• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia, manusia dikaruniai Tuhan akal pikiran, sehingga proses belajar mengajar merupakan usaha manusia dalam masyarakat yang berbudaya, dan dengan akal manusia akan mengetahui segala hakekat permasalahan dan sekaligus dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Pada dasarnya pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan anak agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya sendiri serta memberikan konstribusi yang bermakna dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas masyarakat dan bangsanya. Pendidikan merupakan tindakan antisipatoris, karena apa yang dilaksanakan pada pendidikan sekarang akan diterapkan dalam kehidupan pada masa yang akan datang.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sahlan, 2009: 2).

2

Bentuk pengembangan manusia meliputi proses-proses, pertama pembudayaan yaitu proses transformasi nilai-nilai budaya yang menyangkut nilai-nilai etis, estetis, dan nilai budaya, serta wawasan kebangsaan dalam rangka terbinanya manusia berbudaya. Kedua, proses pembinaan iman dan taqwa yaitu transformasi nilai-nilai keagamaan (iman, taqwa, kebajikan, akhlak, dan sebagainya) dalam rangka terbinanya manusia beragama. Dan ketiga, proses pembinaan ilmu pengetahuan ialah pengembangan potensi kearah terbinanya kemampuan peserta didik sebagai manusia pembangunan, untuk mendapatkan manfaat kesejahteraan bagi umat manusia.

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia tentu memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam

3

yang telah diimani, dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Muhaimin, 2002: 78).

Pemahaman Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna, dan mempunyai akhlak yang mulia. Anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik, terutama dalam berperilaku. Perilaku keagamaan adalah segala aktivitas individu atau kelompok yang berorientasi atas kesadaran tentang adanya Allah SWT dan melaksanakan ajaran sesuai dengan agama Islam, misalnya seperti sholat, puasa, zakat, sedekah, membaca Al-Qur’an yang semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.

Perilaku beragama siswa di SMK tersebut tercermin dalam peribadatan mereka antara lain, dengan diterapkannya kepada peserta didik setiap paginya untuk melaksanakan sholat dhuha, pada siang harinya diwajibkan untuk melaksanakan sholat secara berjamaah, dan diberikan ekstrakurikuler seperti rebana pada setiap hari sabtu, yang kesemuanya itu terpantau oleh para guru terutama guru agama. Ini menunjukkan pihak SMK Negeri 1 Ngablak juga peduli dengan pertumbuhan perilaku beragama peserta didiknya dan terdapat juga proses pemahaman Pendidikan Agama Islam.

4

Akan tetapi kalau melihat perilaku anak sekarang ini, banyak sekali anak ketika di Sekolah menaati peraturan yang sudah diterapkan dan seolah-olah mereka paham terhadap apa yang sudah diajarkan oleh guru, tetapi ketika mereka sudah berada di luar lingkungan Sekolah, mereka berperilaku seenaknya saja terhadap orang lain dan itu sangat tidak mencerminkan perilaku beragama mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “KORELASI ANTARA

PEMAHAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PERILAKU BERAGAMA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemahaman materi pendidikan agama Islam pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang?

2. Bagaimanakah perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang?

3. Adakah korelasi antara pemahaman materi pendidikan agama Islam dengan perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang?

5 C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemahaman materi pendidikan agama Islam pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang

2. Untuk mengetahui perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang

3. Untuk mengetahui korelasi antara pemahaman materi pendidikan agama Islam dengan perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 110) hipotesis berasal dari 2 penggalan kata,

“hipo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran.

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sedangkan menurut Suryabrata (1995: 69) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Pemahaman materi pendidikan agama Islam merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai setelah peserta didik melakukan kegiatan belajar pendidikan agama Islam. Dalam proses pembelajaran, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa yang telah dipelajari dan mengaplikasikan dalam kehidupan terutama dalam perilaku beragama.

6

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan penulis dalam

penelitian ini adalah “ada korelasi yang signifikan antara pemahaman materi

pendidikan agama Islam dengan perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kabupaten Magelang”.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi jelas tentang ada atau tidaknya korelasi antara pemahaman materi pendidikan agama Islam dengan perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kabupaten Magelang. Sehingga dari informasi tersebut dapat diambil manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada dunia pendidikan, dan dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya tentang pemahaman materi pendidikan agama Islam dan perilaku beragama siswa.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi guru

Sebagai dasar untuk lebih meningkatkan keteladanan dan kreatifitas guru dengan menggunakan metode tertentu dalam mengajar sehingga peserta didik lebih memahami materi pelajaran yang diberikan dan menyerapnya kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

7

b. Manfaat bagi siswa

Dengan penjelasan guru yang mudah dimengerti, dan metode pengajaran serta keteladanan guru, maka siswa dapat mencontoh perilaku beragama guru dengan baik.

c. Manfaat bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kualitas pengajaran guru dan kualitas perilaku peserta didik akan lebih meningkat dan baik, sehingga nantinya akan menjadi Sekolah unggulan dan dapat menjunjung tinggi nama Sekolah.

d. Manfaat bagi penulis

Penulis bisa belajar dari kenyataan bahwa untuk menjadi guru yang terampil harus mempunyai profesionalitas yang memadai, sehingga murid tawaduk kepada guru.

F. Definisi Operasional

1. Pemahaman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 811) pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, haluan (4) mengerti benar; tahu benar (akan). Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Hariyanto (2004: 278) pemahaman berasal dari kata paham, yang artinya faham, mengerti.

Dalam bukunya Susanto (2013: 6) pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan

8

yang dipelajari. Sedangkan menurut Yulaelawati (2004: 60) pemahaman adalah kemampuan untuk memahami materi atau bahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar terhadap sesuatu seperti materi atau bahan ajar. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam mengetahui atau mempelajari sesuatu. Terutama dalam memahami materi pelajaran yang telah diberikan di sekolah.

2. Materi Pendidikan Agama Islam a. Materi

Dalam Kamus Seri Bahasa Indonesia materi berasal dari bahasa Belanda materie yaitu benda, zat. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) materi adalah benda, bahan, segala sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa materi adalah suatu bahan yang digunakan oleh seseorang untuk dibicarakan kepada orang lain agar menjadi paham.

b. Pendidikan Agama Islam

Pengertian Pendidikan Agama Islam di bawah ini akan penulis uraikan menurut Daradjat (2011: 86) ada 3 yaitu sebagai berikut:

9

1) Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannnya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang diajarkan berdasarkan ajaran Islam.

3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Sedangkan menurut Muhaimin (2002: 75-76) pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk meghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.

10

Jadi, dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan agama Islam adalah bahan ajar yang diberikan oleh pendidik agar peserta didik secara sadar memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

3. Perilaku Beragama

Perilaku beragama berasal dari dua kata yaitu perilaku dan beragama. Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 859)

adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan beragama menurut Hariyanto (2004: 11) berasal dari kata agama yang artinya ajaran kepercayaan kepada Tuhan. Beragama adalah peraturan hidup lahir dan batin berdasarkan keyakinan dan kepercayaan yang bersumber kepada kitab suci dalam hal ini adalah Al-Qur’an dan sunnah ( http://istigfar.blogspot.co.id/2010/12/perilaku-beragama.html).

Jadi, perilaku beragama adalah bentuk atau ekspresi jiwa dalam berbuat, berbicara sesuai dengan ajaran agama. Perilaku beragama pada dasarnya adalah suatu perbuatan seseorang baik dalam tingkah laku maupun dalam berbicara yang didasarkan dalam petunjuk ajaran agama Islam.

11 G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Proses pendekatan membutuhkan tahapan berpikir ilmiah dan juga pendekatan yang tepat. Penelitian ini untuk mencari korelasi dari variabel X, yaitu pemahaman materi pendidikan agama Islam dengan variabel Y, yaitu perilaku beragama siswa.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode korelasional. Dimana penulis mendeskripsikan dan menginterpretasi data yang ada. Data deskriptif dalam penelitian ini diperoleh melalui angket dan observasi.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Ngablak Kabupaten Magelang, yang merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Kejuruan di Kecamatan Ngablak. Dan penelitian ini dilaksanakan antara bulan Mei sampai dengan September 2016 sampai dengan selesai, yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

12

dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Martono, 2011: 74). Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kabupaten Magelang dengan jumlah siswa sebanyak 192 orang.

b. Sampel

Menurut Martono (2011: 74) sampel adalah anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Sampel adalah sejumlah individu atau sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174).

Pengambilan sampel dari penelitian ini menurut Arikunto (2002: 112), apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Selanjutnya jika populasi dalam jumlah besar dapat diambil antara 10% -15% atau 20% - 25%.

Dalam penelitian ini jenis sampel yang digunakan adalah sampling random. Populasi dari penelitian ini adalah kelas XI semua jurusan yaitu jurusan Agribisnis Pembibitan & Kulturjaringan Tanaman, Agribisnis Ternak Unggas, dan Tata Niaga/ Pemasaran yang berjumlah 192 siswa, dan berdasarkan teori tersebut di atas, maka sampel yang diambil adalah 25% dari jumlah populasi, sehingga jumlahnya adalah 48 siswa.

13 4. Metode Pengumpulan Data

Ada banyak teknik pengumpulan data dalam melakukan proses penelitian. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

a. Angket/kuesioner

Menurut Arikunto (2005: 102) angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Metode angket ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai variabel Y yaitu perilaku beragama siswa. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Sehingga responden tidak bisa memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Dimana penulis sudah menyediakan jawaban yaitu pada pilihan ganda a, b, c, ataupun d. Responden tinggal memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia.

b. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010: 274) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai variabel X yaitu pemahaman materi pendidikan agama Islam dan

14

memperoleh informasi data buku penilaian hasil belajar siswa, kegiatan-kegiatan keagamaan, maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa nilai tes pemahaman materi pendidikan agama Islam dn butir-butir pertanyaan dalam angket untuk variabel perilaku beragama siswa.

Tabel 1.1

Indikator perilaku beragama

VARIABEL INDIKATOR PERILAKU BERAGAMA Dimensi peribadatan 1. Sholat 2. Puasa 3. Infak Dimensi Pengalaman/Akhlak 1. Akhlak kepada guru 2. Akhlak kepada orang tua 3. Akhlak kepada teman 4. Akhlak kepada diri sendiri 5. Akhlak kepada lingkungan

6. Analisis Data

Analisis data adalah langkah lebih lanjut yang dilakukan setelah mendapat data yang diperoleh melalui pengumpulan data dari hasil yang diupayakan (Sukardi, 2009: 86).

15

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan variabel x: pemahaman materi pendidikan agama Islam dan variabel y: perilaku beragama siswa.

Adapun langkah-langkahnya adalah: a. Analisis pendahuluan

Untuk mengetahui analisis pendahuluan digunakan teknik analisis data persentase frekuensi dengan rumus:

P =

𝐹

𝑁

x 100 %

Keterangan:

P : Persentase perolehan

F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Jumlah siswa

100% : Bilangan konstan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel pemahaman materi pendidikan agama Islam dan perilaku beragama siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang tahun pealajaran 2015/2016.

b. Analisis lanjutan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui korelasi antara pemahaman materi pendidikan agama Islam dan perilaku beragama siswa. Adapun rumus untuk menganalisis data penelitian menggunakan teknik analisis data koefisien korelasi product moment.

16

r

xy

=

N.∑xy− (∑x)(∑y)

N∑x2−(∑x)² N∑y²−(∑y)²

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y N : banyaknya sampel penelitian

X : Jumlah variabel X Y : Jumlah variabel Y

∑X2

: Kuadrat dari variabel X

∑Y2

:Kuadrat dari variabel Y XY : Product dari variabel X dan Y

: Jumlah

Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis. Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara x dan y atau diperoleh nilai Ho (hipotesis alternative) pada tabel taraf 5% atau 1%. Apabila Ho diperoleh sama atau lebih besar dari Ho, maka hasilnya tidak akan signifikan , dengan demikian Ho bisa ditolak.

17 H. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Dokumen terkait