• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbanduingan Fungsi Kognitif terhadap Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik menggunakan Mini-Mental State Examination di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbanduingan Fungsi Kognitif terhadap Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik menggunakan Mini-Mental State Examination di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi

Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menyebabkan kematian,disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Tingkat insidensi stroke meningkat dengan pertambahan usia yang lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Dengan beberapa faktor resiko hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, merokok, konsumsi alkohol, and oral contraceptive use ( Mc Phee dkk,2006).

Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi di otak secara akut sesuai dengan teritorial vaskular. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa stroke adalah :

1. Menimbulkan kelainan saraf yang bersifat mendadak.

2. Kelainan saraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian mana dari otak yang terganggu. Dengan manifestasi timbulnya gejala seperti defisit motorik,defisit sensorik,atau kesukaran dalam berbahasa menurut Wiyoto 2002 dalam Layanto (2014).

Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dengan presentase kurang lebih 80% dan sisanya 20% adalah stroke hemoragik. Subtipe dari stroke iskemik berupa stroke trombotik disebabkan oleh agregasi dari faktor-faktor darah pada tempat dimana pembuluh darah menyempit. Jenis lain stroke embolik, disebabkan tersumbatnya secara mendadak arteri di otak akibat gumpalan darah benda asing yang terbawa alirah darah. Subtipe stroke hemoragik adalah pendarahan intraserebral yang disebabkan oleh banyak faktor dan pendarahan subarachnoid yang umumnya karena pecahnya kantong aneurisma intrakranial atau pecahnya AVM (arterivenous malformation) (Martono,2009).

(2)

Gambar 2.1. Vaskularisasi menuju otak

(3)

jauh dari perdarahan (misalnya , peningkatan tekanan intrakranial , edema otak , kompresi tetangga jaringan otak , dan pecahnya darah ke ventrikel atau ruang subarachnoid ) (Hammer,2010).

Gambar 2.2. Tampilan Vaskularisasi dari Sirkulus Willis

2.1.3. Epidemiologi Stroke

Stroke termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian teratas di dunia. Berdasarkan laporan terbaru WHO terdapat 6,7 juta kematian terjadi akibat stroke dari total kematian yang disebabkan penyakit tidak menular (WHO, 2014).

(4)

Berdasarkan perjalanan penyakitnya batasan stroke adalah suatu defisit neurologis mendadak sebagai akibat hemoragik atau iskemia sirkulasi saraf otak. Stroke hemoragik merupakan 20% kasus dari semua stroke. Sementara jenis yang tersering didapatkan adalah stroke iskemik, yaitu sekitar 80% dari semua stroke (Martono dan Kuswardani, 2009).

2.1.4. Faktor risiko Stroke

Menurut Stroke Association tahun 2012 faktor-faktor risiko untuk terjadinya stroke dapat dikategorikan sebagai berikut :

Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :  Usia

Risiko stroke menjadi berlipat ganda pada usia di atas 55 tahun.  Hereditas

Risiko terkena stroke akan lebih besar jika terdapat riwayat stroke pada keluarga.

 Ras

Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena stroke karena memiliki risiko hipertensi, diabetes, dan obesitas lebih tinggi.

 Jenis kelamin

Stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita, namun kematian akibat stroke lebih banyak terjadi pada wanita.

 Riwayat stroke sebelumnya, TIA, atau serangan jantung

Risiko stroke akan meningkat pada orang yang telah mengalami stroke atau serangan jantung sebelumnya, atau pada orang yang mengalami TIA risiko akan meningkat 10 kali , karena itu merupakan peringatan akan kejadian stroke.

Faktor yang dapat dirubah :  Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab penting dan paling banyak terjadinya stroke. Pengobatan yang efektif terhadap hipertensi adalah kunci untuk menurunkan angka kejadian stroke dan kematian akibat stroke.

 Merokok

(5)

 Diabetes melitus

Diabetes merupakan faktor risiko independen untuk stroke. Orang dengan diabetes umunya disertai dengan hipertensi, hiperkolesterolemia, dan berat badan berlebih sehigga meningkatkan risiko terjadinya stroke.

