• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Waktu Onset Stroke Iskemik dengan Hemoragik di IGD dan Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Waktu Onset Stroke Iskemik dengan Hemoragik di IGD dan Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Tahun 2014"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Peribadi

Nama : Morna Gresella

NIM : 120100340

Alamat : Komp. Griya Riatur C43 Medan Nomor Telpon : 082161323009

Email : mornagresella@yahoo.com

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal lahir : Medan, 30 Juli 1994 Warganegara : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Status Pendidikan : 1. TK Perguruan Kristen Immanuel Medan 2. SD Perguruan Kristen Immanuel Medan 3. SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan 4. SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan

5. Fakultas KedoktekranUniversitas SumateraUtara Riwayat Organisasi : Porseni FK USU 2014

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 7 Juli 2015

`

(2)

LAMPIRAN 2

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Proposal

Biaya Jumlah Harga Satuan Total

Tinta print 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Kertas A4 1rim Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid proposal awal 6 Rp 2.000,00 Rp 12.000,00 Jilid proposal revisi 6 Rp 2.000,00 Rp 12.000,00

Total Rp 104.000,00

2. Taksasi Analisis data dan revisi

Tinta print 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Kertas A4 1rim Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid KTI softcover 6 Rp 2.000,00 Rp 12.000,00 Jilid KTI hardcover 6 Rp 25.000,00 Rp 150.000,00

Total Rp 242.000,00

3. Transportasi Rp 200.000,00

(3)
(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali M., Curram J., Davis S.M,, Diener H.C., Donnan G.A.2007. The Virtual

International Stroke Trials Archieve. Stroke, 38: 1905-1910.

Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga jilid 2, Media Aesculavius,

FKUI, Jakarta.

Basjiruddin, A. 2009. Diabetes Mellitus and Stroke: The Pathobiogenesis.

Dalam: Sjahrir, H., Anwar, Y., Kadri, A., (eds). Neurology Update

2009. FK USU, Medan.

Bender, M. 2012. High VWF, Low ADAMTS13 Puts Women at Risk. Available: http://www.bloodjournal.org/content/119/6/1329?sso-checked=true (Accessed 24 Juni 2015)

Burhanuddin, M., Wahinuddin, Jumriani, 2013. Faktor Risiko Kejadian Stroke

pada Dewasa Awal (18-40 tahun) di Kota Makassar tahun 2010-2012.

Universitas Hasanuddin: Makassar.

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta,

Jakarta.

Caplan, L.R. 2009. Caplan’s Stroke: A Clinical Approach, 4th ed. Saunders.

Elsevier, Philadelphia.

Darmanto, A. 2014. Hubungan Antara Hipertensi dengan Kejadian Strok

Iskemik di Bangsal dan Poliklinik Saraf RSUD dr. Soedarso Pontianak. Naskah Publikasi. Universitas Tanjungpura: Pontianak

Davenport, R. & Dennis, M., 2000. Neurological Emergencies: Acute Stroke. J

(6)

Donnan, Geoffrey, A. 2007. How to Make Better Use of Thrombolytic Therapy

in Acute Ischemic Stroke.

Available: http://www.medscape.com/viewarticle/745913 (Accessed

31 May 2015)

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Republik Indonesia,

Jakarta.

Fang, J., Yan, W., Jiang, G. X., Li, W., Cheng, Q. 2011. Time interval between

stroke onset and hospital arrival in acute ischemic stroke patients in

Shanghai, China.Available:www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20889252

(Accessed 10 Desember 2015)

Fauziah, I.2013. Karakteristik Penderita Stroke Iskemik Dengan Infark yang

Rawat Inap Di Rsup Haji Adam Malik, Medan. Available:

http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/40316 (Accessed

9 January 2016)

Gofir, A. 2009. Evidence Based Medicine Manajemen Stroke. Pustaka Cendikia

Press, Yogyakarta.

Goldstein, L.B., Adams, R., Alberts, M.J., Appel, L.J., Brass, Sacco, R.L., et al.

2006. Primary Prevention of Ischemic Stroke: A Guideline From the

American Heart Association / American Stroke Association Stroke

Council. Stroke. 37:1583-1633

Goldszmidt, A.J., Caplan, L.R. 2013. Stroke Esensial, Edisi kedua (Melfiawati,

penerjemah. Penerbit Indeks, Jakarta.

Gusev, E., Skvorsova, V.I. 2003. Brain Ischemia. Kluwer Academic/Plenum

(7)

Hacke, W., Kaste, M., Bogousslavsky, J., et al. 2003. European Stroke Initiative

Recommendation for Stroke Management Update 2003.

Cerebrovasculer Disease, 16: 311-37.

Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hussein, O., Kandeel, W.A., Elghany, A.F., Youssif, S.Y. 2012. Relation

Between Obesity and Ischemic Stroke Using Multiclice C.T. Journal

of Applied Sciences Research.8(1): 200-2006.

Jellinger, P.S., Smith, D.A., Mehta, A.E., Ganda, O., Handelsman, Y., Rodbard,

H.W. 2012. American Association of Clinical Endocrinologist

Guidelines For Manageent of Dyslipidemia and Prevention of

Atherosclerosis. Endocrine Practice. 18: 1-77

Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. ANDI, Yogyakarta.

Kay, R., Woo, J., Poon, W.S. 1992. Hospital Arrival Time After Onset of

Stroke. Available: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1431964

(Accessed 2 January 2016)

Kelompok Studi Stroke (Edisi Revisi) PERDOSSI. 2007. Guideline Stroke.

PERDOSSI, Jakarta.

Kristiyawati, S.P., Irawaty, D., Hariyati, Rr.T.S. 2009. “Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke di RS Panti Wilasa Citarum

Semarang”, Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK),Volume 1 (1),

29 hal. 1-7. STIKES Telogorejo, Semarang.

Kusumoputro, S. 1995.Peranan stimulasi berdasarkan konsep spesialisasi dua

belahan dan plastisitas otak pada peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Pidato Pengukuhan. Fakultas Kedokteran Universitas

(8)

Lahano, A.K., Chandio, M.H., Bhatti, M.I. 2014. Frequency of Common

Modifible Risk Factors For Stroke. Gomal Journal of Medical

Sciences. 12(4): 222-226.

Machfoed, M.H. 2003. The Latest Clinical Epidemiological Data of Ischemic

and Hemorrhagic Stroke Patients in Surabaya and Surroundings. A

Hospital Based Study. Folia Medica Indonesia, 39:242-50.

Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan. 2000. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi ketiga jilid2. Media Aesculapius, Jakarta.

Margatan, Arcole. 1997. Mewaspadai Buruk dan Serangan Stroke. Aneka Solo.

Jakarta.

Marlina, Y. 2011. Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Stroke Iskemik di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. Skripsi Sarjana

(Diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Medicastore. 2011. Stroke the Silent Killer. Available:

http://medicastore.com/stroke.html (Accessed 30 May 2015)

Misbach, J. 1999. Stroke. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Managemen. Balai

Penerbit FK UI, Jakarta.

Misbach, J. 2007. Pandangan Umum Mengenai Stroke. Dalam : Rasyid A. dan

Soertidewi, L. (eds). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara

Komprehensif. Balai Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: 1-9.

Misbach, J., Janni, J. 2011. Diagnosis Stroke. Dalam: Misbach, J, Soretidewi L,

Janis J,. (Ed) Stroke. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen.

(9)

Monakow, C.V. 1996. Diaschisis. In: Pribram, K.H., ed. Brain and Behavior:

Mood, States, Mind. Penguin Book, Baltimore: 27-36.

Mundiartasari, I. 2014. Perbedaan Kejadian Depresi pada Pasien Stroke

Iskemik Lesi Hemisfer Kiri dan Hemisfer kanan di RSUD Kabupaten Kudus. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

Nasution D, 2007. Strategi Pencegahan Stroke Primer. Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar Tetap Neurologi FK USU. Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Perkeni. 2011.Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Price, S.A., Wilson. L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6 vol 2. EGC, Jakarta.

Purwaningtiyas, D. P., Kusumawati, Y., Nugroho, F. S. 2014. Prosiding Seminar

Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan. Update: Upaya Promotif,

Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke. ISSN

2460-4143. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Qadrina, S. 2011. Gambaran Lipid Profile pada Pasien Stroke Iskemik di RSUP

H. Adam Malik Medan 2010. Available:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31672/7/Cover.pdf

(Accessed 9 January 2016)

Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian

(10)

Rossamond, W., Flegal, K.,Friday, G., Furie, K., Go, A., Greenlund, K., et al.

2007. Heart Disease and Stroke Statistics 2007 Update : A Report

from the American Heart Association Statistics Comittee and Stroke

Statistics Subcomittee. Circulation, 115:e69-e171.

Runde, T. 2008. Risk Factor Management to Prevent First Stoke.

PubMedCentral.

Sacco, R.L. 2000. Pathogenesis, Classification, and Epidemiology of

Cerebrovascular Disease. In Rowland L.P., 9th ed. Merrit’s

Neurology, 10th ed. Pp. 219-29. Lippincott Williams & Willkins.

Philadelphia.

Sacco, R.L., Kasner, S.E.,Broderick, S.P., Caplan, L.R., Culebras, A., Elkind, M.

S.V., et al. 2013. An Up Date Definition of Stroke for the 21st

Century: A Statement for Healthcare Professionals from the American

Heart Association/ American Stroke Association. Stroke, 44:2064-89.

Shah, R.S., Cole, J.W. 2010. Smoking and Stroke: The More You Smoke The

More You Stroke. Expert Review of Cardiovascular Theraphy; 8(7):

917-932.

Sidharta, P. 2000. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, Jakarta.

Sinaga, S.A. 2010. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit

Haji Medan Tahun 2002-2006. Available:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16617 (Accessed 3

January 2016)

Smith, M., Minson, C.T. 2012. Obesity and Adipokines: Effect on Symphathetic

(11)

Sofwan, R. 2010. Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke. PT Bhuana Ilmu

Popouler, Jakarta.

The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. 2008. Stroke:

National Clinical Guideline for Diagnosis and Initial Management of Acute Stroke and Transient Ischaemic Attack (TIA).Royal College of

Physicians, United Kingdom.

Wibowo, S. 2001. Farmakoterapi Dalam Neurologi. Salemba Medika, Jakarta.

Widiastuti, M. 2000.Stroke. Pengelolaan Mutakhir. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Malang.

Wijayakusuma, Hembing. 2003. Atasi Penyakit Jantung Koroner Secara Dini

dengan Cara Alamiah. Available:

http://www.mastel.or.id/artikel%20kesehatan.htm (Accessed 3

January 2016)

Wirawan, S.P. 2009.Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer.

Majalah Kedokteran Indonesia Vol 59 No 2, Jakarta. Available:

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/downloa

d/626/614 (Accessed 2 June 2015)

Yastroki. 2012. Indonesia Tempati Urutan Pertama di Dunia Dalam Jumlah

Terbanyak Penderita Stroke. Available:

(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Demografi pasien Stroke: 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Suku Bangsa

Pasien stroke iskemik dan hemoragik diIGD dan rawat

inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014

Angka Kejadian Stroke tahun 2014

Karakteristik pasien Stroke:

1. Klasifikasi dan Diagnosis 2. Onset

(13)

3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Stroke

Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut yang disebabkan

oleh iskemik atau perdarahan yang berlangsung 24 jam atau meninggal, tetapi

tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco et al, 2013).

3.2.2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pasien stroke di IGD

dan rawat inap RSUP H. Adam Malik tahun 2014.

3.2.3. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah gambaran demografi,

karakteristik, dan angka kejadian stroke di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam

Malik tahun 2014.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

(14)

2. Jenis

Rekam medik 1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

3. Pekerjaan Pekerjaan adalah

(15)
(16)
(17)

Tabel 3.2. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Tabel 3.3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM dari Perkeni 2011

Bukan DM Belum pasti

Menurut klasifikasi National Cholesterol Education Panel Adult

Treatment Panel (NCEP-ATP) ke III kriteria dislipidemia adalah penurunan kadar kolesterol HDL ≤ 40 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dl, peningkatan kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl (Grundy dkk, 2002).

3.2.3.2. Obesitas

Indeks Massa Tubuh dapat dinilai dari hasil berat badan (BB)

(18)

meter (m). Dapat disederhanakan dalam rumus berikut (Wadden dkk,

2002; Suyono dkk, 2011).

���= ��

(��)2 = (��) (�)2

Tabel 3.4. Klasifikasi IMT berdasarkan WHO dalam The Asia-Pasific Perspective: Redifining Obesity and its Treatment

Klasifikasi IMT (Kg/��)

BB Kurang <18,50

BB Normal 18,50 – 22,99

BB Berlebih ≥ 23,00

Dengan Resiko 23,00 – 24,90

Obes I 25,00 – 29,90

Obes II > 30

3.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada perbedaan waktu onset antara stroke iskemik dengan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam

(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah analitik untuk mengetahui perbandingan waktu

onset antara stroke iskemik dan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014. Adapun yang digunakan pada desain penelitian

ini dengan pendekatan retrospektif study, dimana akan dilakukan pengumpulan

data berdasarkan rekam medis.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik di Kota Medan.

Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dikarenakan rumah sakit pusat

dan rujukan dari Sumatera Utara. Penelitiandilaksanakan dari bulan April -

Desember 2015, lalu dilanjutkan dengan pengolahan dan analisa data.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke di IGD dan

rawat inap di RSUP H. Adam Malik di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah data semua pasien stroke yang di IGD dan rawat

inapdi RSUP H. Adam Malik dari bulan Januari 2014 sampai bulan Desember

2014 dengan menggunakan semua data sesuai dengan periode yang ditentukan

(total sampling).

(20)

Data yang dikumpul terdiri dari data sekunder. Data diperoleh dengan

melihat rekam medik pasien di IGD dan rawat inap penderita stroke yang

melakukan pemeriksaan di RSUP H. Adam Malik di Kota Medan dari bulan

Januari 2014 sampai Desember 2014.

4.5. Pengelolahan dan Analisa data

Pengelolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap

pertama editing yaitu memeriksa nama, umur, jenis kelamin, dan hasil

pemeriksaan, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada label.

Tahap ketiga entry yaitu memasukan data dari rekam medis ke dalam program

SPSSversi 22, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu memeriksa

kembali data yang telah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara statistik

menggunakan program SPSS versi 22 dengan uji chi-square dimana signifikan

apabila nilai p < 0,05 untuk mengetahui perbandingan waktu onset antara stroke

iskemik dan hemoragik di IGD dan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan

(21)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUPH. Adam Mal di Jalan Bunga Lau No.

17 Medan Sumatera Utara. Rumah Sakit umum Pusat ini berdiri pada tanggal 21

Juli 1993 dan terakreditasi A, yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di

Provinsi Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan. Data Penelitian ini diambil

dari bagian instalasi rekam medis yang terletak di lantai 1.

5.1.2. Deskripsi Demografi Sampel

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang berasal dari rekam medis pasien stroke iskemik dan hemorhagik di RSUP

H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.

5.1.2.1. Angka Kejadian

Didapati jumlah sampel sebanyak 636 pasien stroke pada tahun 2014 di

RSUP H. Adam Malik.

