• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dan Nanokristal Tandan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) dan Penggunaannya sebagai Eksipien dalam Tablet Natrium Diklofenak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dan Nanokristal Tandan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) dan Penggunaannya sebagai Eksipien dalam Tablet Natrium Diklofenak"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

Dana Masyarakat Lembaga Peneliian USU

Bio- nanokomposite Sellulosa Bakteri/Mater-Bi

®

Saharman Gea, PhD

Dibiyai oleh:

Dana Masyarakat Peneliian USU T.A. 2011 Sesuai Surat Perjanjian Penugasan Peneliian

No: 36/UN5.2.3.1/SP4/PPM/2011, Tanggal 01 Agustus 2011

S SUMATERA UTARA

MED

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SELULOSA

MIKROKRISTAL DAN NANOKRISTAL TANDAN AREN

(

Arenga pinnata

(Wurmb) Merr.) DAN PENGGUNAANNYA

SEBAGAI EKSIPIEN DALAM TABLET

NATRIUM DIKLOFENAK

DISERTASI

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SELULOSA

MIKROKRISTAL DAN NANOKRISTAL TANDAN AREN

(

Arenga pinnata

(Wurmb) Merr.) DAN PENGGUNAANNYA

SEBAGAI EKSIPIEN DALAM TABLET

NATRIUM DIKLOFENAK

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc. (CTM), Sp.A.(K)

untuk dipertahankan di hadapan Sidang Ujian Terbuka

Program Studi Doktor (S-3) Ilmu Farmasi Universitas Sumatera Utara

(3)

PROMOTOR

Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, M.Sc.

Guru Besar Ilmu Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Medan

KO-PROMOTOR

Prof. Dr. Karsono, Apt.

Guru Besar Ilmu Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

KO-PROMOTOR

Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.

Staf Pengajar Ilmu Farmasi

(4)

PERSETUJUAN DISERTASI

Nama Mahasiswa : Sumaiyah

No. Induk Mahasiswa : 098116004

Judul Disertasi : Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dan Nanokristal Tandan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) dan Penggunaannya sebagai Eksipien dalam Tablet Natrium Diklofenak

Tempat dan Tanggal Ujian Lisan Disertasi: Medan, 27Februari 2014

Menyetujui:

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, M.Sc. Promotor

Prof. Dr. Karsono, Apt. Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. Ko Promotor Ko Promotor

Ketua Program Studi, Dekan,

(5)

Telah diuji pada Ujian Tertutup

Tanggal 27 Februari 2014

TIM PENGUJI DISERTASI

Ketua : Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, M.Sc.

Anggota : Prof. Dr. Karsono, Apt.

Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt.

Prof. Dr. Elfi Sahlan Ben, Apt.

(6)

PENGESAHAN DISERTASI

Nama Mahasiswa : Sumaiyah

No. Induk Mahasiswa : 098116004

Judul Disertasi : Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dan Nanokristal Tandan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) dan Penggunaannya sebagai Eksipien dalam Tablet Natrium Diklofenak

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada hari Kamis tanggal dua puluh tujuh Februari tahun dua ribu empat belas

Tim Penguji Disertasi

Ketua Tim Penguji, Anggota Tim Penguji,

Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, M.Sc. Prof. Dr. Karsono, Apt.

Dr. M.Pandapotan Nasution, MPS., Apt.

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt.

Prof. Dr. Elfi Sahlan Ben, Apt.

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

di bawah ini:

Nama : Sumaiyah

NIM : 098116004

Program Studi : Ilmu Farmasi

Jenis Karya : Disertasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive

Royalty Free Right) atas disertasi saya yang berjudul:

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SELULOSA MIKROKRISTAL DAN NANOKRISTAL TANDAN AREN (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.)

DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI EKSIPIEN DALAM TABLET NATRIUM DIKLOFENAK

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non

Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan dalam bentuk

database, merawat, dan mempublikasikan disertasi saya tanpa meminta izin dari

saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Dibuat di Medan

Pada tanggal April 2014

Yang menyatakan,

(8)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sumaiyah

Nomor Induk Mahasiswa : 098116004

Program Studi : Doktor Ilmu Farmasi

Judul Disertasi : Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal

dan Nanokristal dari Tandan Aren (Arenga

pinnata (Wurmb)Merr.) dan Penggunaannya

sebagai Eksipien dalam Tablet Natrium

Diklofenak

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang saya buat adalah asli karya

saya sendiri, bukan plagiat, dan apabila di kemudian hari diketahui disertasi saya

tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi

apapun oleh Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi USU. Saya

tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam

keadaan sehat.

Medan, April 2014 Yang membuat pernyataan,

(9)

ABSTRAK

Selulosa adalah polisakarida yang berperan sebagai jaringan penopang pada tanaman termasuk tandan aren dan dapat diisolasi dan dibuat menjadi kristal. Selulosa mikrokristal merupakan eksipien yang paling sering digunakan dalam pembuatan tablet dengan metode cetak langsung. Selulosa mikrokristal selama ini masih diimpor sehingga harga sediaan farmasi menjadi mahal. Karena itu perlu diupayakan untuk menemukan bahan tambahan alternatif dari sumber yang lebih ekonomis. Untuk meningkatkan luas permukaan dan kristalinitas selulosa mikrokristal, maka dibuat selulosa nanokristal. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat, mengkarakterisasi selulosa mikrokristal dan nanokristal yang diperoleh dari tandan aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), dan menggunakannya sebagai eksipien pada tablet natrium diklofenak. Kemudian karakteristik fisik dan pengaruhnya pada sifat tablet dan pelepasan obat dari tablet cetak langsung dibandingkan dengan eksipien komersial (Avicel®).

Pada penelitian ini tandan buah aren digunakan sebagai sumber selulosa. Selulosa mikrokristal dibuat dari α-selulosa tandan aren melalui proses hidrolisis dengan asam klorida 2,5 N. Selulosa mikrokristal tandan aren (SMTA) yang diperoleh ditentukan sifat fisiknya menurut standar United State Pharmacopeia

