• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedelai merupakan tanaman utama dalam sistem palawija di Indonesia. Kedelai merupakan sumber pangan masa depan yang penting, karena memiliki manfaat sangat luas. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pangan manusia, kedelai juga merupakan makanan ternak penting dan bahan mentah bagi industri. Kedelai merupakan komoditi yang mempunyai nilai strategis dalam skala perekonomian nasional, karena mampu mensuplai kebutuhan gizi masyarakat berpenghasilan rendah dan juga merupakan sumber pendapatan bagi petani.Kedelai mempunyai peran dan sumbangan yang besar bagi penyediaan bahan pangan bergizi bagi penduduk dunia, sehingga disebut sebagai “Gold from the soil” (Emas yang muncul dari tanah) dan juga disebut sebagai “The World’s Miracle”, karena kandungan proteinnya kaya akan asam amino(Laily et al., 2014).

Produktivitas kedelai (Glycine max L.) di Indonesia kurang maksimal, sehingga diperlukan perlakuan yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Kebutuhan kedelai setiap tahunnya ± 2.300.000 ton biji kering dalam kurun waktu lima tahun (2010-2014), tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini baru mampu sebanyak 783.158 ton atau 34,05%, sehingga kekurangan tersebut harus dipenuhi dari impor (Sundarsih dan Kurniati, 2009).

Untuk peningkatan produksi kedelai guna memenuhi kebutuhan juga perlu dilakukan pemuliaan untuk memperbaiki karakter tanaman. Peningkatan produksi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain melalui usaha pemuliaan tanaman yaitu dengan induksi mutasi. Mutasi bisa dihasilkan oleh beberapa agen

mutagenik seperti radiasi, non radiasi maupun kimia. Sumber radiasi yang sering digunakan adalah sinar X, sinar gamma, ultra-violet. Radiasi sinar gamma dapat dipancarkan oleh Co60, Cs137 dan lain-lain. Sinar gamma mempunyai kemampuan penetrasi yang cukup kuat ke dalam jaringan tanaman. Dosis sinar gamma untuk mutasi pada kedelai adalah 10-20 kRad (Purba et al., 2011). Mutasi merupakan

salah satu cara meningkatkan keragaman genetik tanaman. Keragaman genetik tanaman diperlukan untuk dapat melakukan seleksi dalam memperoleh varietas unggul tanaman.

Proses pertumbuhan tanaman memerlukan beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan, salah satunya unsur radiasi matahari.Unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yangditerima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daundalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahayaberakibat

terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya lajufotosintesis dan sintesis karbohidrat (Djukri dan Purwoko, 2003). Intensitas dan panjang penyinaran dari matahari akan mempengaruhi laju fotosintesis tanaman berhubungan dengan kehijaun daun dan klorofil pada daun yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi tanaman.

Berdasarkan penelitian Sibarani (2014) dan Mustaqim (2015) dalam usaha pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan proses iradiasi. Namun keberhasilan terjadinya mutasi dipengaruhi oleh dosis iradiasi yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa dosis iradiasi yang diberikan untuk tanaman kedelai tidak terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan pertumbuhan yang

abnormal pada tanaman dan produktivitasnya cenderung menurun. Pada tanaman dengan dosis iradiasi 100 Gray berpotensi untuk dilanjutkan dan dilakukan pengamatan parameter genetik. Setelah penelitian Sibarani (2014) mengenai respon morfologi tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) varietas Anjasmoro

terhadap beberapa iradiasi sinar gamma, kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut pada generasi M2 oleh Mustaqim (2015) mengenai keragaman morfologi dan genotif tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) hasil iradiasi sinar gamma dan diperoleh hasil bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M2 dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong,jumlah biji,bobot biji pertanaman,bobot 100 biji. Pada populasi 100 Gy jumlah produktivitas tanaman semakin meningkat dan pada populasi 300 Gy umur berbunga menjadi semakin lama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengamatan parameter genetik pada generasi M3 tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) berdasarkan tingkat kehijauan dan produksi tinggi. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan seleksi individu terpilih generasi M3 berdasarkan tingkat kehijauan daun dan produksi tinggi.

Hipotesa Penelitian

Terdapat nilai parameter genetik berbeda berdasarkan tingkat kehijauan daun dan produksi tinggi pada masing-masing populasi iradiasi.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

SALMAN ALFARISI S : Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Berdasarkan Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi, dibimbing oleh DIANA SOFIA HANAFIAH dan EMMY HARSO KARDHINATA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai parameter genetik pada generasi M3 berdasarkan tingkat kehijauan daun dan produksi tinggi. Penelitian ini dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 meter dpl) pada bulan Agustus 2015 sampai dengan Desember 2015. Adapun metode yang digunakan yaitu RAK non faktorial dengan 3 taraf 100, 200 dan 300 Gy. Parameter genetik yang diamati adalah nilai heritabilitas, koefisien keragaman genotipe (KKG) dan koefisien keragaman fenotipe (KKF) dari masing-masing karakter agronomi yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M3 pada dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji. Tingkat Kehijauan daun pada populasi 200 Gy relatif stabil dari fase V5 hingga R6 dimana jumlah cabang produktif lebih banyak dapat menghasilkan produksi tinggi terlihat dari jumlah polong, jumlah biji, serta bobot biji semakin meningkat. Pada populasi 300 Gy umur berbunga serta umur panen menjadi semakin lama.

ABSTRACT

SALMAN ALFARISI S : Observation of the genetic parameters on generation of M3 soybean plants (Glycine max L. Merril,) based on the level of leaves greenness and high production Supervised by DIANA SOFIA HANAFIAH and EMMY HARSO KARDHINATA.

The aims of the research to determine the value of genetic parameters of generation of M3 soybean plant (glycine max L Merril). The research was conducted in experimental field faculty of Agriculture USU (± 25 m asl) in Agustus 2015-Desember 2015. The method used is one way randomized blocks with three levels, namely 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy. The genetic parameters observed is the value of heritability, the coefficient of genotypes variation and the coefficient of phenotypes variation of each agronomic characters were observed. The result showed that the irradiation of gamma rays on generation M3 at a dose : 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy affect the character of days to flowering, harvesting, plant height, the number of productive branches, the number of pods, the number of seeds, seed weigth per plant, weigth of 100 seeds. The level of leaves greenness on population 200 Gy relatively stable from the phase V5 to R6 where the number of branches earning more able to yield high productivity on number of pods, number of seeds, seed weight per plant increased and on the population 300 Gy time of flowering as well as time of harves become longer.

PENGAMATAN PARAMETER GENETIK PADA GENERASI M3

Dokumen terkait