5.1.2.2. Deskripsi Karakteristik Usia Stroke

Dijumpai rerata usia sebesar pasien stroke sebesar 57,3 tahun.Pada

penelitian ini dijumpai rerata usia penderita stroke sebesar 57,28 ± 11,88;

dimana usia paling muda yaitu 19 tahun dan usia paling tua yaitu 93 tahun.

Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa usia paling banyak pada penderita

stroke adalah lansia akhir dengan jumlah 210 pasien (33,0%), diikuti dengan

(22)

(23,7%), dewasa akhir yaitu 67 pasien (10,5%), dewasa muda yaitu 22 pasien

(3,5%), dan yang paling sedikit adalah remaja akhir yaitu 6 pasien (0,9%).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Usia Remaja Akhir

(17-25 tahun) 4 (1,0) 2 (0,8) 0,016

Dewasa Muda

(>25-35 tahun) 14 (3,6) 8 (3,3)

Dewasa Akhir

(>35-45 tahun) 38 (9,7) 29 (11,8)

Lansia Awal

(>45-55 tahun) 94 (24,0) 86 (35,1)

Lansia Akhir

(>55-65 tahun) 133 (34,0) 77 (31,4)

Manula

(>65 tahun) 108 (27,6) 43 (17,6)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa usia paling sering untuk stroke iskemik

adalah lansia akhir yaitu 133 pasien (34,0%), dilanjutkan dengan manula

sebanyak 108 pasien (27,6%), kemudian lansia awal sebanyak 94 pasien

(24,0%), dewasa akhir adalah 38 pasien (9,7%), dewasa muda sebanyak 14

pasien (3,6%), dan yang paling sedikit adalah remaja akhir sebanyak 4 pasien

(1,0%). Sedangkan usia stroke hemoragik paling banyak adalah lansia awal yaitu

86 pasien (35,1%), diikuti dengan lansia akhir sebanyak 77 pasien (31,4%),

kemudian manula yaitu 43 pasien (17,6%), dilanjutkan dengan dewasa akhir

sebanyak 29 pasien (11,8%), kemudian dewasa muda sebanyak 8 pasien

(23)

(0,8%).Didapati nilai p=0,016, ini menunjukkan bahwa ada perbedaan usia

antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik yang tidak signifikan.

5.1.2.3. Deskripsi Karakteristik Jenis Kelamin Stroke

Dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyakdi RSUP. H. Adam

Malik adalah laki – laki dengan dengan jumlah 337 pasien (53,0%) sedangkan

jenis kelamin perempuan didapati sebanyak 299 pasien (47,0%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Jenis Kelamin Perempuan 192 (49,1) 107 (43,7%) 0,182

Laki - laki 199 (50,9) 138 (56,3)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dari Tabel 5.2. didapati jenis kelamin paling banyak untuk stroke iskemik

adalah perempuan yaitu 192 pasien (49,1%) dan yang paling sedikit adalah laki – laki yaitu 199 pasien (50,9%). Sedangkan jenis kelamin paling banyak untuk stroke hemoragik adalah laki – laki yaitu 138 pasien (56,3%) dan yang paling

sedikit adalah perempuan yaitu 107 pasien (43,7%).Didapati nilai p=0,182, ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jenis kelamin antara stroke iskemik

dengan stroke hemoragik dan tidak signifikan.

5.1.2.4. Deskripsi Karakteristik Pekerjaan Stroke

Didapati pekerjaan paling banyak pada penderita strokedi RSUP. H.

Adam Malik adalah wiraswasta yaitu sebanyak 180 pasien (28,3%), dilanjutkan

dengan ibu rumah tangga sebanyak 165 pasien (25,9%), kemudian lain – lain

yaitu 148 pasien (23,3%), pensiun sebanyak 73 pasien (11,5%), dan yang paling

(24)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Pekerjaan PNS 47 (12,0) 23 (9,4) 0,101

Wiraswasta 104 (26,6) 76 (31,0)

Pensiun 52 (13,3) 21 (8,6)

IRT 106 (27,1) 59 (24,1)

Lain - lain 82 (21,0) 66 (26,9)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa pekerjaan paling sering untuk stroke iskemik

adalah IRT yaitu 106 pasien (27,1%), dilanjutkan dengan wiraswasta sebanyak

104 pasien (26,6%), kemudian lain -lain sebanyak 82 pasien (21,0%), pensiun

adalah 52 pasien (13,3%), dan yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 47

pasien (12,0%). Sedangkan pekerjaan stroke hemoragik paling banyak adalah

wiraswasta yaitu 76 pasien (31,0%), diikuti dengan lain – lain sebanyak 66

pasien (26,9%), dilanjutkan dengan IRT sebanyak 59 pasien (24,1%), kemudian

PNS sebanyak 23 pasien (9,4%), dan yang paling sedikit adalah pensiun yaitu 21

pasien (8,6%).Didapati nilai p=0,101, ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan pekerjaan antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik dan tidak

(25)

5.1.2.5. Deskripsi Karakteristik Suku Bangsa Stroke

Didapati suku paling banyak pada penderita stroke di RSUP. H. Adam

Malik adalah suku Batak yaitu 330 pasien (51,9%), diikuti dengan suku Jawa

yaitu sebanyak 163 pasien (25,6%), kemudian suku Aceh yaitu 53 pasien

(8,3%), suku Padang yaitu 45 pasien (7,1%), dan lain – lain adalah 45 pasien

(7,1%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Suku Bangsa

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Suku Bangsa Batak 216 (55,2) 114 (46,5) 0,170

Jawa 96 (24,6) 67 (27,3)

Aceh 27 (6,9) 26 (10,6)

Padang 24 (6,1) 21 (8,6)

Lain-lain 28 (7,2) 17 (6,9)

Total 391 (100) 245 (100) 636 (100)

Dalam Tabel 5.4. dapat dilihat bahwasuku bangsa paling sering untuk stroke

iskemik adalah suku Batak yaitu 216 pasien (55,2%), dilanjutkan dengan suku

Jawa sebanyak 96 pasien (24,6%), kemudian lain -lain sebanyak 28 pasien

(7,2%), suku Aceh adalah 27 pasien (6,9%), dan yang paling sedikit adalah suku

Padang sebanyak 24 pasien (6,1%). Sedangkan suku bangsa stroke hemoragik

paling banyak adalah suku Batak yaitu 114 pasien (46,5%), diikuti dengan suku

Jawa sebanyak 67 pasien (27,3%), dilanjutkan dengan suku Aceh sebanyak 26

pasien (10,6%), kemudian suku Padang sebanyak 21pasien (8,6%), dan yang

paling sedikit adalah lain - lain yaitu 17 pasien (6,9%).Didapati nilai p=0,170,

ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan suku bangsa antara stroke iskemik

(26)

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Klasifikasi dan Diagnosis Stroke

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Klasifikasi dan Diagnosa Stroke

Klasifikasi dan Diagnosa

Frekuensi Presentase

Iskemik 391 61,5

Hemoragik 245 38,5

Total 636 100

Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyak adalah stroke

iskemik adalah 391 pasien (61,5%) dan stroke hemoragik adalah 245 pasien

(38,5%).

5.1.4. Deskripsi Karakteristik Onset Stroke

Didapati onset stroke paling banyak di RSUP. H. Adam Malik adalah1 –

7 hari yaitu sebanyak 421 pasien (66,2%), dilanjutkan dengan 3 – 24 jam

sebanyak 129 pasien (20,3%), kemudian < 3 jam yaitu 43 pasien (6,8%), 8 – 14

hari yaitu 37 pasien (5,8%), dan yang paling sedikit adalah >14 hari yaitu 6

pasien (0,9%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Onset Stroke

Iskemik Hemoragik

P Value

n (%) n (%)

Kelompok Onset

< 3 jam 7 (1,8) 36 (14,7) 0,001

3-24 jam 33 (8,4) 96 (39,2)

1-7 hari 311 (79,5) 110 (44,9)

8-14 hari 35 (9,0) 2 (0,8)

>14 hari 5 (1,3) 1 (0,4)

(27)

Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa untuk stroke iskemik onset yang paling

banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1 – 7 hari yaitu 311 pasien (79,5%),

kemudian 35 pasien (9,0%) setelah 8 – 14 hari, diikuti dengan 3 – 24 hari yaitu

33 pasien (8,4%), di bawah 3 jam yaitu 7 pasien (1,8%), dan yang paling sedikit

adalah di atas 14 hari yaitu 5 pasien (1,3%). Kemudian untuk stroke hemoragik

onset yang paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1-7 hari yaitu

110 pasein (44,9%), diikuti dengan 96 pasien (39,2%) setelah 3 – 24 jam,

kemudian di atas 3 jam yaitu 36 pasien (14,7%), setelah 8 – 14 hari yaitu 2

pasien (0,8%), dan yang paling sedikit adalah di atas 14 hari yaitu 1 pasien

(0,4%). Didapati nilai p=0,001, ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

antara onset stroke iskemik dengan stroke hemoragik secara signifikan.

5.1.5. Deskripsi Karakteristik Gejala Klinis Stroke

Didapati gejala klinis stroke paling banyak di RSUP. H. Adam Malik

adalah gejala hemiparese yaitu 450 pasien (40,6%), dilanjutkan dengan gejala

gangguan kesadaran sebanyak 358 pasien (32,3%), kemudian gejala nyeri kepala

sebanyak 182 pasien (16,4%), gejala kejang adalah 59 pasien (5,3%), gejala

gangguan bicara sebanyak 57 pasien (5,1%), gejala gangguan pendengaran

adalah 2 pasien (0,2%), kemudian yang paling sedikit adalah gejala gangguan

penglihatan sebanyak 1 pasien (0,1%), dan tidak ada pasien yang mengalami

gangguan sensitivitas dan gangguan keseimbangan.

Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa gejala klinis paling sering untuk

stroke iskemik adalah hemiparese yaitu 297 pasien (51,8%), dilanjutkan dengan

gejala gangguan kesadaran sebanyak 137 pasien (23,9%), kemudian gejala nyeri

kepala sebanyak 70 pasien (12,2%), gejala gangguan bicara adalah 45 pasien

(7,9%), gejala kejang sebanyak 23 pasien (4,0%), kemudian yang paling sedikit

adalah gejala gangguan penglihatan sebanyak 1 pasien (0,2%), dan tidak ada

pasien yang mengalami gangguan sensitivitas, gangguan keseimbangan, dan

gangguan pendengaran. Sedangkan gejala klinis stroke hemoragik paling banyak

(28)

gejala hemiparese sebanyak 153 pasien (28,6%), dilanjutkan dengan gejala nyeri

kepala sebanyak 112 pasien (20,9%), kemudian gejala kejang sebanyak 36

pasien (6,7%), gejala gangguan bicara yaitu 12 pasien (2,2%), dan yang paling

sedikit adalah gejala gangguan pendengaran sebanyak 2 pasien (0,4%),

sementara tidak ada pasien yang mengalami gejala gangguan sensitivitas,

gangguan keseimbangan, dan gangguan penglihatan.Didapati nilai p=0,001, ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan gejala klinis antara stroke iskemik dengan

stroke hemoragik secara signifikan.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Gejala Klinis Stroke

Iskemik Hemoragik

P Value n (%) n (%)

Gejala Klinis

Gangguan Kesadaran 137 (23,9) 221 (41,2) 0,001

Hemiparese 297 (51,8) 153 (28,6)

Gangguan Bicara 45 (7,9) 12 (2,2)

Nyeri Kepala 70 (12,2) 112 (20,9)

Kejang 23 (4,0) 36 (6,7)

Gangguan Sensitivitas 0 (0) 0 (0)

Gangguan Keseimbangan 0 (0) 0 (0)

Gangguan Penglihatan 1 (0,2) 0 (0)

Gangguan Pendengaran 0 (0) 2 (0,4)

(29)

5.1.6. Deskripsi Karakteristik Faktor Resiko Stroke

Didapati faktor resiko stroke paling banyak di RSUP. H. Adam Malik

adalah hipertensi yaitu 356 pasien (53,6%), dilanjutkan dengan diabetes melitus

sebanyak 106 pasien (16,0%), kemudian gaya hidup sebanyak 90 pasien

(13,6%), dislipidemia adalah 70 pasien (10,5%), kemudian yang paling sedikit

adalah penyakit jantung yaitu 42 pasien (6,3%), dan tidak ada yang mengalami

obesitas.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Faktor ResikoStroke

Iskemik Hemoragik

pasien (12,3%), penyakit jantung sebanyak 34 pasien (11,2%),kemudian yang

paling sedikit adalah dislipidemia sebanyak 18 pasien (6,0%), dan tidak ada

yang mengalami obesitas. Sementara faktor resiko stroke hemoragik paling

banyak adalah hipertensi yaitu 184 pasien (50,8%), diikuti dengan diabetes

melitus yaitu 65 pasien (18,0%), gaya hidup sebanyak 53 pasien (14,6%),

kemudian dislipidemia sebanyak 52 pasien (14,4%), kemudian yang paling

(30)

mengalami obesitas.Didapati nilai p=0,001, ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan faktor resiko antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik secara

signifikan.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pembahasan Angka Kejadian

Pada penelitian ini didapati jumlah sampel penderita stroke di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014 adalah sebanyak 636 pasien yang diambil dari

636 rekam medis. Menurut penelitian Fauziah I (2013), terdapat 117 pasien

tahun 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan. Pada tahun 2010 terdapat 84 orang

subjek penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan (Qadrina S, 2011).

5.2.2. PembahasanDemografi Sampel

Pada penelitian ini ditemukan usia paling banyak pada penderita stroke

adalah lansia akhir (33,0%), diikuti dengan lansia awal (28,3%), kemudian

manula (23,7%), dewasa akhir(10,5%), dewasa muda (3,5%), dan yang paling

sedikit adalah remaja akhir (0,9%).Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Lestari (2010) yang mendapatkan bahwa persentasi kelompok umur >

55 tahun(67,5%), lebih banyak menderita strokedibandingkan dengan kelompok

umur 40-55 tahun(32,5%). Menurut Kristiyawati (2009), peningkatan frekuensi

stroke seiring dengan peningkatan umur berhubungan dengan proses penuaan,

dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh

darah otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian endotel yang

mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen

pembuluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah

otak.Menurut Gofir (2009), bertambahnya usia mulai 55 tahun akan diikuti

dengan peningkatan tekanan darah yang terus meningkat sampai usia 80 tahun

yang kemudian akan cenderung turun. Keadaan ini terjadi akibat perubahan

struktural jantung dan pembuluh darah yang menua. Kekakuan dinding

(31)

dalam melaksanakan fungsinya. Sehingga pada penderita stroke dengan usia >60

tahun lebih besar risiko untuk terjadinya stroke ulang.

Dari hasil penelitian ini, didapati jenis kelamin pasien stroke tahun 2014

di RSUP H. Adam Malik Medan yang paling banyak adalahlaki – laki(53%) dan

yang paling sedikit adalah perempuan (47%). Pada penelitian lain juga

ditemukan bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden lebih banyak berjenis

kelamin laki – laki(54,4%) (Purwaningtiyas, 2014). Sama halnya dengan

penelitian oleh Burhanuddin (2013), menunjukkan bahwa pasien stroke yang

berjenis kelamin laki-laki(54,3%) lebih banyak daripada perempuan(45,7%).

Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2011) menyatakan bahwa berdasarkan

hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dan faktor risiko stroke, wanita lebih

sering mengalami hiperkolesterolemia dan kejadian stroke sebelumnya.

Kejadian stroke pada perempuan juga dikatakan meningkat pada usia pasca

menopause, karena sebelum menopause wanita dilindungi oleh hormon

esterogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan

penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).

Didapati bahwa pekerjaan terbanyak pasien stroke tahun 2014 di RSUP

H. Adam Malik Medan yang didiagnosa stroke adalah wiraswasta (28,3%),

dilanjutkan dengan ibu rumah tangga (25,9%), kemudian lain – lain (23,3%),

pensiun (11,5%), dan yang paling sedikit adalah PNS (11,0%).Hal ini sejalan

dengan penelitian oleh Purwaningtiyas (2014) bahwa berdasarkan jenis

pekerjaan, mayoritas jenis pekerjaan responden adalah wiraswasta(43,8%).

Penelitian ini mendapatkan suku pasien stroke tahun 2014 di RSUP H.

Adam Malik Medan terbanyak adalah suku Batak (51,9%), diikuti dengan suku

Jawa (25,6%), kemudian suku Aceh (8,3%), suku Padang (7,1%), dan lain – lain

(7,1%).Hal ini mungkin dikarenakan tempat penelitian dilaksanakan di Kota

Medan yang dominan suku Batak. Selain itu, hal ini mungkin juga dapat terjadi

karena suku Batak lebih sering mengkonsumsi daging dan lemak dibandingkan

(32)

5.2.3. Pembahasan Klasifikasi dan Diagnosa Sampel

Pada penelitian ini didapati lebih banyak pasien stroke mengalami stroke

iskemik (61,5%) daripada stroke hemoragik (38,5%). Menurut Davenport dan

Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan

stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata,

80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke

hemoragik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, di Indonesia kejadian

stroke iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Dari

studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun 2001, yang tidak sempat

dipublikasi, ternyata pada 12 rumah sakit di Medan pada tahun 2001, dirawat

1263 kasus stroke terdiri dari 821 (65%) stroke iskemik dan 442 (35%) stroke

hemoragik, di mana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%)

stroke iskemik dan 103 (23,30%) stroke hemoragik (Nasution, 2007).

5.2.4. Pembahasan Onset sampel

Pada penelitian ini didapati waktu kedatangan pasien ke rumah sakit

terbanyak adalah setelah 1 – 7 hari (66,2%). Sedangkan penelitian lain

mengatakan bahwa 51,9% data sampai di rumah sakit dalam waktu 6 jam (Fang

J, 2011). Pasien yang menderita stroke 63% sampai di rumah sakit dalam 12

jam, 76% dalam 24 jam, dan 85% dalam 48 jam. Variasi waktu sampainya

pasien ke rumah sakit bergantung dari jenis stroke tersebut. Pasien dengan

perdarahan intraserebral cenderung sampai lebih cepat daripada infark serebral

(Kay R, 1992). Hal ini mungkin juga terjadi karena masalah transportasi pasien

atau karena ketidakpahaman keluarga.

5.2.5. Pembahasa Gejala Klinis Sampel

Gejala klinis terbanyak yang ditemukan dalam penelitian ini adalah

hemiparese (40,6%). Hal ini mungkin terjadi dikarenakan lokasi lesi yang

(33)

sejalan dengan penelitian Sinaga (2010), bahwa gejala klinis paling banyak

adalah hemiparese sinistra (46,3%).

5.2.6. Pembahasan Faktor Resiko Sampel

Pada penelitian ini, responden yang mengalami hipertensi merupakan

faktor resiko terbanyak (53,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian Mundiartasari

(2014) yang mengatakan bahwa berdasarkan tabel 4, penderita stroke paling

banyak mempunyai faktor risiko hipertensi yaitu sebanyak 12 orang (66,7%).

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmanto (2014) bahwa

hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya stroke, yakni

penderita hipertensi mempunyai risiko mengalami stroke 4,59 kali lebih besar

dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami hipertensi.

Menurut Lahano dkk (2014), sebagian besar pasien di Pakistan dengan

stroke memiliki penyakit komorbiditas seperti hipertensi, diabetes melitus,

rokok, dislipidemia, dan obesitas. Dalam penelitian ini, tekanan darah tinggi

adalah faktor risiko untuk stroke iskemik yang lebih dari stroke hemoragik.

Namun hipertensi lebih sering terlihat dalam penanganan pasien yang

mengalami iskemik. Bagaimanapun hipertensi merupakan faktor risiko tersering

pada stroke iskemik tetapi hasilnya tidak mencapau nilai yang signifikan.

Hipertensi tidak terkontrol meningkatkan proses atherosklerosis yang

dapat menyebabkan pendarahan maupun infark otak. Selain itu hipertensi

tidakter kontrol menyebabkan gangguan autoregulasi pembuluh darah otak

sehingga pada tekanan darah yang sama aliran darah ke otak pada penderita

hipertensi sudah berkurang dibandingkan penderita normotensi (Junaidi, 2010).

Diabetes Melitus merupakan risiko mayor pada stroke dan berhubungan

dengan meningkatnya angka morbiditas. Walaupun hubungan erat antara DM

dan penyakit vaskular belum dimengerti secara jelas, hilangnya peranan

pengubahan pengaturan dari endotel dapat dilibatkan dalam patogenesis

(34)

beban glikasi (glucosetoxicity) dan oksidasi berlebihan, gangguan fungsi

endotel, kegagalan fibrinolisis, dan resistensi insulin selanjutnya diikuti dengan

komplikasi makrivaskular. Pada DM yang lama juga akan terjadi

ketidakseimbangan antara faktor vasodilator, mediator trombolik dan

fibrinolitik, serta bahan-bahan penghambat dan perangsang pertumbuhan yang

berkaitan dengan penurunan produksi pelepasan dan atau aktifasi Nitrit Oksida

(NO) yang pada akhirnya berakumulasi membentuk aterosklerosis (Basjiruddin,

2009).

Kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner, yaitu

terjadinya penebalan dari dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak

akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya menganggu aliran darah

ke otot jantung. Gangguan aliran darah ke otot jantung ini dapat menyebabkan

kerusakan otot jantung. Penyakit jantung disebabkan oleh penyempitan dan

pengerasan pembuluh darah arteri. Penyempitan ini disebabkan oleh

penumpukan zat-zat lemak dan kolesterol (Wijayakusuma, 2003).

Kecenderungan untuk timbulnya trombus (gumpalan darah) dalam jantung yang

kemudian ikut sirkulasi darah ke dalam otak, mungkin dialami pasien yang

menderita penyakit jantung setelah menderita demam rematik. Hal ini terjadi,

terutama bila ritme jantung menunjukkan adanya kelainan. Mereka yang pernah

merasakan gejala jantung berdebar-debar (palpitasi), atau ketika denyut nadinya

tidak teratur (random), harus segera menjalani pemeriksaan lebih lanjut yang

menyeluruh, karena kondisi semacam ini juga merupakan salah satu risiko yang

memicu terjadinya serangan stroke (Margatan, 1997).

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kenaikan fraksi lipid

yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

(35)

Obesitas dan stroke adalah dua masalah utama kesehatan masyarakat di

seluruh dunia, obesitas dan khususnya obesitas abdomen berperan utama dalam

patogenesis beberapa metabolik, jantung dan gangguan medis serebrovaskular

(Hussein dkk, 2012). Jaringan adiposa tidak lagi dilihat sebagai sebuah

repositori pasif untuk penyimpanan triasilgliserol dan menjadi sumber asam

lemak bebas (Free Fatty Acids / FFAs). Pre-adiposit berkembang menjadi

adiposit matur. Adiposit matur merupakan organ parakin dan endokrin aktif

yang mensekresi sejumlah mediator untuk proses metabolisme. Jaringan adiposa

diakui sebagai sumber yang kaya mediator proinflamasi yang dapat langsung

menyebabkan cedera atau injuri vaskular, resistensi insulin dan aterogenesis

(Smith dan Minson, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Cole (2010) yang dilakukan

pada seluruh etnis dan populasi menunjukkan sebuah hubungan yang kuat antara

merokok dan resiko stroke. Dimana perokok memiliki setidaknya dua sampai

empat kali lipat terjadi resiko stroke dibandingkan dengan bukan perokok atau

individu yang telah berhenti merokok lebih dari 10 tahun sebelumnya. Dalam

satu studi, resiko meningkat menjadi enam kali lipat pada individu dengan

perokok pasif. Karboksihemoglobinemia, peningkatan agregasi trombosit,

peningkatan kadar fibrinogen, berkurangnya kolesterol HDL, dan efek toksik

langsung dari senyawa seperti 1,3-butadiena, dapat mempercepat aterosklerosis

dalam hewan model. Paparan asap tembakau pada percobaan juga telah

dikaitkan dengan perkembangan aterosklerosis yang diukur dengan ultrasound

model B pada dinding arteri karotis, juga pada kerusakan awal arteri pada

dilatasi endotelium arteri brakialis. Pada akhirnya, patogenesis terjadinya stroke

meningkat pada populasi yang terpapar asap rokok disertai dengan proses

(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Angka kejadian pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014 adalah sebanyak 636 pasien.

2. Demografi penderita pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan

tahun 2014 paling banyak adalah lansia akhir (33,0%), jenis kelamin

paling banyak adalah laki – laki (53,0%), jenis pekerjaan paling banyak

adalah wiraswasta (28,3%), dan suku terbanyak pada penelitian ini

adalah suku Batak (51,9%).

3. Klasifikasi dan diagnosa pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan

tahun 2014 paling banyak adalah stroke iskemik (61,5%).

4. Onset kedatangan pasien stroke ke rumah sakit di RSUP H. Adam Malik

Medan tahun 2014 untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya

tidak berbeda secara signifikan dengan p=0,001 yaitu paling banyak

setelah 1 – 7 hari (79,5% dan 44,9%).

5. Gejala klinis pasien stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014

untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya berbeda secara

signifikan dengan p=0,001 dimana pada stroke iskemik paling banyak

adalah gejala hemiparese (51,8%), sedangkan pada stroke hemoragik

adalah gejala gangguan kesadaran (41,2%).

6. Faktor resiko stroke di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 untuk

stroke iskemik dan stroke hemoragik keduanya tidak berbeda secara

signifikan dengan p=0,001 yaitu paling banyak hipertensi (56,9%) dan

(37)

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran

yaitu :

1. Bagi masyarakat, agar dapat lebih mengenal stroke dan diharapkan untuk

membawa pasien stroke ke rumah sakit secepatnya agar diberikan

pengobatan untuk hasil yang optimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan di masa yang akan datang dapat

digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya

dan dilakukan penelitian dengan skala yang lebih besar yang

berhubungan dengan stroke.

3. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan agar dapat berkomunikasi dan

melakukan penyuluhan yang lebih baik lagi agar masyarakat dapat

mengubah pola pikir mereka bahwa pengobatan yang lebih cepat akan

(38)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Stroke 2.1.1. Definisi

Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut

disebabkan oleh iskemik atau perdarahan berlangsung 24 jam atau

meninggal, tapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan

(Sacco dkk, 2013).

Stroke iskemik adalah episode disfungsi neurologis disebabkan

infark fokal serebral, spinal, dan infark retinal. Dimana infark susunan

saraf pusat adalah kematian sel pada otak, medulla spinalis, atau sel

retina akibat iskemia, berdasarkan:

1. Patologi, imaging atau bukti objektif dari injuri fokal iskemik

pada serebral, medulla spinalis atau retina pada suatu distribusi

vaskular tertentu.

2. Atau bukti klinis dari injuri fokal iskemik pada serebral, medulla

spinalis atau retina berdasarkan simptom yang bertahan ≥ 24

jamatau meninggal dan etiologis lainnya telah di eksklusikan

(Sacco dkk, 2013).

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis yang berkembang

dengan cepat yang disebabkan oleh perdarahan di parenkim otak, atau

(39)

2.1.2. Epidemiologi

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan serta

merupakan satu dari tiga penyebab terbesar kematian di Amerika Serikat,

termasuk di banyak negara lainnya di dunia, setelah penyakit jantung dan

kanker. Hampir 3⁄4 juta individu di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut sebanyak 150.000 orang (90.000

wanita dan 60.000 pria) meninggal akibat stroke. Sekitar 1,5 juta

penduduk di Cina meninggal setiap tahunnya akibat stroke (Ali dkk,

2007; Sacco dkk, 2000; Caplan, 2009).

Insiden stroke bervariasi di berbagai negara Eropa, diperkirakan

terdapat 100-200 kasus stroke baru per 100.000 penduduk per tahun

(Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000

insiden stroke per tahun, dengan 4,8 juta penderita yang bertahan hidup

(Goldstein dkk, 2006). Di antara penduduk asli Amerika, Indian / Alaska

yang berumur diatas usia 18 tahun, 5,1% mengalami stroke. Diantara

orang Amerika yang berkulit hitam atau Afrika angkanya 3,2%, pada

mereka yang berkulit putih 2,5% dan pada orang-orang Asia 2,4%

(Rosamond dkk, 2007).

Prevalensi silent infark serebri diantara umur 55-64 tahun

kira-kira 11%. Prevalensi ini meningkat menjadi 22% diantara umur 65-69

tahun, 28% diantara umur 70-74 tahun, 32% diantara umur 75-79 tahun,

40% diantara umur 80-85 tahun dan 43% pada umur diatas 85 tahun. Bila

angka ini digunakan pada tahun 1998 pada perkiraan populasi di

Amerika maka diperkirakan 13 juta penduduk mengalami silent stroke

(Rosamond dkk, 2007).

Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat

dengan bertambahnya usia dan terjadi lebih banyak pada wanita usia

(40)

Perbandingan insiden pria dan wanita pada umur 55-64 tahun

adalah 1,25; pada umur 65-74 tahun adalah 1,50; 75-84 tahun adalah

1,07; dan pada umur ≥85 tahun adalah 0,76 (Rosamond dkk, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Machfoed di beberapa rumah

sakit di Surabaya diperoleh data bahwa dari 1.397 pasien yang

didiagnosa dengan stroke, 808 pria dan 589 wanita. Sebanyak 1001

(71,73%) pasien adalah stroke iskemik dan 396 (28,27%) adalah stroke

hemoragik. Umur rata-rata untuk semua pasien stroke adalah 76,43 tahun

dengan umur rata-rata untuk pasien stroke iskemik 77,43 tahun dan 75,21

tahun untuk stroke hemoragik (Machfoed, 2003).

2.1.3. Klasifikasi

Dasar klasifikasi yang berbeda-beda diperlukan, sebab setiap

jenis stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan, dan prognosis

yang berbeda, walaupun patogenesisnya sama (Misbach, 1999).

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

a. Stroke Iskemik

i. Transient Ischemic Attack (TIA)

ii. Thrombosis serebri

iii. Emboli serebri

b. Stroke Hemoragik

i. Perdarahan intraserebral

(41)

2. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu:

a. Transient Ischemic Attack (TIA) b. Stroke in evolution

c. Completed stroke

3. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah:

a. Sistem karotis

b. Sistem vetebrobasiler

4. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu:

a. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)

b. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

c. Lacunar Infarct (LACI)

d. Posterior Circulation Infarct (POCI)

2.1.4. Patofisiologi

1. Stroke Iskemik

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak

menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi

berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur

pendukungnya (Misbach, 2007).

Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari

bagian inti (core) dengan tingkat iskemik terberat dan berlokasi di

sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak

ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik, terdapat daerah penumbra

(42)

sangat berkurang fungsi-fungsinya dan menyebabkan juga defisit

neurologis. Tingkat iskemiknya makin keperifer makin ringan. Daerah

penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah

hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral. Daerah penumbra

iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi agar dapat direperfusi dan

sel-sel otak berfungsi kembali (Misbach, 2007).

2. Stroke Hemoragik

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya

mikroaneurisma akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di

daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik

menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100-400 mikrometer

mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut

berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid, serta timbulnya aneurisme tipe

Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang

tiba-tiba menyebabkan rupturnya arteri penetrating yang kecil. Keluarnya

darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriol

dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga.

Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan,

2009).

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade

iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan

neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi.

Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang

(43)

2.1.5. Faktor Resiko

Faktor resiko stroke menurut Sofwan (2010) dibagi menjadi dua

yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti gaya hidup dan faktor

resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin dan

kecenderungan genetik,. Faktor resiko yang terpenting adalah :

1. Hipertensi (Tekanan darah tinggi).

Tekanan darah yang meningkat terus secara perlahan akan

merusak dinding pembuluh darah dengan memperkeras arteri dan

mendorong terbentuknya bekuan darah dan aneurisme, yang pada

akhirnya akan menyebabkan stroke, terutama pada orang berusia

di atas 45 tahun.

2. Diabetes melitus (Kencing manis).

Diabetes menyebabkan perubahan pada sistem pembuluh darah,

dan berperan dalam proses aterosklerosis yang pada akhirnya

akan menyebabkan stroke. Pada orang dengan diabetes, darah

menjadi lebih kental dan beban pada dinding pembuluh darah

menjadi lebih besar sehingga dikhawatirkan lebih mudah

tersumbat (terutama di pembuluh darah yang kecil seperti di otak

dan jantung)

3. Penyakit jantung.

Pada orang yang menderita penyakit jantung (misalnya kelainan

pada katup jantung) oleh karena fungsi jantung yang terganggu,

akan timbul embolus/gumpalan darah. Embolus tersebut akan

(44)

karena ukuran diameter pembuluh darah di otak sangat kecil,

sehingga terjadilah stroke iskemik.

4. Kegemukan (Obesitas).

Berat badan dan indeks massa tubuh berhubungan erat dengan

tekanan darah. Distribusi lemak pada tubuh juga merupakan

faktor penting dalam hubungannya dengan hipertensi, yang pada

akhirnya juga bisa memicu stroke.

5. Kebiasaan merokok.

Merokok bukan hanya merupakan faktor risiko stroke, melainkan

juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan

penyakit-penyakit lainnya. Seperti diketahui asap rokok

mengandung banyak zat kimia seperti tar, nikotin,

karbonmonoksida. Merokok menyebabkan aliran darah di dalam

tubuh menjadi lebih lambat, menyebabkan darah lebih mudah

menggumpal, dan mendorong terjadinya aterosklerosis pada

pembuluh darah otak, jantung dan tungkai.

6. Kebiasaan makan makanan yang mengandung kolesterol

tinggi.

Kolesterol berlebih dalam darah, yang disebut hiperlipidemia,

merupakan faktor risiko tidak langsung dari stroke.Karena

kolesterol yang berlebihan dalam darah ini tidak langsung

menyebabkan stroke, tetapi lebih pada meningkatnya risiko

pembentukan plak aterosklerosis pada pembuluh darah. Seperti

diketahui, plak aterosklerosis ini bertanggung jawab pada proses

(45)

7. Gangguan hemostasis (Von Willebrand Disease).

Kelainan kualitatif atau kuantitatif protein VWF (Von Willebrand

Factor) menyebabkan penyakit Von Willebrandyang merupakan

penyakit gangguan perdarahan yang menurun, ditandai oleh pembentukan trombus di arteriol dan kapiler. Kurangnya VWF sangat memicu stroke iskemik (Bender, 2012).

2.1.6. Gejala Klinis

Tabel 2.1. Perbedaan gejala stroke hemoragik dan stroke iskemik

Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Iskemik

PIS PSA

Gelaja defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan SIS (Stroke Impact

Scale) sebelumnya

Amat jarang - + / biasa

Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari) Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kecuali lesi

di batang otak

Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar

Dapat hilang

Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada

permulaan

Tidak ada

Hemiparesis Sering sejak awal

Tidak ada Sring dari awal

Deviasi mata Bisa ada Tidak ada Mungkin ada

Gangguan bicara Sering Jarang Sering

Likuor Dering

berdarah

Selalu berdarah

Jernih

(46)

Menurut Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke

adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai pada salah satu

sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan

ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan

pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas

(pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak

mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh,

dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

2.1.7. Diagnosis

Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999

mengemukakan bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Bustan, 2000;

Arif, 2000; Wibowo, 2001).

1. Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang

mengerti tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan

dengan mengetahui riwayat perjalanan penyakit, misalnya waktu

kejadian, penyakit lain yang diderita, faktor-faktor risiko yang

menyertai stroke.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik

umum (yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, tekanan darah,

(47)

3. Pemeriksaan Penunjang

Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk

membedakan antara stroke hemoragik dan stroke iskemik

diantaranya : Computerized Tomography scanning (CT Scan),

Cerebral angiografi, Elektroensefalografi (EEG), Magnetic

Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), pemeriksaan laboratorium dan lainnya.

2.1.8. Penatalaksanaan

Harsono (2000) membedakan penatalaksanan stroke ke dalam tahap

akut dan paska tahap akut, yang meliputi :

1. Tahap akut (hari ke 0 – 14 setelah onset penyakit)

Pada tahap akut ini sasaran pengobatan yaitu menyelamatkan

neuron yang cedera agar tidak terjadi nekrosis, serta agar proses

patologis lainnya yang menyertai tidak mengganggu / mengancam

fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin

perfusi darah keotak adekuat dengan pemeliharaan beberapa

fungsi diantaranya respirasi yang harus dijaga agar tetap bersih

dan bebas dari benda asing. Fungsi jantung harus tetap

dipertahankan, bila perlu lakukan pemantauan jantung dengan

EKG. Tekanan darah juga harus tetap dipertahankan pada tingkat

yang optimal agar tidak menurunkan perfusi otak. Kadar gula

darah yang tinggi pada tahap akut, tidak diturunkan dengan

drastis.

(48)

penurunan kesadaran, maka keseimbangan cairan, elektrolit dan

asam basa darah harus dipantau dengan ketat. Penggunaan

obat-obatan untuk meningkatkan aliran darah dan metabolisme otak

diantaranya adalah obat-obatan anti edema seperti gliserol 10%

dan kortikosteroid. Selain itu pada stroke iskemik digunakan obat

anti agregasi trombosit dan antikoagulansia.Untuk stroke

hemorragik, pengobatan perdarahan otak ditujukan untuk

hemostasis.

2. Tahap paska akut / tahap rehabilitasi

Setelah tahap akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan

pada tindakan rehabilitasi penderita dan pencegahan terjadinya

stroke berulang. Rehabilitasi yang dilakukan bertujuan untuk

pemulihan keadaan dan mengurangi derajat ketidakmampuan. Ini

dilakukan dengan pendekatan memulihkan keterampilan lama,

untuk anggota tubuh yang lumpuh, memperkenalkan sekaligus

melatih keterampilan baru untuk anggota tubuh yang tidak

mengalami kelumpuhan, memperoleh kembali hal – hal atau

kapasitas yang telah hilang dan diluar kelumpuhan, serta

mempengaruhi sikap penderita, keluarga dan therapeutic team.

Menurut Donnan et all (2007), ada 4 penatalaksanaan fase akut

untuk memperbaiki prognosis penderita stroke yakni perawatan pada

stroke unit, pemberian aspirin, hemicraniektomi, dan penggunaan

trombolisis. Agen trombolitik menunjukkan peran yang utama dalam

penatalaksanaan stroke. Trombolitik digunakan untuk memicu tingkat

rekanalisasi endogen sehingga terjadi reperfusi jaringan. Diantara agen

trombolitik tissue plasminogen activator (tPA) 0,9 mg/kgBB intravena

(49)

Satu-satunya obat yang diakui FDA sebagai standar ini adalah

r-TPA (recombinant-Tissue Plasminogen Activator) yang diberikan pada

penderita stroke iskemik akut dengan syarat-syarat tertentu baik

intravena maupun intra arterial sebelum kurang dari 3 jam setelah

awitan (onset) stroke. Diharapkan dengan pengobatan ini, terjadi

penghancuran trombus dan reperfusi jaringan otak dan perubahan

ireversibel pada otak yag terkena, terutama daerah penumbra (Misbach,

2011).

Berdasarkan Guideline Stroke PERDOSSI 2007, syarat

pemberian tPA adalah hanya diberikan pada 3 jam pertama sejak

serangan, tidak ada tanda perdarahan pada CT scan, tidak ada serangan

stroke maupun trauma pada 3 bulan terakhir dan tekanan darah sistolik

< 185 mmHg sedangkan menurut The European Cooperative Acute

Stroke Study (ECASS) III trial tahun 2008, penggunaan trombolitik

dalam 4,5 jam masih bermanfaat dan aman. Namun studi meta analisis

terhadap tPA, penggunaan tPA ada 90 menit pertama dua kali lebih

bermanfaat dibandingkan pada 3 jam pertama sejak serangan.

Penggunaan tPA bukan tanpa risiko. Perdarahan, angioedema, dan

sistemic embolism dilaporkan menjadi risiko dari penggunaan tPA.

Penanganan stroke hemoragik dapat bersifat medik atau bedah

tergantung keadaan dan syarat yang diperlukan untuk masing-masing

jenis terapi. Penanganan medik fase akut dilakukan pada penderita

stroke hemoragik dengan menurunkan tekanan darah sistemik yang

tinggi dengan obat-obat anti hipertensi yang biasanya kerja cepat untuk

mecapai tekanan darah pre morbid atau diturunkan kira-kira 20% dari

tekanan darah waktu masuk rumah sakit. Jika keadaan penderita cukup

berat karena peninggian tekanan intrakranial (TIK) yang drisertai

dengan deteriorasi intubasi, hiperventilasi terkontrol dan pemantauan

diuresis. Untuk perawatan ini mungkin memerlukan perawatan ICU

(50)

2.1.9. Prognosis

Proses pemulihan setelah stroke dibedakan atas pemulihan

neurologis (fungsi saraf otak) dan pemulihan fungsional (kemampuan

melakukan aktivitas fungsional). Pemulihan neurologis terjadi awal

setelah stroke. Mekanisme yang mendasari adalah pulihnya fungsi sel

otak pada area penumbra yang berada di sekitar area infark yang

sesungguhnya, pulihnya diaschisis dan atau terbukanya kembali sirkuit

saraf yang sebelumnya tertutup atau tidak digunakan lagi. Kemampuan

fungsional pulih sejalan dengan pemulihan neurologis yang terjadi

(Wirawan, 2009).

Setelah lesi otak menetap, pemulihan fungsional masih dapat

terus terjadi sampai batas-batas tertentu terutama dalam 3-6 bulan

pertama setelah stroke. Hal itulah yang menjadi fokus utama rehabilitasi

medis, yaitu untuk mengembalikan kemandirian pasien mencapai

kemampuan fungsional yang optimal (Wirawan, 2009).

Resolusi diaschisis telah juga dikemukakan sebagai suatu

mekanisme potensial pemulihan. Terminologi diaschisis dikemukakan

oleh Von Monakow (1996) sebagai konsep bahwa kerusakan pada satu

area otak dapat membuat tidak hanya efek lokal tetapi juga efek pada

daerah otak yang berjauhan yang dihubungkan dengan fungsi akibat lesi

primernya.

Kusumoputro S (1995) mengartikan plastisitas sebagai

kemampuan struktur otak dan fungsi yang terkait untuk tetap

berkembang karena adanya suatu stimulus. Stimulasi sensoris mengubah

struktur dan fungsi bagian otak tertentu. Dengan stimulasi lingkungan

tersebut terjadi pertumbuhan jaringan dendrit sel dan terjadilah koneksi

(51)

Dahulu dianggap bahwa plastisitas otak hanya terjadi pada masa

perkembangan otak anak. Sejak tahun 1974 Creschwind mengajukan

bahwa otak dewasa dapat terjadi plastisitas otak. Otak dewasa yang

mengalami kelainan dapat pulih dalam waktu tertentu. Perubahan

plastisitas mungkin melibatkan perubahan fungsi dan struktur pada

jaringan neuron, beberapa terjadi secara cepat (dalam beberapa menit

atau jam) dan plastisitas jangka panjang menunjukan keterlibatan

ekspresi gen dan perubahan morfologi neuron (Gusev, 2003).

Penyelidikan pada Cornell Medical Center New York

menunjukkan bahwa dari 107 pasien, kesembuhan (dalam arti masih

dapat hidup mandiri) terbanyak pada usia antara 51 dan 70 tahun. Di atas

rentang usia tersebut (71-80 tahun) dan di bawahnya (40 sampai dengan

50 tahun kesembuhan lebih sedikit. Angka kematian 21%, 15% terjadi

dalam bulan pertama, 19% setelah 3 bulan (Widiastuti, 2000).

Pengobatan terjadi baik pada mortalitas dan morbiditas. Dari

tahun 1965 sampai tahun 1974 penurunan angka kematian karena stroke

2,4% perahun. Selama 5 tahun berikutnya lebih menurun lagi, sampai

5,9% per tahun (Widiastuti, 2000).

Indsidens dan mortalitas dapat berbeda dari negara yang satu

dengan yang lain: ini dapat oleh karena diagnosis yang tidak akurat,

utamanya diagnosis ke dalam subtipe, dan pola pelaporan yang berbeda.

Harus diingat kemungkinan adanya perubahan subtipe Cerebrovascular

Disease (CVD), dan adanya pergeseran rata-rata usia penderita dengan

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Gambaran klinis
Tabel 3.4)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun

dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih dari 6. juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030

Fakultas KedoktekranUniversitas SumateraUtara Riwayat Organisasi : Porseni FK USU 2014.. Demikian Curriculum Vitae ini saya buat

Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, dengan gejala-gejala yang berlangsung

Stroke berdasarkan definisi WHO adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal dengan gejala-gejala yang berlangsung

Stroke adalah gangguan atau disfungsi otak, yang terjadi secara mendadak, baik fokal atau global, dikarenakan adanya suatu kelainan pembuluh darah otak dengan

Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala –

Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari