• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penuaan merupakan proses alamiah dalam kehidupan manusia, menua erat kaitannya dengan berbagai proses degeneratif. Banyak teori diajukan dan berbagai penelitian dilakukan untuk mencegah penuaan. Terjadinya radikal bebas akibat proses oksidatif merupakan teori yang paling sering dianut. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaaan atau setidaknya menua secara alami (Ardhie, 2011).

Sumber antioksidan alami dapat berasal dari tumbuhan, salah satunya adalah berasal dari sayuran indigenous (Kusuma dan Andarwulan, 2012). Sayuran

indigenous merupakan sayuran asli daerah yang telah banyak diusahakan dan

dikonsumsi sejak zaman dahulu dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu. Sayuran ini biasanya ditumbuhkan di pekarangan rumah atau di kebun secara komersial (Suryadi dan Kusmana, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Andarwulan, dkk., (2010) dan Andarwulan, dkk., (2012) menyebutkan bahwa dari sejumlah sayuran indigenous yang diteliti telah diketahui mengandung senyawa fenolik, termasuk didalamnya senyawa flavonoid, yaitu flavonol (quercetin, kaempferol, dan myricetin) dan flavon (apigenin dan luteolin). Selain itu, sayuran indigenous juga memiliki aktivitas antioksidan yang relatif tinggi.

Salah satu contoh sayuran indigenous adalah buah rimbang. Buah rimbang (Solanum torvum Sw.) biasanya dapat dimakan langsung (edible portion),

glucoside), protein, lemak, dan mineral (Yuanyuan, et al., 2009).

Komponen bioaktif yang berperan sebagai antioksidan dapat berasal dari senyawa fenolik dan senyawa non fenolik. Berdasarkan penelitian Rahmat (2009), buah rimbang mengandung senyawa fenolik berupa flavonoid, yaitu flavonol (quercetin, kaempferol, dan myricetin) dan flavon (apigenin dan luteolin).

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes, RI., 1995). Krim dianggap lebih mempunyai daya tarik estetika yang lebih besar karena sifatnya tidak berminyak dan kemampuan menyerap dalam kulit pada saat pengolesan (Ansel, 1989).

Dengan adanya kandungan antioksidan pada buah rimbang, maka peneliti membuat sediaan kosmetik dalam bentuk krim dengan menambahkan ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.) sebagai anti-aging.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini:

a. Bagaimana karakteristik simplisia buah rimbang (Solanum torvum Sw.) dibandingkan dengan yang terdapat pada Materia Medika Indonesia (MMI) jilid IV 1995?

b. Apakah ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air?

c. Apakah krim yang mengandung ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.) mampu memberikan efek anti-aging pada kulit?

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Hasil karakterisasi simplisia buah rimbang (Solanum torvum Sw.) memenuhi syarat karakteristik yang tertera pada Materia Medika Indonesia (MMI) jilid IV 1995.

b. Ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

c. Krim yang mengandung ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.) mampu memberikan efek anti-aging pada kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Pemeriksaan karakterisasi simplisia buah rimbang (Solanum torvum Sw.). b. Untuk mengetahui apakah ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.)

dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

c. Untuk mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.)mampu memberikan efek anti-aging pada kulit. 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman rimbang (Solanum torvum Sw.).

Sw.) untuk konsumen yang tidak hanya dapat dikonsumsi sebagai sayur atau lalapan saja.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 15 orang relawan, sediaan krim dioleskan pada area kulit punggung tangan yang sudah diberi tanda. Terdapat 3 variabel bebas yaitu simplisia buah rimbang, ekstrak etanol buah rimbang, formulasi krim ekstrak buah rimbang. Variabel terikat meliputi karakterisasi, skrining fitokimia, uji efek anti-aging dengan skin analyzer dan moisture checker (Aramo-Huvis). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian - Makroskopik.

- Kadar air.

- Kadar sari larut air. - Kadar sari larut etanol. - Kadar abu total.

- Kadar abu tidak larut asam. Karakterisasi

Simplisia buah rimbang (Solanum

torvum Sw.)

Ekstrak etanol buah rimbang (EEBR)

Formulasi krim EEBR

Uji efek anti-aging dengan skin analyzer dan moisture checker

(Aramo-Huvis) - Kadar air. - Kehalusan. - Pori. - Noda. - Keriput. - Kedalaman keriput Skrining fitokimia - Alkaloida. - Glikosida. - Saponin. - Flavonoid. - Antrakuinon. - Tanin. - Steroid/Terpenoid.

(Solanum torvum Sw.) SEBAGAI ANTI-AGING Abstrak

Latar Belakang: Buah rimbang mengandung berbagai jenis vitamin, seperti vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C, glukoalkaloid, solasonine, sterolin (sitosterol-D glucoside), protein, lemak, dan mineral. Buah rimbang juga mengandung asam fenolat (asam klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat) yang merupakan senyawa fenolik. Selain itu, buah rimbang juga mengandung senyawa antioksidan berupa karotenoid. Adanya kandungan tersebut, maka buah rimbang memiliki fungsi sebagai antioksidan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan memformulasikan ekstrak buah rimbang dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air dan menguji daya

anti-aging kulit punggung tangan sukarelawan.

Metode: Serbuk buah rimbang diekstraksi secara perkolasi dengan pelarut etanol 80%. Perkolat yang diperoleh diuapkan dengan bantuan rotary evaporator ±500C dan dipekatkan dengan freeze dryer -400C. Terhadap serbuk simplisia dilakukan skrining fitokimia dan karakterisasi. Ekstrak buah rimbang diformulasi dalam sediaan krim dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%. Selanjutnya sediaan krim dievaluasi stabilitasnya dan diuji efektivitasnya pada kulit tangan sukarelawan menggunakan alat skin analyzer. Pembuktian kemampuan sediaan anti-aging meliputi beberapa parameter yaitu kadar air (moisture), kehalusan (evennes), pori(pore), keriput (wrinkle), dan kedalaman keriput (wrinkle’s depth).

Hasil: Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa serbuk simplisia buah rimbang mengandung alkaloida, flavonoida, tanin, saponin, glikosida, antarakuinon dan steroid/triterpenoid. Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air (3,9%), kadar sari larut air (12,87%), kadar sari larut etanol (16,4%), kadar abu total (5,1%) dan kadar abu yang tidak larut asam (0,43%). Hasil evaluasi krim EEBR stabil dalam penyimpanan 90 hari pada suhu kamar. Pemeriksaan homogenitas sediaan krim menunjukkan krim homogen, pH sediaan krim diperoleh nilai 5,4-5,7. Hasil pemeriksaan sediaan krim EEBR menunjukkan efektivitasnya sebagai anti-aging yang baik setelah perawatan 4 minggu. Konsentrasi 10% krim ekstrak buah rimbang memberikan efek lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi lain.

Kesimpulan: Ekstrak buah rimbang dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dan memberikan efek sebagai anti-aging.

Kata Kunci: Ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.), skin analyzer,

EXTRACT CREAM PREPARATION AS ANTI-AGING

Dokumen terkait