faktor fundamental eksternal ekonomi yang mempengaruhi harga saham. Faktor lain yang turut

9 mempengaruhi yaitu BI rate. Kenaikan tingkat BI rate dapat mengakibatkan investor mengambil keputusan menarik dana mereka dari pasar modal. Sebaliknya turunnya tingkat suku bunga membuat investor akan menanamkan modalnya pada pasar modal. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi perusahaan karena perusahaan dapat mengambil kredit untuk menambah modal atau investasi dengan tingkat bunga yang rendah. (Astrid Angelina, 2011)

Inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga secara umum, dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil. Dengan adanya inflasi yang tidak bisa diprediksi maka akan memberikan dampak terhadap performa saham yang nantinya juga berdampak pada tingkat pengembalian saham. Jika inflasi naik maka nilai rupiah turun atau harga barang-barang cenderung naik, demikian pula sebaliknya (Hadi & Azmi, 2005).

Untuk IHSG mempunyai hubungan searah dengan return saham. Kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Sebaliknya, jika indeks harga saham turun, maka kebanyakan saham akan mengalami penurunan harga. (Endri, 2006)

Permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan membiayai transaksi pengeluaran yang sifatnya spekulatif. Misalnya membeli surat berharga (obligasi) atau saham. Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga. Artinya, semakin tingi suku bunga semakin sedikit

10 jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya. Sehingga jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja saham. (Astrid Angelina, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hadi dan Azmi (2005) pada 7 perusahan yang bergerak disektor perdagangan menunjukkan terdapat hubungan negatif antara nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap tingkat pengembalian.

Eka Widiyanti (2011) melakukan analisa yang hasilnya perubahan tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham sektor perbankan. Sedangkan perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham sektor perbankan.

Astrid Angelina (2011) juga melakukan analisa BI rate, kurs, inflasi, IHSG dan jumlah uang beredar (M2) terhadap stock return

Bank Rakyat Indonesia. Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa IHSG adalah faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham pada BRI, sedangkan variabel lainnya menunjukkan

bahwa BI rate, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham BRI.

Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan Afdhalul Amri (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah/USD dan tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif

11 terhadap harga saham bank persero. Sementara tingkat suku bunga BI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham bank persero.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis ingin mengangkat judul “Analisis Pengaruh Perubahan BI Rate, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Inflasi, IHSG dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Tingkat Pengembalian Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah perubahan tingkat BI rate, nilai tukar rupiah terhadap dolar (kurs), inflasi, IHSG, jumlah uang beredar (M2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?

2. Apakah perubahan BI rate mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?

3. Apakah perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar (kurs) mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?

4. Apakah perubahan inflasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?

12 5. Apakah perubahan IHSG mempunyai pengaruh terhadap tingkat

pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?

6. Apakah perubahan jumlah uang beredar (M2) mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ?

C. Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan beberapa masalah penulis mempunyai beberapa tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh perubahan BI rate secara parsial (individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

2. Untuk menganalisis pengaruh perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar atau kurs secara parsial (individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

3. Untuk menganalisis pengaruh perubahan inflasi secara parsial (individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

4. Untuk menganalisis pengaruh perubahan IHSG secara parsial (individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

5. Untuk menganalisis pengaruh perubahan jumlah uang beredar (M2) secara parsial (individu) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

13 6. Untuk menganalisis pengaruh perubahan BI rate, nilai tukar

rupiah terhadap dolar (kurs), inflasi, IHSG, dan jumlah uang beredar (M2) secara simultan (bersama-sama) terhadap tingkat pengembalian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi penulis dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, yaitu:

1. Menjadi masukan bagi praktisi bisnis dan investor dalam mengambil keputusan berkaitan kebijakan yang tepat untuk melakukan investasi 2. Dapat memperkaya pemahaman mengenai konsep-konsep yang telah

dipelajari dengan membandingkannya dalam praktik investasi khususnya berkenaan dengan tema tingkat pengembalian saham perbankan.

3. Penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi penelitian lebih lanjut berkenaan dengan topik penelitian ini.

4. Menambah referensi dalam menilai kondisi tingkat pengembalian sebuah bank yang baik.

14

Dokumen terkait