PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
secara bertahap guna menjadikan kehidupan mereka yang lebih baik.
Digunakan pula sebagai alat untuk mengetahui dunia, untuk mengetahui
hal-hal yang berada di depan mata, supaya manusia dapat menempatkan segala
sesuatu dengan sesuai porsinya serta dapat menempatkan dirinya pada posisi
yang tepat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai kegiatan terencana untuk
membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Hal ini
diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara,
hal ini ditetapkan dalam Undang-Undang 1945 pasal 27 yang menyatakan
bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak
ada kecualinya (Umar Tirtarahardja, 2008:35).
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 1, ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU
2
Dalam Dictionary of Education, pendidikan merupakan: (a) proses di
mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana dia hidup, (b) proses sosial di
mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat
memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individual yang optimum (Udin Syaefudin Sa’ud, 2011:6). Dunia pendidikan itu di dalamnya terdapat berbagai cabang ilmu
pengetahuan, salah satu diantaranya yaitu bidang Matematika. Matematika
dari bahasa Yunani mathematika adalah ilmu yang mempelajari tentang
besaran, struktur, ruang, dan perubahan (Ismunamto, 2011:13). Matematika
juga merupakan ilmu yang kebanyakan orang menganggapnya sulit untuk
menyerap ilmunya atau sulit untuk memahami konsepnya. Sehingga banyak
pula peserta didik tidak menyukai dengan pelajaran Matematika, hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai alesan, diantaranya mungkin karena
cara penyampaian pembelajaran dari guru yang kurang menarik bagi peserta
didik yang dapat mengurangi minat belajar dari peserta didik untuk
memperhatikan pembelajaran, sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya
pula.
Peserta didik usia SD/MI ini pada umumnya juga merasakan seperti
hal tersebut, kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran Matematika.
3
didik kelas IV masih banyak yang kurang berminat saat belajar Matematika.
Pada kesempatan ini, penulis fokus pada materi perkalian, karena sebagian
besar dari peserta didik masih belum memahami konsep dari perkalian
tersebut. Oleh karenanya hasil belajar yang diperoleh melalui ulangan harian
oleh peserta didik masih kurang memuaskan.
Hasil belajar ialah hal yang dapat menjadi tolak ukur seberapa
pemahaman peserta didik setelah mengikuti pembelajaran mengenai materi
yang telah disampaikan. Merupakan hal yang tampak serta dapat
diperlihatkan. Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran
mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.
Mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif
(Elis Ratnawulan, 2015:57). Seperti mata pelajaran Matematika ini yang
berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, menghafal, memahami serta
menganalisis.
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks,
masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Lilik Sriyanti, 2011: 23).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar para peserta
didik, diantaranya ialah karakteristik peserta didik itu sendiri, dan lingkungan
4
terhadap peserta didik yang berbeda-beda, penggunaan model atau metode
yang berbeda pula, yang mungkin terkadang ada yang kurang sesuai dengan
materi yang disampaikan, hal tersebut dapat juga menyebabkan minat belajar
peserta didik menjadi berkurang, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar
mereka.
Dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Beberapa pasal menyebutkan: Pasal 19, ayat 1: “Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik” (Saminanto, 2013:1-2). Oleh karena itu menjadi tugas seorang pendidik agar dapat mengemas pembelajaran menjadi
lebih menarik lagi untuk para peserta didik, yang khususnya untuk mata
pelajaran Matematika yang kebanyakan masih menjadi suatu yang
menakutkan. Supaya para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran merasa
senang tidak terbebani dan minat belajar menjadi lebih meningkat. Sehingga
diharapkan dapat tercipta hasil belajar yang baik pula. Pengemasan tersebut
dapat difokuskan pada pemilihan model pembelajaran yang sesuai untuk
pembelajaran Matematika itu sendiri. Model pembelajaran yang mungkin
dapat mudah diikuti oleh peserta didik. Maka pendidik hendaknya dapat
5
dan pola pikir peserta didik. Dalam mengajarkan Matematika, pendidik harus
memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, serta tidak
semu peserta didik menyenangi mata pelajaran Matematika (Heruman,
2007:2).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru kelas
IV di MI Ma’arif Watuagung ibu Nurul Qoniah yang menyatakan bahwa nilai ulangan harian yang diperoleh peserta didik kelas IV untuk mata pelajaran
matematika pada materi Perkalian masih kurang memuaskan. Masih banyak
peserta didik yang mengeluhkan bahwa mereka masih kebingungan untuk
memahami cara menghitung Perkalian. Kegiatan belajar mengajar hanya
berpegang pada buku paket saja, sehingga kurang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk lebih aktif memikirkan lagi materi yang diajarkan.
Padahal materi ini termasuk materi yang sulit dipahami oleh peserta didik,
karena dari sebagian banyak peseta didik masih belum memahami konsep dari
perkalian itu sendiri. Apabila peserta didik dilibatkan secara aktif dalam
pembelajaran maka mereka akan lebih mudah untuk memahaminya.
Pernyataan tersebut didukung dengan data dari hasil belajar atau hasil
ulangan harian matematika kelas IV yang didapatkan oleh peneliti, bahwa
hasil belajar matematika materi perkalian masih banyak yang di bawah nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah
yaitu 70. Nilai rata-rata di kelas IV adalah 60, dengan siswa yang belum
6
sangat disayangkan, mengingat mata pelajaran matematika adalah termasuk
dalam mata pelajaran yang pokok.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa perlu kiranya diadakan perbaikan proses pembelajaran
pada kelas IV MI Ma’arif Watuagung tersebut supaya pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran matematika materi Perkalian diharapkan dapat
meningkat. Sehingga hasil belajar yang diperoleh pun meningkat. Peneliti
mencoba menawarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif
Think Pair and Share (TPS) yang diperkirakan tepat untuk mengajarkan materi Perkalian pada siswa kelas IV MI tersebut.
Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) termasuk dalam
model pembelajaran kooperatif, menurut Frank Lyman (1985), dilakukan
dengan pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur
Tampubolon, 2014:98). Dimana dalam model pembelajaran tersebut, peserta
didik akan melakukannya secara berpasang-pasangan. Langkah
pembelajarannya diawali dengan sebuah pertanyaan yang diberikan kepada
peserta didik dari guru, kemudian mereka memikirkan sendiri jawabannya,
setelah memikirkan sendiri jawabannya, baru mereka berdiskusi dengan
pasangan masing-masing dan pada akhirnya hasil diskusi dari setiap pasangan
akan dibicarakan dengan teman seluruh kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
7
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
THINK PAIR AND SHARE PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF
WATUAGUNG KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas rumusan masalahnya sebagai
berikut: Apakah penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada siswa kelas IV
MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Think Pair and Share
(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
8 D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kesimpulan sementara
adalah sebagai berikut: “Bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika materi Perkalian siswa kelas IV MI Ma’arif
Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2016/2017”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS)
ini dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai. Adapun indikatornya sebagai berikut:
a. Secara Individu
Adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II.
b. Secara Klasikal
Tercapainya ketuntasan klasikal hasil belajar Matematika sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 yang besarnya 85%
9 E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya pengetahuan lapangan tentang proses
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
b. Sebagai dasar pengembangan bagi kajian keilmuan yang berkaitan
dengan implementasi model pembelajaran kooperatif Think Pair and
Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Diharapkan penelitian yang dilakukan mampu mengembangkan
desain pembelajaran yang menarik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dan mendorong
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika.
b. Bagi Guru
Model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS)
diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan serta
pengalaman tentang model pembelajaran dalam upaya peningkatan
10
c. Bagi Sekolah
Dapat bermanfaat bagi sekolah dalam proses perbaikan
pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar para peserta didiknya.
Sehingga tercapai kualitas pendidikan yang membanggakan.
d. Bagi Siswa
Dapat memotivasi siswa, siswa lebih aktif, meningkatkan minat
belajar siswa, menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran
matematika.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca, maka diperlukan
definidi operasional untuk menjelaskan kata kunsi dalam penelitian ini.
1. Hasil Belajar
Hasil adalah hal yang dapat berupa kemampuan tingkah laku atau
sebuah karya dari keterampilan yang didapat setelah seorang manusia
melalui proses pembelajaran, atau melakukan kegiatan. Baik kegiatan
secara formal atau tidak formal.
Sedangkan menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
11
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang diperoleh melalui suatu proses usaha.
Kemampuan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh melalui ulangan
harian. Sedangkan keterampilan dilihat dari perubahan tingkah laku yang
ditunjukan oleh seseorang setelah ia mendapat pengalaman.
2. Matematika
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide
(Ismunamto, 2011:2). Dibuktikan dengan apabila dua bilangan ganjil
dikalikan hasilnya adalah bilangan ganjil, dan jika bilangan ganjil atau
genap dikalikan dengan bilangan genap hasilnya tetap bilangan genap.
Kemudian untuk bukti keteraturan yaitu:
1 x 1 = 1 1 x 2 = 2 1 x 3 = 3 2 x 2 = 4 3 x 2 = 6 4 x 2 = 6 1 x 6 = 6 2 x 3 = 6 3x 2 = 6
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Secara khusus, model pembelajaran diartikan sebagai suatu pola
kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan
perubahan-perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang yang teratur
12
sama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu
sendiri (Saur M Tampubolon, 2014:88-89).
Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah pola kegiatan belajar
mengajar antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara bekerja
sama dalam sebuah kelompok.
4. Think Pair and Share (TPS)
Think Pair and Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menurut Frank Lyman (1985) dilakukan dengan
pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur M
Tampubolon, 2014:98). Dalam teknik yang sederhana dan cepat ini,
pendidik membuat dan mengajukan sebuah pertanyaan, memberi waktu
selama beberapa menit untuk memikirkan tanggapan yang akan diberikan,
kemudian meminta peserta didik membentuk pasangan dengan teman
mereka (Elizabert E Barkley, 2012:155).
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu meningkatkan hasil belajar matematika
materi satuan jarak dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair and
13
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan
oleh pendidik dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Tujuannya
adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil
belajar peserta didik menjadi meningkat dan secara sistem mutu
pendidikan pada satuan pendidikan juga meningkat (Saur M Tampubolon,
2014:19).
Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris,
yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian
dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Untuk lebih jelasnya, mari kita
perhatikan pendapat dari Arikunto yang menjelaskan pengertian Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) secara lebih sistematis berikut ini:
a. Penelitian adaah kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk
menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan
mutu objek yang diamati.
b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan
terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal
dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.
c. Kelas adalah tempat di mama terdapat sekelompok peserta didik
yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang
14
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertin
Peneliltian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian atau pencermatan
yang dilakukan di dalam kelas oleh guru terhadap peserta didiknya secara
bersamaan dengan melalui siklus-siklus kegiatan dan refleksi diri.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan kolaboratif dan
partisipatif. Artinya dalam melakukan penelitian ini, peneliti bekerja sama
dengan guru yang mengajar di kelas 5 MI Ma’arif Sraten Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Secara partisipatif bersama-sama dengan
mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah.
Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmes dan Mc.
Tanggert, yaitu model spiral (dalam Rochiati Wiraatmaja, 2006:66).
Dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus
15
Berikut adalah gambaran pelaksanaan tindakan:
Siklus I
Siklus II
Gambar 1.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Acep Yoni, 2010:168).
Ada beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi (Suharsimi Arikunto, dkk, :16).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
3. Waktu Penelitian reflect plan act observ reflect plan act observ
16
Penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan yaitu mulai bulan
Desember 2016 sampai bulan Januari 2017.
4. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas 2 MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017
yang jumlah siswanya 21 siswa, dengan siswa perempuan 8 orang dan
siswa laki-laki 13 orang.
5. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah
menyusun rancangan yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan
masalah dan gagasan awal. Rancangan yang akan dilaksanakan
mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS). Dalam penelitian ini, peneliti menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan sarana dan prasarana,
menyiapkan soal mengenai materi perkalian.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan desain model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) seperti yang telah
direncanakan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
17
pembelajaran kooperatif Think Pair and Share sebagaimana yang
digunakan peneliti meliputi Pendahuluan, Inti, dan Penutup.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pengamatan tindakan sebagai upaya
mengetahui jalannya pembelajaran. Meliputi tindakan yang dilakukan
oleh guru, suasana kelas, keaktifan siswa saat mengikuti proses
pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai
hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, kekurangan
maupun ketercapaian pembelajaran. Melakukan penilaian atas
pembelajaran di kelas. Penilaian dilakukan melalui lembar observasi
dan hasil evaluasi apakah model pembelajaran yang telah diterapkan
oleh peneliti menghasilkan perubahan yang signifikan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran
matematika dengan tipe Think Pair and Share (TPS). Seberapa
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana yang telah disusun.
18
diketahui dengan cepat melalui observasi ini, sehingga dapat
dilakukan perbaikan rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
Kegiatan ini yang diobservasi secara langsung ialah meliputi
kegiatan guru dalam pengelolaan kelas, dan observasi tentang
bagaimana proses belajar dan mengajar yang berkaitan dengan
peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika materi
perkalian dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS). Peneliti dapat mencatat hasil observasi dalam lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk membuat kesimpulan terhadap
siklus tersebut yang kemudian akan direfleksikan pada siklus
berikutnya.
b. Test
Metode test digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika
materi perkalian, sebelum dan setelah melakukan penelitian, jenis test
yang digunakan adalah posttest. Untuk sebelum penelitian, penulis
menggunakan data hasil ulangan harian.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu tehnik
memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilaksanakan
19
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi untuk mengamati guru dan siswa terhadap
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS) yang mencakup beberapa aspek diantaranya adalah:
Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk guru
No Aspek Yang Diamati
I. Pra Pembelajaran
1. Menyiapkan RPP 2. Mengucap salam
3. Memeriksa kesiapan siswa 4. Melakukan apersepsi
II. Kegiatan Pembelajaran
1. Menyampaikan materi dengan jelas 2. Menjelaskan materi dengan lancer
3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
5. Menguasai kelas
6. Tanggap terhadap aktivitas siswa
7. Mengarahkan siswa untuk memerhatikan langkah dan urutan main
8. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan 9. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 10. Memantau kemajuan belajar siswa selama proses
pembelajaran
11. Memberikan evaluasi terhadap penguasaan materi
III. Penutup
1. Mengadakan tes formatif 2. Mengucap salam
20
Tabel 1.2 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk siswa
No Aspek Yang Diamati
I. Pendahuluan
1. Menjawab salam
2. Memerhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
II. Kegiatan Pembelajaran
1. Memerhatikan penjelasan guru tentang materi perkalian 2. Aktif bertanya dengan guru
3. Saling bekerjasama dengan pasangannya
4. Saling berdiskusi dengan pasangannya tentang cara mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
5. Mematuhi aturan main
III. Penutup
1. Mengerjakan tes secara individu
2. Mengumpulkan lembar tes yang telah selesai dikerjakan
b. Tes
Tes adalah hasil belajar siswa, tes yang digunakan adalah tes
tertulis yang digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa
nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi setelah
melakukan proses belajar dan mengajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada
materi perkalian. Tetapi selain tes tertulis, diadakan pula penilaian
produk dan performasi, hal tersebut dilakukan guna mengetahui
seberapa keterlibatan para peserta didik dalam proses pembelajaran
yang telah berlangsung.
21
Dokumentasi digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang
berupa gambar atau foto yang mebbunakan alat bantu berupa
kamera. Foto ini berisi tentang peristiwa yang menggambarkan
aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang didokumentasikan
adalah aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunkan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share
(TPS).
d. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai
kompetensi dasar.
e. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, maeri pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan (E Mulyasa, 2011:190).
f. Materi
Materi pembelajaran yaitu berupa pengetahuan, keterampilan
22
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Narwanti,
2012:65).
8. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk
perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010:85).
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan rumus sebagai
berikut:
a. Penilaian ketuntasan belajar
Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
P 100%
b. Penilaian rata-rata
Penilaian rata-rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut: