i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
THINK PAIR AND SHARE (TPS)
PADA SISWA
KELAS IV
MI MA’ARIF WATUAGUNG KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
FARKHATUL JANNAH
NIM. 115 12 035
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
THINK PAIR AND SHARE (TPS)
PADA SISWA
KELAS IV
MI MA’ARIF WATUAGUNG KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
FARKHATUL JANNAH
NIM. 115 12 035
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
viii MOTTO
Siapa yang bersungguh-sungguh dan bersabar pasti akan sukses.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa
berdo’a dan mendukungku.
2. Keluarga Blaze Dexterous 04 yang selalu memberikan warna dalam hidup ini,
selalu ada canda tawa besama.
3. Sahabat-sahabati PMII Salatiga yang memberi banyak pengetahuan dalam
bermasyarakat.
4. Teman-teman dan sahabat spesial seperjuangan, yang selalu aku repoti.
5. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing skripsiku, yang
meluangkan waktu untuk membimbingku.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang selalu
membimbing langkah kaki menuju kebaikan. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW., yang
selalu dinantikan syafa’atnya di hari kiamat kelak.
Karunia Allah jugalah yang membantu penulis untuk menyelesaikan penyusunan
skripsi ini guna memenuhi tugas dan syarat memperoleh gelar sarjana strata satu
dalam ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Penulis menulis skripsi dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Materi Perkalian dengan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share
(TPS) pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasihyang tiada terhingga dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan
x
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat hingga studi ini selesai.
6. Ibu Umi Salamah, S.Pd.I., selaku Kepala MI Ma’arif Watuagung yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang
Beliau pimpin.
7. Ibu Nurul Qoniah, S.Pd.I., selaku Guru kelas IV MI Ma’arif Watuagung yang
telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung
dengan baik.
8. Para siswa-siswi kelas IV MI Ma’arif Watuagug yang telah membentu penulis
melaksanakan penelitian.
9. Kedua Orang tua dan keluarga besar penulis yang memberikan dukungan moral
maupun material.
10. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis berharap, semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu
tersusunnya skripsi ini diterima oleh Allah SWT. dan mendapatkan pahala yang
setimpal. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi
ini juga sangat penulis harapkan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis.
Salatiga, 07 Maret 2017 Penulis ,
xi ABSTRAK
Jannah, Farkhatul. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share (TPS) pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share dan Hasil Belajar.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran Matematika materi perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan, apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada
siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2016/2017?
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV semester I MI
Ma’arif Watuagung kecamatan Tuntang kabupaten Semarang yang berjumlah 21 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 bulan mulai bulan Desember 2016 sampai bulan Januari 2017. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 kali siklus pembelajaran yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, test, dan dokumentasi. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus presentase.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
materi Perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung kecamatan Tuntang
xii DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Definisi Operasional ... 10
G. Metode Penelitian ... 12
H. Sistematika Penulisan ... 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 24
xiii
2. Prinsip Belajar ... 25
3. Pengertian Hasil Belajar ... 29
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 33
a. Faktor Eksternal ... 33
b. Faktor Internal ... 34
B. Matematika ... 35
1. Pengertian Matematika ... 35
2. Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 36
3. Materi Perkalian SD/MI kelas 2 ... 38
C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 38
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 38
D. Think Pair and Share (TPS) ... 39
1. Pengertian Think Pair and Share (TPS) ... 39
2. Tahap Pelaksanaan Think Pair and Share (TPS) ... 40
3. Kelebihan Think Pair and Share (TPS) ... 40
4. Kelemahan Think Pair and Share (TPS) ... 41
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 42
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 46
xiv
DAFTAR TABEL & GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Aspek-aspek Yang Diamati Dalam Observasi Untuk Guru ... 19
Tabel 1.2 Aspek-aspek Yang Diamati Dalam Observasi Untuk Siswa ... 20
Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 50
Tabel 4.2 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52
Tabel 4.3 Daftar Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 53
Tabel 4.4 Daftar Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 53
Tabel 4.5 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55
Tabel 4.6 Daftar Pengamatan Guru Siklus II ... 56
Tabel 4.7 Daftar Pengamatan Siswa Siklus II ... 57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 64
Lampiran 2. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I ... 68
Lampiran 3. Lembar Evaluasi Siklus I ... 70
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 71
Lampiran 5. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II ... 75
Lampiran 6. Lembar Evaluasi Siklus II ... 77
Lampiran 7. Nilai Siswa Pra Siklus ... 78
Lampiran 8. Nilai Siswa Silklus I ... 79
Lampiran 9. Nilai Siswa Siklus II ... 80
Lampiran 10.Surat Keterangan Penelitian di MI Ma’arif Watuagung ... 81
Lampiran 11. Surat Pembimbing Skripsi ... 82
Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 83
Lampiran 13. Dokumentasi Foto Kegiatan Pembelajaran ... 84
Lampiran 14. Daftar Nilai SKK ... 87
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi ... 90
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
secara bertahap guna menjadikan kehidupan mereka yang lebih baik.
Digunakan pula sebagai alat untuk mengetahui dunia, untuk mengetahui
hal-hal yang berada di depan mata, supaya manusia dapat menempatkan segala
sesuatu dengan sesuai porsinya serta dapat menempatkan dirinya pada posisi
yang tepat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai kegiatan terencana untuk
membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Hal ini
diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara,
hal ini ditetapkan dalam Undang-Undang 1945 pasal 27 yang menyatakan
bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak
ada kecualinya (Umar Tirtarahardja, 2008:35).
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 1, ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU
2
Dalam Dictionary of Education, pendidikan merupakan: (a) proses di
mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana dia hidup, (b) proses sosial di
mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat
memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individual yang optimum (Udin Syaefudin Sa’ud, 2011:6).
Dunia pendidikan itu di dalamnya terdapat berbagai cabang ilmu
pengetahuan, salah satu diantaranya yaitu bidang Matematika. Matematika
dari bahasa Yunani mathematika adalah ilmu yang mempelajari tentang
besaran, struktur, ruang, dan perubahan (Ismunamto, 2011:13). Matematika
juga merupakan ilmu yang kebanyakan orang menganggapnya sulit untuk
menyerap ilmunya atau sulit untuk memahami konsepnya. Sehingga banyak
pula peserta didik tidak menyukai dengan pelajaran Matematika, hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai alesan, diantaranya mungkin karena
cara penyampaian pembelajaran dari guru yang kurang menarik bagi peserta
didik yang dapat mengurangi minat belajar dari peserta didik untuk
memperhatikan pembelajaran, sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya
pula.
Peserta didik usia SD/MI ini pada umumnya juga merasakan seperti
hal tersebut, kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran Matematika.
3
didik kelas IV masih banyak yang kurang berminat saat belajar Matematika.
Pada kesempatan ini, penulis fokus pada materi perkalian, karena sebagian
besar dari peserta didik masih belum memahami konsep dari perkalian
tersebut. Oleh karenanya hasil belajar yang diperoleh melalui ulangan harian
oleh peserta didik masih kurang memuaskan.
Hasil belajar ialah hal yang dapat menjadi tolak ukur seberapa
pemahaman peserta didik setelah mengikuti pembelajaran mengenai materi
yang telah disampaikan. Merupakan hal yang tampak serta dapat
diperlihatkan. Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran
mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.
Mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif
(Elis Ratnawulan, 2015:57). Seperti mata pelajaran Matematika ini yang
berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, menghafal, memahami serta
menganalisis.
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks,
masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Lilik Sriyanti, 2011: 23).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar para peserta
didik, diantaranya ialah karakteristik peserta didik itu sendiri, dan lingkungan
4
terhadap peserta didik yang berbeda-beda, penggunaan model atau metode
yang berbeda pula, yang mungkin terkadang ada yang kurang sesuai dengan
materi yang disampaikan, hal tersebut dapat juga menyebabkan minat belajar
peserta didik menjadi berkurang, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar
mereka.
Dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Beberapa pasal menyebutkan: Pasal 19, ayat 1: “Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik” (Saminanto, 2013:1-2). Oleh karena itu
menjadi tugas seorang pendidik agar dapat mengemas pembelajaran menjadi
lebih menarik lagi untuk para peserta didik, yang khususnya untuk mata
pelajaran Matematika yang kebanyakan masih menjadi suatu yang
menakutkan. Supaya para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran merasa
senang tidak terbebani dan minat belajar menjadi lebih meningkat. Sehingga
diharapkan dapat tercipta hasil belajar yang baik pula. Pengemasan tersebut
dapat difokuskan pada pemilihan model pembelajaran yang sesuai untuk
pembelajaran Matematika itu sendiri. Model pembelajaran yang mungkin
dapat mudah diikuti oleh peserta didik. Maka pendidik hendaknya dapat
5
dan pola pikir peserta didik. Dalam mengajarkan Matematika, pendidik harus
memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, serta tidak
semu peserta didik menyenangi mata pelajaran Matematika (Heruman,
2007:2).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru kelas
IV di MI Ma’arif Watuagung ibu Nurul Qoniah yang menyatakan bahwa nilai
ulangan harian yang diperoleh peserta didik kelas IV untuk mata pelajaran
matematika pada materi Perkalian masih kurang memuaskan. Masih banyak
peserta didik yang mengeluhkan bahwa mereka masih kebingungan untuk
memahami cara menghitung Perkalian. Kegiatan belajar mengajar hanya
berpegang pada buku paket saja, sehingga kurang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk lebih aktif memikirkan lagi materi yang diajarkan.
Padahal materi ini termasuk materi yang sulit dipahami oleh peserta didik,
karena dari sebagian banyak peseta didik masih belum memahami konsep dari
perkalian itu sendiri. Apabila peserta didik dilibatkan secara aktif dalam
pembelajaran maka mereka akan lebih mudah untuk memahaminya.
Pernyataan tersebut didukung dengan data dari hasil belajar atau hasil
ulangan harian matematika kelas IV yang didapatkan oleh peneliti, bahwa
hasil belajar matematika materi perkalian masih banyak yang di bawah nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah
yaitu 70. Nilai rata-rata di kelas IV adalah 60, dengan siswa yang belum
6
sangat disayangkan, mengingat mata pelajaran matematika adalah termasuk
dalam mata pelajaran yang pokok.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa perlu kiranya diadakan perbaikan proses pembelajaran
pada kelas IV MI Ma’arif Watuagung tersebut supaya pemahaman peserta
didik terhadap mata pelajaran matematika materi Perkalian diharapkan dapat
meningkat. Sehingga hasil belajar yang diperoleh pun meningkat. Peneliti
mencoba menawarkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif
Think Pair and Share (TPS) yang diperkirakan tepat untuk mengajarkan
materi Perkalian pada siswa kelas IV MI tersebut.
Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) termasuk dalam
model pembelajaran kooperatif, menurut Frank Lyman (1985), dilakukan
dengan pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur
Tampubolon, 2014:98). Dimana dalam model pembelajaran tersebut, peserta
didik akan melakukannya secara berpasang-pasangan. Langkah
pembelajarannya diawali dengan sebuah pertanyaan yang diberikan kepada
peserta didik dari guru, kemudian mereka memikirkan sendiri jawabannya,
setelah memikirkan sendiri jawabannya, baru mereka berdiskusi dengan
pasangan masing-masing dan pada akhirnya hasil diskusi dari setiap pasangan
akan dibicarakan dengan teman seluruh kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
7
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
THINK PAIR AND SHARE PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF
WATUAGUNG KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas rumusan masalahnya sebagai
berikut: Apakah penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada siswa kelas IV
MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Think Pair and Share
(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Perkalian pada
siswa kelas IV MI Ma’arif Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten
8 D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kesimpulan sementara
adalah sebagai berikut: “Bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika materi Perkalian siswa kelas IV MI Ma’arif
Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2016/2017”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS)
ini dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai. Adapun indikatornya sebagai berikut:
a. Secara Individu
Adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II.
b. Secara Klasikal
Tercapainya ketuntasan klasikal hasil belajar Matematika sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 yang besarnya 85%
9 E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya pengetahuan lapangan tentang proses
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
b. Sebagai dasar pengembangan bagi kajian keilmuan yang berkaitan
dengan implementasi model pembelajaran kooperatif Think Pair and
Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi
perkalian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Diharapkan penelitian yang dilakukan mampu mengembangkan
desain pembelajaran yang menarik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) dan mendorong
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika.
b. Bagi Guru
Model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS)
diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan serta
pengalaman tentang model pembelajaran dalam upaya peningkatan
10
c. Bagi Sekolah
Dapat bermanfaat bagi sekolah dalam proses perbaikan
pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar para peserta didiknya.
Sehingga tercapai kualitas pendidikan yang membanggakan.
d. Bagi Siswa
Dapat memotivasi siswa, siswa lebih aktif, meningkatkan minat
belajar siswa, menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran
matematika.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca, maka diperlukan
definidi operasional untuk menjelaskan kata kunsi dalam penelitian ini.
1. Hasil Belajar
Hasil adalah hal yang dapat berupa kemampuan tingkah laku atau
sebuah karya dari keterampilan yang didapat setelah seorang manusia
melalui proses pembelajaran, atau melakukan kegiatan. Baik kegiatan
secara formal atau tidak formal.
Sedangkan menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
11
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang diperoleh melalui suatu proses usaha.
Kemampuan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh melalui ulangan
harian. Sedangkan keterampilan dilihat dari perubahan tingkah laku yang
ditunjukan oleh seseorang setelah ia mendapat pengalaman.
2. Matematika
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide
(Ismunamto, 2011:2). Dibuktikan dengan apabila dua bilangan ganjil
dikalikan hasilnya adalah bilangan ganjil, dan jika bilangan ganjil atau
genap dikalikan dengan bilangan genap hasilnya tetap bilangan genap.
Kemudian untuk bukti keteraturan yaitu:
1 x 1 = 1
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Secara khusus, model pembelajaran diartikan sebagai suatu pola
kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan
perubahan-perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang yang teratur
12
sama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu
sendiri (Saur M Tampubolon, 2014:88-89).
Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah pola kegiatan belajar
mengajar antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara bekerja
sama dalam sebuah kelompok.
4. Think Pair and Share (TPS)
Think Pair and Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menurut Frank Lyman (1985) dilakukan dengan
pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur M
Tampubolon, 2014:98). Dalam teknik yang sederhana dan cepat ini,
pendidik membuat dan mengajukan sebuah pertanyaan, memberi waktu
selama beberapa menit untuk memikirkan tanggapan yang akan diberikan,
kemudian meminta peserta didik membentuk pasangan dengan teman
mereka (Elizabert E Barkley, 2012:155).
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu meningkatkan hasil belajar matematika
materi satuan jarak dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair and
13
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan
oleh pendidik dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Tujuannya
adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil
belajar peserta didik menjadi meningkat dan secara sistem mutu
pendidikan pada satuan pendidikan juga meningkat (Saur M Tampubolon,
2014:19).
Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris,
yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian
dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Untuk lebih jelasnya, mari kita
perhatikan pendapat dari Arikunto yang menjelaskan pengertian Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) secara lebih sistematis berikut ini:
a. Penelitian adaah kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk
menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan
mutu objek yang diamati.
b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan
terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal
dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.
c. Kelas adalah tempat di mama terdapat sekelompok peserta didik
yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang
14
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertin
Peneliltian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian atau pencermatan
yang dilakukan di dalam kelas oleh guru terhadap peserta didiknya secara
bersamaan dengan melalui siklus-siklus kegiatan dan refleksi diri.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan kolaboratif dan
partisipatif. Artinya dalam melakukan penelitian ini, peneliti bekerja sama
dengan guru yang mengajar di kelas 5 MI Ma’arif Sraten Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Secara partisipatif bersama-sama dengan
mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah.
Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmes dan Mc.
Tanggert, yaitu model spiral (dalam Rochiati Wiraatmaja, 2006:66).
Dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus
15
Berikut adalah gambaran pelaksanaan tindakan:
Siklus I
Siklus II
Gambar 1.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Acep Yoni, 2010:168).
Ada beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi (Suharsimi Arikunto, dkk, :16).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di MI Ma’arif Watuagung Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang.
3. Waktu Penelitian
reflect plan
act observ
reflect plan
16
Penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan yaitu mulai bulan
Desember 2016 sampai bulan Januari 2017.
4. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas 2 MI Ma’arif Watuagung
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017
yang jumlah siswanya 21 siswa, dengan siswa perempuan 8 orang dan
siswa laki-laki 13 orang.
5. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah
menyusun rancangan yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan
masalah dan gagasan awal. Rancangan yang akan dilaksanakan
mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS). Dalam penelitian ini, peneliti menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan sarana dan prasarana,
menyiapkan soal mengenai materi perkalian.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan desain model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) seperti yang telah
direncanakan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
17
pembelajaran kooperatif Think Pair and Share sebagaimana yang
digunakan peneliti meliputi Pendahuluan, Inti, dan Penutup.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pengamatan tindakan sebagai upaya
mengetahui jalannya pembelajaran. Meliputi tindakan yang dilakukan
oleh guru, suasana kelas, keaktifan siswa saat mengikuti proses
pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai
hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, kekurangan
maupun ketercapaian pembelajaran. Melakukan penilaian atas
pembelajaran di kelas. Penilaian dilakukan melalui lembar observasi
dan hasil evaluasi apakah model pembelajaran yang telah diterapkan
oleh peneliti menghasilkan perubahan yang signifikan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran
matematika dengan tipe Think Pair and Share (TPS). Seberapa
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana yang telah disusun.
18
diketahui dengan cepat melalui observasi ini, sehingga dapat
dilakukan perbaikan rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
Kegiatan ini yang diobservasi secara langsung ialah meliputi
kegiatan guru dalam pengelolaan kelas, dan observasi tentang
bagaimana proses belajar dan mengajar yang berkaitan dengan
peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika materi
perkalian dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS). Peneliti dapat mencatat hasil observasi dalam lembar
observasi. Hal ini dilakukan untuk membuat kesimpulan terhadap
siklus tersebut yang kemudian akan direfleksikan pada siklus
berikutnya.
b. Test
Metode test digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika
materi perkalian, sebelum dan setelah melakukan penelitian, jenis test
yang digunakan adalah posttest. Untuk sebelum penelitian, penulis
menggunakan data hasil ulangan harian.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu tehnik
memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilaksanakan
19
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi untuk mengamati guru dan siswa terhadap
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS) yang mencakup beberapa aspek diantaranya adalah:
Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk guru
No Aspek Yang Diamati
I. Pra Pembelajaran
1. Menyiapkan RPP 2. Mengucap salam
3. Memeriksa kesiapan siswa 4. Melakukan apersepsi
II. Kegiatan Pembelajaran
1. Menyampaikan materi dengan jelas 2. Menjelaskan materi dengan lancer
3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
5. Menguasai kelas
6. Tanggap terhadap aktivitas siswa
7. Mengarahkan siswa untuk memerhatikan langkah dan urutan main
8. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan 9. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
10. Memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran
11. Memberikan evaluasi terhadap penguasaan materi
III. Penutup
20
Tabel 1.2 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi untuk siswa
No Aspek Yang Diamati
I. Pendahuluan
1. Menjawab salam
2. Memerhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
II. Kegiatan Pembelajaran
1. Memerhatikan penjelasan guru tentang materi perkalian 2. Aktif bertanya dengan guru
3. Saling bekerjasama dengan pasangannya
4. Saling berdiskusi dengan pasangannya tentang cara mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
5. Mematuhi aturan main
III. Penutup
1. Mengerjakan tes secara individu
2. Mengumpulkan lembar tes yang telah selesai dikerjakan
b. Tes
Tes adalah hasil belajar siswa, tes yang digunakan adalah tes
tertulis yang digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa
nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi setelah
melakukan proses belajar dan mengajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada
materi perkalian. Tetapi selain tes tertulis, diadakan pula penilaian
produk dan performasi, hal tersebut dilakukan guna mengetahui
seberapa keterlibatan para peserta didik dalam proses pembelajaran
yang telah berlangsung.
21
Dokumentasi digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang
berupa gambar atau foto yang mebbunakan alat bantu berupa
kamera. Foto ini berisi tentang peristiwa yang menggambarkan
aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang didokumentasikan
adalah aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunkan model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share
(TPS).
d. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai
kompetensi dasar.
e. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, maeri pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan (E Mulyasa, 2011:190).
f. Materi
Materi pembelajaran yaitu berupa pengetahuan, keterampilan
22
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Narwanti,
2012:65).
8. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk
perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010:85).
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan rumus sebagai
berikut:
a. Penilaian ketuntasan belajar
Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
P 100%
b. Penilaian rata-rata
Penilaian rata-rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai rata – rata =
23 H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah:
BAB I Berisi Pendahuluan yang mencakup: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II Berisi Kajian Pustaka yang mancakup: hasil belajar, meliputi
pengertian belajar, prinsip-prinsip belajar, pengertian hasil belajar,
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar; matematika,
meliputi pengertian matematika, pembelajaran matematika di
SD/MI, materi perkalian SD/MI kelas 4; model pembelajaran
kooperatif, meliputi pengertian model pembelajaran kooperatif;
Think Pair and Share (TPS) meliputi, pengertian think pair and
share (TPS), tahapan pelaksanaan Think Pair and Share (TPS),
kelebihan dan kelemahan think pair and share (TPS).
BAB III Berisi Pelaksanaan Penelitian yang mencakup: deskripsi
pelaksanaan siklus.
BAB 1V Berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan mencakup: deskripsi
paparan persiklus.
BAB V Penutup, mencakup: Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
24 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 1988:2).
Berikut definisi belajar dari beberapa tokoh:
1) Crow and crow dalam Educational Psychology (1984), belajar
adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, imlu pengetahuan
dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan
sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan
situasi baru. Definisi ini menekankan hasil dari aktivitas belajar.
2) Menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology
25
result of experience” (Suryabrata, 2004). Menurutnya belajar yang
baik harus ditempuh dengan mengalami secara langsung.
3) Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar
memiliki dua definisi. Pertama; belajar diartikan “the process of
acquiring knowledge”. Kedua; belajar diartikan “a relatively
permanent change potentiality which occurs as a result of
reinforced practice”. Pengertian pertama, belajar memilliki arti
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua,
belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang
relatif lenggeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Pengertian
dari Dictionary Psychology ini menekankan aspek proses serta
keadaan sebagai hasil belajar (Lilik Sriyanti, 2011:16-17).
2. Prinsip Belajar
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan
yang disadari.
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
26
6) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witing,
belajar sebagai any relatively permanent change in an
organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of
experience.
7) Betujuan dan terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik
yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari bagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning
situation consist of rich and varied series of learning experiences unified
around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied
and propocative (Agus Suprijono, 2009:4).
Sedangkan prinsip belajar secara umum adalah:
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda,
tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut
belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih
27
2) Belajar berlangsung sumur hidup.
Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang
kematian, sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Perbuatan
belajar dilakukan individu baik secara sadar ataupun tidak,
disengaja ataupun tidak, direncanakan ataupun tidak.
3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan,
faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu
sendiri. Dengan berbekalkan potensi yang tinggi, dan
dukungan faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha
belajar dari individu yang efisien yang dilaksanakan pada
tahap kematangan yang tepat akan memberikan hasil belajar
yang maksimal. Kondisi yang sebaliknya akan memberikan
hasil yang minim pula.
4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intlektual, tetapi
juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni,
keterampilan dll.
5) Kegatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsug di sekolah, tetapi juga
di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana
saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap
28
kuliah. Kecuali pada saat tidur, pada saat lainnya dapat
berlangsung proses belajar. Pada saat ini juga ada pemikiran,
orang belajar sambil tidur, yaitu dengan menggunakan kaset
yang dipasang pada waktu orang hendak pergi tidur.
6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru,
tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. Belajar
berlangsung dalam situasi formal maupun situasi informal.
7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang
tinggi. Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan,
pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi,
yang dilakukan secara sadar dan berencana membutuhkan
motivasi yang tinggi pula. Perbuatan belajar demikian
membutuhkan waktu yang panjang dengan usaha yang
sungguh-sungguh.
8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang sangat kompleks. Perbuatan belajar yanng
sederhana adalah menngenal tanda (signal learning dari
Gagne), mengenal nama, meniru perbuatan dll, sedang
perbuatan yang kompleks adalah pemecahan masalah,
29
9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Proses
kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi
kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini
dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu
dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan,
ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya
motivasi adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.
10)Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan
atau bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat
dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu perlu diberikan atau
dijelaskan oleh guru, hal-hal lain perlu petunjuk dari instruktur
dan untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan
bimbingan dari pembimbing (Nana Syaodih S, 2011:165-167).
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, kemampuan
merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
30
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangakaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga tewujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap
merupakan kemampuan menjadiakan nilai-nilai sebagai standar
perilaku (Agus Suprijono, 2009:5-6).
Berdasarkan paparan di atas, bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang mencakup secara keseluruhan pada diri manusia.
Seperti halnya yang dikemukakan oleh Syah (2003), hasil belajar
31
1) Kebiasaan
Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan
kebiasaan dalam diri individu. Orang yang berhasil belajar
akan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan.
Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang akan
berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.
2) Ketrampilan
Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat
syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini
membutuhkan koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan
kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat
dilihat tingkat ketrampilan yang ada dalam diri individu.
3) Pengamatan
Pengamatan dapat diartikan proses menerima, manafsirkan
dan mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra,
terutama mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan
menghasilkan pengamatan yang objektif dan benar.
4) Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu
berpikir asosiatif dan meningkatkan daya ingat. Berpikir
asosiatif maksudnya berpikir untuk menghubungkan sesuatu
32
melakukan berpikir asosiatif tersebut. Selain itu, orang belajar
akan memiliki daya ingat yang lebih baik.
5) Bepikir Rasional dan Kritis
Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat berpikir
rasional dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu
menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,
menganalisis, menyimpulkan, bahkan meramalkan sesuatu.
6) Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk
mereaksi tehadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai
muncul kecenderungan dalam menghadapi sesuatu objek, tata
nilai, peristiwa, dan sebagainya.
7) Inhibisi
Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan
individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang
tidak perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain
yang lebih baik. Hasil belajar dapat dilihat adanya
kesanggupan individu dalam melakukan sesuatu secara baik.
8) Apresiasi
Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu
yang belajar. Orang belajar akan muncul kemampuan untuk
33
9) Tingkah Laku Efektif
Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif.
Tingkah laku efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil
belajar. Maksudnya, seseorang dikatakan berhasil belajar jika
orang tersebut memiliki tingkah laku yang efektif, yaitu
tingkah laku yang memiliki manfaat (Lilik Sriyanti,
2011:21-22).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu.
1. Faktor nonsosial
Merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah,
keluarga maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bisa berupa
peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar,
kondisi geografis sekolah, rumah dan sejenisnya.
2. Faktor sosial
Faktor yang berupa manusia, bersifat sosial, bisa dipilah menjadi
faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak).
Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan
34
dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan
sebagainya.
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar.
1. Faktor fisiologis
Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri
individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus
jasmani secara umum ini misalnya tingkat kesehatan dan
kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam
keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.
Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar
dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah terutama yang
terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri
individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya
35
2. Faktor psikologis
Adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu, antara lain
tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan
mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak
memberikan warna terhadap aktivitas belajar. Bakat dan minat
terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong seseorang
mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, tetapi anak yang
kurang berbakat bukan berarti akan gagal belajar, hanya yang
bersangkutan perlu waktu lebih banyak dan kerja lebih keras
untuk mendapatkan hasil yang baik. Demikian halnya dengan
kondisi kepribadian, ada siswa yang mempunyai daya juang
tinggi, optimis, penuh semangat, sementara ada siswa yang
berkepribadian mudah putus asa, kurang energik gampang
menyerah. Kondisi-kondisi tersebut akan mempengaruhi hasil
belajar (Lilik Sriyanti, 2011:23-24).
B. Matematika
1. Pengertian Matematika
Dari segi bahasa, matematika ialah bahasa yang melambangkan
36
ini menunjukkan bahwa matematika berkenaan dengan struktur dan
hubungan yang berdasarkan konsep-konsep yang abstrak sehingga
diperlukan simbol-simbol untuk menyampaikannya (Rosma Hartiny
Sam’s, 2010:12).
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide.
Dibuktikan dengan apabila dua bilangan ganjil dikalikan hasilnya
adalah bilangan ganjil dan jika bilangan ganjil atau genap dikalikan
dengan bilangan genap hasilnya adalah tetap bilangan genap.
Kemudian untuk bukti keteraturan yaitu:
1 x 1 = 1
2. Pembelajaran Matematika di SD/MI
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar
(penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan.
a. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu
pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa
belum pernah mempelajari konsep tersebut, kita dapat
mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan
37
dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret
dengan konsep baru matematika yang abstrak.
b. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih
memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep
terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan
dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu
pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman
konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi
masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada
pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
c. Pembinaan Keterampilan, bertujuan agar siswa lebih
terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan
keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama,
merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman
konsep dan pemahaman konsep dalam suatu pertemuan.
Kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan
pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan
38
pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep
dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,
di semester atau kelas sebelumnya (Heruman, 2010:03).
3. Materi Perkalian SD/MI kelas 4
1) Perkalian sampai 100
Menambahkan dua uang logam 10-an sama dengan 2 kali 10, dan
ditulis 2 x 10. Jadi, 2 x 10 = 10 + 10 = 20
Terdapat empat piring di atas meja, setiap piring ada 2 potong kue.
Jumlah potongan kue semuanya sama dengan 4 kali 2 kue, yang
ditulis 4 x 2 kue = 8 kue
Hal ini sama dengan menambahkan banyaknya potongan kue
setiap piring atau 2 + 2 + 2 + 2 = 8 kue. Jadi, banyaknya kue
semuanya adalah 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8 kue (Marwiyanto,
2008:14-15).
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model yang
menggunakan strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri atas dua
39
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Artinya pembelajaran
kooperatif merupakan sistem belajar kelompok terstruktur dengan
unsur-unsur sebagai berikut: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung
jawab individual, (3) interaksi personal/tatap muka, (4) komunikasi antar
anggota, dan (5) penilaian proses kelompok (Saur M Tampubolon,
2014:90).
Model pembelajaran kooperatif juga diartikan sebagai konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umun
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud (Agus Suprijono, 2009:54-55).
D. Think Pair and Share (TPS)
1. Pengertian Think Pair and Share (TPS)
Think Pair and Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menurut Frank Lyman (1985) dilakukan dengan
pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta didik (Saur M
Tampubolon, 2014:98). Dalam teknik yang sederhana dan cepat ini,
40
selama beberapa menit untuk memikirkan tanggapan yang akan diberikan,
kemudian meminta siswa membentuk pasangan dengan teman mereka
(Elizabert E Barkley, 2010:155).
2. Tahap pelaksanaan Think Pair and Share (TPS)
Ada pun tahap pelaksanaan pembelajaran think pair and share (TPS)
adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik diminta untuk berpasangan dengan temannya.
b. Guru mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta
didik dengan mempelajari buku ajar/Handout.
c. Pertama peserta didik memikirkan sendiri jawaban pertanyaan
tersebut.
d. Selanjutnya, peserta didik berbagi pemikiran dengan pasangannya.
e. Setelah pekerjaan dengan kelompoknya selesai, selanjutnya
peserta didik berbagi pemikiran antar pasangan.
f. Peserta didik bersama guru menyimpulkan jawaban atas
pertanyaan yang diberikan.
g. Penilaian dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.
3. Kelebihan Think Pair and Share (TPS)
Terdapat kelebihan pada model TPS dalam pembelajaran, menurut
Hartina, menyatakan sebagai berikut:
1. Memungkinkan peserta didik merumuskan dan mengajukan
41
secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang
diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk
memikirkan materi yang diajarkan.
2. Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan
kesepakatan dalam memecahkan masalah.
3. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya secara berpasangan.
4. Peserta didik memperoleh kesempatan mempresentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh peserta didik sehingga ide yang ada
menyebar.
5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau peserta didik
dalam pembelajaran.
4. Kelemahan Think Pair and Share (TPS)
Kelemahan dalam pembelajaran model TPS adalah sebagai
berikut:
1. Sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan pesera
didiknya rendah.
2. Waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk
banyak.
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengahnya
42 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I ini dilakukan melalui 4 (empat) tahapan, yang
pertama yaitu tahap perencanaan (planning), yang kedua pelaksanaan
tindakan (acting), yang ketiga observasi (pengamatan), dan yang terakhir
yaitu tahap refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Selasa 24
Januari 2017.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat
serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam
mata pelajaran matematika materi perkalian dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) sebagai
43
kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan adalah sebgai
berikut:
Standar Kompetensi : Melakukan perkalian dan pembagian
bilangan sampai dua angka.
Kompetensi Dasar : Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka.
Indikator Kompetensi : Menjelaskan cara menghitung perkalian
mulai dari penjumlahan berulang.
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar
observasi, lembar kerja siswa (LKS), dan soal tes evaluasi.
d. Berkonsultasi dengan guru kelas dalam pembagian kelompok.
e. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan:
a) Permen
b) Kantong plastik
c) Spidol
d) Buku Matematika untuk SD dan MI kelas 4, Marwiyanto dkk.
f. Menyiapkan materi perkalian kelas 4 semester IV.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan kelas pada siklus 1 dilaksanakan pada semester I, pada hari
Selasa 24 Januari 2017 selama 3 jam pelajaran (07.15 – 09.00). Pada
tahap siklus 1 ini ada 21 siswa yang hadir. Pada tahap ini guru kelas 4 MI
44
berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun sebelumnya, antara lain:
1) Guru mengucap salam dan memulai pelajaran dengan berdo’a
bersama, menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi,
meminta peserta didik menyiapkan buku pelajaran.
2) Apersepsi.
Siswa ditanya “siapa yang tahu ada berapa kaki seekor ayam?”
“kalau ayamnya ada 4 jadi kakinya ada berapa banyak?”.
3) Melakukan tanya jawab untuk menggalai pengetahuan awal
tentang perkalian peserta didik.
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Peserta didik diminta untuk membentuk pasangan dengan
temannya.
6) Guru menjelaskan materi tentang perkalian bilangan satu angka
dengan satu angka.
7) Peserta didik diminta untuk memerhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru.
8) Guru mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta
didik.
9) Pertama peserta didik memikirkan jawabannya sendiri,
45
10)Setelah berbagi pemikiran dengan pasangannya, selanjutnya
peserta didik berbagi pemikiran dengan pasangan yang lain.
11)Peserta didik diberi soal latihan.
12)Menyimpulkan jawaban dan materi yang telah diajarkan secara
bersama.
13)Menegaskan kepada peserta didik untuk selalu mengingat konsep
dari perkalian dan cara menghitungnya.
14)Memberikan tugas individu untuk dikerjakan di rumah.
15)Menyampaikan rencana pembelajaran untuk perrtemuan
berikutnya.
16)Berdo’a bersama mengucap hamdalah, dan mengucap salam.
3. Tahap Observasi
Selanjutnya setelah tahap pelaksanaan adalah tahap observasi atau
pengamatan, yang dilakukan secara langsung oleh peneliti menggunakan
lembar observasi yang telah disusun. Lembar observasi digunakan untuk
mengetahui keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran
menggunakan model Think Pair and Share (TPS) dan partisipasi siswa
pada saat pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Tahap yang terakhir yaitu tahap refleksi. Pada tahap ini yang peneliti
46
pelaksanaan pembelajaran untuk dilakukan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II mengacu pada hasil pelaksanaan
siklus I. Kekurangan yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki dalam
siklus II ini. Maka siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I.
Pelaksanaan pada siklus II ini melalui 4 (empat) tahapan, yaitu yang
pertama tahap perencanaan (planning), yang kedua pelaksanaan tindakan
(acting), yang ketiga observasi (pengamatan), dan yang terakhir refleksi
(reflecting). Dalam tahap perencanaan pada siklus II peneliti melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan waktu pelaksanaa siklus II yaitu pada hari Kamis 26
Januarai 2017 selama 2 jam pelajaran (07.15 – 08.25).
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat
serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam
mata pelajaran matematika materi perkalian dengan menggunakan
47
pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan adalah sebgai
berikut:
Standar Kompetensi : Melakukan perkalian dan pembagian
bilangan sampai dua angka.
Kompetensi Dasar : Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka.
Indikator Kompetensi : Menjelaskan cara menghitung perkalian
mulai dari penjumlahan berulang.
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mencakup absensi, lembar
pengamatan, dan soal evaluasi.
d. Menyiapkan bahan ajar serta benda yang akan digunakan saat
penelitian berlangsung.
e. Menyiapkan materi perkalian kelas 4 semester IV.
2. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru mengucap salam dan memulai pelajaran dengan berdo’a
bersama, menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi,
meminta peserta didik menyiapkan buku pelajaran.
2) Apersepsi.
Siswa ditanya “siapa yang tahu ada berapa kaki seekor ayam?”