• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENERAPAN SELF-LOCKING WALL PADA RUMAH KNOCK-DOWN

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Meningkatnya industri khususnya indus- tri pulp dan kertas akan diikuti pula dengan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan dari setiap kegiatan proses produksinya, limbah tersebut dapat berupa limbah cair maupun limbah padat, sehingga resiko terhadap kerusakan ling- kungan juga akan semakin bertambah. Salah satu upaya untuk mengantisipasinya adalah dengan cara mengolah kembali limbah tersebut menjadi barang yang bermanfaat.

Umumnya sumber limbah padat yang dihasil- kan dari industri kertas berasal dari proses pen- cucian/penyaringan bubur pulp (reject screen) dan proses pengolahan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Saat ini sistem pengelolaan lim- bah padat, dengan karakteristik yang bergan- tung pada jenis bahan baku, jenis produksi dan teknologi penanganan air limbah yang diguna- kan, masih bersifat konvensional dengan jalan ditimbun di area terbuka didalam wilayah pabrik

(open dumping). Pengelolaan limbah padat yang

demikian tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku serta rawan terhadap resiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Limbah padat yang berasal dari unit IPAL

proses isika-kimia terdiri dari 60% bahan or- ganik berserat dan sisanya berupa bahan anor- ganik (pengisi atau iller). Limbah padat yang telah mengalami pengepresan memiliki kadar air masih tinggi sekitar 80 %. Dengan kandun- gan serat yang masih cukup tinggi, limbah terse- but dapat diolah kembali menjadi produk yang bernilai tambah, yang antara lain untuk pembua- tan karton dan bahkan menjadi bahan bangunan misalnya batako. Kajian potensi dan kelayakan pemanfaatan limbah padat selain akan memberi nilai tambah bagi industri dan masyarakat seki- tarnya juga menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Tidak kalah pentingnya dengan limbah, ke- butuhan pokok manusia juga menjadi hal yang mendesak, khususnya mengenai penyediaan ru- mah yang murah dan layak huni. Program pemer- intah untuk penyediaan rumah murah dan layak huni memerlukan dukungan teknologi komponen dinding bangunan yang memadai karena volume

pekerjaan dinding yang cukup besar. Salah satu upaya mendukung program tersebut adalah den- gan mengembangkan batako sistem interlok yang dapat memudahkan pengerjaan. Batako sistem interlok yang berukuran standar masih perlu dit- ingkatkan dan dikembangkan misalnya dengan merekayasa komposisi dan susunan bahannya. Karena dengan berbagai kelebihannya produk beton ringan mempunyai prospek yang bagus un- tuk digunakan di masyarakat.

Tulisan ini melaporkan hasil penelitian yang cukup prospektif untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan suatu produk baru dengan menyerap limbah lumpur industri kertas sebagai bahan bakunya, sehingga permasalahan penyedi- aan rumah murah - layak huni dan penanganan limbah lumpur sebagai pengelolaan lingkungan dapat secara berkala teratasi.

Limbah Padat IPAL

Pemanfaatan kembali kertas bekas merupakan wujud kepedulian terhadap kualitas lingkungan. Penggunaan kertas bekas (waste paper) ini da- pat mendukung program konservasi hutan kare- na dapat mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang untuk dijadikan virgin pulp. Selain itu, makin tingginya permintaan terhadap kertas juga menjadi faktor utama dilakukannya proses recy- cle terhadap kertas bekas. Kesulitan utama dalam proses recycle adalah proses penghilangan tinta yang kemudian disebut dengan proses deinking.

Deinking merupakan sebuah proses isik dan

kimia yang terjadi melalui proses pencucian dan pengadukan recovered pulp pada mesin sehubu- ngan dengan usaha untuk memisahkan serat ker- tas bekas dari bahan pewarna, tinta, dan toner untuk diproses menjadi kertas kembali. Kandu- ngan logam berat terdapat pada sludge deinking

berasal dari tinta atau pewarna yang bersifat tok- sik. Ketika zat toksik ini terpisah dari serat, maka ia menjadi bagian dari sludge yang termasuk lim- bah B3 yang harus ditangani secara cermat agar tidak menjadi masalah ketika dibuang di lingkun- gan. Menurut Peraturan Pemerintah No 85 tahun 1999 (Daftar Limbah B3 Dari Sumber yang Sp-

esiik), sludge deinking termasuk kedalam kata- gori limbah B3 sehingga memerlukan penanga- nan yang cermat, efektif dan hati-hati. Namun demikian, berdasarkan Peraturan Menteri Ling-

kungan Hidup No. 02 tahun 2008 tentang Peman- faatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah ini dapat dimanfaatkan kembali menjadi beberapa jenis produk yang salah satunya adalah bahan bangunan.

Limbah padat yang dimaksudkan dalam kaji- an ini adalah limbah yang dihasilkan dari Insta- lasi Pengolahan Air Limbah yang berupa lumpur

(sludge) dengan kandungan bahan organik serat

dan bahan anorganik lain. Jumlah dan karakter- istik lumpur IPAL akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik air limbahnya dan sistem pengola-

hannya, yaitu proses isika, kimia atau biologi.

Karakteristik lumpur yang dihasilkan dari pro-

ses isika atau isika-kimia masih cukup banyak

mengandung bahan organik berserat. Sedang- kan lumpur dari proses biologi banyak mengan- dung bahan organik sebagai biomassa bukan lagi dalam bentuk serat.

Limbah padat yang dihasilkan industri kertas berasal dari beberapa unit proses yang umumnya berasal dari proses penyaringan bubur pulp (re-

ject screen) dan proses pengolahan IPAL (Insta-

lasi Pengolahan Air Limbah), namun yang sering menimbulkan masalah berasal dari pengolahan air limbah yang berupa lumpur (sludge) yang jumlahnya cukup besar, yaitu berkisar antara 3 – 4 % per ton produk tergantung pada bahan baku yang berupa pulp atau kertas bekas, jenis kertas yang dihasilkan dan sistem pengolahan air lim- bahnya.

Limbah padat dari IPAL proses isika-kim- ia sebagian besar (60%) masih mengandung serat pendek dan sisanya berupa bahan pengisi

dan bahan lainya. Kandungan air dalam limbah lumpur setelah dipekatkan dan dikeluarkan dari belt press mencapai kadar padatan kering sekitar 20-30%. Limbah padat ini jika dibuang langsung dengan cara ditimbun dalam areal terbuka (open

dumping) akan menyebabkan masalah lingkun-

gan, baik dari segi estetika maupun gangguan ter- hadap kesehatan serta pencemaran tanah dan air tanah. Sehingga ini menjadi permasalahan berat bagi industri dalam upaya pengelolaannya.

Batako

Batako adalah salah satu bahan bangunan de- ngan bahan pembentuk berupa pasir dan agregat (campuran pasir, kerikil dan air). Batako dicetak melalui proses pemadatan menjadi bentuk balok- balok dengan ukuran dan persyaratan tertentu dan proses pengerasannya ditempatkan pada tem- pat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan.

Batako dibedakan menjadi :

• Bata Beton Pejal

Bata beton pejal adalah bata yang memiliki luas penampang pejal 75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal lebih dari 75% volume bata seluruhnya.

• Bata Beton Berlobang

Bata beton berlobang adalah bata yang me- miliki luas penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan memiliki volume lubang lebih dari 25% volume bata seluruhnya.

Tabel 1. Klasiikasi Bata Beton menurut SNI-03-0348-1989

No. Syarat Fisik Satuan

Tingkat Mutu Bata

Bata Pejal Bata Berlobang

I II III IV I II III IV

1 Kuat tekan rata-rata minimum kg/cm2 100 79 40 25 70 50 35 20

2 Kuat tekan bruto 1)

benda uji minimum kg/cm

2 90 65 35 21 65 45 30 17

3 Penyerapan air rata-rata

maksimum % 25 35 25 35

Catatan :

1. Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah dibagi dengan luas ukuran nyata dari permukaan bata yang tertekan, termasuk luas lobang serta cekungan tepi

2. Tingkat Mutu :

Tingkat I : untuk dinding non structural terlindungi

Tingkat II : untuk dinding structural terlindungi (boleh ada beban)

Tingkat III : untuk dinding non structural tak terlindungi boleh terkena hujan & panas

Persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh produk batako adalah kuat tekan, yaitu kekuatan yang dihasilkan dari pengujian tekan oleh mesin uji tekan yang merupakan beban tekan keseluru- han pada waktu benda uji pecah dibagi dengan ukuran luas nominal batako atau besarnya beban persatuan luas. Persyaratan ini yang menentukan tingkat mutunya, seperti yang diperlihatkan pada

Tabel 1, yaitu klasiikasi bata beton pejal dan ber- lobang menurut SNI-03-0348-1989 (persyaratan Bata Beton untuk Pasangan Dinding)

BAHAN DAN METODE Bahan

Bahan percobaan yang digunakan dalam pe- nelitian ini adalah :

1. Limbah primary sludge berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri ker- tas yang menggunakan bahan baku kertas be- kas dan menggunakan proses deinking dalam produksinya

2. Semen Portland tipe I 3. Pasir (agregat halus)

Peralatan

1. Alat cetak dan press 2. Cetakan 5x5x5 cm3

3. Program Solid Works 2009

Metoda Penelitian

1. Karakterisasi limbah sludge, yang mencakup kandungan organik, CaCO3 dan morfologi serat

2. Pembuatan batako, yang meliputi :

• Penentuan campuran/komposisi

• Pencetakan

• Pengujian kualitas

• Perancangan simulasi