• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. (Merrill.)) Berdasarkan Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. (Merrill.)) Berdasarkan Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T.2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Atman. 2009. Strategi Peningkata Produksi Kedelai di Indonesia. J. Imiah Tambua Vol 8 (1) : 39-45.

Barus, J. 2013. Potensi Pengembangan dan Budidaya Kedelai pada Lahan Suboptimal di Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung.

BATAN. 2006. Kelompok Pemuliaan Tanaman. Diakses melalui http://www.batan.go.id/p3tir/pertanian/pemuliaan/pemuliaan.htm. Diakses Pada tanggal 19 Juli 2015.

Campbell, N.A, J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan) Erlangga, Jakarta.

Hanafiah, D. S. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Mentimun (Cucumis sativus L) dengan Mutagen Kolkhisin. Repositori Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hanafiah, D. S., S. Trikosoeningtyas, D. Yahya, dan Wirnas. 2010. Studi Radiosensitivitas Kedelai (Glycine max L(Merril)) Varietas Agromulyo Melalui Iradiasi Sinar Gamma. J. Bionatura Vol 12 (2) : 105- 111.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Hendriyani, I. S dan N. Setiari. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. J. Sains & Mat. Vol 17(3): 145-150.

Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill). Universitas Padjajaran, Bandung.

Laily, D. W., Syafrial, dan Heriyanto. 2014. Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Penghematan Devisa Negara dari Perdagangan Internasional Kedelai Indonesia. Jurnal. Universitas Brawijaya, Malang.

Meirina, T., D. Sri, dan H. Sri. 2008. Produktivitas kedelai (Glycine max (L) Merrill var Lokal) yang Diperlakukan Dengan Pupuk Organik Cair Lengkap Pada Dosis dan Waktu Pemupukan Yang Berbeda. Universitas Diponegoro, Semarang.

(2)

Muhuria, L., N. T. Kartika, K. Nurul, Trikoesoemaningtyas, dan S. Didy. 2006.

Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Intensitas Cahaya

Rendah : Karakter Daun untuk Efisiensi Penangkapan Cahaya. J. Bul. Agron Vol. 34(3). 133 – 140.

Mustaqim, I. 2015. Keragaman Morfologi danGenotif Tanaman Kedelai

(Glycine max L. Merrill) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nasaruddin dan Parawansa. 2010. Pertumbuhan dan Evaluasi Kandungan Nitrogen Melalui Indikasi Warna Daun pada Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Belum Menghasilkan. J. Agrisistem Vol 6 No 2. 65-76.

Oktavina, Z. 2011. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hibrid Dendrobium schulerii x May Neal Wrap secara in vitro. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Permata, J. D. 2002. Analisa Sistem Agribisnis Kedelai. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Purba, K. R., S.B. Eva, dan N. Isman. 2013. Induksi Mutasi Radiasi Sinar Gamma Pada Beberapa Varietas Kedelai Hitam (Glycine mac (L) Merril). J. Online Agroekotek Vol 1 (2) : 154-165.

Ritonga, A. W. dan D. Sukma. 2009. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaan Dua Varietas Aglaonema. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ratma, R dan A.M. R. Sumanggono. 1998. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Mutasi Klorofil dan Variasi Genetik Sifat Agronomi pada Tanaman Kedelai. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN.

Steenis, V. C. G. G. J., den Hoed, D.,Bloembergen, S., dan Eyma, P.J., 2003. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Edisi Kesembilan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Suharni, S. 2004. Evaluasi Morologi, Anatomi, Fisiologi Dan Sitologi Tanaman Rumput Pakan Yang Medapat Perlakuan Kolkhisin. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Sundarsih dan Y. Kurniati. 2009. Pengaruh Waktu dan Suhu Perendaman Kedelai Pada Tingkat Kesempurnaan Ekstraksi Protein Kedelai Dalam Pembuatan Tahu. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.

(3)

Syukur, S. 2000. Efek Iradiasi Gamma pada Pembentukan Variasi Klon dari Catharantus roseus [L.] Don. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Biochemistry Biotechnology Lab. Andalas University Padang. Padang. 33-37.

Wagadara, M. 2008. Pengaruh Sinar Gamma Pada Buah Terhadap Keragaan Tanaman Anthurium (Anthurium andreanum). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(4)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas

permukaan laut, yang di mulai dari bulan Agustus 2015 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai hasil

radiasi sinar gamma Anjasmoro yang merupakan benih generasi ke-3 , dengan

taraf 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy sebagai objek yang diamati, kapur dolomit

sebagai bahan tambahan untuk menggemburkan dan menetralkan pH tanah, pupuk

kandang sebagai tambahan bahan organik, pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP),

insektisida untuk mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur,

dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel, handsprayer

sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, timbangan analitik, gembor,

meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis,

kalkulator, kertas label dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan benih M3 Anjasmoro hasil dari perlakuan

iradiasi sinar gamma (I) dengan 3 taraf, yaitu :

P0 = Benih A0(Anjasmorodengan perlakuan kontrol)

P1 = Benih M3A100(Anjasmoro hasil dari perlakuan dosis radiasi 100 Gray)

P2=Benih M3A200(Anjasmoro hasil dari perlakuan dosis radiasi 200 Gray)

(5)

Jarak Tanam : 40 cm x 20 cm

Jumlah plot : 16 plot

Ukuran plot : 100 cm x 100 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij = µ + ρi + αj + Σij

Yij = Hasil pengamatan blok ke-i akibat perbedaan aksesi tanaman jenis ke-j µ = Nilai tengah

ρi = Efek dari blok ke-i

αj = Efek perbedaan aksesi tanaman dari jenis ke-j

Σij = Galat percobaan dari blok ke-i dan aksesi tanaman jenis ke-j

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, perlakuan yang nyata

dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf α=5% (Steel dan Torrie, 1995).

Heritabilitas σ² G

h² = --- σ ² P

σ ² G = varians Genotipe

σ ² P = varians Fenotipe

Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :

h2 > 0,5 : tinggi

h2 0,2 – 0,5 : sedang

h2< 0,2 : rendah

(6)

Koefisien Keragaman Genotipe (KKG)

σ²G = akar kuadrat varians genotipe

X = nilai contoh suatu sifat

Kriteria pembagian koefisiensi keragaman genotipe menurut Murdaningsih (1988

dalam Masnenah, 1997) sebagai berikut :

1. Rendah (KKG = 0 %-6.8%)

2. Agak Rendah (KKG= 6.9 %- 13.6 %)

3. Agak tinggi (KKG = 13.7 %- 22%)

4. tinggi (KKG > 22 %)

Koefisien Keragaman Fenotipe (KKF)

σf = akar kuadrat varians fenotipe

X = nilai contoh suatu sifat

Sedangkan kriteria pembagian koefisiensi keragaman fenotipe sebagai berikut:

1. Rendah (KKF = 0 % -5.4%)

2. Agak Rendah (KKF= 5.5 % - 10.84 %)

3. Agak tinggi (KKF = 10.85 % - 16%)

(7)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma,

sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan

sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air.

Kemudian dibuat bedengan atau plot dengan ukuran 80 cm x 200 cm, kemudian

dibuat saluran drainase antar plot atau bedengan dengan lebar 50 cm. Bedengan

diolah menggunakan cangkul dan digemburkan pada tahap ke-2 dicampur dengan

kompos .

Penanaman

Benih kedelai M3 dengan 4 taraf, yaitu 0 Gy (Kontrol), 100 Gy, 200 Gy

dan 300 Gy di rendam dalam air selama + 15 Menit. Lubang tanam dibuat dengan

menggunakan tugal sedalam ± 3cm, dengan jarak tanam 40cm x 20cm. Dimana

setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji per lubang tanam kemudian ditutupi

dengan kompos atau top soil.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman sesuai dengan dosis

anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg Urea/ha (0,625 g/lubang tanam),

200 kg TSP/ha (1,25 g/lubang tanam) dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/lubang tanam).

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari,

(8)

Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membebaskantanaman dari tanaman

pengganggu (gulma).Penyiangan dapat dilakukan dua kali tergantung kondisi,

yaitu padasaat tanaman berumur 2-3 minggu dan 5-6minggu setelah tanam,

tergantung pada keadaangulma.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan

menyemprotkan insektisida dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan

pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida dengan dosis 2 cc/liter.

Pengendalian disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Panen

Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan

menggunakan tangan. Panen dilakukan pada tanaman yang berumur 76 – 85 hari.

Kriteria panen kedelai ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning

kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya

serangan hama dan penyakit.

Parameter Pengamatan Kehijauan Daun

Pengukuran tingkat Kehijauan daun dilakukan pada saat V5 (masa

vegetatif tertinggi sebelum memasuki fase generatif) dan R6 (masa pementukan

biji penuh dalam polong) dengan menggunakan alat yaitu, klorofil meter.

Umur Tanaman Berbunga (hari)

Pengamatan umurtanaman berbunga diamati tiap tanaman dilakukan

(9)

Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai

warna polong matang 90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada

polong.

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman kedelai dilakukan hingga titik tumbuh batang

utama pada akhir penelitian dengan menggunakan meteran.

Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang)

Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan

dilakukan pada saat panen.

Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong)

Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang

berisi sempurna pada tiap tanaman.

Jumlah Biji per Polong (biji)

Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat

dalam satu polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi sempurna.

Caranya polong dibuka dan biji didalamnya dihitung tiap polong per tanaman.

Bobot 100 Biji (g)

Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering

ditimbang dari setiap tanaman.

Bobot Biji per Tanaman (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji per tanaman dari

masing-masing perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kehijauan Daun

Hasil pengamatan kehijauan daun beserta analisis sidik ragam dapat dilihat

pada Lampiran 6 dan Lampiran 7 diketahui bahwa pada tanaman kedelai

anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak berbeda

nyata terhadap peubah amatan tingkat kehijauan daun pada pengamatan masa

vegetatif (V5), tetapi berbeda nyata pada pengamatan masa gen eratif (R6).

Tabel 1. Rataan pengamatan tingkat kehijauan daun pada masa vegetative (V5) dan masa generatif (R6) dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan

Minggu pengamatan

Masa Vegetatif (V5) Masa Generatif (R6)

A0 39,12 49,36a

M3A100 39,08 44,29c

M3A200 39,67 45,90b

M3A300 37,61 43,86c

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Berdasarkan Tabel 1 pengamatan tingkat kehijauan daun pada masa

generatif (R6) dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada A0

(49,36) yang berbeda nyata dengan M3A200 (45,90) yang berbeda nyata

denganM3A100 (44,29) dan M3A300 (43,86) .

Umur Berbunga Tanaman (HST) dan Umur Panen (HST)

Hasil pengamatan umur berbunga tanaman beserta analisis sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 8 dan hasil pengamatan umur panen tanaman beserta

analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil sidik ragam

(11)

dosis iradiasi sinar gamma berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga dan

umur panen tanaman.

Tabel 2. Rataan pengamatan umur berbunga tanaman (HST) dan umur panen tanaman (HST) dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)

A0 35,20b 89,25b

M3A100 36,50a 89,95b

M3A200 36,60a 89,80b

M3A300 36,75a 100,05a

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Berdasarkan Tabel 2 pengamatan umur berbunga tanaman dapat dilihat

bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A300 (36,75 HST), M3A200

(36,60 HST), dan M3A100 (36,50 HST) yang berbeda nyata terhadap A0 (35,20).

Sedangkan untuk umur panen tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan

tertinggi terdapat pada M3A300 (100,05 HST) yang berbeda nyata terhadap M3A100

(89,95 HST), M3A200 (89,80 HST) dan M3A0 (35,20 HST).

Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Cabang Produktif per Tanaman

Hasil pengamatan tinggi tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat

pada Lampiran 10. Sedangkan hasil pengamatan jumlah cabang tanaman beserta

analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil sidik

ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil

perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak nyata terhadap parameter tinggi

(12)

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang

A0 54,22 4,3c

M3A100 56,63 7,9b

M3A200 54,18 9,7a

M3A300 49,39 6,7b

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Berdasarkan Tabel 3 pengamatan tinggi tanaman dapat dilihat bahwa

perlakuan iradiasi sinar gamma dengan taraf yang berbeda tidak nyata terhadap

tinggi tanaman kedelai anjasmoro. Sedangkan pada pengamatan jumlah cabang

tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200 (9,7)

yang berbeda nyata terhadap M3A100 (7,9), M3A300 (6,7) dan A0 (4,3) tetapi pada

perlakuan M3A100 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3A300.

Jumlah Polong

Hasil pengamatan polong berisi 1 tanaman beserta analisis sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui pada

generasi M3 jumlah polong berisi 1, 2, 3,dan 4 berbeda nyata. Rataan jumlah

polong berisi 1, 2, 3 dan 4 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan polong berisi tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan polong isi 1 polong isi 2 polong isi 3 polong isi 4

A0 7,6b 36,6c 27,35b 0b

M3A100 9,25b 61,75b 38,9a 0,25ab

M3A200 16,3a 85,65a 42,75a 0,65a

M3A300 8,9b 53,2b 28,2b 0,35ab

(13)

Berdasarkan Tabel 4 pengamatan polong berisi 1 tanaman dapat dilihat

bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200 (16,3) yang berbeda nyata

terhadap M3A100 (9,25), M3A300 (8,9) dan A0 (7,6) tetapi pada perlakuan M3A100

berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3A300 dan A0. Pada polong berisi 2

tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200

(85,65) yang berbeda nyata terhadap M3A100 (61,75) dan A0 (36,6) tetapi pada

perlakuan M3A0 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3A300. Pada polong

berisi 3 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada

M3A200 (42,75) yang berbeda nyata terhadap M3A300 (28,2) dan A0 (27,35) tetapi

pada perlakuan M3A200berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3A100. Serta

polong berisi 4 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat

pada M3A200 (0,65) yang berbeda nyata terhadap M3A300 (0,35), M3A100 (0,25),

dan A0 (0) tetapi pada perlakuan M3A300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan

M3A100.

Jumlah Polong Per Tanaman

Hasil pengamatan jumlah polong per tanaman beserta analisis sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa

pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi

sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah polong per

(14)

Tabel 5. Rataan jumlah polong per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan Rataan jumlah polong per tanaman

A0 71,55c

M3A100 110,15b

M3A200 145,4a

M3A300 90,65c

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Berdasarkan Tabel 5 pengamatan bobot biji tanaman dapat dilihat bahwa

rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200 (145,4) yang berbeda nyata

terhadap M3A100 (110,15), M3A300 (90,65), dan A0 (75,55) tetapi pada perlakuan

M3A300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3A0.

Jumlah Biji per Polong (biji)

Hasil pengamatan biji polong berisi 1 tanaman beserta analisis sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 17. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui pada

generasi M3 jumlah biji 1, 2, 3,dan 4 berbeda nyata. Rataan jumlah biji 1, 2, 3 dan

4 dapat dilihat pada Tabel 11

Tabel 6. Rataan biji polong berisi tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan jumlah biji polong isi 1

jumlah biji polong isi2 jumlah biji polong isi3 jumlah biji polong isi4

A0 7,6b 60,55c 68,95b 0b

M3A100 8,8b 108,65b 96a 0,65ab

M3A200 15,8a 148,95a 101,6a 1,7a

M3A300 8,2b 81,35c 56b 0,8ab

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Berdasarkan Tabel 6 pengamatan biji polong berisi 1tanaman dapat dilihat

(15)

terhadap M3A100 (8,8), M3A300 (8,2), dan A0 (7,6) tetapi pada perlakuan M3A300

berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3A100 dan A0. Pada biji polong berisi 2

tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200

(148,95) yang berbeda nyata terhadap M3A100 (108,65), M3A300 (81,35), dan A0

(60,55) tetapi pada perlakuan M3A100 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan

M3A300. Padabiji polong berisi 3 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan

tertinggi terdapat pada M3A200 (101,6) yang berbeda nyata terhadap A0 (68,95)

dan M3A300 (56) tetapi pada perlakuan M3A200 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan M3A100 dan perlakuan A0 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan

M3A300. Dan padabiji polong berisi 4 tanaman dapat dilihat bahwa rataan

perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200 (1,7) yang berbeda nyata terhadap

M3A300 (0,8), M3A100 (0,65), dan A0 (0) tetapi pada perlakuan M3A300 berbeda

tidak nyata terhadap perlakuan M3A100.

Jumlah Biji Per Tanaman

Hasil pengamatan jumlah biji per tanaman beserta analisis sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 21. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa

pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi

sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah biji per tanaman.

Tabel 7. Rataan jumlah biji per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan Rataan jumlah biji per tanaman

A0 137,1c

M3A100 214,1b

M3A200 268,05a

M3A300 146,35c

(16)

Berdasarkan Tabel 7 pengamatan bobot biji tanaman dapat dilihat bahwa

rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200 (268,05) yang berbeda nyata

terhadap M3A100 (214,1), M3A300 (146,35), dan A0 (137,1) tetapi pada perlakuan

M3A300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A0.

Bobot Biji per Tanaman

Hasil pengamatan bobot biji tanaman beserta analisis sidik ragam dapat

dilihat pada Lampiran 22. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada

tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar

gamma berbeda sangat nyata terhadap parameter bobot biji.

Tabel 8. Rataan bobot biji per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan Rataan bobot biji / tanaman

A0 24,5c

M3A100 35,01b

M3A200 43,76a

M3A300 27,275c

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Dari Tabel 8 pengamatan bobot biji tanaman dapat dilihat bahwa rataan

perlakuan tertinggi terdapat pada M3A200 (43,7) yang berbeda nyata terhadap

M3A100 (35,01), M3A300 (27,275), dan A0 (24,5) tetapi pada perlakuan M3A300

berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A0.

Bobot 100 Biji

Hasil pengamatan bobot 100 biji tanaman beserta analisis sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 23. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa

pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi

(17)

Tabel 9. Rataan bobot 100 biji tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma.

Perlakuan Rataan bobot 100 biji tanaman

A0 14,1055

M3A100 16,6

M3A200 16,185

M3A300 15,27

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5%

Berdasarkan Tabel 9 pengamatan bobot 100 biji tanaman dapat dilihat

bahwa perlakuan iradiasi sinar gamma dengan taraf yang berbeda tidak

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai anjasmoro.

Parameter Genetik

Tabel 10. Variabilitas genetik (σ²g), variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien variabilitas genetik (KKG), koefisien variabilitas fenotipe (KKF), dan nilai duga heritabilitas arti luas

Karakter ragam g 2 g) ragam p (δ2 p) KKG (%) KKF (%)

Nilai h2 (%) kehijauan daun (V5) 2,486 5,196 4,056r 5,864ar 0,479s kehijauan daun (R6) 39,858 41,592 13,769at 14,065at 0,958t

Umur Berbunga 3,195 3,415 4,929r 5,096ar 0,936t

Umur Panen 178,501 180,293 14,481at 14,553at 0,990t Tinggi Tanaman 34,251 61,390 10,917ar 14,615at 0,558t Jumlah Cabang 32,315 34,200 79,505t 81,791t 0,945t Jumlah polong Berisi 1 88,246 103,894 89,253t 96,844t 0,849t Jumlah polong Berisi 2 2627,436 2784,056 86,439t 88,978t 0,944t Jumlah polong Berisi 3 360,522 395,722 55,357t 57,996t 0,911t Jumlah polong Berisi 4 0,311 0,482 178,356t 222,151t 0,645t Jumlah Polong per

Tanaman 6318,184 6627,204 76,110t 77,949t 0,953t Jumlah biji polong 1 82,911 97,867 90,154t 97,948t 0,847t Jumlah Biji polong 2 9240,590 9722,194 96,248t 98,725t 0,950t Jumlah Biji polong 3 2848,217 3153,415 66,183t 69,639t 0,903t Jumlah Biji polong 4 2,286 3,271 192,007t 229,656t 0,699t Jumlah Biji per

Tanaman 24011,967 25263,344 80,960t 83,043t 0,950t Bobot Biji per Tanaman 466,725 498,476 66,196t 68,410t 0,936t Bobot 100 Biji per

Tanaman -1,298 8,156 7,332ar 18,378t 0,000r

(18)

Pembahasan

Berdasarkaan hasil penelitian menunjukkan bahwa kehijauan daun pada fase

V5 tertinggi terdapat pada perlakuan 200 Gy (39,67) berbeda nyata dengan

perlakuan 300 Gy (37,61). Sedangkan kehijauan daun pada fase R6 tertinggi

terdapat pada perlakuan 0 Gy (49,36) berbeda nyata dengan perlakuan 300 Gy

(43,86). Terjadi penurunan tingkat kehijauan daun pada tanaman yang di irradiasi

dari fase V5 ke fase R6, sedangkan tanaman tanpa iradiasi mengalami peningkatan.

Muhuria (2006) menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara klorofil total

dengan tingkat kehijauan, semakin hijau suatu helaian daun kandungan

klorofilnya akan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga tanaman

tertinggi terdapat pada perlakuan 300 Gy (36,75) berbeda nyata dengan perlakuan

0 Gy (35,2). Umur berbunga tanaman dosis 0 Gy lebih cepat dibandingkan dengan

populasi tanaman dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy. Hal ini dikarenakan umur

berbunga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Semakin tinggi dosis

iradiasi sinar gamma yang diberikan menyebabkan umur berbunga tanaman

semakin lama. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Khan dan Tyagi

(2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan terhambat dan

menurun seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi yang diberikan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa umur panen tertinggi

terdapat pada perlakuan 300 Gy (100,05) berbeda nyata dengan perlakuan 0 Gy

(89,25). Hal ini dikarenakan dosis radiasi yang diberikan pada benih kedelai

menyebabkan terjadinya mutasi dan memperpanjang umur panen sehingga

(19)

dipengaruhi oleh sifat genetik dan juga faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan

literatur Iqbal et al. (2007) yang menyatakan karakter umur panen dikendalikan

oleh adanya pengaruh aditif dan keturunan yang diperoleh dari induknya.

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan tinggi tanaman

antara perlakuan 0 Gy (54,22cm) dengan perlakuan 300 Gy (49,395cm). Semakin

tinggi dosis irradiasi yang diberikan mengakibatkan penurunan tinggi tanaman

pada tanaman kedelai yang dihasilkan, diduga dosis irradiasi yang berlebihan

menyebabkan jaringan yang berperan pada pertumbuhan tanaman menjadi rusak.

Hal ini sesuai dengan penelitian Wegadara (2008) yang menyatakan bahwa

terhambatannya tinggi tanaman yang dihasilkan terjadi seiring dengan

meningkatnya dosis irradiasi jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Dosis

yang tinggi dapat menghambat tinggi tanaman karena banyak sel atau jaringan

tanaman yang rusak.

Berdasarkan penelitin yang telah dilakukan terdapat jumlah cabang primer

produktif tertinggi terdapat pada perlakuan 200 Gy (9,7) berbeda nyata dengan

perlakuan 0 Gy (4,3). Iradiasi meningkatkan jumlah cabang produktif dengan

dosis optimal pada 200 Gy. Hal ini sejalan dengan Khan dan Tyagi (2013) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka

pertumbuhan jumlah cabang akan semakin padat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong berisi

total meningkat dengan adanya iradiasi, rataan tertinggi terdapat pada populasi

200 Gy (128,88). Hal ini dikarenakan benih yang diberikan iradiasi sinar gamma

dengan dosis tertentu dapat membuat produktivitas tanaman meningkat

(20)

(2010) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan produksi jumlah polong

akibat iradiasi sinar gamma yang mencapai 15 - 23% dari populasi kontrol.

Pemberian dosis terlalu tinggi juga akan menyebabkan produksi polong per

tanaman semakin menurun.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biji total per

tanaman yang diberikan iradiasi sinar gamma menunjukkan hasil yang positif,

dimana ada beberapa tanaman yang mengalami peningkatan produksi. Rataan

tertinggi terdapat pada dosis iradiasi 200 Gy (236,76) berbeda sangat nyata

dengantanpa iradiasi. Seperti yang dikemukakan oleh Suryowinoto (1987) yang

mengatakan bahwa penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan

memberikan pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis

radiasi sinar gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai

sifat-sifat yang seperti hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap penyakit.

Berdasarkan hasil analisis pada karakter bobot biji per tanaman rataan

tertinggi terdapat pada dosis iradiasi 200 Gy (43,76) dan bobot 100 biji

menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma tidak berbeda nyata dengan tanpa

iradiasi. Hal ini dapat dilihat dari ukuran biji yang dihasilkan pada tanaman

iradiasi lebih besar, sehingga bobot yang dihasilkan akan semakin berat.

Peningkatan yang sama juga terjadi pada tanaman M1 yang diteliti oleh Tah

(2006), dimana peningkatan jumlah polong akibat adanya iradiasi sinar gamma

mencapai 15-23% dan mencapai jumlah maksimum pada dosis iradiasi 30 Krad.

Berdasarkan hasil analisis pada populasi tanaman 100 Gy memiiki nilai

KKG tertinggi terdapat pada parameter tinggi tanaman dan nilai KKF tertinggi

(21)

KKG tertinggi terdapat pada parameter jumlah polong berisi empat dan nilai KKF

tertinggi terdapat pada parameter jumlah polong berisi empat. Sedangkan pada

populasi 300 Gy nilai KKG tertinggi terdapat pada parameter berat 100 biji dan

nilai KKF tertinggi terdapat pada parameter jumlah biji polong berisi empat. Ini

menandakan adanya variasi yang timbul pada populasi tanaman mutasi yang

berasal dari genotip individu anggota populasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa perbedaan kondisi lingkunga

memberikan kemungkinan mmunculnya variasi yang akan menentukan

penampilan akhir tanaman tersebut. Bila ada variasi yang timbul atau tampak pada

populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi

tersebut merupakan variasi atau perbedaan yang berasal dari genotip individu

anggota populasi.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas kriteria

tinggi (>50%)pada dosis iradiasi 100 Gy pada parameter kehijauan daun fase

R6,pada dosis 200 Gy seluruh parameter kecuali parameter kehijauan daun fase V5

dan bobot 100 biji, sertadosis 300 Gyseluruh parameter kecuali jumlah polong

berisi 1,2,3,dan 4, jumlah biji polong berisi 1,2,3,dan 4. Heritabilitas tinggi

menunjukkan bahwa variabilitas genetik besar dan variabilitas lingkungan kecil.

Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa heritabilitas tinggi dikatakan bila h2

>50% dikatakan sedang bila h2 terletak antara 20%-50% dan dikatakan rendah bila

h2 < 20%. Knight (1979) menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi menunjukkan

bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat

(22)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai heritabilitas yang beragam

baik positif dan negatif. Terdapat juga nilai heritabilitas yang rendah yaitu negatif.

Ini menandakan bahwa faktor lingkungan lebih besar dibandingan dengan factor

genetik. Populasi tanaman dengan sifat-sifat heritabilitas tinggi memungkinkan

dilakukan seleksi, sebaliknya dengan heritabilitas rendah masih harus dilihat

tingkat rendahnya, yakni bila terlalu rendah (hampir mendekati nol), berarti tidak

akan banyak berguna bagi pekerjaan seleksi tersebut. Menurut Makmur (1985),

besaran nilai heritabilitas dapat digunakan untuk menentukan apakah seleksi yang

dilakukan terhadap suatu sifat dari populasi tanaman pada lingkungan tertentu

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Populasi generasi ke 3 (M3) tanaman kedelai anjasmoro yang diberi

penyinaran 200 gy menunjukkan perbedaan produksi yang nyata terhadap

populasi lainnya.

2. Populasi generasi ke 3 (M3) tanaman kedelai anjasmoro yang diberi

penyinaran 100 gy menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter

kehijauan daun (R6) terhadap populasi lainnya.

3. Seluruh populasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter

kehijauan daun (V5).

4. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai KKG dan KKF tinggi

terdapat pada karakter jumlah cabang produktif, jumlah polong dan jumlah

biji 1, 2, 3, dan 4; jumlah polong dan jumlah biji per tanaman serta bobot biji

per tanaman sedangkan pada karakter bobot 100 biji nilai KKF juga memiliki

kriteria tinggi meskipun kriteria KKG agak rendah.

5. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai duga heritabilitas pada

hampir keseluruhan karakter memiliki kriteria tinggi kecuali pada karakter

bobot 100 biji per tanaman memiliki kriteria rendah serta pada karakter

tingkat kehijauan daun dengan kriteria sedang.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik

individu M4 tanaman kedelai (Glycine max L. (Merrill)) berdasarkan tingkat

(24)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Kelas : Dicotyledoneae;

Ordo : Rosales; Famili : Papilionaceae (Leguminosae); Genus : Glycine ;

Species : Glycine max L. (Steenis, 2003).

Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang

terbentuk dari calon akar. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam.

Panjang akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan tanah,

populasi tanaman, varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat mencapai

kedalaman 200 cm (Permata, 2002).

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi

oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada

kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang

indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Cabang

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu (1) kotiledon atau daun

biji, (2) dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profila. Daun

primer berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak

berseberangan pada buku pertama diatas kotiledon. Bentuk daun kedelai adalah

lancip, bulat dan lonjong serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara

(25)

Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni pada

tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan

(benangsari). Mekarnya bunga berlangsung pada pukul 08.00-09.00 dan

penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri. Kuntum bunga tersusun dalam

rangkaian bunga, namun tidak semua bunga dapat menjadi polong (buah), sekitar

60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Hanum, 2008).

Jumlah polong yang terbentuk pada setiap tangkai daun sangat beragam,

antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Di dalam polong terdapat biji yang

berjumlah 2-3 biji. Setiap biji yang kedelai memiliki ukuran bervariasi, mulai dari

kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (> 13 g/100 biji)

(Adisarwanto, 2005).

Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis.

Bentuk biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai

yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai

berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar

(berat > 14 g/100 biji) (Permata, 2002).

Syarat Tumbuh Iklim

Pada lingkungan yang optimal biji kedelai berkecambah setelah 4 hari

setelah tanam, sedangkan pada suhu sekitar 10º C biji baru berkecambah 2 mingu

setelah tanam. Pertumbuhan terbaik terjadi pada suhu 29,4º C dan menurun bila

suhu lebih rendah. Apabila air mencukupi kedelai masih dapat tumbuh baik pada

suhu yang sangat tinggi 36º C dan akan berhenti tumbuh pada suhu 9º C

(26)

Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100- 200

mm/bulan. Temperatur 25- 27º Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10

jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan tanah tipis-tipis

(Hanum, 2008).

Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase

dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan

tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,

grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara)

dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan

pengapuran (Hanum, 2008).

Pada lahan kering terdapat tipe tanah dengan pH < 5 dan kejenuhan basa

< 50% disebut lahan kering masam. Tanah akan menjadi bereaksi masam dengan

kejenuhan basa rendah, dan menunjukkan kejenuhan aluminium yang

tinggidisebabkan karena tingginya curah hujan. Curah hujan yang tinggi

menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa, sehingga

basa-basa dalam tanah akan segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal

dalam kompleks adsorbsi liat dan humus adalah ion H dan Al (Barus, 2013).

Kedelai sebaiknya ditanam pada jenis tanah bertekstur lempung berpasir

atau liat berpasir untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produksi yang optimal.

Ketersediaan air pada jenis tanah seperti ini cukup tinggi sehingga mendukung

pertumbuhan kedelai. Kedelai dapat bertahan dan produksi pada cekaman

(27)

dalam pertumbuhannya yaitu pada saat perkecambahan, masa berbunga, dan

pengisian polong (Adisarwanto, 2005).

Mutasi

Keragaman genetik yang dapat ditingkatkan melalui induksi mutasi antara

lain adalah peningkatan variasi karakter kualitatif seperti morfologi tanaman,

morfologi daun, bentuk bunga dan warna bunga. DNA merupakan komponen

utama dari gen yang merupakan sasaran utama dari pemberian mutagen untuk

menimbulkan mutasi yaitu perubahan sifat yang diatur oleh gen dan dapat

diwariskan. Mutasi tersebut akhirnya akan membentuk keragaman genetik yang

baru. Keragaman ini merupakan harapan pemulia tanaman untuk memperbaharui

varietas-varietas yang telah ada menjadi varietas yang diinginkan

(Syafni, 2013).

Mutasi adalah perubahan dari struktur gen yang sifat keturunannya yang

diwariskan yang dapat terjadi secara spontan maupun buatan. Mutasi buatan

terjadi akibat penyinaran radioaktif atau perlakuan dengan zat–zat kimia tertentu.

Kultivar – kultivar unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman

diantaranya mutasi dan produk transgenik. Pemuliaan dengan mutasi dapat

dilakukan dengan menggunakan kolkhisin pada jaringan meristem

(Suharni, 2004).

Pada bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan

keragaman genetik tanaman memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipe

tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat

(28)

tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar, rizhoma, media kultur jaringan

dan sebagainya (BATAN, 2006).

Mutasi terjadi secara acak dan mutagen jarang mengubah hanya satu gen

tertentu, maka perlakuan mutagenic terhadap karakter yang diwariskan secara

kuantitatif dapat juga dipertimbangkannya. Semua agensia mutagenik yang telah

dikenal diaplikasikan pada taraf yang menghasilkan sejumlah mutasi yang dapat

terlihat, juga untuk menimbulkan keragaman pada karakter yang diwariskan

secara kuantitatif (Hanafiah, 2007).

Mutasi makro menggunakan dosis iradiasi yang tinggi, biasanya

menyebabkan ketidakstabilan genetik. Adapun mutasi mikro mengubah karakter

kuantitatif yang diturunkan dan lebih bermanfaat bagi pemulia, karena mutasi

mikro sedikit merusak walaupun mutasi ini sulit dideteksi. Mutasi mikro

meningkatkan keragaman pada hasil, kandungan protein, tinggi tanaman,

pembungaan, produksi polong, berat biji dan hasil-hasil lain yang berhubungan

dengan karakter kuantitatif yang diturunkan. Dosis irradiasi sinar gamma yang

direkomendasikan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) untuk

tanaman kedelai adalah pada penyinaran 200 Gy, yang berguna untuk

memperbaiki karakter kuantitatif tanaman. Dosis iradiasi ini berbeda untuk tiap

kultivar dan spesies kedelai yang ada. (Hanafiah et al., 2010).

Kehijauan Daun

Klorofil merupakan pigmen utama daun yang terdapat pada kloroplas,

klorofil juga merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fotosintesis

(Campbell et al., 2003). Klorofil yang terdapat pada daun berfungsi sebagai

(29)

setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Sintesis klorofil dalam daun dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor

genetik, unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S dan O. Prosess sintesis

klorofil dapat terhambat jika tumbuhan mengalami kekurangan air. Akibatnya laju

fotosintesis yang menurun dan terjadinya peningkatan temperatur dan transpirasi

yang menyebabkan disentegrasi klorofil (Hendriyani dan Setiari, 2009).

Tingkat kehijauan daun sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk.

Dimana, semakin tinggi dosis pupuk nitrogen yang diberikan maka warna daun

juga akan semakin hijau, namun jika dosis pupuk nitrogen yang diberikan sedikit

atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman maka warna daun yang dihasilkan

akan berwarna kekuningan (Nasaruddin dan Parawansa, 2010).

Menurut Muhuria et al. (2006), intensitas kehijauan meningkat secara

nyata oleh perlakuan intensitas cahaya. Dimana, semakin tinggi kandungan

klorofil maka semakin tinggi intensitas kehijauan daun yang dihasilkan. Karena

itu diduga peningkatan intensitas kehijauan dalam cahaya rendah merupakan

gambaran adanya akumulasi klorofil pada permukaan daun bagian atas.

Menurut penelitian Ritonga dan Sukma (2009), calon tanaman mutan ini

diperoleh dari berbagai taraf dosis iradiasi, yaitu 30 Gy, 60 Gy dan 90 Gy pada

aglaonema Butterfly memiliki warna daun lebih merah dibandingkan dengan

tanaman kontrolnya. Hal ini diduga karena iradiasi sinar gamma dapat

menurunkan kandungan klorofil daun tanaman aglaonema. Hasil penelitian

Syukur (2000) juga menunjukkan bahwa meningkatnya dosis radiasi akan

(30)

Menurut penelitian Imelda et al. (2011) menyatakan bahwa dosis radiasi

sinar gamma 10 Gy menunjukkan dapat menstimulasi penggandaan dan

pertumbuhan kultur in vitro dan dosis radiasi yang lebih tinggi yaitu 20 Gy,

menghasilkan perubahan kadar klorofil lidah buaya.

Mutasi DNA kloroplas (cpDNA) pada tanaman hias mengakibatkan

plastida pada sebagian jaringan kurang atau bahkan tidak bisa memproduksi

klorofil, sedangkan bagian yang lain produksi klorofil normal, sehingga daun

sebagian berwarna hijau dan bagian lainnya berwarna kuning atau putih

(Misniar, 2008).

Menurut penelitian Oktavina (2011), menyatakan dosis iradiasi 60 dan 90

Gy menghasilkan rata-rata jumlah daun yang terendah. Daun yang mati karena

pengaruh iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna cokelat dan kering pada

daun baru maupun daun sebelumnya. Dalam penelitian Natawijaya et al. (2009)

bahwa daun yang mati karena efek iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna

cokelat dan kering, terjadi karena iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna

cokelat dan kering, terjadi karena iradiasi dapat mendegradasi klorofil pada daun,

sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis dan pada akhirnya akan

mengalami kematian.

Menurut penelitian Ratman dan Sumanggono (1998), frekuensi mutasi

klorofil pada tanaman kedelai M-2 pada iradiasi sinar gamma S0Co dosis 0,10;

0,20; 0,30 dan 0,40 kGy menunjukkan bahwa tipe inutasi klorofil yang timbul ada

dua macam yakni tipe xantha yang berwarna kuning dan tipe albino yang

berwarna putih. Mutan dengan tipe xantha dan albino akan mati pada umur

(31)

mutasi tipe xantha atau albino tidak memiliki butir-butir klorofil sehingga tidak

dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna. Mutasi klorofil yang sulit

dideteksi adalah tipe viridis. Tanaman dengan mutasi tipe viridis dapat hidup

sampai panen karena tanaman tersebut mempunyai butirklorofil. Pada dosis 0,10

kGy ada 4 mutan tipe xantha, dan 2 mutan tipe albino sedang pada dosis 0,20 kGy

terdapat 5 mutan tipe xantha, dan satu mutan tipe albino. Pada dosis 0,30 kGy

hanya terdapat sebanyak satu mutan tipe xantha. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa iradiasi sinar gamma dosis 0,10 dan 0,20 kGy dapat meningkatkan mutasi

(32)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman utama dalam sistem palawija di Indonesia.

Kedelai merupakan sumber pangan masa depan yang penting, karena memiliki

manfaat sangat luas. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan

pangan manusia, kedelai juga merupakan makanan ternak penting dan bahan

mentah bagi industri. Kedelai merupakan komoditi yang mempunyai nilai

strategis dalam skala perekonomian nasional, karena mampu mensuplai

kebutuhan gizi masyarakat berpenghasilan rendah dan juga merupakan sumber

pendapatan bagi petani.Kedelai mempunyai peran dan sumbangan yang besar bagi

penyediaan bahan pangan bergizi bagi penduduk dunia, sehingga disebut sebagai

Gold from the soil” (Emas yang muncul dari tanah) dan juga disebut sebagai

The World’s Miracle”, karena kandungan proteinnya kaya akan asam

amino(Laily et al., 2014).

Produktivitas kedelai (Glycine max L.) di Indonesia kurang maksimal, sehingga diperlukan perlakuan yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman

kedelai. Kebutuhan kedelai setiap tahunnya ± 2.300.000 ton biji kering dalam

kurun waktu lima tahun (2010-2014), tetapi kemampuan produksi dalam negeri

saat ini baru mampu sebanyak 783.158 ton atau 34,05%, sehingga kekurangan

tersebut harus dipenuhi dari impor (Sundarsih dan Kurniati, 2009).

Untuk peningkatan produksi kedelai guna memenuhi kebutuhan juga perlu

dilakukan pemuliaan untuk memperbaiki karakter tanaman. Peningkatan produksi

bisa dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain melalui usaha pemuliaan

(33)

mutagenik seperti radiasi, non radiasi maupun kimia. Sumber radiasi yang sering

digunakan adalah sinar X, sinar gamma, ultra-violet. Radiasi sinar gamma dapat

dipancarkan oleh Co60, Cs137 dan lain-lain. Sinar gamma mempunyai kemampuan

penetrasi yang cukup kuat ke dalam jaringan tanaman. Dosis sinar gamma untuk

mutasi pada kedelai adalah 10-20 kRad (Purba et al., 2011). Mutasi merupakan

salah satu cara meningkatkan keragaman genetik tanaman. Keragaman genetik

tanaman diperlukan untuk dapat melakukan seleksi dalam memperoleh varietas

unggul tanaman.

Proses pertumbuhan tanaman memerlukan beberapa faktor penting yang

mempengaruhi pertumbuhan, salah satunya unsur radiasi matahari.Unsur radiasi

matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan

lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yangditerima rendah, maka jumlah

cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daundalam jangka waktu

tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahayaberakibat

terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya lajufotosintesis

dan sintesis karbohidrat (Djukri dan Purwoko, 2003). Intensitas dan panjang

penyinaran dari matahari akan mempengaruhi laju fotosintesis tanaman

berhubungan dengan kehijaun daun dan klorofil pada daun yang pada akhirnya

akan mempengaruhi produksi tanaman.

Berdasarkan penelitian Sibarani (2014) dan Mustaqim (2015) dalam usaha

pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan proses iradiasi. Namun keberhasilan

terjadinya mutasi dipengaruhi oleh dosis iradiasi yang diberikan. Berdasarkan

hasil analisis didapatkan bahwa dosis iradiasi yang diberikan untuk tanaman

(34)

abnormal pada tanaman dan produktivitasnya cenderung menurun. Pada tanaman

dengan dosis iradiasi 100 Gray berpotensi untuk dilanjutkan dan dilakukan

pengamatan parameter genetik. Setelah penelitian Sibarani (2014) mengenai

respon morfologi tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) varietas Anjasmoro

terhadap beberapa iradiasi sinar gamma, kemudian dilakukan penelitian lebih

lanjut pada generasi M2 oleh Mustaqim (2015) mengenai keragaman morfologi

dan genotif tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) hasil iradiasi sinar gamma dan diperoleh hasil bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M2 dosis 100 Gy,

200 Gy dan 300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi

tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong,jumlah biji,bobot biji

pertanaman,bobot 100 biji. Pada populasi 100 Gy jumlah produktivitas tanaman

semakin meningkat dan pada populasi 300 Gy umur berbunga menjadi semakin

lama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pengamatan parameter genetik pada generasi M3 tanaman kedelai

(Glycine max L. Merrill) berdasarkan tingkat kehijauan dan produksi tinggi. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan seleksi individu terpilih

generasi M3 berdasarkan tingkat kehijauan daun dan produksi tinggi.

Hipotesa Penelitian

Terdapat nilai parameter genetik berbeda berdasarkan tingkat kehijauan

(35)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai sumber informasi bagi pihak

(36)

ABSTRAK

SALMAN ALFARISI S : Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Berdasarkan Kehijauan Daun dan

Produksi Tinggi, dibimbing oleh DIANA SOFIA HANAFIAH dan EMMY HARSO KARDHINATA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai parameter genetik pada generasi M3 berdasarkan tingkat kehijauan daun dan

produksi tinggi. Penelitian ini dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 meter dpl) pada bulan Agustus 2015 sampai dengan Desember 2015. Adapun metode yang digunakan yaitu RAK non faktorial dengan 3 taraf 100, 200 dan 300 Gy. Parameter genetik yang diamati adalah nilai heritabilitas, koefisien keragaman genotipe (KKG) dan koefisien keragaman fenotipe (KKF) dari masing-masing karakter agronomi yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M3 pada dosis 100 Gy, 200 Gy dan

300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji. Tingkat Kehijauan daun pada populasi 200 Gy relatif stabil dari fase V5 hingga R6 dimana jumlah cabang produktif lebih banyak dapat menghasilkan produksi tinggi terlihat dari jumlah polong, jumlah biji, serta bobot biji semakin meningkat. Pada populasi 300 Gy umur berbunga serta umur panen menjadi semakin lama.

(37)

ABSTRACT

SALMAN ALFARISI S : Observation of the genetic parameters on generation of M3 soybean plants (Glycine max L. Merril,) based on the level of

leaves greenness and high production Supervised by DIANA SOFIA HANAFIAH and EMMY HARSO KARDHINATA.

The aims of the research to determine the value of genetic parameters of generation of M3 soybean plant (glycine max L Merril). The research was conducted in experimental field faculty of Agriculture USU (± 25 m asl) in Agustus 2015-Desember 2015. The method used is one way randomized blocks with three levels, namely 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy. The genetic parameters observed is the value of heritability, the coefficient of genotypes variation and the coefficient of phenotypes variation of each agronomic characters were observed. The result showed that the irradiation of gamma rays on generation M3 at a dose : 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy affect the character of days to flowering, harvesting, plant height, the number of productive branches, the number of pods, the number of seeds, seed weigth per plant, weigth of 100 seeds. The level of leaves greenness on population 200 Gy relatively stable from the phase V5 to R6 where the number of branches earning more able to yield high productivity on number of pods, number of seeds, seed weight per plant increased and on the population 300 Gy time of flowering as well as time of harves become longer.

(38)

PENGAMATAN PARAMETER GENETIK PADA GENERASI M3 TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. (Merrill)) BERDASARKAN

TINGKAT KEHIJAUAN DAUN DAN PRODUKSI TINGGI

SKRIPSI

OLEH :

SALMAN ALFARISI S.

110301201/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(39)

PENGAMATAN PARAMETER GENETIK PADA GENERASI M3 TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. (Merrill)) BERDASARKAN

TINGKAT KEHIJAUAN DAUN DAN PRODUKSI TINGGI

SKRIPSI

OLEH :

SALMAN ALFARISI S.

110301201/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(40)

Judul Penelitian : Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3

Tanaman Kedelai (Glycine max L. (Merrill.)) Berdasarkan

Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi Nama : Salman Alfarisi S.

NIM : 110301201

Proram Studi : Agroekoteknologi

Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Diana Sofia Hanafiah. SP. MP Ir.Emmy Harso Kardhinata. M.Sc Ketua Anggota

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(41)

ABSTRAK

SALMAN ALFARISI S : Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Berdasarkan Kehijauan Daun dan

Produksi Tinggi, dibimbing oleh DIANA SOFIA HANAFIAH dan EMMY HARSO KARDHINATA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai parameter genetik pada generasi M3 berdasarkan tingkat kehijauan daun dan

produksi tinggi. Penelitian ini dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 meter dpl) pada bulan Agustus 2015 sampai dengan Desember 2015. Adapun metode yang digunakan yaitu RAK non faktorial dengan 3 taraf 100, 200 dan 300 Gy. Parameter genetik yang diamati adalah nilai heritabilitas, koefisien keragaman genotipe (KKG) dan koefisien keragaman fenotipe (KKF) dari masing-masing karakter agronomi yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada generasi M3 pada dosis 100 Gy, 200 Gy dan

300 Gy mempengaruhi karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji. Tingkat Kehijauan daun pada populasi 200 Gy relatif stabil dari fase V5 hingga R6 dimana jumlah cabang produktif lebih banyak dapat menghasilkan produksi tinggi terlihat dari jumlah polong, jumlah biji, serta bobot biji semakin meningkat. Pada populasi 300 Gy umur berbunga serta umur panen menjadi semakin lama.

(42)

ABSTRACT

SALMAN ALFARISI S : Observation of the genetic parameters on generation of M3 soybean plants (Glycine max L. Merril,) based on the level of

leaves greenness and high production Supervised by DIANA SOFIA HANAFIAH and EMMY HARSO KARDHINATA.

The aims of the research to determine the value of genetic parameters of generation of M3 soybean plant (glycine max L Merril). The research was conducted in experimental field faculty of Agriculture USU (± 25 m asl) in Agustus 2015-Desember 2015. The method used is one way randomized blocks with three levels, namely 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy. The genetic parameters observed is the value of heritability, the coefficient of genotypes variation and the coefficient of phenotypes variation of each agronomic characters were observed. The result showed that the irradiation of gamma rays on generation M3 at a dose : 100 Gy, 200 Gy and 300 Gy affect the character of days to flowering, harvesting, plant height, the number of productive branches, the number of pods, the number of seeds, seed weigth per plant, weigth of 100 seeds. The level of leaves greenness on population 200 Gy relatively stable from the phase V5 to R6 where the number of branches earning more able to yield high productivity on number of pods, number of seeds, seed weight per plant increased and on the population 300 Gy time of flowering as well as time of harves become longer.

(43)

RIWAYAT HIDUP

Salman Alfarisi S, lahir pada tanggal 10 Desember 1992 di Tanjungbalai

Anak ke-dua dari tujuh bersaudara dari pasangan ayahanda Jalaluddin

Simangunsong dan ibunda Nazla Lubis. Tahun 2011 Penulis menyelesaikan

Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tanjungbalai dan diterima

di perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian program studi

Agroekoteknologi, Medan tahun 2010 melalui jalur Ujian Masuk Bersama

Perguruan Tinggi Negeri (UMBPTN).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) serta aktif menjadi anggota

Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara Periode 2014-2015.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Wanasari

(44)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karena atas berkat dan rahmat yang diberikan oleh-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skipsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Pengamatan Parameter Genetik Pada

Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. (Merrill.)) Berdasarkan Tingkat

Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima

kasih yang sebesar – sebesarnya kepada Ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP. MP.,

selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc.

selaku anggota komisi pembimbing. Serta kepada teman–teman mahasiswa yang

ada di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan atas bimbingan dan

dukungannya yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam hal penulisan skripsi ini belum

sempurna. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca yang dapat membantu dalam membuat penulisan skripsi ini agar lebih

sempurna.

Medan, Februari 2017

(45)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 6

Mutasi ... 7

Kehijauan Daun ... 8

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13

Penanaman ... 13

Pemupukan ... 13

Pemeliharaan Tanaman ... 13

Penyiraman ... 13

Penyiangan ... 14

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 14

Panen ... 14

Parameter Pengamatan ... 14

(46)

Umur Berbunga (HST) ... 14

Umur Panen (HST) ... 15

Tinggi Tanaman (cm) ... 15

Jumlah Cabang Primer Produktif (cabang) ... 15

Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 15

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)... 15

Jumlah Biji per Tanaman (biji) ... 15

Bobot Biji per Tanaman (g) ... 15

Bobot 100 Biji (g) ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 16

Kehijauan Daun ... 16

Umur Berbunga (HST) ... 17

Umur Panen (HST) ... 17

Tinggi Tanaman (cm) ... 17

Jumlah Cabang Primer (cabang) ... 18

Jumlah Polong Berisi (polong) ... 18

Jumlah Biji per Polong (biji) ... 20

Bobot Biji per Tanaman (g) ... 21

Bobot 100 Biji (g) ... 22

Parameter Genetik ... 23

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(47)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Rataan kehijauan daun pada fase V5 ... 16

2. Rataan kehijauan daun pada fase R6 ... 16

3. Rataan umur berbunga tanaman (hari) ... 17

4. Rataan umur panen ... 17

5. Rataan tinggi tanaman ... 18

6. Rataan jumlah cabang produktif ... 18

7. Rataan jumlah polong berisi 1 ... 18

8. Rataan jumlah polong berisi 2 ... 19

9. Rataan jumlah polong berisi 3 ... 19

10.Rataan jumlah polong berisi 4 ... 19

11.Rataan jumlah polong per tanaman ... 20

12.Rataan jumlah biji 1 ... 20

13.Rataan jumlah biji 2 ... 20

14.Rataan jumlah biji 3 ... 20

15.Rataan jumlah biji 4 ... 21

16.Rataan bobot 100 biji ... 21

17.Rataan bobot biji ... 22

18.Heritabilitas ... 22

(48)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Deskripsi Varietas Kedelai ... 32

2. Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai ... 33

3. Rencana Kegiatan Penelitian ... 34

4. Bagan Penelitian ... 35

5. Bagan Alir Penelitian ... 36

6. Data Pengamatan Kehijauan Daun V5 ... 37

7. Sidik Ragam Kehijauan Daun V5 ... 37

8. Data Pengamatan Kehijauan Daun R6 ... 38

9. Sidik Ragam Kehijauan Daun R6 ... 38

10. Data Pengamatan Umur Berbunga ... 39

11. Sidik Ragam Umur Berbunga ... 39

12. Data Pengamatan Umur Panen ... 40

13. Sidik Ragam Umur Panen ... 40

14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman ... 41

15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 41

16. Data Pengamatan Jumlah Cabang Primer ... 42

17. Sidik Ragam Jumlah Cabang Primer ... 42

18. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji 1 ... 43

19. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 1 ... 43

20. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji 2 ... 44

21. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 2 ... 44

22. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji 3 ... 45

(49)

24. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji 4 ... 46

25. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 4 ... 46

26. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 1 ... 47

27. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 1 ... 47

28. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 2 ... 48

29. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 2 ... 48

30. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 3 ... 49

31. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 3 ... 49

32. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 4 ... 50

33. Sidik Ragam Jumlah Polong Berbiji 4 ... 50

34. Data Pengamatan Bobot Biji per Tanaman ... 51

35. Sidik Ragam Bobot Biji per Tanaman ... 51

36. Data Pengamatan Bobot 100 Biji ... 52

37. Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 52

38. Pengukuran Kehijauan Daun ... 53

Gambar

Tabel 2. Rataan pengamatan umur berbunga tanaman (HST) dan umur panen
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) dengan perlakuan tanaman kedelai   anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma
Tabel 5. Rataan jumlah polong per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai   anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma
Tabel 7. Rataan jumlah biji per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai  anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kelarutan dalam alkohol dapat dihitung dari banyaknya alkohol yang ditambahkan pada minyak daun kayu manis, sehingga terlarut secara sempurna yang ditandai dengan

Universitas Negeri

berangkat dari teori yang menyatakan bahwa pemanfaatan sumber belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sebuah proses belajar. Keberadaan pemanfaatan

Koordinasi diantara petani, tengkulak, distributor dan pedagang sangat penting untuk mewujudkan kelancaran supply chain. Di Kota Medan koordinasi yang ada terbatas

untuk analisa penelitian pembuatan biogasohol ini dibutuhkan beberapa alat analisa antara lain: Seperangkat alat motor CFR yang digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai oktan

Inilah yang menjadi landasan penulis mengangkat nilai kearifan lokal ini untuk dikaitkan kedalam proses pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu

Akar wangi dan sereh wangi dengan dosis 5-20% pada formulasi larutan (ekstrak) mempunyai toksisitas kontak dan pakan terhadap hama bubuk ( Sitophilus spp.) pada