• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selulosa merupakan salah satu polimer yang dapat diperbaharui. Selulosa telah digunakan dalam bentuk serat atau turunannya selama sekitar 150 tahun sebagai bahan baku kimia (Habibi, dkk., 2010). Selulosa merupakan suatu makromolekul rantai tidak bercabang dari unit-unit anhidroglukopiranosayang tersambung dengan ikatan β-1,4-glikosida. Setiap unit anhidroglukopiranosa memiliki tiga gugus hidroksil. Serat selulosa terdapat pada dinding sel semua

tanaman.Senyawa ini juga dijumpai dalam plankton bersel satu atau alga di

lautan, juga pada jamur dan bakteri (Potthast, dkk., 2006; Zugenmaier, 2008).

Turunan selulosa telah digunakan secara luas sebagai bahan tambahan

(eksipien) dalam sediaan farmasetik, seperti etil selulosa, metil selulosa,

karboksimetil selulosa, dan hidroksipropil metil selulosa dalam bentuk sediaan

oral, topikal, dan injeksi. Penggunaan berbagai bentuk selulosa dalam sediaan

farmasi disebabkan sifatnya yang inert dan biokompatibel pada manusia (Bravo,

dkk., 2010; Jackson, dkk., 2011).

Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam larutan NaOH

17,5%, selulosa dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu α, β, dan γ-selulosa.

α-selulosa merupakan selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH

17,5% dan 9,45% dengan DP 600-1500. α-selulosa adalah penentu sifat

kemurnian selulosa. β-selulosa adalah selulosa berantai pendek, larut dalam

selulosa ialah sama dengan β-selulosa, tetapi DP kurang dari 15 (BSN, 2009;

Sumada, dkk., 2011).

Selulosa mikrokristal merupakan hasil dari hidrolisis α-selulosa dengan

larutan asam encer (Rowe, dkk., 2009). Ini adalah bentuk selulosa yang banyak

digunakan dalam tablet, karena ia dapat digunakan sebagai bahan pengisi,

pengikat, dan penghancur (Soekemi, dkk., 1987; Gohel dan Jogani, 2005; Rowe,

dkk., 2009). Oleh karena itu, selulosa mikrokristal dianggap sebagai bahan

tambahan terbaik dalam pembuatan tablet cetak langsung (Bhimte dan Tayade,

2007; Bushra,dkk., 2008). Beberapa sumber alam telah digunakan untuk

menghasilkan selulosa mikrokristal, seperti serat rami(Bhimte dan Tayade, 2007),

rambut biji Cochlospermum planchonii(Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005a),

ampas tebu, jerami (Ilindra dan Dhake, 2008), dan lenan (Leppanen,dkk., 2009).

Selulosa mikrokristal yang telah beredar di pasaran dan banyak digunakan adalah

dengan nama dagang Avicel.

Avicel berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan penghancur, dan

memiliki sifat bebas mengalir, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan

tablet cetak langsung. Penggunaan Avicel pada tablet cetak langsung baik sebagai

pengisi maupun penghancur memberikan waktu hancur dan pelepasan obat dalam

waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan Avicel mempercepat penetrasi medium

ke dalam tablet (Bhimte dan Tayade, 2007). Avicel merupakan bahan tambahan

yang harganya relatif mahal, padahal penggunaannyamenyusun sebagian besar

dari komponen tablet (50-80%). Ini merupakan salah satu faktor yang

Penggunaan selulosa dalam formulasi tidak terlibat langsung dalam

pengendalian pelepasan obat melalui interaksinya dengan obat. Walaupun selulosa

mikrokristal memiliki muatan sedikit agak negatif pada permukaan akibat adanya

residu hidroksil, namun muatan ini terbatas pada luas permukaan yang kecil pada

massa yang besar sehingga tidak dapat berikatan dengan sejumlah obat (Jackson,

dkk., 2011).

Beberapa tahun belakangan ini selulosa dikembangkan dalam bentuk

nanokristal, yang memiliki ukuran sekitar 0,2-100 nm (Gardner, 2008). Selulosa

nanokristal merupakan bahan penguat nanokomposit selulosa nanokristal-alginat

dengan densitas rendah (1,6 g/ml) dan kekuatan mekanik tinggi (10 GPa). Bahan

ini juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan perangkat biomedis, implan, tekstil

(Benavides, 2011), aditif pada makanan dan kosmetik (Boluk, 2010), dan

penyampaian obat dalam bentuk liposom, misel, mikrogel, dan pembawa dalam

targetted delivery system (Peng, dkk., 2011).

Selulosa nanokristal dibuat dari serat selulosa atau dari selulosa

mikrokristal dengan tahapan hidrolisis asam, sentrifus, dialisis, dan ultrasonikasi

(Oksman dan Mathew, 2007; Jackson, dkk., 2011) atau homogenisasi dengan

tekanan tinggi (Liu, dkk., 2010). Pada tahap hidrolisis sebagaimana diilustrasikan

pada Gambar 1.1, terjadi perubahan struktur selulosa dengan penghilangan bagian

amorf, sehingga yang tinggal hanya bagian kristal dari selulosa. Proses ini

menghasilkan selulosa dalam bentuk batang, kristal, dan berdimensi nanometer

Bagian kristal Hidrolisis asam Bagian amorf

nanokrstal

Gambar 1.1. Skema tahapan hidrolisis selulosa

Selulosa nanokristal mempunyai rasio luas permukaan dan volume yang

sangat besar (Habibi, dkk., 2010; Liu, dkk., 2010). Luas permukaan yang sangat

besar ini merupakan suatu keuntungan dari selulosa nanokristal yaitu

memungkinkan untuk lebih banyak obat dapat berinteraksi pada permukaannya.

