• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR AND SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF WATUAGUNG KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR AND SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF WATUAGUNG KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

THINK PAIR AND SHARE (TPS)

PADA SISWA

KELAS IV

MI MA’ARIF WATUAGUNG KECAMATAN

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

FARKHATUL JANNAH

NIM. 115 12 035

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

THINK PAIR AND SHARE (TPS)

PADA SISWA

KELAS IV

MI MA’ARIF WATUAGUNG KECAMATAN

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

FARKHATUL JANNAH

NIM. 115 12 035

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii MOTTO

Siapa yang bersungguh-sungguh dan bersabar pasti akan sukses.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa

berdo’a dan mendukungku.

2. Keluarga Blaze Dexterous 04 yang selalu memberikan warna dalam hidup ini,

selalu ada canda tawa besama.

3. Sahabat-sahabati PMII Salatiga yang memberi banyak pengetahuan dalam

bermasyarakat.

4. Teman-teman dan sahabat spesial seperjuangan, yang selalu aku repoti.

5. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing skripsiku, yang

meluangkan waktu untuk membimbingku.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang selalu

membimbing langkah kaki menuju kebaikan. Sholawat serta salam semoga tetap

terlimpahkan kepada junjungan Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW., yang

selalu dinantikan syafa’atnya di hari kiamat kelak.

Karunia Allah jugalah yang membantu penulis untuk menyelesaikan penyusunan

skripsi ini guna memenuhi tugas dan syarat memperoleh gelar sarjana strata satu

dalam ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Penulis menulis skripsi dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Materi Perkalian dengan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share

(TPS) pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasihyang tiada terhingga dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan

(10)

x

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang

bermanfaat hingga studi ini selesai.

6. Ibu Umi Salamah, S.Pd.I., selaku Kepala MI Ma’arif Watuagung yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang

Beliau pimpin.

7. Ibu Nurul Qoniah, S.Pd.I., selaku Guru kelas IV MI Ma’arif Watuagung yang

telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung

dengan baik.

8. Para siswa-siswi kelas IV MI Ma’arif Watuagug yang telah membentu penulis

melaksanakan penelitian.

9. Kedua Orang tua dan keluarga besar penulis yang memberikan dukungan moral

maupun material.

10. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis berharap, semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu

tersusunnya skripsi ini diterima oleh Allah SWT. dan mendapatkan pahala yang

setimpal. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi

ini juga sangat penulis harapkan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki penulis.

Salatiga, 07 Maret 2017 Penulis ,

(11)

xi ABSTRAK

Jannah, Farkhatul. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share (TPS) pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share dan Hasil Belajar.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran Matematika materi perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan, apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada

siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Tahun Pelajaran 2016/2017?

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV semester I MI

Ma’arif Watuagung kecamatan Tuntang kabupaten Semarang yang berjumlah 21 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 bulan mulai bulan Desember 2016 sampai bulan Januari 2017. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 kali siklus pembelajaran yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, test, dan dokumentasi. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus presentase.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika

materi Perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung kecamatan Tuntang

(12)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 24

(13)

xiii

2. Prinsip Belajar ... 25

3. Pengertian Hasil Belajar ... 29

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 33

a. Faktor Eksternal ... 33

b. Faktor Internal ... 34

B. Matematika ... 35

1. Pengertian Matematika ... 35

2. Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 36

3. Materi Perkalian SD/MI kelas 2 ... 38

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 38

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 38

D. Think Pair and Share (TPS) ... 39

1. Pengertian Think Pair and Share (TPS) ... 39

2. Tahap Pelaksanaan Think Pair and Share (TPS) ... 40

3. Kelebihan Think Pair and Share (TPS) ... 40

4. Kelemahan Think Pair and Share (TPS) ... 41

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 42

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 46

(14)

xiv

DAFTAR TABEL & GAMBAR

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Aspek-aspek Yang Diamati Dalam Observasi Untuk Guru ... 19

Tabel 1.2 Aspek-aspek Yang Diamati Dalam Observasi Untuk Siswa ... 20

Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 50

Tabel 4.2 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52

Tabel 4.3 Daftar Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 53

Tabel 4.4 Daftar Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 53

Tabel 4.5 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55

Tabel 4.6 Daftar Pengamatan Guru Siklus II ... 56

Tabel 4.7 Daftar Pengamatan Siswa Siklus II ... 57

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 64

Lampiran 2. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I ... 68

Lampiran 3. Lembar Evaluasi Siklus I ... 70

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 71

Lampiran 5. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II ... 75

Lampiran 6. Lembar Evaluasi Siklus II ... 77

Lampiran 7. Nilai Siswa Pra Siklus ... 78

Lampiran 8. Nilai Siswa Silklus I ... 79

Lampiran 9. Nilai Siswa Siklus II ... 80

Lampiran 10.Surat Keterangan Penelitian di MI Ma’arif Watuagung ... 81

Lampiran 11. Surat Pembimbing Skripsi ... 82

Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 83

Lampiran 13. Dokumentasi Foto Kegiatan Pembelajaran ... 84

Lampiran 14. Daftar Nilai SKK ... 87

Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi ... 90

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

secara bertahap guna menjadikan kehidupan mereka yang lebih baik.

