• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu komoditas udang bernilai ekonomis tinggi dengan harga jual mencapai Rp 75.000/kg (KKP 2013). Permintaan pasar udang galah dalam negeri juga cukup tinggi yaitu mencapai 20 ton per hari. Namun, permintaan pasar udang galah yang cukup tinggi tersebut belum diimbangi dengan produksi yang hanya mencapai 617 ton pada tahun 2011 dan mulai meningkat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 3.387 ton (KKP 2013). Namun hasil produksi tersebut masih belum maksimal. Rendahnya produksi udang galah dikarenakan nilai sintasan yang rendah dan padat penebaran yang rendah pula pada kegiatan budidaya. Padat tebar udang galah sebesar 5 ekor/m2 hanya memperoleh sintasan sebesar 45% (Rohmana et al. 2007). Sehingga perlu dilakukan budidaya secara intensif dalam upaya peningkatan hasil produksi udang galah. Budidaya intensif adalah sistem budidaya dengan kepadatan tinggi, penggunaan pakan berprotein tinggi secara kontinu, dan manajemen kualitas air secara baik (Maryam 2010). Pada prakteknya, udang galah hanya bisa meretensi protein pakan sekitar 16,3-40,87% (Yi et al. 2003), sedangkan sisanya dibuang menjadi limbah berupa produk ekskresi yaitu feses dan sisa pakan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai hal terutama penurunan kualitas media budidaya yang mempengaruhi sintasan udang galah menjadi semakin rendah, sehingga dapat menggagalkan produksi udang.

Salah satu solusi untuk meningkatkan produksi udang galah adalah dengan cara budidaya secara terpadu dengan sistem Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA). Sistem IMTA merupakan suatu sistem budidaya yang mengintegrasi beberapa organisme yang tidak saling berkompetisi dan dititikberatkan pada perbedaan trofik level dari setiap organisme yang dibudidayakan (Chopin 2006). Terdapatnya perbedaan trofik level pada sistem IMTA berguna untuk mengurangi limbah dari satu organisme yang nantinya dimamfaatkan menjadi sumber energi bagi organisme lain yang trofik levelnya lebih rendah. Dengan demikian keseimbangan ekosistem yang tercipta menjadi lebih baik (Crooker dan Contreras 2010). Sistem IMTA sudah banyak digunakan di dunia akuakultur baik di air tawar dan air laut. Menurut Ghifarini (2013) sistem IMTA pada udang galah dengan padat tebar 10 ekor/m2 yang dipadukan dengan ikan nilem merupakan perlakuan terbaik, namun padat tebar udang masih dapat ditingkatkan lagi dengan dipadukan ikan yang trofik levelnya lebih rendah dari udang galah dan tentunya mempunyai harga yang lebih ekonomis.

Sistem IMTA pada penelitian ini yaitu dengan memelihara udang galah dan ikan tambakan (Helostoma temminckii) dalam satu wadah yang terintegrasi pada bak pemeliharaan tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica). Ikan tambakan merupakan ikan herbivora pemakan plankton yang sekarang lebih dikenal sebagai ikan hias dengan nama kissing gouramy. Dampak dari popularitasnya sebagai ikan hias, ikan tambakan yang berukuran kecil yaitu sekitar 12-15 cm menjadi salah satu komoditas ekspor. Ikan tambakan diekspor hingga ke Jepang, Eropa, dan Amerika Utara dengan harga USD 3 - 6/ekor (Putriana 2011). Di Indonesia ikan tambakan cukup digemari di kalangan masyarakat baik dikonsumsi dalam produk kering

ataupun ikan segar. Harga ikan tambakan di pasar parung mencapai Rp 20.000/kg sebagai ikan konsumsi.

