• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.) suku labu-labuanatau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan baik dalam kondisi segar ataupun diolah lebih lanjut. Selain untuk bahan makanan, mentimun juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada pada industri kecantikan. Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Dengan kemampuan adaptasi pada berbagai iklim yag baik, tanaman ini mudah dibudidayakan. Daya serap pasar juga tidak diragukan lagi, hal ini menjadikan peluang usaha untuk budidaya mentimun masih terbuka lebar

Menurut data dari Direktotat Jenderal Hortiluktura (2012), produksi tanaman mentimun di Indonesia tahun 2011 adalah 521.535 ton. Di Provinsi Sumatera Utara, produksi mentimun pada tahun 2011 yaitu 45.975 ton yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 36.426 ton pada tahun 2010, namun mengalami penurunan dari tahun 2007 yang mencapai produksi 58.000 ton.

Mentimun (Cucumis sativus L.) diklasifikasikan sebagai tanaman berumah satu, dimana bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Mentimun memiliki beberapa fase perkembangan. Fase pertama adalah fase vegetatif dan fase dimana hanya bunga jantan yang muncul. Fase selanjutnya adalah kondisi dimana bunga jantan dan betina muncul secara bersamaan. Fase terakhir adalah fase dimana bunga betina gagal untuk berkembang. Buah hanya terbentuk dari fase saat bunga jantan dan betina muncul secara bersamaan (Hossain et al., 2002).

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan pupuk hayati berdaya ameliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung dalam menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasi dan menyehatkan ekosistem tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan (Sutanto, 2002).

Menurut Kartadisastra (2001), kelinci pada awalnya adalah ternak liar yang sulit dijinakkan. Tetapi sejak dua puluh abad yang silam hewan ini sudah mulai dijinakkan. Pada umumnya tujuan pemeliharaan kelinci adalah untuk ternak hias, penghasil daging, kulit dan untuk hewan percobaan. Manfaat lain yang bisa diambil dari kelinci adalah hasil ikutannya yang dapat dijadikan pupuk, kerajinan dan pakan ternak.

Sarwono (2002) mengemukakan bahwa urine kelinci banyak dimanfaatkan sebagai pupuk cair untuk bunga potong dan sayuran, dan diduga mengandung hormon penunjang tumbuh, seperti auxin atau giberillin. Menurut Syafwan (2011), kandungan unsur yang terdapat dalam urine kelinci yaitu: amonia (0,05%), sulfat (0,18%), fosfat (0,12%), klorida (0,6%), magnesium (0,01%), kalsium (0,015%), kalium (0,6%), natrium (0,1%), kreatinin (0,1%), asam uric (0,03%), urea (2%), air (95%) serta sisanya adalah hormon, zat toksin dan zat abnormal.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Joni Wiguna (2011) secara efek mandiri pemberian konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci

pada konsentrasi 450 ml L-1 memberikan pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah, bobot buah segar per tanaman dan bobot buah segar per petak.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai konsentrasi urine kelinci guna mengetahui pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi pupuk organic cair urin kelinci terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman menimun (Cucumis sativus

L.)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi pupuk organik cair urine kelinci terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus

L.)

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi pemberian pupuk organik cair urine kelinci serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.).

Kegunaan Penulisan

Penelitian ini berguna untuk memperoleh data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

RANGGA FRANADA LUBIS : Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Pupuk Organik Cair Urine Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Mentimun, dibimbing oleh : ROSITA SIPAYUNG dan REVANDI I. M DAMANIK.

Penggunaan pupuk organik cair urine kelinci merupakan alternatif yang sering dipilih petani untuk meningkatkan serapan unsur hara fosfor (P) dan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk organik cair urine kelinci terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan April sampai Juni 2015, menggunakan rancangan acak kelompok factorial dengan dua faktor perlakuan yaitu konsentrasi urine kelinci 0, 100, 200, 300 ml/l dan frekuensi pemberian urine kelinci dengan perlakuan seminggu sekali dan dua minggu sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi urine kelinci

berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga jantan, dan jumlah bunga betina. Perlakuan frekuensi pemberian urine kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah buah per tanaman. Interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pemberian urine kelinci tidak berpengaruh nyata pada seluruh parameter pengamatan yang diamati.

ABSTRACT

RANGGA FRANANDA LUBIS: Effects of Concentration and Time Applications Urine Rabbits Liquid Organic Fertilizer on the Growth and Production of

Cucumber, guided by: ROSITA SIPAYUNG and REVANDI I. M DAMANIK. The use of liquid organic fertilizer rabbit urine is an alternative that is often chosen farmers to increase the uptake of nutrients phosphorus (P) and the growth of plants. This study aims to determine the effect of concentration and frequency of application of rabbit urine liquid organic fertilizer on the growth and yield of cucumber (Cucumis sativus L.) This study was conducted at the

Experimental Farm of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan at an altitude of ± 25 asl from April until June 2015, using a randomized factorial design with two factors, namely treatment of rabbit urine concentrations of 0, 100, 200, 300 ml/l and frequency of urine rabbit with treatment once a week and two weeks. The results showed that rabbit urine concentration significantly affected the length parameters of the plant, number of leaves, number of male flowers, and the number of female flowers. Treatment frequency of rabbit urine significantly affected parameter number of fruits per plant. Interaction between the concentration and frequency of urine rabbits no real effect on the entire observation parameters were observed..

PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR

Dokumen terkait