• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia antara lain; sebagai penyumbang devisa negara, sumber lapangan pekerjaan, pemacu proses industrialisasi, dan sumber bahan pangan.

Namun seiring perkembangan zaman, sektor pertanian mengalami penurunan akibat adanya alih fungsi lahan, serta kurangnya minat pemuda untuk terjun ke bidang pertanian.

Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup banyak terjadi belakangan ini di Indonesia. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan sehingga mengakibatkan permintaan dan kebutuhan terhadap lahan semakin tinggi yang dipergunakan untuk menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pertanian maupun nonpertanian. Dalam ilmu ekonomi, kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang lebih produktif dan menguntungkan. Persaingan terjadi untuk pemanfaatan yang paling menguntungkan sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan pemanfaatan lahan (Kustiwan, 2007)

Menurut Fauziah (2005), alih fungsi lahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, baik itu segi substansi ketentuannya yang tidak jelas dan tidak tegas, maupun penegaknya yang tidak di dukung oleh pemerintah sendiri sebagai pejabat yang berwenang memberikan izin pemfungsian suatu lahan. Tetapi juga tidak didukung oleh “tidak

menariknya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan harga hasil pertanian yang fluktuatif, bahkan cenderung terus menurun drastis mengakibatkan minat penduduk (ataupun sekedar mempertahankan fungsinya) terhadap sektor pertanian pun menurun.

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Alih fungsi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa alih fungsi lahan merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar alih fungsi lahan yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah (Ante,Elizabeth dkk. 2016).

Tanaman sawit adalah merupakan tanaman jangka panjang, dimana dulunya tidak diminati oleh masyarakat di kabupaten mamuju tengah, disebabkan nilai jual dan biaya perawatan yang lumayan tinggi, inilah yang menjadi salah satu pertimbangan dari masyarakat sehingga masyarakat kurang diminati. Tahun demi tahun, paradigma masyarakat soal tanaman sawit mulai mengalami degradasi,

sampai akhirnya berangsur-angsur petani yang awalnya menanam jeruk akhirnya memilih untuk berganti profesi menjadi petani kelapa sawit.

Di Provinsi Sulawesi Barat sendiri, kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan atau komoditas nomor satu, pada tahun 2013 luas area perkebunan di Provinsi Sulawesi Barat seluas 96.318 ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 hingga mencapai 116.356 ha, artinya selama kurung waktu 3 tahun perluasan area tanam perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sulawesi Barat mengalami peningkatan rata-rata setiap tahun sebanyak 6.205 ha (Ditjenbun, 2014/2015).

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014/2030, menetapkan Kabupaten Mamuju Tengah sebagai salah satu Kabupaten yang menjadi kawasan prioritas pengembangan perkebunan kelapa sawit. Perkembangan perluasan area perkebunan di Kabupaten Mamuju Tengah cukup signifikan, pada awal tahun 2014 luas area sebesar 26.231 ha dan mengalami perubahan luas sekitar 3.000 ha pada semester II 2014 (Ditjenbun, 2015).

Pergantian tanaman jeruk menjadi tanaman kelapa sawit oleh petani masih belum diketahui hal apa yang mempengaruhi sehingga petani beralih ke tanaman kelapa sawit, dan terbukti pada tahun 2000-an perekonomian masyarakat yang ada di Kecamatan Budong-Budong, Pangale, Topoyo, Tobadak, dan Karossa mengalami peningkatan yang signifikan. Lima Kecamatan itulah saat ini menjadi sentra produksi tanaman kelapa sawit yang ada di daerah otonom baru ini.

Area sawit berada di 26 desa dan 5 kecamatan itu memiliki luas 15.000 Ha dan terdiri dari kebun inti milik perusahaan PT. Surya Lestari II seluas 931 Ha, dan 450 Ha plasma dan seluas 6.000 Ha milik masyarakat dan sisanya kebun yang dikelola IGA.

Perkembangan alih fungsi lahan perkebunan jeruk menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa Tabolang Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah dapat dikatakan sangat tinggi karena nilai ekonomis tanaman jeruk yang rendah sehingga mengakibatkan para petani mulai berpikir mengganti tanaman mereka menjadi tanaman kelapa sawit yang nilai ekonomisnya lebih tinggi dibandingkan tanaman jeruk. Hal ini juga sangat didukung oleh letak geografis dari Desa Tabolang Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah yang sangat mendukung dari pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan perkebunan jeruk menjadi perkebunan kelapa sawit ?

2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan perkebunan jeruk menjadi perkebunan kelapa sawit ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan tanaman jeruk menjadi perkebunan kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan perkebunan jeruk menjadi perkebunan kelapa sawit

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan alih fungsi lahan dari kebun jeruk menjadi kebun kelapa sawit.

2. Bagi pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan dan strategi yang tepat berkaitan dengan pengendalian alih fungsi lahan ini.

Dokumen terkait