Ikan tambakan akan memamfaatkan sisa pakan dari udang galah dan air yang mengandung limbah N akan dialirkan ke bak kangkung. Air yang dialirkan ke bak kangkung akan dimamfaatkan sebagai pupuk dengan penyerapan N melalui akar kangkung. Air dari bak dialirkan kembali ke kolam pemeliharaan udang galah dengan konsentrasi N yang lebih rendah. Air dari bak kangkung nantinya akan menjadi sumber nutrisi untuk pembentuk fitoplankton yang menjadi makanan bagi ikan tambakan. Dalam penelitian ini difokuskan pada pada tebar udang galah dan ikan tambakan yang berbeda-beda. Dengan pemeliharaan sistem IMTA diharapkan dapat meningkatkan kualitas media budidaya, melihat padat tebar optimal, meningkatkan sintasan, mempercepat laju pertumbuhan, dan menguntungkan secara ekonomis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perubahan kualitas air, padat tebar optimal, sintasan, dan pertumbuhan dari perbedaan hasil produksi budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dengan kepadatan tinggi dan ikan tambakan (Helostoma temminckii) yang dipelihara dengan sistem IMTA.

METODE

Prosedur Penelitian Persiapan Wadah dan Bahan

Hewan uji yang digunakan yaitu udang galah dengan bobot awal 1 g/ekor (tokolan satu) berasal dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sukabumi dan ikan tambakan dengan bobot awal 1,45 g/ekor . Masa pemeliharaan selama 60 hari. Pakan yang diberikan untuk udang memiliki kandungan protein sebesar 40% dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan feeding rate sebesar 5% dari bobot udang galah sedangkan ikan tambakan sendiri tidak diberi pakan. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan udang galah adalah kolam terpal dengan ukuran 22,5 m2 sebanyak 6 kolam, yaitu untuk 2 perlakuan dengan 3 ulangan. Pada tiap kolam dipasang pompa air yang berfungsi mengalirkan air dari kolam pemeliharaan ke bak kangkung air. Kolam dilengkapi dengan 1 shelter yaitu berupa apartemen yang terbuat dari bambu yang diletakan di tengah-tengah kolam.

Biofilter yang digunakan yaitu kangkung air dengan biomassa awal 70 g/rumpun. Wadah tanaman kangkung air menggunakan bak yang terbuat dari bambu berukuran 400cm x 45 cm x 30cm yang dilapisi plastik terpal, dan sebagai media tanam dari kangkung air digunakan batu apung dengan ketinggian substrat 25 cm. jarak tanam antar rumpun kangkung sejauh 15 cm.

Penelitian dilaksanakan dengan metode rancangan acak lengkap dengan perlakuan berupa perbedaan padat penebaran awal udang galah dan ikan tambakan yaitu udang galah 30 ekor/m2 dan ikan tambakan 50 ekor/m2 (U30T50), udang galah 30 ekor/m2 dan ikan tambakan 100 ekor/m2 (U30T100). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Air dialirkan dengan mengintegrasi budidaya udang galah dan ikan tambakan secara tertutup (resirculating aquaculture) yang dipadukan dengan sistem biofilter. Air dari kolam budidaya dialirkan dengan pompa ke wadah kangkung air, kemudian air dari wadah kangkung air masuk secara gravitasi ke kolam budidaya. Gambar dibawah ini merupakan bagan proses resirkulasi yang dilakukan pada sistem IMTA (Gambar 1).

Gambar 1. Rancangan sistem IMTA yang dilakukan pada penelitian yang terdiri dari Udang Galah, Ikan Tambakan, dan Kangkung air.

Prosedur Analisis Data Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WIB setiap 10 hari sekali. Untuk Total P dan Total N dilakukan pengukuran hanya pada hari ke- 0, hari ke-30, dan hari ke-60. Sampel air yang diambil yaitu pada kolam pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan. Berikut merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air (Tabel 1).

Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air pada wadah pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan.

Parameter Satuan Peralatan

Suhu oC Termometer

pH - pH meter

Oksigen Terlarut (DO) mg/L DO meter CO2 mg/L CO2 Titrasi dengan NaOH

Alkalinitas mg/L CaCO3 Titrasi dengan HCL

Kesadahan mg/L CaCO3 Titrasi dengan EDTA

Amonia (NH3-N) mg/L Spektrofotometer

Nitrit (NO2-N) mg/L Spektrofotometer

Nitrat (NO3-N) mg/L Spektrofotometer

Total P mg/L Spektrofotometer Total N mg/L Labu destilasi

Pengukuran suhu, pH, dan oksigen terlarut dilakukan secara in-situ dengan menggunakan DO meter, termometer, dan pH meter. Pengukuran Total N dilakukan di Laboratorium Nutrisi ikan, dan pengukuran amonia, nitrit, nitrat, CO2, alkalinitas, kesadahan, dan Total P dilakukan di laboratorium Lingkungan

budidaya perairan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Parameter Biologis Udang Galah dan Ikan Tambakan

Kolam pemeliharaan udang galah dan

ikan tambakan

Pompa

Parameter biologis udang galah dihitung untuk mengetahui pertumbuhan udang galah selama 60 hari. Sampling bobot dan panjang dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menggunakan timbangan digital dan penggaris. Udang galah dan ikan tambakan yang diukur sebanyak 10 ekor untuk tiap sampling. Bobot dan panjang yang telah diukur kemudian dirata-ratakan dari tiap ulangan.

Sintasan (SR)

Sintasan dihitung pada akhir pemeliharaan untuk mengetahui presentase udang yang masih hidup. Perhitungan sintasan menggunakan persamaan berikut (Effendi 2004):

SR =

Keterangan : SR : Sintasan (%)

Nt : Jumlah populasi ikan hari ke-t (ekor) No : Jumlah populasi ikan hari ke-o (ekor)

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian dihitung untuk mengetahui persentase pertambahan bobot tiap harinya. Laju pertumbuhan hariandapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Zonneveld et al. 1991):

LPH = Keterangan :

LPH : Laju pertumbuhan harian (%/hari) Wt : Bobot rata-rata akhir (g)

Wo : Bobot rata-rata awal (g) t : waktu yang dibutuhkan (hari)

Bobot Mutlak

Bobot mutlak dihitung untuk mengetahui pertambahan bobot selama masa pemeliharaan. Bobot mutlak dapat dirumuskan sebagai berikut (Zonneveld et al.1991):

Keterangan :

Wm : Bobot mutlak (g)

Wt : Bobot rata-rata pada hari ke-t (g) Wo : Bobot rata-rata pada hari ke-o (g)

Panjang Mutlak

Panjang mutlak dapat dirumuskan sebagai berikut (Zonneveld et al. 1991): L = Lt-Lo

Keterangan :

L : Pertumbuhan panjang

Lt : Panjang rata-rata ikan pada hari ke-t Lo : Panjang rata-rata ikan pada hari ke-o

Hasil Produksi

Hasil produksi merupakan biomassa akhir udang galah selama pemeliharaan. Hasil produksi dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 2004):

Keterangan :

P : Hasil Produksi (g) W :Bobot rata-rata akhir (g) N :Jumlah populasi akhir (ekor)

Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)

Efisiensi pemberian pakan yaitu persentase jumlah pakan yang dimanfaatkan oleh udang dari total pakan yang diberikan. Perhitungan EPP dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pakan yang dimanfaatkan oleh udang. EPP dapat dihitung dengan rumus berikut (Zonneveld et al. 1991):

Keterangan:

EPP : Efisiensi Pemberian Pakan (%)

F : Jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan (g) Wt : Biomassa pada hari ke-t (g) udang galah

Wo : Biomassa pada hari ke-o (g) udang galah

Identifikasi Plankton

Pengamatan plankton dilakukan untuk mengetahui indeks dominansi, keanekaragaman, dan indeks keragaman serta kelimpahan relatif. Pengambilan sampel plankton dilakukan 30 hari sekali dengan menggunakan plankton net. Pengambilan sampel air dilakukan pada 4 titik dengan volume air yang disaring 7 L, dan air yang tersaring 25 mL.

Indeks Dominansi

Indeks dominasi (D) dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut (Basmi 2000) :

D = (pi)2 D = indeks dominansi

pi = kelimpahan relatif

Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman (H) dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut (Basmi 2000) :

H' =-(pi logpi) H' = keanekaragaman

pi = kelimpahan relatif

Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman (E) dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut (Basmi 2000) : E = H'/LN n E = Keseragaman H' = keanekaragaman N = banyaknya jenis Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Perangkat lunak tersebut digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap sintasan, laju pertumbuhan harian, hasil produksi, bobot dan panjang mutlak, dan EPP. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Independent T-Test. Untuk data kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, fosfat) dan identifikasi plankton dianalisis secara deskriptif.

Dokumen terkait