• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan kandungan

senyawa kimia pada tanaman. Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan

menggunakan reagen kimia yang dilakukan dengan dua cara, yaitu: mengambil

sampel ekstrak pekat n-heksana, dimasukkan dalam pada tabung reaksi, lalu

ditambahkan reagen yang sesuai dengan senyawa yang akan diidentifikasi serta

dengan menggunakan KLT dimana ekstrak n-heksana daun binahong dipisahkan

dahulu (dengan elusi) sebelum ditambahkan reagen kimia untuk identifikasi. Uji

fitokimia dilakukan terhadap golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin,

Tabel I. Hasil uji pendahuluan ekstrak n-heksana daun binahong

Keterangaan: - = tidak ada + = ada

1. Alkaloida

Uji alkaloid dilakukan dengan cara memasukkan sedikit ekstrak

n-heksana daun binahong ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCl dan

H2O. Penambahan HCl yang bersifat asam dimaksudkan untuk mengubah alkaloid

yang bersifat basa ke bentuk garamnya agar mudah larut dalam air. Bukti

kualitatif yang menunjukkan adanya alkaloid diperoleh dengan menggunakan

reagen Dragendorf dan Mayer. Reaksi dugaan yang terjadi pada uji alkaloid

adalah sebagaimana pada reaksi berikut:

Reaksi antara alkaloid dengan reagen Mayer :

HgCl2+ 2 KIHgI2↓ + 2 KCl (1)

HgI2↓ + 2 KI[HgI4]2-+ 2 K+ (2)

Golongan senyawa Hasil uji pendahuluan

Alkaloid -Flavonoid -Tanin -Saponin -Triterpenoid -Steroid +

Gambar 2. Reaksi antara alkaloid dan reagen Mayer (Arisadita, 2012)

Pada reaksi antara alkaloid dengan reagen Mayer (Gambar 2), akan

terlihat endapan putih yang terjadi akibat adanya kompleks yang terbentuk karena

adanya ikatan antara gugus amin pada alkaloid dan ion logam (Hg) dari reagen

Mayer. Dari percobaan tidak terlihat adanya endapan putih, maka dapat dikatakan

bahwa pada ekstrak n-heksana daun binahong yang diteliti tidak mengandung

alkaloid.

Uji lain yang dilakukan adalah uji dengan menggunakan KLT (Gambar

3). Pengujian dengan KLT ini dimaksudkan agar senyawa yang berada di dalam

ekstrak n-heksana daun binahong dipisahkan terlebih dahulu sebelum

ditambahkan reagen agar perubahan warna senyawa yang dianalisis tidak

dipengaruhi oleh senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak. Uji dilakukan dengan

menggunakan pereaksi Dragendorff dan asam sulfat.

Pada KLT gambar 3 terlihat adanya 2 totolan, di mana dari kiri ke kanan

tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana daun binahong, (b) fraksi 1 hasil

kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong. Sistem KLT yang

Gambar 3. Hasil KLT 1 kromatografi kolom

Tabel II. Hasil KLT se dan fraksi I kro

Gambar No. be 3. a. (a) 3. a. (b) 3. b. (a) 3. b. (b) a. b.

LT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahon lom 2 ekstrak n-heksana daun binahong denga

Dragendorff; b. asam sulfat

T senyawa alkaloid dalam ekstrak n-heksana d kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun b

o. bercak Nilai Rf Warna sebelum ditambahkan reagen 1 - Hijau kehitaman 2 0,3 Kuning 3 0,45 Hijau 4 0,6 Hijau tua 5 0,9 Kuning 1 0,9 Kuning 1 - Hijau kehitaman 2 0,15 Kuning 3 0,22 Hijau 4 0,45 Hijau tua 5 0,65 Kuning 1 0,67 Kuning

ong dan (b) fraksi ngan a. pereaksi a daun binahong n binahong n Warna setelah ditambahkan reagen Hijau kehitaman Kuning Hijau Hijau tua Kuning Kuning Hijau kehitaman Kuning Hijau Hijau tua Kuning Kuning

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa uji yang dilakukan baik dengan

pereaksi Dragendorff (Gambar 3. a) maupun asam sulfat (Gambar 3. b)

memberikan hasil negatif yang tampak dengan tidak adanya perubahan warna

seperti yang dijabarkan pada tabel II. Hal ini semakin mempertegas hasil yang

peroleh dari uji warna sebelumnya bahwa ekstrak n-heksana daun binahong tidak

mengandung senyawa alkaloid.

2. Flavonoid

Uji pendahuluan untuk flavonoid dapat dikatakan positif apabila paling

kurang terdapat dua hasil positif dari tiga percobaan yang dilakukan. Secara garis

besar, uji warna dilakukan dengan melarutkan sampel ke dalam etanol untuk

menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya. Glikosida akan tergantikan oleh H+

dari asam klorida (Gambar 4.) karena sifatnya yang elektrofilik. Kemudian

ditambahkan logam magnesium (Mg) yang akan membentuk kompleks berwarna

dengan senyawa flavonoid. Warna yang dihasilkan akan spesifik tergantung dari

logam yang digunakan.

Gambar 4. Reaksi pembentukan warna antara flavonoid dengan logam magnesium (Mg) (Arisadita, 2012)

Gambar 5. Hasil KLT 1 kromatografi kolo

Tabel III. Hasil KLT se dan fraksi I kro

Gambar No. bercak 5. (a) 1 2 3 4 5 5. (b) 1 Senyawa gol

ditampung dari pemisa

karena itu dilakukan

fraksi hasil pemisaha

senyawa flavonoid da

warna dengan menggun

ditambahkan reagen

perubahan warna ya

LT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahon olom 2 ekstrak n-heksana daun binahong deng

amonia

T senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun b

Nilai Rf Warna sebelum ditambahkan reagen

W ditam - Hijau kehitaman Hija 0,2 Kuning

0,56 Hijau 0,6 Hijau tua 0,78 Kuning 0,79 Kuning

golongan flavonoid umumnya berwarna da

isahan dengan kromatografi kolom berupa sen

kukan uji flavonoid pada ekstrak n-heksana daun

sahan kromatografi kolom. Untuk membuktika

dalam ekstrak n-heksana daun binahong maka

ggunakan KLT agar senyawa dapat dipisahkan

en sehingga keberadaan senyawa lain tidak

yang dialami misalnya di dalam ekstrak n

ong dan (b) fraksi engan pereaksi a daun binahong n binahong Warna setelah ambahkan reagen ijau kehitaman Kuning Hijau Hijau tua Kuning Kuning

dan fraksi yang

senyawa berwarna,

daun binahong dan

buktikan keberadaan

aka dilakukan uji

hkan dahulu sebelum

dak mempengaruhi

binahong terdapat senyawa flavonoid. Pada KLT (Gambar 5) terlihat adanya 2

totolan, di mana dari kiri ke kanan tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana

daun binahong, (b) fraksi 1 hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun

binahong. Sistem KLT yang digunakan adalah fase diam silika gel dan fase gerak

kloroform. Dari gambar dapat dilihat bahwa uji dengan pereaksi amonia

memperlihatkan tidak adanya perubahan warna seperti yang dijabarkan pada tabel

III. Hal ini menyatakan bahwa dalam ekstrak n-heksana tidak terdapat flavonoid.

3. Tanin

Uji fitokimia senyawa tanin dilakukan dengan penambahan larutan besi

(III) klorida ke dalam sedikit ekstrak n-heksana daun binahong. Digunakan besi

(III) klorida karena tanin yang merupakan senyawa polifenol dapat membentuk

senyawa kompleks dengan besi (III) klorida dengan menghasilkan warna hijau

kehitaman atau biru tinta.

Kecenderungan besi dalam pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi

karena besi dapat mengikat 6 pasang elektron bebas (Gambar 6). Ion Fe3+ dalam

pembentukan senyawa kompleks akan terhibridisasi membentuk hibridisasi d2sp3,

sehingga akan terisi oleh 6 pasang elektron bebas atom oksigen pada tanin.

Kestabilan dapat tercapai jika tolakan antara ligan pada 3 tanin minimal. Hal ini

terjadi jika 3 tanin tersebut posisinya dijauhkan. Dari penelitian dapat dilihat

bahwa ekstrak n-heksana daun binahong menunjukan hasil positif yang

menyatakan adanya gugus polifenol dengan berubahnya warna ekstrak menjadi

O OH HO O O Fe H H O HO OH O O H H O OH HO O O H H 3+ + 3 Cl

Gambar 6. Reaksi pembentukan warna antara tanin dengan besi (III) klorida (Arisadita, 2012)

Untuk membuktikan bahwa senyawa polifenol yang terdapat di dalam

ekstrak adalah senyawa tanin maka dilakukan uji dengan menggunakan gelatin.

Harborne (1987) menyebutkan bahwa semua tanin menimbulkan endapan sedikit

atau banyak jika ditambahkan dengan gelatin, karena gelatin merupakan protein

alami yang memberikan sifat penstabil dan pengental bagi media yang

berbasiskan air, mengandung asam amino dengan kandungan glisin (27%), prolin

yang dapat dibedakan dari fenol-fenol lain karena kemampuannya untuk

mengendapkan protein, sehingga apabila tanin direaksikan dengan gelatin akan

terbentuk endapan putih karena adanya ikatan hidrogen yang membentuk senyawa

komplek tanin-protein. Ikatan hidrogen ini terbentuk dari atom hidrogen yang

berikatan dengan 2 atom yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi seperti

atom nitrogen dan oksigen dari struktur tanin dan gelatin (Gambar 7.).

Gambar 7. Reaksi pengendapan antara tanin dengan gelatin (Arisadita, 2012)

Dari percobaan diperoleh hasil negatif dengan tidak terbentuknya

endapan putih yang menyatakan tidak adanya senyawa tanin.

4. Saponin

Identifikasi kandungan saponin dapat dilakukan dengan memasukkan

1mL ekstrak kental n-heksana daun binahong ke dalam tabung reaksi.

Menambahkan 10mL air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama

Buih yang ditimbulkan saponin dikarenakan adanya kombinasi struktur

senyawa penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai samping polar

yang larut dalam air (Kristianingsih, 2002). Widyasari (2008) menyatakan bahwa

buih yang timbul disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian larut

dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik)

sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Dari hasil

percobaan terlihat tidak adanya buih yang mantap selama tidak kurang dari

10menit setinggi 1-10cm. Hasil percobaan ini menunjukkan tidak adanya

kandungan saponin pada ekstrak n-heksana daun binahong.

5. Triterpenoid dan steroid

Adanya senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak n-heksana daun

binahong dapat ditunjukan dengan penambahan reagen Lieberman-Burchard.

Triterpenoid memberikan reaksi dengan terbentuknya cincin berwarna kecoklatan

ketika senyawa ini ditetesi reagen Lieberman-Burchard melalui dindingnya,

sedangkan steroid akan menghasilkan warna hijau kebiruan (Robinson, 1995).

Perubahan warna ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada golongan

triterpenoid/steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi (senyawa

pentaenilik). Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa ekstrak n-heksana daun

binahong menunjukkan adanya senyawa steroid dengan terbentuk warna hijau

kebiruan.

Untuk mendukung hasil reaksi warna maka dilakukan dengan

menggunakan KLT dan kemudian disemprotkan pereaksi Lieberman-Buncard

Gambar 8. Hasil KLT 1 kromatografi kolo

Tabel IV. Hasil KLT daun binahong da

Gambar No. be

8. (a)

8. (b)

Pada KLT (G

kanan tiap totolannya

hasil kromatografi kol

digunakan adalah fas

LT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahon olom 2 ekstrak n-heksana daun binahong deng

Lieberman-Buncard

T senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekst dan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-he

binahong

No. bercak Nilai Rf

Warna sebelum ditambahkan reagen 1 0,03 Hijau kehitaman 2 0,3 Kuning 3 0,42 Hijau 4 0,62 Hijau tua 5 0,9 Kuning 1 0,79 Kuning

(Gambar. 8) terlihat adanya 2 totolan, di ma

ya adalah (a) ekstrak n-heksana daun binahon

kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong. Si

fase diam silika gel dan fase gerak kloroform.

ong dan (b) fraksi engan pereaksi kstrak n-heksana heksana daun n Warna setelah ditambahkan reagen Hijau kehitaman Kuning Hijau Hijau tua Hijau kebiruan Hijau kebiruan

mana dari kiri ke

hong, (b) fraksi 1

. Sistem KLT yang

dapat dilihat bahwa uji dengan pereaksi Lieberman-Buncard memberikan hasil

positif yang tampak dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi hijau

kebiruan pada gambar 8. (a) bercak 5 dan gambar 8. (b) bercak 1 (Tabel IV). Hal

ini membuktikan bahwa dalam ekstrak n-heksana daun binahong terdapat steroid.

Dokumen terkait