Jackson, dkk. (2011)telah meneliti ikatan dan mekanisme pelepasan beberapa

bahan obat yang menggunakan selulosa nanokristal eksipien. Hasil yang diperoleh

adalah tetrasiklin dan doksorubisin yang sifatnya terionisasi memiliki pelepasan

yang cepat dalam periode 1 hari, sedangkan pelepasan dosetaksel, paklitaksel,

dan etoposida dari selulosa nanokristal yang dimodifikasi permukaannya dengan

setil trimetilamonium bromida (CTAB) pelepasan obatnya terkendali dalam

periode lebih dari 2 hari. Keberadaan gugus-gugus hidroksil pada permukaan

selulosa nanokristal juga memungkinkan derivatisasi selulosa dengan bahan kimia

tertentu. Villanova, dkk. (2011) telah memodifikasi selulosa nanokristal dengan

beberapa akrilat yang kemudian digunakan sebagai eksipien untuk mendapatkan

pelepasan terkendali dari tablet propanolol HCl. Selulosa yang memiliki

kristalinitas yang lebih tinggi akan membuat tablet menjadi lebih kompak dan

keras (Suzuki dan Nakagami, 1999) dan akan mengurangi kemampuan untuk

Tandan buah tanaman Palmae umumnya memiliki kandungan serat yang

tinggi disamping zat-zat lainnya. Seperti pada tandan kosong sawit yang memiliki

kadar serat tinggi pada bagian pangkal dan ujungnya yang keras dan kaku, yaitu

72,67% pada bagian pangkal dan 62,47% pada bagian ujungnya (Darnoko, 1995).

Tidak seperti pada tongkol jagung yang kandungan seratnya hanya 34,02%

(Darliah, 2008). Serat atau selulosa terdiri dari kristal dan amorf. Bagian kristal

dari selulosa menyebabkan serat menjadi keras dan kaku (Darnoko, 1995).

Telah dilaporkan oleh Ohwoavworhua dan Adelakun (2005b) bahwa α-

selulosa diisolasi dari tongkol jagung dan diperoleh rendemen α-selulosa

sebanyak 81,23%. Selanjutnya Ohwoavworhua dan Adelakun (2005ba)

menghidrolisis α-selulosa dari rambut biji Cochlospermum planchonii (Bixaceae)

dan dihasilkan selulosa mikrokristal sebanyak 21% dari bahan awal.

Arenga pinnata (Wurmb) Merr., sinonim Arenga saccharifera Labill.,

family Arecaceae (Palmae), disebut juga aren atau enau banyak didapati di

seluruh Nusantara pada ketinggian hingga sekitar 1220 m di atas permukaan laut.

Pohon inibanyak tumbuh di alam liar dan tidak jarang pula dibudidayakan

(Heyne, 1987). Menurut data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perkebunan

(Ditjenbun) tahun 2003 total luas yang telah ditanami tanaman aren di seluruh

Indonesia mencapai 60.482 ha (Rumokoi, 2004). Sejak tahun 2007, Presiden telah

mencanangkan program nasional penanaman aren di wilayah Indonesia dengan

anggaran biaya Rp 60 miliar. Luas lahan potensial yang dapat digarap untuk lahan

aren diperkirakan sekitar 65.000 ha yang tersebar di wilayah Sulawesi Utara,

Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa

Pohon aren memiliki banyak kegunaan untuk kehidupan manusia, seperti

nira yang dihasilkan dalam bentuk cairan manis dan biji buah aren yang dapat

dijadikan makanan yang biasa disebut kolang-kaling (Florido dan De Mesa,

2003). Pada industri kolang-kaling, terdapat limbah padat berupa tandan dan kulit

buah aren. Tandan yang telah diambil buahnya untuk diolah menjadi kolang

kaling hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Tandan aren diharapkan juga

memiliki kadar serat tinggi, seperti halnya tandan buah sawit (kandungan serat 62-

72%). Komponen senyawa kimia yang terdapat pada limbah tandan aren adalah

27,74% lignin, 68,11% holoselulosa, 33,79% α-selulosa, 11,10% kadar air, dan

1,80% ekstraktif (Sumaiyah, dkk., 2013).

Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) tidak

selektif yang berfungsi sebagai analgetik, antipiretik, dan antiradang. Obat ini

praktis tidak larut dalam larutan asam (pKa = 4,0), tetapi larut dalam cairan usus

dan air (Bravo, dkk., 2002). Natrium diklofenak jika digunakan dalam waktu yang

lama dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna, mulai dari dispepsia

sampai perdarahan (Mycek, dkk., 2001). Kerusakan lambung oleh obat ini yang

digunakan secara oral akibat dari cara kerjanya yang menghambat enzim cyclo-

oxygenase (COX)-1 untuk perlindungan mukosa lambung dan COX-2 untuk

peradangan (Tjay dan Kirana, 2002).

Selulosa mikrokristal yang digunakan selama ini masih diimpor dari luar

negeri sehingga harga selulosa mikrokristal dan produk jadi relatif mahal. Untuk

mengatasi hal ini, maka peneliti berminat untuk mencari alternatif bahan

tambahan untuk formulasi cetak langsung dari sumber yang lebih ekonomis.

permukaannya, maka α-selulosa dipreparasi menjadi selulosa nanokristal.

Selulosa mikrokristal dan nanokristal yang diperoleh akan dikarakterisasi dan

digunakan sebagai eksipien pada tablet natrium diklofenak.

Pada penelitian ini tandan aren yang selama ini menjadi limbah dari

industri kolang-kaling akan dimanfaatkan untuk menghasilkan selulosa yang

berguna dalam bidang farmasi. Selulosa dari tandan aren diolah menjadi selulosa

mikrokristal dan nanokristal. Pembuatan selulosa mikrokristal yaitu dengan cara

menghidrolisis α-selulosa tandan aren dengan asam hidroklorida encer. Selulosa

mikrokristal tandan aren (SMTA) yang diperoleh dikarakterisasi dan diaplikasikan

sebagai eksipien pada tablet natrium diklofenak yang dibuat secara cetak

langsung. Karakteristik SMTA yang ditentukan adalah sesuai dengan United State

Pharmacopeia 32-National Formulary 27 (USP 32-NF 27), yaitu organoleptis,

derajat polimerisasi, pH, morfologi, ukuran partikel, berat jenis, kadar abu, logam

berat, susut pengeringan, mikroba, indeks kompresibilitas, porositas, gugus

fungsi, struktur kristal, sifat alir, kompresibilitas, dan toksisitas akut. Nanokristal

selulosa dibuat dengan cara menghidrolisis α-selulosa tandan aren dengan asam

sulfat, dilanjutkan dengan sentrifugasi, dialisis, ultrasonikasi, dan evaporasi.

Setelah itu akan ditentukan karakteristik selulosa nanokristal tandan aren (SNTA)

yang meliputi morfologi, ukuran partikel, gugus fungsi, struktur kristal,

temperatur degradasi, sifat alir, dan kompresibilitas. Karakteristik selulosa

mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren ini akan dibandingkan dengan Avicel

yang merupakan selulosa mikrokristal yang tersedia di pasar. Selanjutnya SMTA

SMTA: Organolepis, derajat polimerisasi, pH, morfologi, ukuran parikel, berat jenis, kadar abu, logam berat, susut pengeringan, mikroba, indeks kompresibilitas,

SNTA: Morfologi, ukuran parikel, gugus fungsi, struktur kristal, temperatur degradasi, sifat alir, dan

α-selulosa

Tandan aren Karakterisik

Keseragaman sediaan, keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas, waktu hancur

Disolusi Formulasi tablet natrium diklofenak

% pelepasan obat

Sifat isik tablet

keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas, waktu hancur tablet, dan % pelepasan

obat yang terlepas dari tablet.

1.2 Kerangka Konsep Penelitian

a. Pembuatan SMTA dan SNTA

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

(a)

b. Penggunaan selulosa mikrokristal dan nanokristal dalam tablet natrium

diklofenak

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

(b)

SMTA, SNTA, Avicel

Gambar 1.2. Kerangka konsep penelitian (a) pembuatan SMTA dan SNTA, dan (b) penggunaan selulosa mikrokristal dan nanokristal dalam tablet natrium diklofenak

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. bagaimana metode preparasi yang optimum dapat menghasilkan selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren?

2. bagaimana karakteristik selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren?

3. apakah selulosa mikrokristal dari tandan aren dapat digunakan sebagai eksipien tablet cetak langsung?

4. bagaimana peranan selulosa nanokristal terhadap pelepasan natrium diklofenak dari tablet?

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. metode preparasi yang optimum dapat menghasilkan selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren

2. selulosa mikrokristal dari tandan aren memiliki karakteristik yang menyamai Avicel PH 102 dan karakteristik selulosa nanokristal tandan aren

berbeda dari selulosa mikrokristal tandan aren dan Avicel

3. selulosa mikrokristal dari tandan aren dapat digunakan sebagai eksipien tablet cetak langsung

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. menghasilkan selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan arendengan metode preparasi yang optimum

2. mengetahui karakteristik selulosa mikrokristal dan nanokristaldari tandan aren dan membandingkannya dengan Avicel PH 102

3. mengetahui selulosa mikrokristal dari tandan aren dapat digunakan sebagai eksipien tablet cetak langsung

4. mengetahui peranan selulosa nanokristal terhadap pelepasan natrium diklofenak dari tablet

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk menyediakan dan mengkarakterisasi

SMTA dan SNTA, juga untuk memanfaatkan limbah tandan aren menjadi produk

Dokumen terkait