• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gunung Sinabung berada di Dataran Tinggi Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2014) titik koordinatnya adalah 3° 10' 12" N, 98° 23' 31.2" E 3.17, 98.392. Gunung Sinabung bersama Gunung Sibayak adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi di Provinsi Sumatera Utara.

Gunung Sinabung berketinggian 2.460 meter dari permukaan laut dan mempunyai 4 kawah (Kawah I, II, III, dan IV). Gunung bertipe strato tersebut mempunyai catatan letusan yang dampaknya berbeda-beda (Retnaningsih, 2013).

Gunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1.600, tetapi menjadi aktif kembali dan mengeluarkan asap dan abu vulkanik pada tanggal 27 Agustus 2010. Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas" karena mengeluarkan lava pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanik ini tersembur hingga 5.000 meter di udara dan cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu vulkanik. Gunung Sinabung meletus kembali pada bulan September 2013 yakni 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi lagi pada sore harinya. Statusnya berubah dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada tanggal 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari yang melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada

korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman (BPTP, 2013).

Pada awal Februari 2014 terjadi erupsi dan beberapa kali letusan Gunung Sinabung. Menurut Dinas Pertanian (2010) hasil erupsinya berupa debu vulkanik menyebar ke beberapa daerah dengan jarak terjauh 6 km dari kaki gunung bahkan sampai ke Kota Medan. Debu-debu ini menutupi seluruh tanah dan benda di atasnya. Lahan pertanian yang merupakan mata pencarian masyarakat sekitar tidak luput dari tutupan debu vulkanik tersebut. Secara kasat mata, kondisi tanaman yang terkena dampak debu vulkanik masih tumbuh baik, namun di beberapa tempat yang terkena penutupan debu vulkanik yang tebal menunjukkan gejala kelayuan sampai kematian dengan pembagian luasan yang berbeda-beda dan luas keseluruhan yang tertutup debu adalah 6.961 ha. Hal inilah yang menyebabkan perlunya dilihat sejauh mana debu vulkanik mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, dalam hal ini pada tanaman tembakau.

Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah material vulkanik yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan gunung berapi. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Material berukuran halus yang diterbangkan angin jatuh sebagai hujan abu. Karena ukurannya yang halus, material tersebut sangat berbahaya bagi pernapasan, mata, pencemaran air, tanah, dan rusaknya tumbuh-tumbuhan. Abu vulkanik umumnya mengandung logam, baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya bagi manusia. Kimia tanah abu vulkanik umumnya mengandung senyawa SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, MnO, TiO2, P2O5, H2O dan logam berat lainnya (Hartuti, 2009). Sedangkan menurut hasil analisis BPTP (2014) debu vulkanik

Gunung Sinabung mengandung 0,24% P2O5; 0,12% K2O; 0,03 MgO; 0,89% Na; 1,14% Fe; 4,04 ppm B; 0,70% S; 98,98 ppm Cd; 46,46 ppm Pb; 22,5% SiO2.

Lapisan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu vulkanik itu. Penyuburan tanah bisa dipercepat jika dicampur dengan kompos dan lain-lain. Kompos tersebut dapat berasal dari sampah dan limbah organik (Tim Kompas, 2010).

Selama ini, penanganan sampah di berbagai kota masih dilakukan secara konvensional. Cara konvensional ini tidak mampu menyelesaikan persoalan sampah secara tuntas. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani masalah sampah adalah memanfaatkan sampah organik kota (60-80% BO) sebagai bahan baku pembuatan kompos. Kompos tersebut dapat digunakan dalam bidang pertanian dan untuk perbaikan tanah marginal (Suranta, 2002).

Salah satu limbah organik yang dapat diolah menjadi pupuk organik adalah sampah kota. Sampah kota terdiri dari bagian yang berasal dari bahan organik berupa sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan. Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, jalan, pertanian dan perikanan. Sampah kota yang berasal dari bahan organik tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik sampah kota. Bahan organik dalam pupuk berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik/kimia (Prihandarini, 2004).

Sampah rumah tangga sangat ideal dijadikan kompos karena selain dapat memanfaatkan komposnya, lingkungan pun terhindar dari pencemaran. Sampah yang telah melalui proses pengomposan merupakan pupuk organik yang bermanfaat. Pemanfaatannya dengan aplikasi langsung kompos pada media tanam tembakau yang mendukung ketersediaan unsur haranya. Menurut Surjadi (2006) pemakaian pupuk organik untuk pertanian memberikan keuntungan ekologis maupun ekonomis. Bahan organik dalam pupuk berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik/kimia.

Tembakau mempunyai nilai ekonomi yang cukup penting karena menyumbang pendapatan negara melalui cukai yang jumlahnya tidak sedikt. Di Indonesia, tembakau cerutu berkualitas ekspor berasal dari Sumatera, dikenal

dengan nama tembakau deli yang khusus digunakan sebagai pembalut cerutu (Erwin dan Suyani, 2000).

Selama kurun waktu 1990-2007, jumlah produksi daun tembakau Indonesia berfluktuasi. Tahun 2007 total produksi daun tembakau Indonesia mencapai 165 ribu ton (menurut data dari Departemen Pertanian). Selama 10 tahun terakhir (1997-2007) terjadi penurunan produksi tembakau sebanyak 21% dari 210.000 ton menjadi 165.000 ton (Papilaya dan Trihorno, 2010).

Aplikasi pupuk kompos dengan berbagai dosis yang dicampur pada media tanam tembakau diharapkan dapat mempercepat ketersediaan hara untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman tembakau. Menurut Badan Litbang Pertanian (2010) karakteristik kimia kompos yang dihasilkan,

diantaranya, C-organik 13%, N-total 3,53%, P-total 0,53%, K-total 4,44%, Ca 5,80%, Mg 1,34%, C/N ratio 10. Unsur N merupakan unsur yang penting untuk tanaman tembakau. Penambahan abu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah mengalami pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat di dalam tanah sehingga mendukung terjadinya penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah. Hal ini dapat didukung dengan peran kompos yang kaya akan bahan organik yang berinteraksi dalam pelapukan debu vulkanik yang mengakibatkan kesuburan media tanam meningkat.

Hingga kini, masih sedikit penelitian yang memberikan data tentang pengaruh pertumbuhan tembakau terhadap debu vulkanik Gunung Sinabung dan dosis pupuk kompos. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui pertumbuhan tembakau terhadap dosis pupuk kompos dan pemberian debu vulkanik Gunung Sinabung.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap pemberian debu vulkanik gunung sinabung dan dosis pupuk kompos. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh nyata pemberian debu vulkanik gunung sinabung dan pupuk kompos terhadap pertumbuhan tembakau (Nicotiana tabacum L.).

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.

ABSTRAK

DANIEL SITORUS: Respons Pertumbuhan Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Dosis Pupuk Kompos dibimbing oleh JONIS GINTING dan TOGA SIMANUNGKALIT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debu vulkanik Gunung Sinabung dan pupuk kompos terhadap pertumbuhan tembakau. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara pada ketinggian tempat + 15 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian debu vulkanik Gunung Sinabung (0 g, 500 g, 1000 g). Faktor kedua adalah dosis pupuk kompos (0 g, 250 g, 500 g dan 750 g). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, tebal daun pasir, tebal daun kaki I, luas daun, panjang akar pada 18 - 50 hari setelah tanam (HSPT) dan bobot kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian debu vulkanik dengan pupuk kompos serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.

ABSTRACT

DANIEL SITORUS: Growth Response of Deli tobacco (Nicotiana tabacum L.) by giving Mount Sinabung volcanic ash and the dose of compost supervised by JONIS GINTING and TOGA SIMANUNGKALIT.

The purpose of the study was to determine the effect of Mount Sinabung volcanic ash and compost on the growth of Deli tobacco. The research was conducted at Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) Sampali, Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency North Sumatera with the height of + 15 metres above sea level, began from July until August 2014. The research design was a randomized block design with two factors, the first factor was Mount Sinabung volcano ash (0 g, 500 g, 1000 g) and the second factor was dose of compost (0 g, 250 g, 500 g, 750 g). The parameters observed were plant height, stem diameter, number of leaf, sand leaf thickness, feet leaf I thickness, leaf area, root length at 18 up to 50 days after transplanting and dry weight of plant. The result showed that volcanic ash and dose of compost and also both of interaction were not show any significant effect on all parameters

RESPONS PERTUMBUHAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) TERHADAP PEMBERIAN DEBU VULKANIK GUNUNG

SINABUNG

Dokumen terkait