Digunakan pula sebagai alat untuk mengetahui dunia, untuk mengetahui

hal-hal yang berada di depan mata, supaya manusia dapat menempatkan segala

sesuatu dengan sesuai porsinya serta dapat menempatkan dirinya pada posisi

yang tepat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai kegiatan terencana untuk

membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Hal ini

diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara,

hal ini ditetapkan dalam Undang-Undang 1945 pasal 27 yang menyatakan

bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak

ada kecualinya (Umar Tirtarahardja, 2008:35).

Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 1, ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU

(17)

2

Dalam Dictionary of Education, pendidikan merupakan: (a) proses di

mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana dia hidup, (b) proses sosial di

mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat

memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individual yang optimum (Udin Syaefudin Sa’ud, 2011:6).

Dunia pendidikan itu di dalamnya terdapat berbagai cabang ilmu

pengetahuan, salah satu diantaranya yaitu bidang Matematika. Matematika

dari bahasa Yunani mathematika adalah ilmu yang mempelajari tentang

besaran, struktur, ruang, dan perubahan (Ismunamto, 2011:13). Matematika

juga merupakan ilmu yang kebanyakan orang menganggapnya sulit untuk

menyerap ilmunya atau sulit untuk memahami konsepnya. Sehingga banyak

pula peserta didik tidak menyukai dengan pelajaran Matematika, hal tersebut

dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai alesan, diantaranya mungkin karena

cara penyampaian pembelajaran dari guru yang kurang menarik bagi peserta

didik yang dapat mengurangi minat belajar dari peserta didik untuk

memperhatikan pembelajaran, sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya

pula.

Peserta didik usia SD/MI ini pada umumnya juga merasakan seperti

hal tersebut, kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran Matematika.

(18)

3

didik kelas IV masih banyak yang kurang berminat saat belajar Matematika.

Pada kesempatan ini, penulis fokus pada materi perkalian, karena sebagian

besar dari peserta didik masih belum memahami konsep dari perkalian

tersebut. Oleh karenanya hasil belajar yang diperoleh melalui ulangan harian

oleh peserta didik masih kurang memuaskan.

Hasil belajar ialah hal yang dapat menjadi tolak ukur seberapa

pemahaman peserta didik setelah mengikuti pembelajaran mengenai materi

yang telah disampaikan. Merupakan hal yang tampak serta dapat

diperlihatkan. Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu

ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah

tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran

mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.

Mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif

(Elis Ratnawulan, 2015:57). Seperti mata pelajaran Matematika ini yang

berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, menghafal, memahami serta

menganalisis.

Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks,

masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Lilik Sriyanti, 2011: 23).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar para peserta

didik, diantaranya ialah karakteristik peserta didik itu sendiri, dan lingkungan

(19)

4

terhadap peserta didik yang berbeda-beda, penggunaan model atau metode

yang berbeda pula, yang mungkin terkadang ada yang kurang sesuai dengan

materi yang disampaikan, hal tersebut dapat juga menyebabkan minat belajar

peserta didik menjadi berkurang, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar

mereka.

Dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Beberapa pasal menyebutkan: Pasal 19, ayat 1: “Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik” (Saminanto, 2013:1-2). Oleh karena itu

menjadi tugas seorang pendidik agar dapat mengemas pembelajaran menjadi

lebih menarik lagi untuk para peserta didik, yang khususnya untuk mata

pelajaran Matematika yang kebanyakan masih menjadi suatu yang

menakutkan. Supaya para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran merasa

senang tidak terbebani dan minat belajar menjadi lebih meningkat. Sehingga

diharapkan dapat tercipta hasil belajar yang baik pula. Pengemasan tersebut

dapat difokuskan pada pemilihan model pembelajaran yang sesuai untuk

pembelajaran Matematika itu sendiri. Model pembelajaran yang mungkin

dapat mudah diikuti oleh peserta didik. Maka pendidik hendaknya dapat

(20)

5

dan pola pikir peserta didik. Dalam mengajarkan Matematika, pendidik harus

memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, serta tidak

semu peserta didik menyenangi mata pelajaran Matematika (Heruman,

2007:2).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru kelas

IV di MI Ma’arif Watuagung ibu Nurul Qoniah yang menyatakan bahwa nilai

ulangan harian yang diperoleh peserta didik kelas IV untuk mata pelajaran

matematika pada materi Perkalian masih kurang memuaskan. Masih banyak

peserta didik yang mengeluhkan bahwa mereka masih kebingungan untuk

memahami cara menghitung Perkalian. Kegiatan belajar mengajar hanya

berpegang pada buku paket saja, sehingga kurang memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk lebih aktif memikirkan lagi materi yang diajarkan.

Padahal materi ini termasuk materi yang sulit dipahami oleh peserta didik,

karena dari sebagian banyak peseta didik masih belum memahami konsep dari

perkalian itu sendiri. Apabila peserta didik dilibatkan secara aktif dalam

pembelajaran maka mereka akan lebih mudah untuk memahaminya.

Pernyataan tersebut didukung dengan data dari hasil belajar atau hasil

ulangan harian matematika kelas IV yang didapatkan oleh peneliti, bahwa

hasil belajar matematika materi perkalian masih banyak yang di bawah nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah

yaitu 70. Nilai rata-rata di kelas IV adalah 60, dengan siswa yang belum

(21)

6

sangat disayangkan, mengingat mata pelajaran matematika adalah termasuk

dalam mata pelajaran yang pokok.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa perlu kiranya diadakan perbaikan proses pembelajaran

pada kelas IV MI Ma’arif Watuagung tersebut supaya pemahaman peserta

didik terhadap mata pelajaran matematika materi Perkalian diharapkan dapat

meningkat. Sehingga hasil belajar yang diperoleh pun meningkat. Peneliti

mencoba menawarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

Think Pair and Share (TPS) yang diperkirakan tepat untuk mengajarkan

materi Perkalian pada siswa kelas IV MI tersebut.

Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) termasuk dalam

model pembelajaran kooperatif, menurut Frank Lyman (1985), dilakukan

dengan pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur

Tampubolon, 2014:98). Dimana dalam model pembelajaran tersebut, peserta

didik akan melakukannya secara berpasang-pasangan. Langkah

pembelajarannya diawali dengan sebuah pertanyaan yang diberikan kepada

peserta didik dari guru, kemudian mereka memikirkan sendiri jawabannya,

setelah memikirkan sendiri jawabannya, baru mereka berdiskusi dengan

pasangan masing-masing dan pada akhirnya hasil diskusi dari setiap pasangan

akan dibicarakan dengan teman seluruh kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk

(22)

7

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR AND SHARE PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF

WATUAGUNG KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas rumusan masalahnya sebagai

berikut: Apakah penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada siswa kelas IV

MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun

pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Think Pair and Share

(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada

siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten

(23)

8 D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kesimpulan sementara

adalah sebagai berikut: “Bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil

belajar Matematika materi Perkalian siswa kelas IV MI Ma’arif

Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran

2016/2017”.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS)

ini dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diharapkan dapat

tercapai. Adapun indikatornya sebagai berikut:

a. Secara Individu

Adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II.

b. Secara Klasikal

Tercapainya ketuntasan klasikal hasil belajar Matematika sesuai

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 yang besarnya 85%

(24)

9 E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya pengetahuan lapangan tentang proses

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

b. Sebagai dasar pengembangan bagi kajian keilmuan yang berkaitan

dengan implementasi model pembelajaran kooperatif Think Pair and

Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi

perkalian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Diharapkan penelitian yang dilakukan mampu mengembangkan

desain pembelajaran yang menarik dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dan mendorong

keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika.

b. Bagi Guru

Model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS)

diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan serta

pengalaman tentang model pembelajaran dalam upaya peningkatan

(25)

10

c. Bagi Sekolah

Dapat bermanfaat bagi sekolah dalam proses perbaikan

pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar para peserta didiknya.

Sehingga tercapai kualitas pendidikan yang membanggakan.

d. Bagi Siswa

Dapat memotivasi siswa, siswa lebih aktif, meningkatkan minat

belajar siswa, menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa serta dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran

matematika.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca, maka diperlukan

definidi operasional untuk menjelaskan kata kunsi dalam penelitian ini.

1. Hasil Belajar

Hasil adalah hal yang dapat berupa kemampuan tingkah laku atau

sebuah karya dari keterampilan yang didapat setelah seorang manusia

melalui proses pembelajaran, atau melakukan kegiatan. Baik kegiatan

secara formal atau tidak formal.

Sedangkan menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau

kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi

tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang

(26)

11

Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan

keterampilan seseorang yang diperoleh melalui suatu proses usaha.

Kemampuan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh melalui ulangan

harian. Sedangkan keterampilan dilihat dari perubahan tingkah laku yang

ditunjukan oleh seseorang setelah ia mendapat pengalaman.

2. Matematika

Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide

(Ismunamto, 2011:2). Dibuktikan dengan apabila dua bilangan ganjil

dikalikan hasilnya adalah bilangan ganjil, dan jika bilangan ganjil atau

genap dikalikan dengan bilangan genap hasilnya tetap bilangan genap.

Kemudian untuk bukti keteraturan yaitu:

1 x 1 = 1

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Secara khusus, model pembelajaran diartikan sebagai suatu pola

kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan

perubahan-perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang yang teratur

(27)

12

sama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu

sendiri (Saur M Tampubolon, 2014:88-89).

Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah pola kegiatan belajar

mengajar antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara bekerja

sama dalam sebuah kelompok.

4. Think Pair and Share (TPS)

Think Pair and Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif yang menurut Frank Lyman (1985) dilakukan dengan

pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur M

Tampubolon, 2014:98). Dalam teknik yang sederhana dan cepat ini,

pendidik membuat dan mengajukan sebuah pertanyaan, memberi waktu

selama beberapa menit untuk memikirkan tanggapan yang akan diberikan,

kemudian meminta peserta didik membentuk pasangan dengan teman

mereka (Elizabert E Barkley, 2012:155).

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), yaitu meningkatkan hasil belajar matematika

materi satuan jarak dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair and

(28)

13

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan

oleh pendidik dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Tujuannya

adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil

belajar peserta didik menjadi meningkat dan secara sistem mutu

pendidikan pada satuan pendidikan juga meningkat (Saur M Tampubolon,

2014:19).

Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris,

yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian

dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Untuk lebih jelasnya, mari kita

perhatikan pendapat dari Arikunto yang menjelaskan pengertian Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) secara lebih sistematis berikut ini:

a. Penelitian adaah kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk

menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan

mutu objek yang diamati.

b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan

terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal

dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.

c. Kelas adalah tempat di mama terdapat sekelompok peserta didik

yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang

(29)

14

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertin

Peneliltian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian atau pencermatan

yang dilakukan di dalam kelas oleh guru terhadap peserta didiknya secara

bersamaan dengan melalui siklus-siklus kegiatan dan refleksi diri.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan kolaboratif dan

partisipatif. Artinya dalam melakukan penelitian ini, peneliti bekerja sama

dengan guru yang mengajar di kelas 5 MI Ma’arif Sraten Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang. Secara partisipatif bersama-sama dengan

mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah.

Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmes dan Mc.

Tanggert, yaitu model spiral (dalam Rochiati Wiraatmaja, 2006:66).

Dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus

(30)

15

Berikut adalah gambaran pelaksanaan tindakan:

Siklus I

Siklus II

Gambar 1.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Acep Yoni, 2010:168).

Ada beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan

bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan

yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi (Suharsimi Arikunto, dkk, :16).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di MI Ma’arif Watuagung Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang.

3. Waktu Penelitian

reflect plan

act observ

reflect plan

(31)

16

Penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan yaitu mulai bulan

Desember 2016 sampai bulan Januari 2017.

4. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas 2 MI Ma’arif Watuagung

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017

yang jumlah siswanya 21 siswa, dengan siswa perempuan 8 orang dan

siswa laki-laki 13 orang.

5. Langkah-langkah Penelitian

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah

menyusun rancangan yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan

masalah dan gagasan awal. Rancangan yang akan dilaksanakan

mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and

Share (TPS). Dalam penelitian ini, peneliti menyusun Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan sarana dan prasarana,

menyiapkan soal mengenai materi perkalian.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan desain model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) seperti yang telah

direncanakan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(32)

17

pembelajaran kooperatif Think Pair and Share sebagaimana yang

digunakan peneliti meliputi Pendahuluan, Inti, dan Penutup.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama pengamatan tindakan sebagai upaya

mengetahui jalannya pembelajaran. Meliputi tindakan yang dilakukan

oleh guru, suasana kelas, keaktifan siswa saat mengikuti proses

pembelajaran.

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai

hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, kekurangan

maupun ketercapaian pembelajaran. Melakukan penilaian atas

pembelajaran di kelas. Penilaian dilakukan melalui lembar observasi

dan hasil evaluasi apakah model pembelajaran yang telah diterapkan

oleh peneliti menghasilkan perubahan yang signifikan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran

matematika dengan tipe Think Pair and Share (TPS). Seberapa

kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana yang telah disusun.

(33)

18

diketahui dengan cepat melalui observasi ini, sehingga dapat

dilakukan perbaikan rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.

Kegiatan ini yang diobservasi secara langsung ialah meliputi

kegiatan guru dalam pengelolaan kelas, dan observasi tentang

bagaimana proses belajar dan mengajar yang berkaitan dengan

peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika materi

perkalian dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and

Share (TPS). Peneliti dapat mencatat hasil observasi dalam lembar

observasi. Hal ini dilakukan untuk membuat kesimpulan terhadap

siklus tersebut yang kemudian akan direfleksikan pada siklus

berikutnya.

b. Test

Metode test digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika

materi perkalian, sebelum dan setelah melakukan penelitian, jenis test

yang digunakan adalah posttest. Untuk sebelum penelitian, penulis

menggunakan data hasil ulangan harian.

c. Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu tehnik

memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilaksanakan

(34)

19

7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi untuk mengamati guru dan siswa terhadap

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and

Share (TPS) yang mencakup beberapa aspek diantaranya adalah:

Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk guru

No Aspek Yang Diamati

I. Pra Pembelajaran

1. Menyiapkan RPP 2. Mengucap salam

3. Memeriksa kesiapan siswa 4. Melakukan apersepsi

II. Kegiatan Pembelajaran

1. Menyampaikan materi dengan jelas 2. Menjelaskan materi dengan lancer

3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut

4. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

5. Menguasai kelas

6. Tanggap terhadap aktivitas siswa

7. Mengarahkan siswa untuk memerhatikan langkah dan urutan main

8. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan 9. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

10. Memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran

11. Memberikan evaluasi terhadap penguasaan materi

III. Penutup

(35)

20

Tabel 1.2 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk siswa

No Aspek Yang Diamati

I. Pendahuluan

1. Menjawab salam

2. Memerhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

II. Kegiatan Pembelajaran

1. Memerhatikan penjelasan guru tentang materi perkalian 2. Aktif bertanya dengan guru

3. Saling bekerjasama dengan pasangannya

4. Saling berdiskusi dengan pasangannya tentang cara mengerjakan soal yang diberikan oleh guru

5. Mematuhi aturan main

III. Penutup

1. Mengerjakan tes secara individu

2. Mengumpulkan lembar tes yang telah selesai dikerjakan

b. Tes

Tes adalah hasil belajar siswa, tes yang digunakan adalah tes

tertulis yang digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa

nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi setelah

melakukan proses belajar dan mengajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada

materi perkalian. Tetapi selain tes tertulis, diadakan pula penilaian

produk dan performasi, hal tersebut dilakukan guna mengetahui

seberapa keterlibatan para peserta didik dalam proses pembelajaran

yang telah berlangsung.

(36)

21

Dokumentasi digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang

berupa gambar atau foto yang mebbunakan alat bantu berupa

kamera. Foto ini berisi tentang peristiwa yang menggambarkan

aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang didokumentasikan

adalah aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan

menggunkan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share

(TPS).

d. RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari silabus

untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai

kompetensi dasar.

e. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok

mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, maeri pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan

oleh setiap satuan pendidikan (E Mulyasa, 2011:190).

f. Materi

Materi pembelajaran yaitu berupa pengetahuan, keterampilan

(37)

22

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Narwanti,

2012:65).

8. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk

perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010:85).

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan rumus sebagai

berikut:

a. Penilaian ketuntasan belajar

Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

P 100%

b. Penilaian rata-rata

Penilaian rata-rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai rata – rata =

(38)

23 H. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah:

BAB I Berisi Pendahuluan yang mencakup: latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II Berisi Kajian Pustaka yang mancakup: hasil belajar, meliputi

pengertian belajar, prinsip-prinsip belajar, pengertian hasil belajar,

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar; matematika,

meliputi pengertian matematika, pembelajaran matematika di

SD/MI, materi perkalian SD/MI kelas 4; model pembelajaran

kooperatif, meliputi pengertian model pembelajaran kooperatif;

Think Pair and Share (TPS) meliputi, pengertian think pair and

share (TPS), tahapan pelaksanaan Think Pair and Share (TPS),

kelebihan dan kelemahan think pair and share (TPS).

BAB III Berisi Pelaksanaan Penelitian yang mencakup: deskripsi

pelaksanaan siklus.

BAB 1V Berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan mencakup: deskripsi

paparan persiklus.

BAB V Penutup, mencakup: Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka

(39)

24 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya” (Slameto, 1988:2).

Berikut definisi belajar dari beberapa tokoh:

1) Crow and crow dalam Educational Psychology (1984), belajar

adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, imlu pengetahuan

dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan

sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan

situasi baru. Definisi ini menekankan hasil dari aktivitas belajar.

2) Menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology

(40)

25

result of experience” (Suryabrata, 2004). Menurutnya belajar yang

baik harus ditempuh dengan mengalami secara langsung.

3) Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar

memiliki dua definisi. Pertama; belajar diartikan “the process of

acquiring knowledge”. Kedua; belajar diartikan “a relatively

permanent change potentiality which occurs as a result of

reinforced practice”. Pengertian pertama, belajar memilliki arti

suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua,

belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang

relatif lenggeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Pengertian

dari Dictionary Psychology ini menekankan aspek proses serta

keadaan sebagai hasil belajar (Lilik Sriyanti, 2011:16-17).

2. Prinsip Belajar

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan

perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan

yang disadari.

2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berakumulasi.

(41)

26

6) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witing,

belajar sebagai any relatively permanent change in an

organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of

experience.

7) Betujuan dan terarah.

8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik

yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan

fungsional dari bagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning

situation consist of rich and varied series of learning experiences unified

around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied

and propocative (Agus Suprijono, 2009:4).

Sedangkan prinsip belajar secara umum adalah:

1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda,

tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut

belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih

(42)

27

2) Belajar berlangsung sumur hidup.

Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang

kematian, sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Perbuatan

belajar dilakukan individu baik secara sadar ataupun tidak,

disengaja ataupun tidak, direncanakan ataupun tidak.

3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan,

faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu

sendiri. Dengan berbekalkan potensi yang tinggi, dan

dukungan faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha

belajar dari individu yang efisien yang dilaksanakan pada

tahap kematangan yang tepat akan memberikan hasil belajar

yang maksimal. Kondisi yang sebaliknya akan memberikan

hasil yang minim pula.

4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.

Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intlektual, tetapi

juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni,

keterampilan dll.

5) Kegatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.

Kegiatan belajar tidak hanya berlangsug di sekolah, tetapi juga

di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana

saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap

(43)

28

kuliah. Kecuali pada saat tidur, pada saat lainnya dapat

berlangsung proses belajar. Pada saat ini juga ada pemikiran,

orang belajar sambil tidur, yaitu dengan menggunakan kaset

yang dipasang pada waktu orang hendak pergi tidur.

6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.

Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru,

tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. Belajar

berlangsung dalam situasi formal maupun situasi informal.

7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang

tinggi. Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan,

pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi,

yang dilakukan secara sadar dan berencana membutuhkan

motivasi yang tinggi pula. Perbuatan belajar demikian

membutuhkan waktu yang panjang dengan usaha yang

sungguh-sungguh.

8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai

dengan yang sangat kompleks. Perbuatan belajar yanng

sederhana adalah menngenal tanda (signal learning dari

Gagne), mengenal nama, meniru perbuatan dll, sedang

perbuatan yang kompleks adalah pemecahan masalah,

(44)

29

9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Proses

kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi

kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini

dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu

dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan,

ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya

motivasi adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.

10)Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan

atau bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat

dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu perlu diberikan atau

dijelaskan oleh guru, hal-hal lain perlu petunjuk dari instruktur

dan untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan

bimbingan dari pembimbing (Nana Syaodih S, 2011:165-167).

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, kemampuan

merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,

(45)

30

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari

kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangakaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga tewujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap

merupakan kemampuan menjadiakan nilai-nilai sebagai standar

perilaku (Agus Suprijono, 2009:5-6).

Berdasarkan paparan di atas, bahwa hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang mencakup secara keseluruhan pada diri manusia.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Syah (2003), hasil belajar

(46)

31

1) Kebiasaan

Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan

kebiasaan dalam diri individu. Orang yang berhasil belajar

akan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan.

Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang akan

berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.

2) Ketrampilan

Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat

syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini

membutuhkan koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan

kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat

dilihat tingkat ketrampilan yang ada dalam diri individu.

3) Pengamatan

Pengamatan dapat diartikan proses menerima, manafsirkan

dan mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra,

terutama mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan

menghasilkan pengamatan yang objektif dan benar.

4) Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat

Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu

berpikir asosiatif dan meningkatkan daya ingat. Berpikir

asosiatif maksudnya berpikir untuk menghubungkan sesuatu

(47)

32

melakukan berpikir asosiatif tersebut. Selain itu, orang belajar

akan memiliki daya ingat yang lebih baik.

5) Bepikir Rasional dan Kritis

Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat berpikir

rasional dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu

menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,

menganalisis, menyimpulkan, bahkan meramalkan sesuatu.

6) Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk

mereaksi tehadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai

muncul kecenderungan dalam menghadapi sesuatu objek, tata

nilai, peristiwa, dan sebagainya.

7) Inhibisi

Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan

individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang

tidak perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain

yang lebih baik. Hasil belajar dapat dilihat adanya

kesanggupan individu dalam melakukan sesuatu secara baik.

8) Apresiasi

Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu

yang belajar. Orang belajar akan muncul kemampuan untuk

(48)

33

9) Tingkah Laku Efektif

Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif.

Tingkah laku efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil

belajar. Maksudnya, seseorang dikatakan berhasil belajar jika

orang tersebut memiliki tingkah laku yang efektif, yaitu

tingkah laku yang memiliki manfaat (Lilik Sriyanti,

2011:21-22).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri

individu.

1. Faktor nonsosial

Merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah,

keluarga maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bisa berupa

peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar,

kondisi geografis sekolah, rumah dan sejenisnya.

2. Faktor sosial

Faktor yang berupa manusia, bersifat sosial, bisa dipilah menjadi

faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak).

Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan

(49)

34

dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan

sebagainya.

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar.

1. Faktor fisiologis

Keadaan Tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri

individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus

jasmani secara umum ini misalnya tingkat kesehatan dan

kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam

keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.

Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar

dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah terutama yang

terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri

individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya

(50)

35

2. Faktor psikologis

Adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu, antara lain

tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,

kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan

mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan

hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak

memberikan warna terhadap aktivitas belajar. Bakat dan minat

terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong seseorang

mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, tetapi anak yang

kurang berbakat bukan berarti akan gagal belajar, hanya yang

bersangkutan perlu waktu lebih banyak dan kerja lebih keras

untuk mendapatkan hasil yang baik. Demikian halnya dengan

kondisi kepribadian, ada siswa yang mempunyai daya juang

tinggi, optimis, penuh semangat, sementara ada siswa yang

berkepribadian mudah putus asa, kurang energik gampang

menyerah. Kondisi-kondisi tersebut akan mempengaruhi hasil

belajar (Lilik Sriyanti, 2011:23-24).

B. Matematika

1. Pengertian Matematika

Dari segi bahasa, matematika ialah bahasa yang melambangkan

(51)

36

ini menunjukkan bahwa matematika berkenaan dengan struktur dan

hubungan yang berdasarkan konsep-konsep yang abstrak sehingga

diperlukan simbol-simbol untuk menyampaikannya (Rosma Hartiny

Sam’s, 2010:12).

Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide.

Dibuktikan dengan apabila dua bilangan ganjil dikalikan hasilnya

adalah bilangan ganjil dan jika bilangan ganjil atau genap dikalikan

dengan bilangan genap hasilnya adalah tetap bilangan genap.

Kemudian untuk bukti keteraturan yaitu:

1 x 1 = 1

2. Pembelajaran Matematika di SD/MI

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar

(penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan

keterampilan.

a. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu

pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa

belum pernah mempelajari konsep tersebut, kita dapat

mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan

(52)

37

dasar merupakan jembatan yang harus dapat

menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret

dengan konsep baru matematika yang abstrak.

b. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari

penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih

memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep

terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan

dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu

pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman

konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi

masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada

pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

c. Pembinaan Keterampilan, bertujuan agar siswa lebih

terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan

keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama,

merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman

konsep dan pemahaman konsep dalam suatu pertemuan.

Kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan

pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan

(53)

38

pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep

dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,

di semester atau kelas sebelumnya (Heruman, 2010:03).

3. Materi Perkalian SD/MI kelas 4

1) Perkalian sampai 100

Menambahkan dua uang logam 10-an sama dengan 2 kali 10, dan

ditulis 2 x 10. Jadi, 2 x 10 = 10 + 10 = 20

Terdapat empat piring di atas meja, setiap piring ada 2 potong kue.

Jumlah potongan kue semuanya sama dengan 4 kali 2 kue, yang

ditulis 4 x 2 kue = 8 kue

Hal ini sama dengan menambahkan banyaknya potongan kue

setiap piring atau 2 + 2 + 2 + 2 = 8 kue. Jadi, banyaknya kue

semuanya adalah 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8 kue (Marwiyanto,

2008:14-15).

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model yang

menggunakan strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri atas dua

(54)

39

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Artinya pembelajaran

kooperatif merupakan sistem belajar kelompok terstruktur dengan

unsur-unsur sebagai berikut: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung

jawab individual, (3) interaksi personal/tatap muka, (4) komunikasi antar

anggota, dan (5) penilaian proses kelompok (Saur M Tampubolon,

2014:90).

Model pembelajaran kooperatif juga diartikan sebagai konsep yang

lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umun

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik

menyelesaikan masalah yang dimaksud (Agus Suprijono, 2009:54-55).

D. Think Pair and Share (TPS)

1. Pengertian Think Pair and Share (TPS)

Think Pair and Share merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang menurut Frank Lyman (1985) dilakukan dengan

pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur M

Tampubolon, 2014:98). Dalam teknik yang sederhana dan cepat ini,

(55)

40

selama beberapa menit untuk memikirkan tanggapan yang akan diberikan,

kemudian meminta siswa membentuk pasangan dengan teman mereka

(Elizabert E Barkley, 2010:155).

2. Tahap pelaksanaan Think Pair and Share (TPS)

Ada pun tahap pelaksanaan pembelajaran think pair and share (TPS)

adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik diminta untuk berpasangan dengan temannya.

b. Guru mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta

didik dengan mempelajari buku ajar/Handout.

c. Pertama peserta didik memikirkan sendiri jawaban pertanyaan

tersebut.

d. Selanjutnya, peserta didik berbagi pemikiran dengan pasangannya.

e. Setelah pekerjaan dengan kelompoknya selesai, selanjutnya

peserta didik berbagi pemikiran antar pasangan.

f. Peserta didik bersama guru menyimpulkan jawaban atas

pertanyaan yang diberikan.

g. Penilaian dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

3. Kelebihan Think Pair and Share (TPS)

Terdapat kelebihan pada model TPS dalam pembelajaran, menurut

Hartina, menyatakan sebagai berikut:

1. Memungkinkan peserta didik merumuskan dan mengajukan

(56)

41

secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang

diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk

memikirkan materi yang diajarkan.

2. Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar

pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan

kesepakatan dalam memecahkan masalah.

3. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan

tugasnya secara berpasangan.

4. Peserta didik memperoleh kesempatan mempresentasikan hasil

diskusinya dengan seluruh peserta didik sehingga ide yang ada

menyebar.

5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau peserta didik

dalam pembelajaran.

4. Kelemahan Think Pair and Share (TPS)

Kelemahan dalam pembelajaran model TPS adalah sebagai

berikut:

1. Sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan pesera

didiknya rendah.

2. Waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk

banyak.

3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengahnya

(57)

42 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus I ini dilakukan melalui 4 (empat) tahapan, yang

pertama yaitu tahap perencanaan (planning), yang kedua pelaksanaan

tindakan (acting), yang ketiga observasi (pengamatan), dan yang terakhir

yaitu tahap refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti

adalah:

a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Selasa 24

Januari 2017.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini

disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

telah ditetapkan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat

serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam

mata pelajaran matematika materi perkalian dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) sebagai

(58)

43

kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan adalah sebgai

berikut:

Standar Kompetensi : Melakukan perkalian dan pembagian

bilangan sampai dua angka.

Kompetensi Dasar : Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya

bilangan dua angka.

Indikator Kompetensi : Menjelaskan cara menghitung perkalian

mulai dari penjumlahan berulang.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar

observasi, lembar kerja siswa (LKS), dan soal tes evaluasi.

d. Berkonsultasi dengan guru kelas dalam pembagian kelompok.

e. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan:

a) Permen

b) Kantong plastik

c) Spidol

d) Buku Matematika untuk SD dan MI kelas 4, Marwiyanto dkk.

f. Menyiapkan materi perkalian kelas 4 semester IV.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan kelas pada siklus 1 dilaksanakan pada semester I, pada hari

Selasa 24 Januari 2017 selama 3 jam pelajaran (07.15 – 09.00). Pada

tahap siklus 1 ini ada 21 siswa yang hadir. Pada tahap ini guru kelas 4 MI

(59)

44

berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

disusun sebelumnya, antara lain:

1) Guru mengucap salam dan memulai pelajaran dengan berdo’a

bersama, menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi,

meminta peserta didik menyiapkan buku pelajaran.

2) Apersepsi.

Siswa ditanya “siapa yang tahu ada berapa kaki seekor ayam?”

“kalau ayamnya ada 4 jadi kakinya ada berapa banyak?”.

3) Melakukan tanya jawab untuk menggalai pengetahuan awal

tentang perkalian peserta didik.

4) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

5) Peserta didik diminta untuk membentuk pasangan dengan

temannya.

6) Guru menjelaskan materi tentang perkalian bilangan satu angka

dengan satu angka.

7) Peserta didik diminta untuk memerhatikan penjelasan yang

disampaikan oleh guru.

8) Guru mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta

didik.

9) Pertama peserta didik memikirkan jawabannya sendiri,

(60)

45

10)Setelah berbagi pemikiran dengan pasangannya, selanjutnya

peserta didik berbagi pemikiran dengan pasangan yang lain.

11)Peserta didik diberi soal latihan.

12)Menyimpulkan jawaban dan materi yang telah diajarkan secara

bersama.

13)Menegaskan kepada peserta didik untuk selalu mengingat konsep

dari perkalian dan cara menghitungnya.

14)Memberikan tugas individu untuk dikerjakan di rumah.

15)Menyampaikan rencana pembelajaran untuk perrtemuan

berikutnya.

16)Berdo’a bersama mengucap hamdalah, dan mengucap salam.

3. Tahap Observasi

Selanjutnya setelah tahap pelaksanaan adalah tahap observasi atau

pengamatan, yang dilakukan secara langsung oleh peneliti menggunakan

lembar observasi yang telah disusun. Lembar observasi digunakan untuk

mengetahui keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran

menggunakan model Think Pair and Share (TPS) dan partisipasi siswa

pada saat pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Tahap yang terakhir yaitu tahap refleksi. Pada tahap ini yang peneliti

(61)

46

pelaksanaan pembelajaran untuk dilakukan perbaikan pada siklus

selanjutnya.

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II mengacu pada hasil pelaksanaan

siklus I. Kekurangan yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki dalam

siklus II ini. Maka siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I.

Pelaksanaan pada siklus II ini melalui 4 (empat) tahapan, yaitu yang

pertama tahap perencanaan (planning), yang kedua pelaksanaan tindakan

(acting), yang ketiga observasi (pengamatan), dan yang terakhir refleksi

(reflecting). Dalam tahap perencanaan pada siklus II peneliti melakukan

hal-hal sebagai berikut:

a. Menentukan waktu pelaksanaa siklus II yaitu pada hari Kamis 26

Januarai 2017 selama 2 jam pelajaran (07.15 – 08.25).

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini

disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

telah ditetapkan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat

serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam

mata pelajaran matematika materi perkalian dengan menggunakan

(62)

47

pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan adalah sebgai

berikut:

Standar Kompetensi : Melakukan perkalian dan pembagian

bilangan sampai dua angka.

Kompetensi Dasar : Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya

bilangan dua angka.

Indikator Kompetensi : Menjelaskan cara menghitung perkalian

mulai dari penjumlahan berulang.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mencakup absensi, lembar

pengamatan, dan soal evaluasi.

d. Menyiapkan bahan ajar serta benda yang akan digunakan saat

penelitian berlangsung.

e. Menyiapkan materi perkalian kelas 4 semester IV.

2. Pelaksanaan Tindakan

1) Guru mengucap salam dan memulai pelajaran dengan berdo’a

bersama, menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi,

meminta peserta didik menyiapkan buku pelajaran.

2) Apersepsi.

Siswa ditanya “siapa yang tahu ada berapa kaki seekor ayam?”

Gambar

Gambar 1.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Acep Yoni, 2010:168).
Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk guru
Tabel 1.2 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk siswa
Tabel 4.1.Daftar hasil belajar pra siklus
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) Pekerjaan Pengadaan Konstruksi Peningkatan dan perluasan Puskesmas Jorong Kegiatan Pengadaan Sarana dan

Sesuai surat Kepala BKN nomor K.26-30N.131-9/74 tanggal 30 Oktober 2017 tentang Penyampaian Hasil SKD CPNS BPKP, peserta SKD CPNS BPKP yang memenuhi nilai ambang batas dapat

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Pada pemberian dosis inokulum azolla 5 ton/ha dan kalium organik dosis 100 kg/ha (P8) tidak berpengaruh terhadap berat kering brangkasan hal ini sesuai dengan

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil miskonsepsi siswa meliputi miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMA di Jepara pada materi bilangan kuantum dan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu model terbaik untuk kasus DBD di Jawa Timur tahun 2014 adalah model