• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak gunung, baik yang masih aktif (gunung api) maupun yang sudah tidak aktif lagi. Gunung Sinabung adalah salah satu gunung aktif yang berada di dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian gunung Sinabung ini adalah 2.460 m. Gunung Sinabung ini meletus pada tahun 1600 (Lubis, 2011), namun meletus kembali pada tanggal 27 Agustus 2010 dan bulan September 2013. Pada bulan September 2014, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) badan Geologi melaporkan letusan disertai dengan awan panas guguran sejauh 2 km dari puncak yang mengarah ke arah tenggara dengan lama erupsi 907 detik. Letusan Gunung Sinabung mengeluarkan awan panas dan lahar yang mengalir dengan membawa panas atau energi yang cukup besar serta material-material vulkanik, seperti abu.

Abu vulkanik menutupi sebagian besar lahan pertanian di tanah karo. Abu vulkanik yang menutupi lahan pertanian menyebabkan tanah memadat. Sehingga petani Karo mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan bercocok tanam. Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi petani karo dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Di samping berdampak negatif, abu yang menutupi lahan pertanian memberikan dampak positif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah yaitu dapat memperkaya dan meremajakan tanah sehingga meningkatkan

penyebaran abu vulkanik itu karena tanah yang terkena abu tersebut mengandung

logam-logam berat dan bersifat masam sampai sangat masam (pH berkisar antara 4,3 - 4,7). Tanah yang masam menyebabkan unsur hara pada tanah tidak

tersedia bagi tanaman. Karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman terjerap pada koloid tanah.

Untuk mengatasi masalah tersebut kemungkinan dapat dilakukan dengan mencampur abu letusan dengan bahan organik. Diharapkan, bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik tersebut mampu melepaskan hara,seperti yang terikat dalam struktur mineral dari abu letusan. Di samping itu, bahan organik juga mampu menjaga kondisi kelembaban agar pelapukan fisik, kimia dan biologi berlangsung secara simultan untuk mempercepat pelepasan hara tanaman dari mineral pembawa cadangan hara (Tim Kompas, 2010).

Dalam penelitian ini, bahan organik yang diggunakan kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), pupuk kandang sapi, dan arang sekam padi. Ketiga pupuk organik tersebut bisa dijadikan sebagai pembenah dan penambah unsur hara dalam tanah yang merupakan hasil samping ataupun limbah pertanian, perkebunan, dan peternakan yang banyak di sekitar kita. Contoh gambaran, apabila sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan LCPKS 360 m3/hari dan TKKS 138 m3/hari. Limbah sebanyak ini semuanya dapat diolah menjadi kompos hingga tidak menimbulkan masalah pencemaran, sekaligus mengurangi biaya pengolahan limbah yang cukup besar (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2008).

Dari hasil analisis, Abu vulkanik mengandung unsur hara Sulfur yang tinggi yaitu 0.7 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2014). Tingginya kandungan

Sulfur pada Abu vulkanik ini diharapkan mampu menyediakan kebutuhan unsur tersebut pada bawang merah. Karena umbi bawang merah mengandung Sulfur yang membuat rasa pedas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sumarni dan Hidayat (2005) yang menyatakan bahwa bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak sulfat. Sulfat memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi tanaman sayuran.

Produksi bawang merah masih jauh di bawah kebutuhan. Dari data BPS (2013), produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 14.158 ton sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, dilakukan impor dari luar negeri. Untuk mengatasi masalah tersebut, ada beberapa cara untuk meningkatkan produksi bawang merah yaitu dengan melakukan perluasan areal tanam dan menggunakan varietas yang tepat.

Varietas bawang merah yang digunakan adalah varietas Medan, Crok Crok Kuning, dan Bima Brebes. Varietas Medan merupakan salah satu varietas yang tumbuh baik di dataran tinggi namun bisa tumbuh dengan baik juga di dataran rendah. Sedangkan varietas Crok Crok Kuning dan Bima merupakan varietas yang tumbuh baik di dataran rendah sehingga diperoleh varietas mana yang tumbuh baik pada tanah yang terkena debu vulkanik. Dari hasil penelitian Nasir dalam Bangun (2010) menyatakan bahwa hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air,

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tanaman bawang merah pada pemberian pupuk organik di tanah yang terkena abu vulkanik Sinabung.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi pertumbuhan dan produksi tiga varietas bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada pemberian beberapa jenis pupuk organik di tanah yang terkena abu vulkanik. Hipotesis Penelitian

Tiga Varietas bawang merah (Allium ascalonicum L.) berbeda nyata pertumbuhan dan produksinya di tanah yang terkena abu vulkanik Sinabung.

 Pemberian beberapa jenis pupuk organik berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di tanah yang terkena abu vulkanik Sinabung.

 Ada interaksi antara kedua perlakuan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di tanah yang terkena abu vulkanik Sinabung.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK

ERNIKA SEPTYMA PARDEDE : Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Pemberian Beberapa Pupuk Organik di Tanah yang Terkena Abu Vulkanik Sinabung dibimbing oleh MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa pupuk organik pada pertumbuhan dan produksi tiga varietas bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada tanah yang terkena debu vulkanik. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 meter di atas permukaan laut mulai April sampai Agustus 2014, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan yang

diulang 3 kali. Faktor pertama adalah tiga varietas bawang merah yaitu Bima (V1), Crok Crok Kuning (V2), dan Medan (V3), dan faktor kedua adalah

pemberian beberapa jenis pupuk organik yaitu kontrol (P0), kompos tandan

kosong kelapa sawit (P1), arang sekam (P2), dan pupuk kandang sapi (P3). Peubah

amatan adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, jumlah siung, umur panen, bobot basah dan kering umbi per sampel, dan bobot basah dan kering umbi per sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas tanaman bawang merah berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan, sedangkan perlakuan pupuk organik hanya berpengaruh nyata terhadap umur panen, bobot basah per plot, dan bobot kering per plot. Interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan.

ABSTRACT

ERNIKA SEPTYMA PARDEDE : The Growth and Yield of Three

Shallot (Allium ascalonicum L.) Varieties on the Aplication Several Types of Organic Fertilizer in Land Exposed by Sinabung Volcanic Ash, supervised by

MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.

The aim of the research was to identify the influenced of application several types of organic fertilizer on growth and yield three shallot (Allium ascalonicum L.) Varieties in Land exposed by Sinabung volcanic ash . The research was conducted at the experimental field of Agricultural Faculty, Sumatera Utara University about ± 25 metres above sea level, begun from April up to August 2014. The experimental design was randomized block design with 2 factors, replicated three times. The first

factor was three shallot varieties i.e.: V1 (Bima Brebes), V2 (Crok Kuning), V3

(Medan) and the second was several types of organic fertilizer i.e.: P0 (without

fertilizer = control), P1 (palm oil fruit bunch), P2 (rice husk ash), and P3 (cow

manure). Parameters observed were shoot length, leaves number, tillers number, clove number, harvesting age, fresh and dried weight bulb per sample, and fresh and dried weight bulb per plot. The results showed that all parameters observed were significantly affected by three shallot varieties, meanwhile only harvesting age, and wet and dry weight bulb per plot were significantly affected by the aplication of several types of organic fertilizer. The interaction between the both of treatment was no significantly affected on all parameters.

Dokumen terkait