32-National Formulary 27 (USP 32-NF 27). Selain itu ditentukan juga rendemen dari bahan awal, gugus fungsi, morfologi, struktur kristal, derajat kristalinitas, sifat alir, kapasitas pengembangan, hidrasi, serap lembab, dan toksisitas akut dari SMTA. Selulosa nanokristal dibuat dari α-selulosa tandan aren dengan cara hidrolisis dengan asam sulfat 54% dan dihomogenkan dengan pengaduk magnet selama 45 menit. Untuk menghilangkan sisa asam, suspensi disentrifugasi pada 10.000 rpm selama 15 menit. Endapan didialisis selama 48 jam dengan membran dialisis yang telah diaktivasi. Selulosa nanokristal tandan aren (SNTA) yang diperoleh dikarakterisasi gugus fungsi, morfologi, struktur selulosa,derajat kristalinitas, degradasi termal, sifat alir, dan kompresibilitas. Tablet dibuat dalam 7 formula (F1-F7) dengan menggunakan natrium diklofenak sebagai model obat. Evaluasi tablet, uji pelepasan obat, dan kinetika pelepasan obat dari tablet natrium diklofenak yang diformulasi dengan selulosa nanokristal dibandingkan terhadap tablet yang diformulasi dengan selulosa mikrokristal dan Avicel PH 102®, serta

tablet Voltaren® yang sudah beredar di pasaran dalam medium pH 6,8 dan pH

berganti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen SMTA dari tandan aren adalah 16-21,33% b/b. SMTA memiliki karakteristik fisik dengan bentuk yang tidak beraturan, permukaan yang tidak rata, dan memenuhi persyaratan USP 32-NF 27. Hasil uji fourier transform infra red (FTIR) menunjukkan spektrum yang sama dengan Avicel PH 102®. Ukuran partikel SMTA lebih besar dibandingkan

dengan Avicel PH 102®. Struktur kristal SMTA adalah selulosa II sedangkan

Avicel PH 102® adalah selulosa I. Sifat alir, kapasitas pengembangan, hidrasi, dan

serap lembab dari SMTA tidak berbeda signifikan dengan Avicel PH 102®. Uji

(10)

sferis dengan diameter 15-20 nm dan distribusi ukuran partikel berkisar 257,2-395,8 nm. Struktur kristal SNTA adalah selulosa II dengan derajat kristalinitas 97,57%. Berdasarkan analisis thermogravimetric analysis (TGA), degradasi SNTA terjadi pada suhu 173oC dengan meninggalkan residu massa padat 11,25%

pada 800oC. Sifat alir dan kompresibilitas SNTA adalah cukup baik dan dapat

digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat pada tablet. Konsentrasi SNTA yang dapat digunakan dalam formulasi tablet natrium diklofenak dengan metode cetak langsung adalah 10%. Tablet natrium diklofenak yang diformulasi dengan SNTA (F5) memiliki friabilitas yang lebih rendah, kekerasan yang lebih tinggi, dan waktu hancur yang lebih lambat dari yang diformulasi dengan SMTA (F6) dan Avicel PH 102® (F7) dengan nilai friabilitas untuk F5, F6, dan F7

berturut-turut 0,50%, 0,75%, dan 0,75%, kekerasan 7,98 kg, 7,21 kg, dan 7,15 kg. Waktu hancur dengan cakram, 16,30 menit, 5,48 menit, dan 5,40 menit, dan tanpa cakram 16,78 menit, 5,63 menit, dan 5,55 menit. Laju pelepasan obat dari tablet F5 lebih lambat dari tablet F6, F7, dan Voltaren®. Persentasepelepasan obat dari

tablet F5 adalah 95,22% setelah 240 menit dalam medium pH 6,8, sedangkan dalam medium pH berganti sebesar 93,82% dalam waktu 300 menit. Hasil analisis statistik dengan metode Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan menggunakan

Tukey test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada persen pelepasan obat dari uji disolusi antara formula F5, F6, F7, dan Voltaren® dalam medium pH

6,8 dan pH berganti (p ≤ 0,05). Kinetika pelepasan obat dari tablet F5 dalam medium pH 6,8 adalah order 1 dan Higuchi, dan dalam medium pH berganti adalah kinetika pelepasan Higuchi.

SMTA memiliki karakteristik dan sifat alir yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat, dan penghancur dalam pembuatan tablet cetak langsung. SNTA dapat digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat pada tablet dengan memberikan pelepasan obat yang diperlambat.

Kata kunci: tandan buah aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), selulosa mikrokristal, selulosa nanokristal, karakterisasi, eksipien tablet,

(11)

ABSTRACT

Cellulose is a polysaccharide that occurs as the supporting tissue of the plant including in the fruit bunch and can be isolated and crystallized. Microcrystalline cellulose (MCC) is the most common form of cellulose used in the preparation of tablet by direct compression method. MCC is still imported that makes the production cost of pharmaceutical dosage form is expensive. Therefore it is necessary to find alternative excipients from the more economical sources. To increase the surface area and the crystallinity of the MCC, nanocrystalline cellulose then be made. The objective of this study was to prepare, characterize MCC and nanocrystalline cellulose (NCC) obtained from sugar palm fruit bunches (SPFB) (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), and use it as an excipient in diclofenac sodium tablet. Physical characteristics and influence on tablet properties and drug release from tablets by direct compression were then compared to those of commercial excipient (Avicel®).

In this study, SPFB was used as source of cellulose. MCC was prepared from α-cellulose of SPFB by hydrolysis using 2.5 N hydrochloric acid solution. The physical properties of MCC of SPFB was determined in accordance with the standards of the United State Pharmacopeia National Formulary 27 (USP 32-NF 27). In addition,the yield of the starting material, functional groups, morphology, crystalline structure, degree of crystallinity, flow properties, capacity swelling, hydration, moisture, and acute toxicity of the MCC were also determined. NCC was isolated from α-cellulose of SPFB by hydrolysis method using 54% sulfuric acid solution and homogenized by magnetic stirrer for 45 minutes. To remove residual acid, the milky suspension was centrifuged at 10,000 rpm for 15 minutes. The precipitate was dialyzed for 48 hours with an activated dialysis membrane. Characterization of NCC included functional group, morphology, crystalline structure, degree of crystallinity, thermal degradation, flow property, and compressibility. Tabletswere prepared in 7 formulas (F1-F7) using diclofenac sodium as a model drug. Evaluation, dissolution test, and drug release kinetic of diclofenac sodium tablets that prepared with NCC of SPFB were compared to tablets formulated with the MCC of SPFB and Avicel PH 102®, as

well as the commercially available Voltaren® tablets in the medium of pH 6.8 and

pH changed.

The results showed thatthe yield of MCC from the starting material SPFB were 16 to 21.33% w/w. MCC hasphysical characteristics with irregular in shapes, uneven surfaces, and fulfilled the requirement of USP 32-NF 27. Fourier transform infra red (FTIR) spectra indicated that MCC and Avicel PH 102®

exhibited similar spectra. Particle size of MCC from SPB were larger than Avicel PH 102®. The structure of MCC crystals from SPB was cellulose II whereas

Avicel PH 102® was cellulose I. Flow properties, swelling capacity, hydration, and

moisture absorption of the MCC showed no significant difference from the Avicel PH 102®. The cytotoxicity test of MCC at concentration of 2000 and 5000 mg/kg

(12)

distribution ranging from 257.2 to 395.8 nm. The structure of NCC crystals was cellulose II with a degree of crystallinity 97.57%. Based on thermogravimetric analysis (TGA), the degradation of NCCs occured at a temperature of 173oC

leaving a mass of solid residue 11.25% at 800oC. Flow property and

compressibility of NCC were good and therefore can be used as a filler and a binder in the preparation of tablet. Concentration of NCC that can be used in the formulation of diclofenac sodium tablets by direct compression method was 10%. Diclofenac sodium tablets were formulated with NCC (F5) had lower friability, higher hardness, and slower disintegration time than that formulated with MCC (F6) and Avicel PH102 (F7) with the value of friability of F5, F6, and F7 0.50%, 0.75%, and 0.75%, respectively, hardness 7.98 kg, 7.21 kg, and 7.15 kg, respectively, disintegration time with a disc method 16.30 min, 5.48 min, and 5.40 min, and without a disc 16.78 min, 5.63 min, and 5.55 min, respectively. The drug release rate of F5 tablet was slower than F6, F7, and Voltaren® tablets. Percentage

of drug release in diclofenac sodium tablets made using NCC was 95.22% after 240 minutes in pH 6.8 medium, whereas in pH changed medium was 93.82% within 300 minutes. Statistical analysis by ANOVA method with 95% confidence level and using Tukey test showed a significant difference in the percentage drug release from dissolution test between formulas F5, F6, F7, and Voltaren® in pH 6.8

and pH changed medium (p ≤ 0.05). Drug release kinetic of F5 tablet in pH 6.8 medium was first order and Higuchi, and in pH changed medium was Higuchi.

MCC of SPB has characteristics and good flow properties that can be used as filler, binder, and disintegrant in the preparation of tablet by direct compression method. NCC of SPB can be used as filler and binder in slow release tablet.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan disertasi ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT ke atas pangkuan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam menjalani kehidupan.

Disertasi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dan Nanokristal dari Tandan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) dan Penggunaannya sebagai Eksipien dalam Tablet Natrium Diklofenak.

Pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: kesempatan bagi penulis menjadi mahasiswa Program Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi. penulis menjalani pendidikan, penelitian, dan penyelesaian disertasi ini.

5. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. selaku Co-promotor yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan arahan selama penelitian hingga selesainya disertasi ini

6. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Guru Besar Universitas Sumatera Utara selaku penguji.

7. Bapak Dr. Saharman Gea, M.Si., Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara selaku penguji

8. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.AppSc., Apt., Guru Besar Universitas Sumatera Utara selaku penguji

9. Bapak Prof. Dr. Elfi Sahlan Ben, Apt., Guru Besar Universitas Andalas selaku penguji

10. Pimpinan dan staf dosen Laboratorium Penelitian,Laboratorium Fitokimia, dan Laboratorium Teknologi Formulasi II Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara atas fasilitas yang diberikan

(14)

Penulis juga menghaturkan terimakasih tak terhingga kepada Ayahanda Drs. dr. H. Salim Adnan, Sp.M., M.Ag., Ibunda dr. Hj. Murni Mahyudin, Ayahanda mertua Nurhanuddin Nst, Suami tercinta Dr. Wahyudin Nur Nst., M.A. dan anak-anak tercinta Humaira Nst., Balqis Nur Nst., Zahra Afifah Nst., dan Alya Farisah Nst. yang telah sabar dalam memberikan dukungan, semangat, dan do’a hingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Terimakasih juga untuk sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan segala kerendahan hati akan menerima kritik dan saran agar disertasi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2014 Penulis,

(15)

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

1. Nama : Sumaiyah

2. Tempat, tanggal lahir : Medan, 26 Desember 1977

3. Agama : Islam

4. NIP : 197712262008122002

5. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III c

6. Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen Teknologi Farmasi

Fakultas Farmasi USU

7. Jabatan Fungsional : Lektor

8. Alamat Rumah : Jl. Setia Luhur No. 61 Medan

9. Telp. Rumah/HP : (061)8455502/085361323060

10. E-mail : sumaiyah7777@gmail.com

11. Nama Ayah : Drs. dr. H. Salim Adnan, Sp.M., M.Ag.

12. Nama Ibu : dr. Hj. Murni Mahyudin

13. Nama Suami : Dr. Wahyudin Nur Nasution, M.Ag.

14. Nama Anak : Humaira Nasution

3. SMA Taman Siswa LNG Arun, Batuphat, Aceh Utara, tamat 1994

4. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, tamat 1999

5. Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, tamat 2001

6. Program Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi USU, tamat 2006 7. Program Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi USU, tamat 2014

C. Riwayat Pekerjaan

(16)

D. Publikasi

1. Dissolution Test of Ferrous Sulphate Formulated in Alginate and Gelatin Capsules. (2010). Malaysian Journal of Pharmaceutical Sciences.

2. Ferrous Sulfate Bioavailability Formulated in Alginate Capsule. (2010).

Malaysian Journal Of Pharmaceutical Sciences.

3. Pembuatan dan Karakterisasi Selulosa Mikrokristal Tandan Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). (2011). Prosiding Pharmacy Update 3rd.

4. Nanocrystal Cellulose of Sugar Palm Bunch (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) as Excipients in Diclofenac Sodium Tablet. (2011). Proceeding Innovation in Polymer Science and Technology 2011 (IPST 2011).

5. A Retrospective Study on Drug Interactions of JAMKESMAS Patients in Hasanuddin Damrah Manna Hospital South Bengkulu. (2012). Proceeding 24th Federation of Asian Pharmaceutical Associations (FAPA) Congress 2012.

6. Pemanfaatan Selulosa Mikrokristal dari Tandan Aren (Arenga pinnata

(Wurmb) Merr.) sebagai Eksipien Tablet Cetak Langsung. (2013).

Prosiding Seminar Nasional Herbal.

7. Isolation and Characterization of Nanocrystalline Cellulose from Sugar Palm Bunch (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). (2013). Abstract Book Innovation in Polymer Science and Technology 2013 (IPST 2013).

8. Preparation and Characterization of Nanocrystalline Cellulose from Sugar Palm Bunch (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). (2014). International Journal Pharmaceutical Technology Research.

(17)

Halaman

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Desain Penelitian ... 45

(18)
(19)
(20)
(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Senyawa kimia yang terdapat dalam beberapa bahan

yang mengandung selulosa ...

15

Tabel 2.2 Spesifikasi selulosa mikrokristal menurut USP 32-NF 27 ... 21

Tabel 2.3 Tabel kemampuan mengalir serbuk menurut Carr ... 22

(22)

36 Tabel 3.1 Formula tablet yang dibuat dengan menggunakan Avicel

PH 102, SMTA, dan SNTA ...

61

Tabel 3.2 Persyaratan keseragaman bobot tablet ... 66 Tabel 4.1 Sifat fisikokimia dari α-selulosa tandan aren ... 70 Tabel 4.2 Sifat-sifat fisikokimia dari SMTA ... 71 Tabel 4.3 Bilangan gelombang dari FTIR ... 73 Tabel 4.4 Karakteristik serbuk SMTA dan Avicel PH 102 ... 75 Tabel 4.5 Pengaruh pemberian SMTA terhadap berat badan rata-rata

mencit pada hari ke-14 ... 79

Tabel 4.6 Hasil uji preformulasi tablet SMTA dan Avicel PH 102 ... 82 Tabel 4.7 Hasil uji keseragaman bobot tablet SMTA dan Avicel PH

102 ... 83

Tabel 4.8 Hasil uji friabilitas, kekerasan, dan waktu hancur tablet

SMTA dan Avicel PH 102 ...