 Penyakit arteri karotis atau arteri lainnya

Arteri karotis berperan untuk menyuplai darah ke otak, jika terjadi pendangkalan arteri akibat aterosklerosis atau penyakit stenosis arteri karotis, maka suplai darah ke otak akan terganggu dan risiko terjadinya stroke akan meningkat.

 Penyakit jantung

Penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan, atau kardiomegali dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Keadaan atrial fibrilasi juga dapat mengakibatkan stroke jika terjadi pembentukan bekuan darah yang memasuki aliran darah dan menyumbat pada arteri yang menyuplai darah ke otak.  Sickle-cell disease

Pada penderita Sickle-cell disease kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen akan menurun. Sickle-cell ini juga dapat melekat pada dinding pembuluh darah dan dapat memblok arteri menuju otak sehingga menyebabkan stroke.

 Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah adalah risiko untuk kejadian aterosklerosis, yang juga akan meningkatkan risiko kejadian stroke.

 Asupan makanan yang buruk

Diet yang tingggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kemudian diet tinggi sodium atau garam juga berperan terhadap peningkatan tekanan darah. Selain itu, kalori berlebih juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Jadi, asupan makanan yang buruk akan menghasilkan keadaan dengan risiko tinggi terhadap stroke.

 Physical inactivity dan Obesitas

Ketidakatifan fisik, obesitas, atau keduanya akan meningkatkan risiko hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Cobalah aktif beraktivitas minimal 30 menit setiap hari.

(6)

Faktor yang lainnya :

 Faktor sosioekonomi

Beberapa bukti menyatakan bahwa stroke lebih sering terjadi pada orang dengan pendapatan rendah.

 Penyalahgunaan alkohol

Penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan banyak komplikasi medis, termasuk stroke.

 Penyalahgunaan obat-obatan

Kecanduan obat-obatan seperti kokain, amphetamin, dan heroin memiliki hubungan dengan meningkatnya kejadian stroke pada populasi yang lebih muda.

(Sedoyo dkk, 2006). 2.1.5. Patofisiologi

2.1.5.1.Stroke iskemik

Stroke iskemik merupakan hasil dari oklusi trombotik atau embolik pembuluh otak. Defisit neurologis yang disebabkan oleh oklusi arteri besar adalah hasil dari iskemia fokal ke daerah otak yang disuplai oleh pembuluh yang terkena dan menghasilkan sindroma klinis yang dikenali. Tidak semua tanda-tanda klinis ada pada setiap pasien, karena luasnya defisit tergantung pada jumlah aliran darah kolateral, variasi individu dalam anatomi pembuluh darah, tekanan darah, dan lokasi yang tepat dari oklusi. Trombosis biasanya melibatkan karotis interna, cerebral media, atau arteri basilaris. Gejala biasanya berkembang selama beberapa menit dan dapat didahului oleh episode singkat defisit fokal reversibledikenal sebagai serangan iskemik transien. Emboli dari jantung, arkus aorta, atau arteri karotis biasanya menyumbat arteri serebri media, karena membawa lebih dari 80% dari aliran darah ke belahan otak. Emboli yang berjalan di arteri vertebralis dan basilar umumnya menuju di puncak arteri basilaris atau di salah satu atau kedua arteri serebral posterior(Ganong,2006).

Tabel.2.1.Vascular Territories and Clinical Features in Ischemic Stroke

Artery Territory Symptoms and Signs

(7)

cortex, anterior corpus

callosum

contralateral leg and foot

Middle cerebral Lateral frontal, parietal,

occipital, and temporal

Medulla, lower cerebellum Ipsilateral cerebellar ataxia, Horner's

syndrome, crossed sensory loss,

nystagmus, vertigo, hiccup, dysarthria,

dysphagia

Nystagmus, vertigo, diplopia, skew

deviation, gaze palsies, hemi- or crossed

sensory loss, dysarthria, hemi- or

quadriparesis, ipsilateral cerebellar

ataxia, Horner's syndrome, coma

Posterior cerebral Distal territory: medial

occipital and temporal

cortex and underlying white

matter, posterior corpus

callosum

Contralateral homonymous hemianopia,

dyslexia without agraphia, visual

hallucinations and distortions, memory

defect, cortical blindness (bilateral

occlusion)

Proximal territory: upper

midbrain, thalamus

Sensory loss, ataxia, third nerve palsy,

contralateral hemiparesis, vertical gaze

palsy, skew deviation, hemiballismus,

choreoathetosis, impaired

consciousness

(Hammer,2010).

(8)

sebagai patologis lipohialinosis, yang disebabkan oleh hipertensi kronis dan predisposisi oklusi. Pembuluh paling umum terlibat adalah arteri lenticulostriate, yang timbul dari arteri serebri proksimal dan keluar pada basal ganglia dan kapsul internal. Arteri yang juga sering terkena adalah cabang kecil arteri serebral basilaris dan posterior yang menembus batang otak dan thalamus. Oklusi pembuluh ini menyebabkan kerusakan jaringan yang dikenal sebagai infark lakunar. Ini biasanya terjadi di putamen, kudatum, talamus, pons, subcortical white matter dan cerebellum. Infark lakunar memproduksi beberapa gejala klinis yang cukup menonjol. Dua yang paling umum yaitu:pure motor stroke dan pure sensory stroke. Dalam pure motor stroke, infark biasanya dalam kapsul internal maupun pons kontralateral ke sisi lemah.Pada pure motor stroke, infark biasanya di talamus kontralateral (Hammer,2010).

Gangguan beberapa pembuluh darah , jantung , dan hematologi dapat menyebabkan iskemia serebral fokal. Yang paling umum adalah aterosklerosis arteri karotis komunis dan basilaris otak. Aterosklerosis diduga timbul dari cedera sel endotel vaskular dengan proses mekanik , biokimia , atau inflamasi. Cedera endotel merangsang pelepasan monosit dan limfosit yang bermigrasi ke dalam dinding pembuluh darah dan merangsang proliferasi sel otot polos dan fibroblas . Hal ini menyebabkan pembentukan plak fibrosa . Sel endotel yang rusak juga menghasilkan nidus untuk agregasi dan aktivasi trombosit . Trombosit diaktifkan mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mendorong proliferasi lebih lanjut dari otot polos dan fibroblas . Plak pada akhirnya dapat memperbesar untuk menutup aliran atau mungkin pecah , kemudian melepaskan emboli . (Hammer,2010)

2.1.5.2.Stroke hemoragik

(9)

Perdarahan subarachnoid dapat terjadi akibat trauma kepala, perpanjangan darah dari kompartemen lain ke dalam ruang subarachnoid, atau pecahnya aneurisma arterial. Disfungsi otak terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial. Penyebab paling umum dari spontan (nontraumatic) pendarahan subarachnoid adalah pecahnya berry aneurism, yang diduga muncul dari kelemahan bawaan pada dinding pembuluh besar di dasar otak. aneurisma menjadi gejala di masa dewasa, biasanya setelah dekade ketiga. Pecahnya tiba-tiba meningkatkan tekanan intrakranial, yang dapat mengganggu aliran darah otak dan menyebabkan cedera gegar umum. Hal ini menyebabkan kehilangan kesadaran dari pasien. Dengan perdarahan sangat besar, iskemia serebral global yang dapat menyebabkan kerusakan otak parah dan koma berkepanjangan. Iskemia fokal mungkin sebagai akibat dari vasospasme arteri di dekat lokasi pecah. Perdarahan yang berulang dalam beberapa hari pertama adalah komplikasi umum dan sering fatal (Ganong,2006).

(10)

pembuluh kortikal kecil dan menyebabkan perdarahan lobar, sering di beberapa situs (Hammer,2006).

2.1.6. Diagnosis Stroke

Penegakan diagnosis stroke dapat dilakukan dengan mengenali gejala stroke, seperti : kelemahan tiba-tiba atau kaku pada wajah, lengan, dan kaki yang biasanya menyerang satu sisi tubuh. Gejala lain berupa kebingungan, kesulitan bicara atau memahami kata-kata, gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala hebat, pingsan atau hilang kesadaran (National Institutes of Health, 2014).

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik juga digunakan dalam mengkaji luasnya disfungsi neurologis dan mengidentifikasi faktor risiko aterotrombosis serta kondisi medis yang menyertai.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab stroke (mis. sindrom hiperviskositas, koagulopati), komplikasi terkait stroke, untuk menetapkan dasar parameter koagulasi, dan untuk mengidentifikasi faktor risiko aterosklerosis generalisata (mis. dislipidemia).

Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan CT Scan atau MRI untuk menentukan lokasi dan jenis stroke juga untuk menyingkirkan penyebab gejala neurologis nonvaskular. MRI lebih sensitif dibanding CT untuk mendeteksi infark otak dalam 72 jam pertama, namun CT lebih unggul dalam membedakan perdarahan dan iskemia pada lesi akut.

Pungsi lumbal digunakan untuk mendiagnosis perdarahan subaraknoid bila CT/MRI tidak tersedia atau menunjukkan hasil negatif. Tidak adanya darah dalam cairan pungsi menyingkirkan diagnosis perdarahan subaraknoid atau intraserebral.

Ekokardiorgam digunakan untuk menilai jenis dan luasnya penyakit miokardial/valvular ketika emboli kardiogenik diduga sebagai penyebab stroke.

(11)

2.2. Fungsi Kognitif

2.2.1. Definisi Fungsi Kognitif

Kognisi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi stimulus eksternal maupun motivasi internal; mengidentifikasi stimulus tersebut dan membuat respon yang berarti (Purves et al., 2004).

2.2.2. Aspek Fungsi Kognitif 2.2.2.1.Memori

Memori didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyimpan dan mengulang kembali informasi yang diperoleh yang terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Tahap pertama yaitu encoding yang merupakan fungsi menerima,proses, dan penggabungan informasi.

2. Tahap kedua yaitu storage dimana terjadi pembentukan suatu catatan permanen dari informasi yang telah dilakukan encoding.

3. Tahap ketiga yaitu retrieval, tahap ini merupakan suatu fungsi memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk interpretasi dari suatu aktivitas (Purves et al., 2004).

Memori menurut American Academy Of Neurology membagi memory menjadi 3 kategori yaitu:

1. Short-term memory : kemampuan seseorang dalam mengingat informasi baru misalnya pada saat kita mengingat nomor telepon baru.

2. Working memory : kemampuan mengingat informasi di pikiran selama beberapa detik sampai menit setelah kejadian sekarang tekah lewat.

(12)

2.2.2.2.Bahasa

Berbahasa merupakan suatu instrumen dasar bagi manusia untuk berkomunikasi antara satu orang dengan yang lainnya. Bila terdapat gangguan dalam hal ini,akan mengakibatkan hambatan yang cukup besar bagi penderita. Kemampuan berbahasa seseorang mencakup kemampuan untuk berbicara spontan, pemahaman, pengulangan, dan menulis (Satyanegara et al., 2010).

Beberapa kelainan dalam berbahasa antara lain disatria (pelo), disfonia (serak), disprosodi (gangguan irama bicara), apraksia oral, afasia, aleksia (kehilangan kemampuan membaca), dan agrafia (ganggaun dalam penulisan) (Satyanegara et al., 2010).

Broca (1861) menemukan pusat bicara terletak di girus frontalis inferior hemisfer kiri, sedangkan Wenicke menemukan pusat pengertian bahasa di girus temporalis superior hemisfer kiri di belakang pusat pendengaran primer. Dejerine menemukan pusat baca di daerah girus angularis lobus prarietalis kiri. Pusat menulis juga berada di lobus parietalis kiri yang menyimpan ingatan gerakannya bekerja sama dengan pusat gerakan menulis di lobus frontalis di depan pusat motorik tangan (Markam,2009).

Di lobus parietalis kiri pada perbatasan dengn lobus oksipitalis,terdapaat pusat ingatan benda. Di dekat pusat ingatan benda ini diperkirakan berkembang pusat yang menyimpan nama benda yang bersangkutan. Pusat nama benda ini meluas hingga perbatasan lobus oksipitalis dengan lobus temporalis kiri. Pada kerusakan di perbatasan lobus oksipitalis dan parietalis kiri terjadi anomia atau afasia nominl, yaitu kehilangan daya mengingat nama benda yang dilihat. Pada anomia ini, pasien dapat mengatakan nama benda yang diperlihatkan, bila dibantu dengan memberikan suku kata pertama nama benda yang sebelumnya tidak dapat dia sebutkan namanya. Pada kerusakan di daerah perbatasan lobus oksipitalis dengan lobus temporalis,pasien tetap tidak dapat mengatakan nama benda yang diperlihatkan, meskipun diberi bantuan dengan memberikan suku kata pertama nama bendanya. Bila diminta menggambar dengan menyebutkan nama benda tersebut, dia juga tidak dapat melakukannya (Markam,2009).

Daerah yang diperkirakan homolog dengan pusat bahasa ini berada di lobus temporalis dan lobus frontalis hemisfer kanan. Daerah ini mengatur prosodi, yaitu irama bicara yang digunakan (Markam, 2009).

(13)

Visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan (Markam, 2009).

2.2.2.4.Atensi

Atensi merupakan kegiatan otak yang berupa peningkatan aktivitas perangsangan, pemilahan, dan kategori rangsangan yang diterima, persiapan fisiologis untuk bertindak atau bereaksi dan proses mempertahankan aktivitas di dalam usaha mencapai sasaran. Atensi menjadi dasar perilaku direktif, selektif, dan terorganisasi. Atensi mempunyai tingkat dasar, elementer, dan luhur. Luria menemukan bahwa ketika daya atensi luhur terbentuk, potensial cetusan yang terjadi meningkat dan terjadi di korteks sensorik yang bersangkutan dan lobus frontalis. Atensi yang baik dapat terjadi pada keadaan sadar penuh. Hal ini menandakan formasio retikularis di daerah pons, mesensefalomn, dan hubungannya berperan dalam atensi (Markam, 2009).

2.2.2.5.Eksekusi

Eksekusi merupakan kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila sirkuit frontal-subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi eksekutif menjadi 4 komponen yaitu: volition (kemauan), planning (perencanaan), purposive action (bertujuan), dan effective performance (pelaksanaan yang efektif) (Markam,2009).

2.2.2.6. Praksis

Praksis merupakan integrasi motorik untuk melakukan gerakan kompleks yang bertujuan. Pemeriksaan yang tepat dilakukan antara lain dengan meminta pasien menggambar segi lima, atau membuat gambar secara spontan (Satyanegara et al, 2010).

(14)

primer. Area brodman 6 meliputi area motorik suplementer yang terletak di bagian atas depan korteks motorik dan area premotorik dibawahnya. Pada kerusakan area motorik suplementer, daya gerak cepat menjadi berkurang. Pada gangguan daerah premotorik, terjadi kesulitan mengubah urutan gerakan (Markam, 2009).

2.2.2.7. Orientasi

Orientasi merupakan pengertian, pemahaman mengenai relasi diri sendiri dengan benda-benda yang tampak di sekitar tempat kita berada. Orientasi terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Orientasi tempat

Mengetahui dimana kita berada memerlukan penglihatan dan merupakan daya visuospasial sehingga orientasi tempat diurus oleh bagian otak yang mengurus fungsi dan ingatan visuospasial, yaitu lobus oksipitalis, lobus parietalis, girus temporalis inferior, dan daerah yang berkaitan dengan penglihatan lobus frontalis.

2. Orientasi orang

Pada keadaan sadar, kita dapat mengenali wajah anggota keluarga atau teman. Pengenalan wajah (prosopognosis) dilakukan oleh lobus oksipitalis, temporalis, dan parietalis terutama sebelah kanan.

3. Orientasi waktu

Mengenal waktu secara tepat memerlukan jam dan kalender. Mengira-ngira berlangsungnya waktu juga sulit dilakukan. Perkiraan waktu untuk mengucapkan satu-dua dengan kecepatan biasa, berlangsung kurang lebih satu detik. Jadi ada urutan pengucapan yang dapat didengar atau dapat juga tulisan yang dapat dilihat atau diraba yang berkaitan dengan persepsi waktu . Area korteks serebri yang terkait dengan urutan bunyi terdapat didalam lobus temporalis, urutan tulisan di lobus oksipito-parietalis dan urutan gerakan di lobus frontalis. Selain itu, nukleus supra-kiasmatika di dalam diensefalon berfungsi sebagai jam biologis (Markam, 2009).

2.2.3 Pemeriksaan Fungsi Kognitif

2.2.3.1 Mini Mental State Examination (MMSE)

(15)

kognisi yang telah digunakan secara luas oleh para klinis untuk praktek klinik maupun penelitian. Selain untuk mendeteksi gangguan, juga untuk follow up perjalanan penyakit dan memonitor respon pengobatan. Tes ini mudah dilakukan dan membutuhkan waktu yang sangat singkat, kira-kira 10 menit. MMSE ini pertama dikembangkan oleh Folstein dkk (1969) sebagai tes pendamping yang dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif. MMSE telah digunakan dalam berbagai kultur dan etnik dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Versi modifikasi juga telah digunakan untuk orang dengan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa MMSE menunjukkan level sensitivitas dan spesifisitas yang dapat diterima. Fehrer dkkmelaporkan bahwa 4 dari 5 item bahasa dari MMSE sensitivitasnya rendah tapi disimpulkan bahwa subtest memori, atensi dan konsentrasi dan konstruksi adalah valid. (Layanto , 2014)

Tes ini meliputi pemeriksaan orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengenal kembali (recall) dan bahasa. Bila pada pemeriksaan didapatkan nilai 23 atau kurang diduga terdapat gangguan kognitif. Tes ini cukup untuk skrining adanya gangguan fungsi kognitif dan demensia.

Dowell M et all, 1871 menyatakan bahwa MMSE :

1. Mudah dilakukan dan menunjukkan reliabilitas yang bagus. Validitas sebagai tes skrining secara umum dapat diterima.

2. Meskipun batas yang tetap sudah ditentukan, validitasnya lemah untuk pasien dengan gangguan psikiatrik.

3. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi disfungsi otak fokal.

(16)

Terdapat beberapa perbedaan diantara para ahli dalam menentukan klasifikasi penilaian MMSE. Grut et al dan Folstein et al mendapatkan nilai MMSE normal lebih besar atau sama dengan 27. Wind mengatakan nilai MMSE normal (27-30), curiga gangguan kognitif (22-26), dan pasti gangguan kognitif (<21). Kukull et al menyatakan nilai normal MMSE adalah lebih besar atau sama dengan 27 menurut Saryono dalam Sinaga dkk (2014).

2.3. Hubungan penurunan fungsi kognitif dengan stroke

Beberapa gangguan mengganggu kognisi daripada tingkat kesadaran. Daerah korteks tertentu umumnya memediasi fungsi kognitif yang berbeda, meskipun ada tumpang tindih dan interkoneksi antara struktur kortikal dan subkortikal dalam semua tugas mental. Ketika beberapa kemampuan ini terganggu, pasien dikatakan menderita demensia (Hammer,2010).

Korteks prefrontal umumnya mengacu pada daerah 9, 10, 11, 12, 45, 46, dan 47 dari Brodmann pada permukaan superior dan lateral dari lobus frontal dan cingulate anterior, parolfactory, dan orbitofrontal cortex inferior dan medial. Daerah ini sangat penting untuk perencanaan tertib dan urutan perilaku yang kompleks, menghadiri beberapa rangsangan atau ide secara bersamaan, berkonsentrasi dan fleksibel mengubah fokus konsentrasi, menangkap konteks dan makna informasi, dan pengendalian impuls, emosi, dan berpikir urutan. Kerusakan pada lobus frontal atau koneksi ke kaudal dan dorsal medial inti dari talamus menyebabkan sindroma lobus frontal. Pasien mungkin menderita perubahan dramatis dalam kepribadian dan perilaku, sedangkan sebagian besar fungsi sensorimotor tetap utuh. Beberapa pasien menjadi vulgar dalam sambutannya dan jorok , sedangkan yang lain kehilangan minat, spontanitas, rasa ingin tahu, dan inisiatif. Mempengaruhi dapat menjadi apatis dan tumpul (abulia). Beberapa pasien kehilangan kemampuan untuk kreativitas dan penalaran abstrak dan kemampuan untuk memecahkan masalah saat menjadi berlebihan konkret dalam pemikiran mereka. Seringkali mereka teralihkan dan tidak dapat memusatkan perhatian ketika disajikan dengan beberapa rangsangan. Manifestasi paling dramatis terlihat setelah frontal bilateral kerusakan lobus; kerusakan unilateral dapat menyebabkan perubahan halus dalam perilaku yang mungkin sulit untuk dideteksi. Keterlibatan daerah premotor dapat menyebabkan inkontinensia, ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas belajar motorik (apraxia), kenaikan variabel dalam tonus otot (paratonia), dan penampilan dari genggaman primitif dan refleks oral (menghisap, snouting, dan rooting) (Hammer,2010).

(17)

dari gangguan fungsi kognitif ,50 ± 75 % pasien stroke yang ditemukan dipengaruhi ,pada usia(Haring,2002).

Konsep klasik menyiratkan bahwa demensia vaskular beasal dari hasil dari volume darah yang tidak mendukupi untuk otak sehingga otak mengalami infark jaringan. ada tiga konsep demensia vaskular yaitu: Akumulasi infark kortikal, strategis infark subkortikal, dan pemutusan kortikal fungsional menurut Tomlinson 1970 dalam Haring (2002).

Akumulasi infark kortikal merupakan lesi kortikal tertentu yang dapat menghasilkan tanda-tanda penurunan kognitif berupa: amnesia, aphasia, apraxia, Alexia, dan agraphia. Dengan kombinasi pada kelainan nonkognitif , seperti ketidakstabilan emosional atau kehilangan inisiatif menurut Caplan L 1995 dalam Haring (2002).

Infark subkortikal Strategis merupakan gangguan subkortikofrontal dan proyeksi talamokortikal melalui lesi,meskipun dengan lesi yang kecil dan terisolasi dapat mengakibatkan demensia . Lokasi yang kritis bisa terdapat pada thalamus , nucleus caudatus , genu dan bagian anterior pada kapsul internal menurut Kumral E 1999 dalam Haring (2002).

Infark ini mengganggu bagaian prefrontal , orbito - frontal , dorsolateral , atau sirkuit cingulate anterior , sehingga mengganggu dengan hubungan penting antara korteks prefrontal dengan basal ganglia atau thalamus (Haring,2002).

Functional cortical disconnection merupakan lesi white matter yang luas (WMLs) akibat hilangnya akson, yang menyebabkanpemutusan korteks fungsional.Functional brain imaging studies mengungkapkan mengurangi aliran darah otak dan metabolisme tidak hanya di morfologis diubah white matter tetapi juga di struktural frontal yang utuh, temporal dan korteks parietal. Pada pasien dengan microangiopathy otak, gangguan neuropsikologi berkorelasi dengan hipoperfusi kortikal dan hypometabolism tapi tidak dengan tingkat WMLs. Itumenimbulkan hubungan antara WMLs dan disfungsi kognitif lebih kompleks.Namun, Hal ini secara klinis dikenal bahkan pasien dengan WMLs luas mungkin hadir dengan memori baik, menunjukkan bahwa tambahan faktor mungkin memainkan peran. atrofi corpus callosum ditunjukkan padamagnetic resonance imaging (MRI) study. Menjadi prediktor penting dari kognitif global pada pasien dengan WMLs. Namun, gangguan ini jelas lebih terbatas untuk orang-orang dari fungsi lobus frontal menurut Hiroshi Y 2000 dalam Haring (2002).

(18)

Gambar

Gambar 2.1. Vaskularisasi menuju otak
Gambar 2.3 Kerangka teori

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 09/PPBJ/KONS-13/IV.30/I/2013 tanggal 21 Januari 2013 perihal Penetapan Pemenang Pekerjaan Penggantian Jaringan Lampu Tersebar

Menyetujui bahwa sekolah berhak membatalkan hak anak menjadi murid SMAK Cor Jesu bila ternyata keterangan yang diberikan tidak benar / palsu (menggunakan rapor / ijazah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada suhu pengeringan 100˚C dihasilkan pati garut instan dengan warna yang lebih gelap karena nilai L* yang semakin rendah; nilai a*

seringkali dimanfaatkan oleh oknum masyarakat maupun pemegang izin industri untuk digunakan sebagai ‘pelindung’ terhadap kayu-kayu yang dihasilkan oleh praktek penebangan secara

Hal yang dapat disimpulkan dari tabel 1.2 adalah jenis produk privat label Giant dengan jenis produk publish label dilihat dari harga yang menjadi perbedaan anatara jenis

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa sifat keseluruhan fruit leather semangka dengan penambahan agar-agar tepung 0,5% merupakan sampel yang paling disukai panelis

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pertumbuhan belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang,

a) Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya