• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumberdaya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, banyak faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi, dan lain-lain (Amelia 2008).

Derajat kesehatan yang tinggi diperlukan, dimana salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan adalah status gizi yang baik. Status gizi yang baik dapat tercapai apabila didukung dengan konsumsi pangan yang baik dan beragam, terutama pentingnya kebiasaan sarapan bagi remaja.

Remaja merupakan salah satu periode dalam kehidupan antara pubertas dan maturitas penuh (10-21 tahun), juga suatu proses pematangan fisik dan perkembangan dari anak-anak sampai dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15- 17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Indrawagita 2009). Mahasiswa dapat dikatakan sebagai remaja, dengan kisaran umur antara 17-22 tahun.

Kebutuhan gizi seseorang tidak mungkin terpenuhi hanya dari satu atau dua kali makan sehari, khususnya pada mahasiswa yang mempunyai aktivitas fisik yang padat. Aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari dan akan membentuk pola aktivitas fisik. Remaja biasanya mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan kegiatan rutin dan berulang-ulang (Nur’aini 2009).

Pembagian waktu makan utama dalam sehari meliputi makan pagi (sarapan), siang, dan malam. Sarapan adalah suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut, mengingat tubuh tidak mendapatkan makanan selama sekitar 10 jam sejak malam hari, serta melakukan sarapan dapat menyumbang 25% dari kebutuhan total energi harian (Khomsan 2002).

Penelitian yang dipublikasikan oleh Nutrition Journal tahun 2006 yang dilakukan pada sejumlah siswa SMA di Norwegia membuktikan bahwa kelompok siswa yang diberi intervensi sarapan memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi menunjukkan adanya peningkatan perilaku sosial serta perhatian yang lebih baik terhadap mata pelajaran yang diberikan oleh para guru. Sedangkan frekuensi asupan makan

siang pada kelompok kontrol khususnya laki-laki, mengalami peningkatan karena melewatkan sarapan (Anne et al. 2006).

Cho et al. (2003) menyatakan bahwa orang dewasa yang melakukan sarapan memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan yang melewatkan sarapan. Kelalaian sarapan akan mengakibatkan konsumsi energi dan non-energi yang lebih besar. Sarapan juga dapat menurunkan diet Energy Density (ED) dari asupan harian (Ashima et al. 2008). Sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan konsentrasi belajar serta meningkatkan kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari (Khomsan 2002).

Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan selain produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, pengeluaran uang untuk pangan rumah tangga, dan ketersediaan pangan (Suhardjo 1989). Mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik maka akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya terkait dengan pangan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan.

Mahasiswa Mayor Ilmu Gizi mempunyai kompetensi pada bidang pangan, gizi, dan kesehatan, serta dianggap mempunyai pengetahuan gizi yang baik khususnya mengenai kebiasaan sarapan. Sedangkan, mahasiswa Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSH) tidak mempunyai kompetensi pada bidang pangan, gizi, dan kesehatan, namun kompetensi mereka pada konservasi sumberdaya hutan dan ekowisata jasa lingkungan sehingga mereka dianggap tidak memiliki pengetahuan gizi yang baik mengenai kebiasaan sarapan, serta mereka juga dianggap memiliki aktivitas fisik yang padat. Konsumsi pangan termasuk kebiasaan sarapan merupakan salah satu faktor langsung yang mempengaruhi status gizi (Riyadi 2006). Konsumsi pangan yang bergizi, beragam, dan berimbang akan membantu seseorang untuk dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan baik. Penelitian ini ingin melihat pengetahuan gizi yang dimiliki oleh mahasiswa Ilmu Gizi terealisasikan dengan baik dalam praktek kebiasaan sarapan dan status gizi yang dimiliki lebih baik daripada KSH serta ingin melihat mahasiswa KSH yang dianggap sering melakukan praktikum lapang di luar kampus mempunyai aktivitas fisik yang lebih tinggi daripada mahasiswa Ilmu Gizi.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dan aktivitas fisik dengan status gizi Mayor Ilmu Gizi dan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSH) IPB.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran untuk pangan) dan keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan orang tua, dan besar keluarga) mahasiswa kedua kelompok.

2. Membandingkan kebiasaan sarapan mahasiswa kedua kelompok. 3. Membandingkan aktivitas fisik mahasiswa kedua kelompok. 4. Membandingkan status gizi mahasiswa kedua kelompok.

5. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan individu dengan kebiasaan sarapan mahasiswa.

6. Menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi mahasiswa.

7. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan asupan zat gizi dengan status gizi mahasiswa.

Hipotesis

Terdapat beberapa hipotesis yang mendasari penelitian ini, yaitu:

1. Kebiasaan sarapan mahasiswa Mayor Ilmu Gizi lebih tinggi daripada kebiasaan sarapan Mayor KSH IPB.

2. Aktivitas fisik mahasiswa Mayor KSH lebih tinggi daripada aktivitas fisik Mayor Ilmu Gizi IPB.

3. Status gizi mahasiswa Mayor Ilmu Gizi lebih baik daripada status gizi Mayor KSH IPB.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan status gizi mahasiswa Mayor Ilmu Gizi dan Mayor KSH IPB. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu orang tua dan remaja khusunya mahasiswa dalam membangun kebiasaan sarapan secara teratur yang dapat menunjang aktivitas fisik dan status gizi. Bagi pemerintah, informasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu program kebijakan dalam pangan dan gizi bagi remaja dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Darma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait