• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkebunan karet di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat yang mencakup areal sekitar 2,80 juta ha atau 85% dari total areal perkebunan karet seluas 3,30 juta ha. Dari luasan tersebut, perkebunan rakyat memberikan kontribusi sekitar 1,20 juta ton atau 76% dari total produksi karet alam nasional sebesar 1,60 juta ton pada tahun 2002. Secara umum permasalahan utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktivitas yang rendah, hanya sekitar 610 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2002).

Nilai ekonomis karet terletak pada kemampuannya dalam menghasilkan lateks, sedangkan produk nonlateks seperti kayu karet pada awalnya dianggap sebagai hasil samping terutama untuk kayu bakar. Namun, sejalan dengan berkembangnya teknologi pengolahan dan pengawetan kayu karet dan makin terbatasnya ketersediaan kayu dari hutan alam, baik untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor maka permintaan terhadap kayu karet terus meningkat setiap tahun. Peningkatan permintaan kayu karet juga didorong oleh membaiknya perekonomian dunia dan bertambahnya jumlah penduduk, serta terbatasnya ketersediaan kayu hutan alam terutama setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk diekspor dalam bentuk kayu gergajian (Boerhendhy, dkk., 2003).

Penerapan budidaya karet yang baik menjadi salah satu tantangan di Indonesia, yang sebagian besar pelakunya adalah petani karet dengan tingkat pengelolaan kebun dan input produksi yang terbatas. Hal ini yang menyebabkan

tingkat produktivitas karet rakyat masih jauh di bawah potensi produksi yang sesungguhnya (Peraturan Menteri Pertanian, 2014).

Pendapatan petani meningkat tentunya produktivitas juga harus ditingkatkan. Upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga dapat dilakukan penanaman tanaman sela di gawangan karet yang belum menghasilkan atau lazim disebut pola tumpangsari. Penghasilan dari tanaman sela menjelang tanaman utama karet menghasilkan juga merupakan suatu faktor pendorong dilakukannya peremajaan karet yang sudah tua dan rusak, karena selama ini petani enggan melakukan peremajaan karet yang sudah tua karena takut kehilangan penghasilan keluarga (Adri dan Firdaus, 2007).

Penanaman tanaman sela tidak hanya dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman karet melainkan sebagai salah satu langkah untuk rehabilitasi lahan termasuk perbaikan sifat kimia tanah dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Tanaman gaharu, meranti dan damar merupakan tanaman hutan yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Produksi dan pertumbuhan tanaman karet monokultur ataupun karet dengan sistem tumpangsari sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Faktor yang mempengaruhinya adalah kemasaman tanah, bahan organik, basa- basa tukar, cadangan unsur hara, ketersediaan hara dalam tanah dan kapasitas tukar kation.

Kesuburan tanah pada tanaman karet monokultur lebih rendah. Hal ini didukung dari hasil penelitian Nurmegawati, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa nilai rataan hara N dan P pada tanaman karet monokultur di beberapa

lokasi penelitian termasuk sangat rendah yaitu sebesar 0,06 % - 0, 20 % dan 1,05 - 16,67 ppm dengan nilai pH 4,35 – 5,20. Kadar C – organik 1,26 % - 3,68 %

dengan kategori rendah sampai tinggi, kadar K – dd sangat rendah dan Mg - dd sangat tinggi. KTK termasuk sangat rendah sampai rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanah tersebut rendah.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan analisis tanah terhadap sifat kimia tanah untuk mengetahui dampak yang sudah dilakukan penanaman tanaman sela yaitu gaharu, meranti dan damar pada lahan perkebunan karet dengan tanaman karet yang hanya menerapkan sistem monokultur.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penanaman pohon penghasil gaharu, meranti dan damar pada tanaman sela perkebunan karet terhadap sifat kimia tanah di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat serta untuk mengetahui pengaruh tanaman sela yang terbaik pada lahan perkebunan karet tersebut.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRACT

"Characteristics of Soil Chemistry Due to the Tree Planting Meranti (Shorea sp), Damar (Agathis damara) and Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) On Land Sela Plantation Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) In District Bahorok Langkat", under the guidance of Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP and Jamilah, SP, MP. This study aims to determine the effect of tree planting aloes, meranti and resin on the sidelines of a rubber plantation land on soil chemical properties in District Bohorok Langkat as well as to see the effect of interlocutory best plants. The study was conducted in the Land of Rubber Plantation in the village of Stone Jonjong and Timbang Lawan in February 2016 to June 2016. This study used survey method with descriptive analysis of data analysts randomized block design non factorial treated with t-test at the level of 5% with 4 treatments, : rubber without intercrops (K0), the rubber-stream plant gaharu (K1), a rubber-stream plant meranti (K2) and rubber with resin-stream plants (K3).

The results showed that the average obtained in C - organic soil, Ca - exchange of land, Mg - exchange of land classified as very low, the N - total

land classified as very low - low, soil pH is relatively very sour - sour, P - available land, CEC is low - high, K - exchange of land is low - medium, Na - the exchange of land is very high and base saturation relatively very low - medium. Planting of aloes sidelines did not leave a noticeable difference to the chemical properties of the soil while planting the sidelines of meranti and resin provide a real difference to the P - available land, a base - a base exchange, CEC and base saturation.

Keywords: Soil chemical properties, the rubber without intercrops (K0), the

rubber-stream plant gaharu (K1), a rubber-stream plant meranti (K2) and rubber with

ABSTRAK

“Karakteristik Kimia Tanah Akibat Penanaman Pohon Meranti (Shorea sp), Damar (Agathis damara) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) pada Lahan Sela Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat”, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Jamilah, SP, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penanaman pohon gaharu, meranti dan damar pada lahan sela perkebunan karet terhadap sifat kimia tanah di Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat serta untuk melihat pengaruh tanaman sela yang terbaik. Penelitian dilakukan di Lahan Perkebunan Karet di Desa Batu Jonjong dan Desa Timbang Lawan pada bulan Februari 2016 sampai Juni 2016. Penelitian ini menggunakan metode survei analisis deskriptif dengan analis data rancangan acak kelompok non faktorial yang diolah dengan uji t pada taraf 5 % dengan 4 perlakuan yaitu : karet tanpa tanaman sela (K0), karet dengan tanaman sela gaharu (K1), karet dengan tanaman sela meranti (K2) dan karet dengan tanaman sela damar (K3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan yang diperoleh pada C – organik tanah, Ca – tukar tanah, Mg – tukar tanah tergolong sangat rendah,

pada N – total tanah tergolong sangat rendah – rendah, pH tanah tergolong sangat masam – masam, P – tersedia tanah, KTK tanah tergolong rendah – tinggi, K - tukar tanah tergolong rendah – sedang, Na – tukar tanah tergolong sangat tinggi dan Kejenuhan basa tergolong sangat rendah – sedang. Penanaman tanaman sela gaharu tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap sifat kimia tanah sedangkan penanaman tanaman sela meranti dan damar memberikan perbedaan yang nyata terhadap P – tersedia tanah, basa – basa tukar, KTK tanah dan kejenuhan basa.

Kata kunci : Sifat kimia tanah, karet tanpa tanaman sela (K0), karet dengan tanaman sela gaharu (K1), karet dengan tanaman sela meranti (K2) dan karet dengan tanaman sela damar (K3)

KARAKTERISTIK KIMIA TANAH AKIBAT PENANAMAN POHON

Dokumen terkait