• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

“Kesehatan itu mahal harganya” atau “lebih baik mencegah daripada

mengobati”. Ya, itu adalah beberapa contoh kata-kata yang sering kita dengar baik dari para pemerhati kesehatan, orang tua, dan siapapun. Akan tetapi perlu kita ketahui, banyak sekali jenis–jenis penyakit yang mengancam nyawa kita. Baik yang kita sadari maupun tidak dalam pencegahannya, dan cepat atau lambat penyakit tersebut akan terdeteksi oleh kita. Beberapa penyakit yang dapat cepat terdeteksi secara dini sehingga kita dapat lebih mudah dalam memanggulangi ataupun mengobati penyakit tersebut, yaitu : batuk, influenza, asma, penyakit kulit, dll. Lalu ada beberapa penyakit yang tidak menunjukan gejala – gejalanya secara langsung dan terkadang kitapun tidak menyadari bahwa kita sudah terjangkit penyakit tersebut dan beberapa diantaranya dapat menimbulkan kematian, yaitu : jantung, tumor, kanker, diabetes, dll.

Untuk yang terakhir yang penulis sebutkan yaitu diabetes, penderita diabetes melitus diseluruh dunia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan yang cukup drastis. Diperkirakan 350 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes ini, dan bahkan yang lebih memperihatinkan lagi, lebih dari sekitar 80% kematian diakibatkan oleh penyakit ini terjadi di negara-negara miskin dan berkembang.

Menurut data dari World Health Organization atau WHO, data penderita diabetes di Indonesia pada tahun 1994 mencapai angka 2,5juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah penderitanya meningkat menjadi sekitar 4 juta jiwa dan menempatkan Indonesia sebagai negara ke-4 penderitas diabetes di dunia. Lalu setahun kemudian, data penderita diabetes di Indonesia kembali naik menembus angka 5 juta jiwa. Dan yang lebih mengejutkan menurut badan statistika Indonesia pada tahun 2003, jumlah penderita diabetes di Indonesia adalah 133 jiwa untuk usia dibawah 20 tahun. Dan secara global, jumlah penderita diabetes terbanyak yaitu diabetes tipe 2, dimana tipe 2 ini disebabkan oleh gaya hidup yang kurang terkontrol, tidak berolah raga sehingga menimbulkan penumpukan cadangan gula dalam tubuh. Dan bukan dikarenakan faktor genetik seperti pada diabetes tipe 1.Di sisi lain, dari sisi ekonomi dan bisnis semakin banyak peluang untuk menjual produk yang ditujukan untuk penyembuhan diabetes maupun penanggulangan diabetes. Banyak perusahaan yang berlomba-lomba menjual produk maupun jasanya dengan value sebagai obat maupun penanggulangan penyakit diabetes.

Seperti yang tercantum dalam web www.penyebabdiabetes.comsalah satu penyebab terjadinya penyakit diabetes adalah penyakit diabetes ini tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), tetapi juga dipengaruhi oleh beberarapa faktor lain yang multi-kompleks, antara lain kebiasaan hidup dan lingkungan. Orang yang tubuhnya membawa gen diabetes, belum tentu akan menderita penyakit gula, karena masih ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini pada seseorang, yaitu antara lain makan

yang berlebihan/kegemukan, kurang gerak atau jarang berolah raga dan kehamilan.

Salah satu faktor yang sangat mendominasi menjadi penyebab diabetes melitus adalah dengan makan yang berlebihan akan menyebabkan gula dan lemak dalam tubuh menumpuk secara berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar pankreas terpaksa harus bekerja ekstra keras untuk memproduksi hormon insulin untuk mengolah gula yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon insulin yang terus bertambah, maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan akan masuk kedalam darah serta urine (air kencing). Data statistik menunjukan bahwa 70% dari total penderita diabetes melitus, merupakan orang yang memiliki berat badan berlebih (obesitas) dengan kata lain gula yang terendap didalam tubuh semakin banyak dan semakin banyak lagi apabila ditambah dengan asupan makanan maupun minuman yang memiliki kadar gula yang berlebih.

Menurut www.ditjenbun.pertanian.go.idKebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi langsung rumah tangga maupun industri akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2014 kebutuhan gula nasional mencapai 5,700 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut diupayakan meialui Program Swasembada Gula Nasional. Secara kuantitatif sasaran yang ingin kita raih adalah tercapainya Swasembada Gula Nasional pada tahun 2014 dengan target produksi sebesar 3,571 juta ton dari

existing dan 2,129 juta ton dari perluasan dan pembangunan PG baru,” ujar

Kehumasan Direktorat Jenderal Perkebunan yang diselenggarakan tanggal 23-25 Maret 2011 di Semarang, Jawa Tengah.

Jika dapat kita tarik kesimpulan dari sumber diatas adalah konsumsi gula masyarakat Indonesia yang tinggi dan bertambah setiap tahunnya menunjukan semakin besarnya pula peluang masyarakat Indonesia terkenadiabetes melitus

apabila tidak di imbangi dengan gaya hidup sehat yang harus mereka lakukan. Akan tetapi dari sisi lain dengan data tersebut dapat menjelaskan luasnya ataupun besarnya peluang produk-produk yang memiliki nilai besar pada kesehatan dan gaya hidup sehat untuk dapat masuk menggantikan gula sebagai komoditas utama dalam pasar perdagangan di Indonesia

Dan dengan semakin berkembangnya persaingan pada dunia bisnis di Indonesia saat ini yang semakin ketat, maka kebijakan dan strategi dari perusahaan-perusahaan juga mengalami semakin banyak inovasi dan kreatifitas, sebuah kepercayaan dan loyalitas dari konsumen sangatlah berarti bagi perusahaan dan tentunya dengan penjualan yang dilakukan, perusahaan ingin mendapat profit atau keuntungan yang maksimal.

Peran pemasaran sangat penting bagi sebuah perusahaan, seperti yang

dikemukakan Kotler dan Keller (2007) “keberhasilan keuangan sering

tergantung pada kemampuan pemasaran. Operasi keuangan, akunting, dan fungsi bisnis lainnya sesungguhnya tidak berarti kalau tidak ada permintaan

akan produk dan jasa sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba.” (Kotler

dan Keller, 2007:4). Dengan kata lain pemasaran merupakan ujung tombak bagi sebuah perusahaan. Semakin dinamisnya dunia pemasaran, serta

mengingat penduduk Indonesia yang konsumtif maka menjadi sasaran

“empuk” para pebisnis untuk menawarkan dan menjual produk ataupun jasanya untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Mereka juga menyadari bahwa keuntungan semata tidaklah cukup untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnisnya, maka berbagai cara dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan kelanjutan bisnisnya.

Dalam memenangkan sebuah persaingan industri adalah dengan mengetahui perilaku konsumen yang dijadikan target. Banyak cara untuk dapat mengetahui perilaku konsumen salah satunya adalah dengan cara mengetahui kebutuhan dan keinginan mereka. Atau dengan para produsen mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat mempengaruhi para konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka. Dengan banyaknya hal yang melatar belakangi konsumen dalam mengkonsumsi produk kesehatan,terutama produk pemanis pengganti gula ini, maka menuntut setiap produsen produk pemanis pengganti gula ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mereka dalam mengkonsumsi produk pemanis pengganti gula tersebut. Untuk itulah diperlukan sebuah riset atau penelitian yang mengkaji sebuah permasalahan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mereka dalam mengkonsumsi produk pemanis pengganti gula.

Dalam penelitian ini, agar dapat mempersempit sebuah permasalahan mengenai konsumen yang selalu mengkonsumsi pemanis pengganti gula terutama berbahan dasar stevia, maka perlulah dipilih sebuah produk yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini. Dari sekian banyak produk dan

merek dipasar lokal, maka peneliti mengambil produk pemanis pengganti gula berbahan dasar stevia yang sudah ternama yaitu Stevigrow Sweetener sebagai objek dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa apakah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan produk atau mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi produk pemanis stevia atau pemanis pengganti gula ini.

Dalam sebuah artikel yang bersumber dari internet (http//manbisnis, Tripod.com. 2005), dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, dalam proses pengambilan keputusan konsumen tidak bisa terjadi dengan sendirinya, melainkan sebaiknya masalah banyak faktor yang melingkupi pengambilan keputusan tersebut yang meliputi; faktor kebudayaan, faktor demografis, faktor sosial, faktor individu, dan faktor psikologis yang sangat kuat akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Stevia adalah sebuah genus dari sekitar 240 spesies dari ramuan dan semak dalam keluarga bunga matahari (Asteraceae), asli subtropis dan daerah tropis dari barat Amerika Utara ke Amerika Selatan. Sebagai pemanis dan gula pengganti, rasa stevia memiliki onset lambat dan durasi yang lebih lama daripada gula, dan beberapa ekstrak yang mungkin memiliki pahit ataulicoricesepertiaftertastepada konsentrasi tinggi. Dengan sari steviol glikosida yang memiliki manis gula hingga 300 kali, stevia telah menarik perhatian dengan meningkatnya kebutuhan karbohidrat rendah, pemanis

rendah gula. Karena stevia memiliki efek yang dapat diabaikan pada glukosa darah yang menarik bagi orang-orang pada diet karbohidrat dikendalikan.

Ketersediaan stevia bervariasi dari satu negara ke negara. Di beberapa negara, telah tersedia sebagai pemanis selama beberapa dekade atau abad. Di Jepang, 30% penduduknya sudah mengkonsumsi stevia setiap hari.

Stevigrow Sweetener adalah salah satu pelopor produk pemanis bebas kalori berbahan dasar stevia di Indonesia. Pada saat awal perkembangan produk ini respon dari masyarakat mengalami pasang dan surut hal ini dikarenakan masyarakat masih merasa asing dengan pemanis pengganti gula yang bebas kalori, mungkin didalam benak masyarakat masih tertanam produk seperti ini adalah pemanis buatan berkalori tinggi dana dapat merusak kesehatan padahal tidak. Seiring berjalannya waktu pemahaman masyarakat akan produk pemanis pengganti gula yang bebas kalori pun mulai menemui jalan keluar. Masyarakat mulai memahami apa itu stevia, apa yang terkandung didalamnya walaupun belum banyak masyarakat yang mengetahui secara kesesluruhan. Stevigrow Sweetener semakin terus tumbuh. Sampai ditemukannya pesaing-pesaing, seperti stevisweet, sugarleaf,dll.

Dalam beberapa tahun terakhir penjualan Stevigrow Sweetener mengalami kenaikan. Hal itu didukung oleh penjelasan pada Gambar dibawah ini yang menunjukan peningkatan penjualan Stevigrow Sweetener :

Sumber : dokum Dari gambar Sweetener dari ta 10.000.000 menja terbalik dengan p Kenaikan pendapa Stevigrow Swee masyarakat akan pr Tabel di bawa kalori, yaitu: IDR -IDR 5 IDR 10 IDR 15 IDR 20 IDR 25 IDR 30 Gambar 1.1

Grafik Penjualan Stevigrow Sweetener

: dokumentasi perusahaan (datadiolah)

bar 1.1 diatas dapat dilihat grafik peningka tahun 2013 sampai 2015 terus mengalami ke njadi Rp. 30.000.000 pada tahun 2015. D

pesaingnya yaitu Sugarleaf yang terus menga ndapatan ini tidak dapat dipungkiri dikarenakan

eetener yang tetap terjaga dan semakin n produk tersebut.

wah ini menunjukan beberapa pesaing pemani sugarleaf stevigrow sweetener IDR 5 IDR 10 IDR 15 IDR 20 2013 2014 2015 ner ngkatan Stevigrow kenaikan dari Rp. . Dan berbanding ngalami penuruan n kualitas produk kin mengenalnya

anis stevia bebas stevigrow sweetener

sugarleaf

stevigrow sweetener

Tabel 1.1

Brand stevia di Indonesia vs produk asing

Brand Lokal Brand Asing

Stevigrow Sweetener Pure Circle

Naturstev SweetLeaf

Sugarleaf Stevia In The Row

Sumber : data perusahaan (2014)

Dari table diatas menunjukan pemetaan persaingain di dunia bisnis dalam produk pemanis stevia bebas kalori. Menunjukan semakin berkembangnya bisnis stevia ini, untuk diluar negeri brand-brand yang ditawarkan lebih beragam dan memiliki keunggulan masing-masing. Dan untuk persaingan dalam negeri masih belum ramai, akan tetapi jika tidak terus meningkatkan kualitas maka produk lokal pun yang hanya sedikit jenisnya bisa tergerus oleh persaingan merek-merek luar.

Berdasarkan dari hasil-hasil yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa sangat banyak faktor yang mempengaruhi atau melatar belakangi sebuah perilaku konsumen dalam mengambil sebuah keputusan pembelian terhadap suatu produk baik itu berupa berwujud atau yang tidak berwujud (jasa).

Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli Stevigrow Sweetener sangatlah penting, dikarenakan dari segi kesehatan masih banyak penderita diabetes yang belum mengetahui secara lengkap tetang stevia yang dapat digunakan sebagai salah satu obat atau pencegah atau dengan kata lain sebagai

solusi bagi penderita diabetes yang menginginkan rasa manis dan aman untuk dikonsumsi dan memiliki manfaat yang tidak sedikit. Dari segi bisnis jika dapat mengarahkan calon konsumen untuk berpindah dari konsumsi gula menjadi konsumsi gula stevia maka dapat dibayangkan berapa pendapatan perusahaan yang bisa diraih jika konsumsi gula nasional sebesar 5.700juta ton / tahun berpindah menjadi mengkonsumsi Stevigrow Sweetener. Dan dari segi akademis penelitian ini menjadi penting karena dapat menjadi dasar acuan untuk penelitan tentang produk stevia lainnya dalam hal keputusan pembelian atas dasar latar belakang masalah tersebut saya sebagai penulis ingin mengambil sebuah judul untuk penelitian dengan judul “PENGARUH PRODUK, HARGA, BUDAYA DAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK STEVIGROW SWEETENER (STUDY KASUS PADA MASYARAKAT TANGERANG SELATAN)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh produk terhadap keputusan pembelian? 2. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian? 3. Apakah terdapat pengaruh budaya terhadap keputusan pembelian? 4. Apakah terdapat pengaruh sosial terhadap keputusan pembelian?

5. Apakah terdapat pengaruh produk, harga, budaya dan sosial terhadap keputusan pembelian?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh produk terhadap keputusan pembelian. 2. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan pembelian. 3. Untuk menganalisis pengaruh budaya terhadap keputusan pembelian. 4. Untuk menganalisis pengaruh sosial terhadap keputusan pembelian. 5. Untuk menganalisis pengaruh produk, harga, budaya dan sosial

terhadap keputusan pembelian. D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka terdapat beberapa manfaat yang akan didapatkan. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat melihat sejauh mana penerapan teori yang diperoleh selama kuliah dengan praktek yang sebenarnya terjadi. Dan menjadi tambahan pengalaman tersendiri dalam menyusun sebuah karya tulis dalam penelitian

b. Bagi Perusahaan

memungkinkan dapat dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan dalam mengambil keputusan saat ini maupun masa yang akan datang c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi yang berguna terhadap dunia pendidikan dan berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut jika berminat.

d. Bagi Konsumen

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada konsumen dalam membentuk keputusan pembelian terhadap suatu produk

.

E. Metode Penelitian

Metode pengumpulan akan dilakukan dengan dua cara, baik melalui data-data primer maupun dengan data-data-data-data sekunder. Metode pengumpulan data-data primer dilakukan melalui penelitian kuantitatif : dilakukan melalui survey dengan menyebarkan kuesioner kepada semua responden yang berada dalam target populasi yang telah ditetapkan.

Sedangkan metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu pencarian data-data melalui studi kepustakaan, yaitu pencarian data-data melalui buku referensi, artikel, jurnal, serta browsing internet. Dimana pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk memperoleh data tambahan yang digunakan sebagai penunjang pengumpulan data primer.

Dokumen terkait