84

Tabel 4.9 Bilangan gelombang dari FTIR SMTA, Avicel, dan SNTA 92 Tabel 4.10 Sifat alir serbuk SMTA, SNTA, dan Avicel PH 102 ... 96

Tabel 4.11 Formula tablet yang dibuat dengan menggunakan

Avicel PH 102, SMTA, dan SNTA ... 97

Tabel 4.12 Hasil uji preformulasi tablet natrium diklofenak yang

menggunakan Avicel PH 102, SMTA, dan SNTA ... 98

Tabel 4.13 Hasil uji keseragaman kandungan dari tablet natrium

diklofenak menggunakan Avicel PH 102, SMTA, dan

SNTA ... 100

Tabel 4.14 Hasil uji keseragaman bobot tablet natrium diklofenak

menggunakan Avicel PH 102, SMTA, dan SNTA ... 100

Tabel 4.15 Pengaruh formula terhadap uji friabilitas, kekerasan, dan

waktu hancur dari tablet natrium diklofenak yang

(23)

diformulasi dengan SNTA, SMTA, dan Avicel ...

Tabel 4.16 Nilai korelasi dari kinetika pelepasan natrium diklofenak

dari tablet dalam medium pH 6,8 ... 107

Tabel 4.17 Nilai korelasi dari kinetika pelepasan natrium diklofenak

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Skema tahapan hidrolisis selulosa ... 4

Gambar 1.2 Kerangka konsep penelitian penmbuatan SMTA dan

SNTA, dan penggunaan selulosa mikrokristal dan

nanokristal dalam tablet natrium diklofenak ... 8

Gambar 2.1 Struktur selulosa ... 12

Gambar 2.2 Kumpulan rantai selulosa dalam mikrofibril yang

Membentuk dinding sel tanaman ... 14

Gambar 2.3 Difraktogram difraksi X-Ray dari selulosa dan selulosa

nanokristal linter …...………... 17

Gambar 2.4 Sintesis selulosa yang dipengaruhi oleh enzim pada

Populus trimula (L) …………..………. 19

Gambar 2.5 Gambar TEM dari selulosa nanokristal dari sisal ……... 25

Gambar 2.6 Tandan buah aren ... 32

Gambar 2.7 Struktur kimia Natrium Diklofenak …….…………... 38

Gambar 4.1 α-selulosa yang diperoleh dari tandan aren dan selulosa

mikrokristal dari tandan aren (SMTA) ...

69

Gambar 4.2 Spektrum inframerah dari Avicel PH 102 dan SMTA ... 72

Gambar 4.3 SEM dari SMTA dan Avicel PH 102 ... 73

Gambar 4.4 Difraktogram XRD dari SMTA dan Avicel PH 102 ... 74

(25)

PH 102 ... 77

Gambar 4.6 Pengaruh pemberian SMTA terhadap indeks massa

organ mencit ... 79

Gambar 4.7 Pengaruh pemberian SMTA terhadap jaringan ginjal

mencit kontrol, dengan dosis 2000 mg/kg bb, dan

dengan dosis 5000 mg/kg bb, dengan pewarnaan HE dan

perbesaran 10 x 40 ... 80 Gambar 4.8 Pengaruh pemberian SMTA terhadap jaringan hati

mencit kontrol, dengan dosis 2000 mg/kg bb, dan

dengan dosis 5000 mg/kg bb, dengan pewarnaan HE dan

perbesaran 10 x 40 ... 81

Gambar 4.9 Tablet SMTA dan Avicel PH 102 ... 83

Gambar 4.10 α-selulosa tandan aren dan SNTA ... 87

Gambar 4.11 Esterifikasi gugus hidroksil oleh ionsulfatdari

perlakuan asam sulfat terhadap selulosa ...

88

Gambar 4.12 Selulosa nanokristal dari tandan aren (perbesaran 20x),

sisal (perbesaran 200x),dan bambu (perbesaran 200x) ...

90

Gambar 4.13 Distribusi ukuran partikel SNTA setelah penggilingan

dengan HEM E3D selama 50 jam ...

91

Gambar 4.14 Spektrum inframerah dari Avicel, SMTA, dan SNTA... 92

Gambar 4.15 Difraktogram XRD dari Avicel PH 102, SMTA, dan

SNTA ... 93

Gambar 4.16 Termogram TGA dari Avicel PH 102, SMTA, dan

SNTA ... 95

(26)

SNTA, SMTA, dan Avicel PH 102 ... 99

Gambar 4.18 Profil disolusi tablet natrium diklofenak yang

diformulasi dengan Avicel PH 102 (F7), SMTA (F6),

SNTA (F5), dan Voltaren® dalam medium pH 6,8 ... 103

Gambar 4.19 Profil disolusi tablet natrium diklofenak yang

diformulasi dengan Avicel PH 102 (F7), SMTA

(F6), SNTA (F5), dan Voltaren® dalam medium

pH berganti ... 103

Gambar 4.20 Hubungan pelepasan natrium diklofenak terhadap waktu

dalam medium pH 6,8 ... 106

Gambar 4.21 Hubungan logaritma sisa natrium diklofenak terhadap

waktu dalam medium pH 6,8 ... 106

Gambar 4.22 Hubungan pelepasan natrium diklofenak terhadap akar

waktu dalam medium pH 6,8 ... 107

Gambar 4.23 Hubungan pelepasan natrium diklofenak terhadap waktu

dalam medium pH berganti ... 108

Gambar 4.24 Hubungan logaritma pelepasan natrium diklofenak

terhadap waktu dalam medium pH berganti ... 108

Gambar 4.25 Hubungan pelepasan natrium diklofenak terhadap akar

waktu dalam medium pH berganti ...

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman Aren ... 122

Lampiran 2 Sertifikat Analisis Bahan Baku Avicel PH 102 ... 123

Lampiran 3 Sertifikat Analisis Bahan BakuLactose Spray Dried .... 124

(28)

Lampiran 5 Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan ... 126

Lampiran 6 Kurva Absorpsi Natrium Diklofenak dalam Medium

pH 1,2 ... 127

Lampiran 7 Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak dalam Medium

pH 1,2 ... 128

Lampiran 8 Kurva Absorpsi Natrium Diklofenak dalam Medium

pH 6,8 ... 129

Lampiran 9 Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak dalam Medium

pH 6,8 ... 130

Lampiran 10 Perhitungan Rendemen SMTA ………...……….. 131

Lampiran 11 Perhitungan Derajat Polimerisasi ... 132

Lampiran 12 Data pH SMTA ... 134

Lampiran 13 Perhitungan Susut Pengeringan SMTA ... 135

Lampiran 14 Perhitungan Kadar Abu Total SMTA ... 136

Lampiran 15 Perhitungan Bobot Jenis Ruahan ... 137

Lampiran 16 Perhitungan Bobot Jenis Mampat ... 138

Lampiran 17 Perhitungan Indeks Hausner ….………. 139

Lampiran 18 Perhitungan Indeks Kompresibilitas ... 140

Lampiran 19 Perhitungan Porositas Serbuk ... 141

Lampiran 20 Perhitungan Kapasitas Hidrasi ... 142 Lampiran 21 Perhitungan Kapasitas Pengembangan ... 143

(29)

Lampiran 23 Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Formula F5 .... 145

Lampiran 24 Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Formula F6 .... 150

Lampiran 25 Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Formula F7 .... 155

Lampiran 26 Perhitungan Keseragaman Bobot ... 160

Lampiran 27 Perhitungan Friabilitas ... 163

Lampiran 28 Perhitungan Kekerasan Tablet ... 164

Lampiran 29 Data Waktu Hancur Tablet ... 165

Lampiran 30 Data Uji Pelepasan Obat In VitroMenggunakan

Dissolution Tester dalam Medium pH 6,8 ... 166

Lampiran 31 Data Uji Pelepasan Obat In VitroMenggunakan

Dissolution Tester dalam Medium pH Berganti ... 182

Lampiran 32 Uji ANOVA Profil Disolusi Natrium Diklofenak dari

Tablet F5, F6, F7, dan Voltaren® dalam Medium pH 6,8 198

Lampiran 33 Uji ANOVA Profil Disolusi Natrium Diklofenak dari

Tablet F5, F6, F7, dan Voltaren®dalam Medium pH

Berganti... 199

Lampiran 34 Potensial Zeta Natrium Diklofenak ... 200

Lampiran 35 Potensial Zeta SNTA ... 201

(30)
(31)

ABSTRAK

Selulosa adalah polisakarida yang berperan sebagai jaringan penopang pada tanaman termasuk tandan aren dan dapat diisolasi dan dibuat menjadi kristal. Selulosa mikrokristal merupakan eksipien yang paling sering digunakan dalam pembuatan tablet dengan metode cetak langsung. Selulosa mikrokristal selama ini masih diimpor sehingga harga sediaan farmasi menjadi mahal. Karena itu perlu diupayakan untuk menemukan bahan tambahan alternatif dari sumber yang lebih ekonomis. Untuk meningkatkan luas permukaan dan kristalinitas selulosa mikrokristal, maka dibuat selulosa nanokristal. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat, mengkarakterisasi selulosa mikrokristal dan nanokristal yang diperoleh dari tandan aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), dan menggunakannya sebagai eksipien pada tablet natrium diklofenak. Kemudian karakteristik fisik dan pengaruhnya pada sifat tablet dan pelepasan obat dari tablet cetak langsung dibandingkan dengan eksipien komersial (Avicel®).

Pada penelitian ini tandan buah aren digunakan sebagai sumber selulosa. Selulosa mikrokristal dibuat dari α-selulosa tandan aren melalui proses hidrolisis dengan asam klorida 2,5 N. Selulosa mikrokristal tandan aren (SMTA) yang diperoleh ditentukan sifat fisiknya menurut standar United State Pharmacopeia

32-National Formulary 27 (USP 32-NF 27). Selain itu ditentukan juga rendemen dari bahan awal, gugus fungsi, morfologi, struktur kristal, derajat kristalinitas, sifat alir, kapasitas pengembangan, hidrasi, serap lembab, dan toksisitas akut dari SMTA. Selulosa nanokristal dibuat dari α-selulosa tandan aren dengan cara hidrolisis dengan asam sulfat 54% dan dihomogenkan dengan pengaduk magnet selama 45 menit. Untuk menghilangkan sisa asam, suspensi disentrifugasi pada 10.000 rpm selama 15 menit. Endapan didialisis selama 48 jam dengan membran dialisis yang telah diaktivasi. Selulosa nanokristal tandan aren (SNTA) yang diperoleh dikarakterisasi gugus fungsi, morfologi, struktur selulosa,derajat kristalinitas, degradasi termal, sifat alir, dan kompresibilitas. Tablet dibuat dalam 7 formula (F1-F7) dengan menggunakan natrium diklofenak sebagai model obat. Evaluasi tablet, uji pelepasan obat, dan kinetika pelepasan obat dari tablet natrium diklofenak yang diformulasi dengan selulosa nanokristal dibandingkan terhadap tablet yang diformulasi dengan selulosa mikrokristal dan Avicel PH 102®, serta

tablet Voltaren® yang sudah beredar di pasaran dalam medium pH 6,8 dan pH

berganti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen SMTA dari tandan aren adalah 16-21,33% b/b. SMTA memiliki karakteristik fisik dengan bentuk yang tidak beraturan, permukaan yang tidak rata, dan memenuhi persyaratan USP 32-NF 27. Hasil uji fourier transform infra red (FTIR) menunjukkan spektrum yang sama dengan Avicel PH 102®. Ukuran partikel SMTA lebih besar dibandingkan

dengan Avicel PH 102®. Struktur kristal SMTA adalah selulosa II sedangkan

Avicel PH 102® adalah selulosa I. Sifat alir, kapasitas pengembangan, hidrasi, dan

serap lembab dari SMTA tidak berbeda signifikan dengan Avicel PH 102®. Uji

(32)

sferis dengan diameter 15-20 nm dan distribusi ukuran partikel berkisar 257,2-395,8 nm. Struktur kristal SNTA adalah selulosa II dengan derajat kristalinitas 97,57%. Berdasarkan analisis thermogravimetric analysis (TGA), degradasi SNTA terjadi pada suhu 173oC dengan meninggalkan residu massa padat 11,25%

pada 800oC. Sifat alir dan kompresibilitas SNTA adalah cukup baik dan dapat

digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat pada tablet. Konsentrasi SNTA yang dapat digunakan dalam formulasi tablet natrium diklofenak dengan metode cetak langsung adalah 10%. Tablet natrium diklofenak yang diformulasi dengan SNTA (F5) memiliki friabilitas yang lebih rendah, kekerasan yang lebih tinggi, dan waktu hancur yang lebih lambat dari yang diformulasi dengan SMTA (F6) dan Avicel PH 102® (F7) dengan nilai friabilitas untuk F5, F6, dan F7

berturut-turut 0,50%, 0,75%, dan 0,75%, kekerasan 7,98 kg, 7,21 kg, dan 7,15 kg. Waktu hancur dengan cakram, 16,30 menit, 5,48 menit, dan 5,40 menit, dan tanpa cakram 16,78 menit, 5,63 menit, dan 5,55 menit. Laju pelepasan obat dari tablet F5 lebih lambat dari tablet F6, F7, dan Voltaren®. Persentasepelepasan obat dari

tablet F5 adalah 95,22% setelah 240 menit dalam medium pH 6,8, sedangkan dalam medium pH berganti sebesar 93,82% dalam waktu 300 menit. Hasil analisis statistik dengan metode Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan menggunakan

Tukey test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada persen pelepasan obat dari uji disolusi antara formula F5, F6, F7, dan Voltaren® dalam medium pH

6,8 dan pH berganti (p ≤ 0,05). Kinetika pelepasan obat dari tablet F5 dalam medium pH 6,8 adalah order 1 dan Higuchi, dan dalam medium pH berganti adalah kinetika pelepasan Higuchi.

SMTA memiliki karakteristik dan sifat alir yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat, dan penghancur dalam pembuatan tablet cetak langsung. SNTA dapat digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat pada tablet dengan memberikan pelepasan obat yang diperlambat.

Kata kunci: tandan buah aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), selulosa mikrokristal, selulosa nanokristal, karakterisasi, eksipien tablet,

(33)

ABSTRACT

Cellulose is a polysaccharide that occurs as the supporting tissue of the plant including in the fruit bunch and can be isolated and crystallized. Microcrystalline cellulose (MCC) is the most common form of cellulose used in the preparation of tablet by direct compression method. MCC is still imported that makes the production cost of pharmaceutical dosage form is expensive. Therefore it is necessary to find alternative excipients from the more economical sources. To increase the surface area and the crystallinity of the MCC, nanocrystalline cellulose then be made. The objective of this study was to prepare, characterize MCC and nanocrystalline cellulose (NCC) obtained from sugar palm fruit bunches (SPFB) (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), and use it as an excipient in diclofenac sodium tablet. Physical characteristics and influence on tablet properties and drug release from tablets by direct compression were then compared to those of commercial excipient (Avicel®).

In this study, SPFB was used as source of cellulose. MCC was prepared from α-cellulose of SPFB by hydrolysis using 2.5 N hydrochloric acid solution. The physical properties of MCC of SPFB was determined in accordance with the standards of the United State Pharmacopeia National Formulary 27 (USP 32-NF 27). In addition,the yield of the starting material, functional groups, morphology, crystalline structure, degree of crystallinity, flow properties, capacity swelling, hydration, moisture, and acute toxicity of the MCC were also determined. NCC was isolated from α-cellulose of SPFB by hydrolysis method using 54% sulfuric acid solution and homogenized by magnetic stirrer for 45 minutes. To remove residual acid, the milky suspension was centrifuged at 10,000 rpm for 15 minutes. The precipitate was dialyzed for 48 hours with an activated dialysis membrane. Characterization of NCC included functional group, morphology, crystalline structure, degree of crystallinity, thermal degradation, flow property, and compressibility. Tabletswere prepared in 7 formulas (F1-F7) using diclofenac sodium as a model drug. Evaluation, dissolution test, and drug release kinetic of diclofenac sodium tablets that prepared with NCC of SPFB were compared to tablets formulated with the MCC of SPFB and Avicel PH 102®, as

well as the commercially available Voltaren® tablets in the medium of pH 6.8 and

pH changed.

The results showed thatthe yield of MCC from the starting material SPFB were 16 to 21.33% w/w. MCC hasphysical characteristics with irregular in shapes, uneven surfaces, and fulfilled the requirement of USP 32-NF 27. Fourier transform infra red (FTIR) spectra indicated that MCC and Avicel PH 102®

exhibited similar spectra. Particle size of MCC from SPB were larger than Avicel PH 102®. The structure of MCC crystals from SPB was cellulose II whereas

Avicel PH 102® was cellulose I. Flow properties, swelling capacity, hydration, and

moisture absorption of the MCC showed no significant difference from the Avicel PH 102®. The cytotoxicity test of MCC at concentration of 2000 and 5000 mg/kg

(34)

distribution ranging from 257.2 to 395.8 nm. The structure of NCC crystals was cellulose II with a degree of crystallinity 97.57%. Based on thermogravimetric analysis (TGA), the degradation of NCCs occured at a temperature of 173oC

leaving a mass of solid residue 11.25% at 800oC. Flow property and

compressibility of NCC were good and therefore can be used as a filler and a binder in the preparation of tablet. Concentration of NCC that can be used in the formulation of diclofenac sodium tablets by direct compression method was 10%. Diclofenac sodium tablets were formulated with NCC (F5) had lower friability, higher hardness, and slower disintegration time than that formulated with MCC (F6) and Avicel PH102 (F7) with the value of friability of F5, F6, and F7 0.50%, 0.75%, and 0.75%, respectively, hardness 7.98 kg, 7.21 kg, and 7.15 kg, respectively, disintegration time with a disc method 16.30 min, 5.48 min, and 5.40 min, and without a disc 16.78 min, 5.63 min, and 5.55 min, respectively. The drug release rate of F5 tablet was slower than F6, F7, and Voltaren® tablets. Percentage

of drug release in diclofenac sodium tablets made using NCC was 95.22% after 240 minutes in pH 6.8 medium, whereas in pH changed medium was 93.82% within 300 minutes. Statistical analysis by ANOVA method with 95% confidence level and using Tukey test showed a significant difference in the percentage drug release from dissolution test between formulas F5, F6, F7, and Voltaren® in pH 6.8

and pH changed medium (p ≤ 0.05). Drug release kinetic of F5 tablet in pH 6.8 medium was first order and Higuchi, and in pH changed medium was Higuchi.

MCC of SPB has characteristics and good flow properties that can be used as filler, binder, and disintegrant in the preparation of tablet by direct compression method. NCC of SPB can be used as filler and binder in slow release tablet.

(35)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selulosa merupakan salah satu polimer yang dapat diperbaharui. Selulosa

telah digunakan dalam bentuk serat atau turunannya selama sekitar 150 tahun

sebagai bahan baku kimia (Habibi, dkk., 2010). Selulosa merupakan suatu

makromolekul rantai tidak bercabang dari unit-unit anhidroglukopiranosayang

tersambung dengan ikatan β-1,4-glikosida. Setiap unit anhidroglukopiranosa

memiliki tiga gugus hidroksil. Serat selulosa terdapat pada dinding sel semua

tanaman.Senyawa ini juga dijumpai dalam plankton bersel satu atau alga di

lautan, juga pada jamur dan bakteri (Potthast, dkk., 2006; Zugenmaier, 2008).

Turunan selulosa telah digunakan secara luas sebagai bahan tambahan

(eksipien) dalam sediaan farmasetik, seperti etil selulosa, metil selulosa,

karboksimetil selulosa, dan hidroksipropil metil selulosa dalam bentuk sediaan

oral, topikal, dan injeksi. Penggunaan berbagai bentuk selulosa dalam sediaan

farmasi disebabkan sifatnya yang inert dan biokompatibel pada manusia (Bravo,

dkk., 2010; Jackson, dkk., 2011).

Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam larutan NaOH

17,5%, selulosa dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu α, β, dan γ-selulosa.

α-selulosa merupakan selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH

17,5% dan 9,45% dengan DP 600-1500. α-selulosa adalah penentu sifat

kemurnian selulosa. β-selulosa adalah selulosa berantai pendek, larut dalam

(36)

γ-selulosa ialah sama dengan β-γ-selulosa, tetapi DP kurang dari 15 (BSN, 2009;

Sumada, dkk., 2011).

Selulosa mikrokristal merupakan hasil dari hidrolisis α-selulosa dengan

larutan asam encer (Rowe, dkk., 2009). Ini adalah bentuk selulosa yang banyak

digunakan dalam tablet, karena ia dapat digunakan sebagai bahan pengisi,

pengikat, dan penghancur (Soekemi, dkk., 1987; Gohel dan Jogani, 2005; Rowe,

dkk., 2009). Oleh karena itu, selulosa mikrokristal dianggap sebagai bahan

tambahan terbaik dalam pembuatan tablet cetak langsung (Bhimte dan Tayade,

2007; Bushra,dkk., 2008). Beberapa sumber alam telah digunakan untuk

menghasilkan selulosa mikrokristal, seperti serat rami(Bhimte dan Tayade, 2007),

rambut biji Cochlospermum planchonii(Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005a),

ampas tebu, jerami (Ilindra dan Dhake, 2008), dan lenan (Leppanen,dkk., 2009).

Selulosa mikrokristal yang telah beredar di pasaran dan banyak digunakan adalah

dengan nama dagang Avicel.

Avicel berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan penghancur, dan

memiliki sifat bebas mengalir, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan

tablet cetak langsung. Penggunaan Avicel pada tablet cetak langsung baik sebagai

pengisi maupun penghancur memberikan waktu hancur dan pelepasan obat dalam

waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan Avicel mempercepat penetrasi medium

ke dalam tablet (Bhimte dan Tayade, 2007). Avicel merupakan bahan tambahan

yang harganya relatif mahal, padahal penggunaannyamenyusun sebagian besar

dari komponen tablet (50-80%). Ini merupakan salah satu faktor yang

(37)

Penggunaan selulosa dalam formulasi tidak terlibat langsung dalam

pengendalian pelepasan obat melalui interaksinya dengan obat. Walaupun selulosa

mikrokristal memiliki muatan sedikit agak negatif pada permukaan akibat adanya

residu hidroksil, namun muatan ini terbatas pada luas permukaan yang kecil pada

massa yang besar sehingga tidak dapat berikatan dengan sejumlah obat (Jackson,

dkk., 2011).

Beberapa tahun belakangan ini selulosa dikembangkan dalam bentuk

nanokristal, yang memiliki ukuran sekitar 0,2-100 nm (Gardner, 2008). Selulosa

nanokristal merupakan bahan penguat nanokomposit selulosa nanokristal-alginat

dengan densitas rendah (1,6 g/ml) dan kekuatan mekanik tinggi (10 GPa). Bahan

ini juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan perangkat biomedis, implan, tekstil

(Benavides, 2011), aditif pada makanan dan kosmetik (Boluk, 2010), dan

penyampaian obat dalam bentuk liposom, misel, mikrogel, dan pembawa dalam

targetted delivery system (Peng, dkk., 2011).

Selulosa nanokristal dibuat dari serat selulosa atau dari selulosa

mikrokristal dengan tahapan hidrolisis asam, sentrifus, dialisis, dan ultrasonikasi

(Oksman dan Mathew, 2007; Jackson, dkk., 2011) atau homogenisasi dengan

tekanan tinggi (Liu, dkk., 2010). Pada tahap hidrolisis sebagaimana diilustrasikan

pada Gambar 1.1, terjadi perubahan struktur selulosa dengan penghilangan bagian

amorf, sehingga yang tinggal hanya bagian kristal dari selulosa. Proses ini

menghasilkan selulosa dalam bentuk batang, kristal, dan berdimensi nanometer

(38)

Bagian kristal Hidrolisis asam Bagian amorf

nanokrstal

Gambar 1.1. Skema tahapan hidrolisis selulosa

Selulosa nanokristal mempunyai rasio luas permukaan dan volume yang

sangat besar (Habibi, dkk., 2010; Liu, dkk., 2010). Luas permukaan yang sangat

besar ini merupakan suatu keuntungan dari selulosa nanokristal yaitu

memungkinkan untuk lebih banyak obat dapat berinteraksi pada permukaannya.

Jackson, dkk. (2011)telah meneliti ikatan dan mekanisme pelepasan beberapa

bahan obat yang menggunakan selulosa nanokristal eksipien. Hasil yang diperoleh

adalah tetrasiklin dan doksorubisin yang sifatnya terionisasi memiliki pelepasan

yang cepat dalam periode 1 hari, sedangkan pelepasan dosetaksel, paklitaksel,

dan etoposida dari selulosa nanokristal yang dimodifikasi permukaannya dengan

setil trimetilamonium bromida (CTAB) pelepasan obatnya terkendali dalam

periode lebih dari 2 hari. Keberadaan gugus-gugus hidroksil pada permukaan

selulosa nanokristal juga memungkinkan derivatisasi selulosa dengan bahan kimia

tertentu. Villanova, dkk. (2011) telah memodifikasi selulosa nanokristal dengan

beberapa akrilat yang kemudian digunakan sebagai eksipien untuk mendapatkan

pelepasan terkendali dari tablet propanolol HCl. Selulosa yang memiliki

kristalinitas yang lebih tinggi akan membuat tablet menjadi lebih kompak dan

keras (Suzuki dan Nakagami, 1999) dan akan mengurangi kemampuan untuk

(39)

Tandan buah tanaman Palmae umumnya memiliki kandungan serat yang

tinggi disamping zat-zat lainnya. Seperti pada tandan kosong sawit yang memiliki

kadar serat tinggi pada bagian pangkal dan ujungnya yang keras dan kaku, yaitu

72,67% pada bagian pangkal dan 62,47% pada bagian ujungnya (Darnoko, 1995).

Tidak seperti pada tongkol jagung yang kandungan seratnya hanya 34,02%

(Darliah, 2008). Serat atau selulosa terdiri dari kristal dan amorf. Bagian kristal

dari selulosa menyebabkan serat menjadi keras dan kaku (Darnoko, 1995).

Telah dilaporkan oleh Ohwoavworhua dan Adelakun (2005b) bahwa

α-selulosa diisolasi dari tongkol jagung dan diperoleh rendemen α-α-selulosa

sebanyak 81,23%. Selanjutnya Ohwoavworhua dan Adelakun (2005ba)

menghidrolisis α-selulosa dari rambut biji Cochlospermum planchonii (Bixaceae)

dan dihasilkan selulosa mikrokristal sebanyak 21% dari bahan awal.

Arenga pinnata (Wurmb) Merr., sinonim Arenga saccharifera Labill.,

family Arecaceae (Palmae), disebut juga aren atau enau banyak didapati di

seluruh Nusantara pada ketinggian hingga sekitar 1220 m di atas permukaan laut.

Pohon inibanyak tumbuh di alam liar dan tidak jarang pula dibudidayakan

(Heyne, 1987). Menurut data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perkebunan

(Ditjenbun) tahun 2003 total luas yang telah ditanami tanaman aren di seluruh

Indonesia mencapai 60.482 ha (Rumokoi, 2004). Sejak tahun 2007, Presiden telah

mencanangkan program nasional penanaman aren di wilayah Indonesia dengan

anggaran biaya Rp 60 miliar. Luas lahan potensial yang dapat digarap untuk lahan

aren diperkirakan sekitar 65.000 ha yang tersebar di wilayah Sulawesi Utara,

Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa

(40)

Pohon aren memiliki banyak kegunaan untuk kehidupan manusia, seperti

nira yang dihasilkan dalam bentuk cairan manis dan biji buah aren yang dapat

dijadikan makanan yang biasa disebut kolang-kaling (Florido dan De Mesa,

2003). Pada industri kolang-kaling, terdapat limbah padat berupa tandan dan kulit

buah aren. Tandan yang telah diambil buahnya untuk diolah menjadi kolang

kaling hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Tandan aren diharapkan juga

memiliki kadar serat tinggi, seperti halnya tandan buah sawit (kandungan serat

62-72%). Komponen senyawa kimia yang terdapat pada limbah tandan aren adalah

27,74% lignin, 68,11% holoselulosa, 33,79% α-selulosa, 11,10% kadar air, dan

1,80% ekstraktif (Sumaiyah, dkk., 2013).

Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) tidak

selektif yang berfungsi sebagai analgetik, antipiretik, dan antiradang. Obat ini

praktis tidak larut dalam larutan asam (pKa = 4,0), tetapi larut dalam cairan usus

dan air (Bravo, dkk., 2002). Natrium diklofenak jika digunakan dalam waktu yang

lama dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna, mulai dari dispepsia

sampai perdarahan (Mycek, dkk., 2001). Kerusakan lambung oleh obat ini yang

digunakan secara oral akibat dari cara kerjanya yang menghambat enzim

cyclo-oxygenase (COX)-1 untuk perlindungan mukosa lambung dan COX-2 untuk

peradangan (Tjay dan Kirana, 2002).

Selulosa mikrokristal yang digunakan selama ini masih diimpor dari luar

negeri sehingga harga selulosa mikrokristal dan produk jadi relatif mahal. Untuk

mengatasi hal ini, maka peneliti berminat untuk mencari alternatif bahan

tambahan untuk formulasi cetak langsung dari sumber yang lebih ekonomis.

(41)

permukaannya, maka α-selulosa dipreparasi menjadi selulosa nanokristal.

Selulosa mikrokristal dan nanokristal yang diperoleh akan dikarakterisasi dan

digunakan sebagai eksipien pada tablet natrium diklofenak.

Pada penelitian ini tandan aren yang selama ini menjadi limbah dari

industri kolang-kaling akan dimanfaatkan untuk menghasilkan selulosa yang

berguna dalam bidang farmasi. Selulosa dari tandan aren diolah menjadi selulosa

mikrokristal dan nanokristal. Pembuatan selulosa mikrokristal yaitu dengan cara

menghidrolisis α-selulosa tandan aren dengan asam hidroklorida encer. Selulosa

mikrokristal tandan aren (SMTA) yang diperoleh dikarakterisasi dan diaplikasikan

sebagai eksipien pada tablet natrium diklofenak yang dibuat secara cetak

langsung. Karakteristik SMTA yang ditentukan adalah sesuai dengan United State

Pharmacopeia 32-National Formulary 27 (USP 32-NF 27), yaitu organoleptis,

derajat polimerisasi, pH, morfologi, ukuran partikel, berat jenis, kadar abu, logam

berat, susut pengeringan, mikroba, indeks kompresibilitas, porositas, gugus

fungsi, struktur kristal, sifat alir, kompresibilitas, dan toksisitas akut. Nanokristal

selulosa dibuat dengan cara menghidrolisis α-selulosa tandan aren dengan asam

sulfat, dilanjutkan dengan sentrifugasi, dialisis, ultrasonikasi, dan evaporasi.

Setelah itu akan ditentukan karakteristik selulosa nanokristal tandan aren (SNTA)

yang meliputi morfologi, ukuran partikel, gugus fungsi, struktur kristal,

temperatur degradasi, sifat alir, dan kompresibilitas. Karakteristik selulosa

mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren ini akan dibandingkan dengan Avicel

yang merupakan selulosa mikrokristal yang tersedia di pasar. Selanjutnya SMTA

(42)

SMTA: Organolepis, derajat polimerisasi, pH, morfologi, ukuran parikel, berat jenis, kadar abu, logam berat, susut pengeringan, mikroba, indeks kompresibilitas,

SNTA: Morfologi, ukuran parikel, gugus fungsi, struktur kristal, temperatur degradasi, sifat alir, dan

α-selulosa

Tandan aren Karakterisik

Keseragaman sediaan, keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas, waktu hancur

Disolusi Formulasi tablet natrium diklofenak

% pelepasan obat

Sifat isik tablet

keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas, waktu hancur tablet, dan % pelepasan

obat yang terlepas dari tablet.

1.2 Kerangka Konsep Penelitian

a. Pembuatan SMTA dan SNTA

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

(a)

b. Penggunaan selulosa mikrokristal dan nanokristal dalam tablet natrium

diklofenak

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

(b)

(43)

Gambar 1.2. Kerangka konsep penelitian (a) pembuatan SMTA dan SNTA, dan (b) penggunaan selulosa mikrokristal dan nanokristal dalam tablet natrium diklofenak

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. bagaimana metode preparasi yang optimum dapat menghasilkan selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren?

2. bagaimana karakteristik selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren?

3. apakah selulosa mikrokristal dari tandan aren dapat digunakan sebagai eksipien tablet cetak langsung?

4. bagaimana peranan selulosa nanokristal terhadap pelepasan natrium diklofenak dari tablet?

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. metode preparasi yang optimum dapat menghasilkan selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan aren

2. selulosa mikrokristal dari tandan aren memiliki karakteristik yang menyamai Avicel PH 102 dan karakteristik selulosa nanokristal tandan aren

berbeda dari selulosa mikrokristal tandan aren dan Avicel

3. selulosa mikrokristal dari tandan aren dapat digunakan sebagai eksipien tablet cetak langsung

(44)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. menghasilkan selulosa mikrokristal dan nanokristal dari tandan arendengan metode preparasi yang optimum

2. mengetahui karakteristik selulosa mikrokristal dan nanokristaldari tandan aren dan membandingkannya dengan Avicel PH 102

3. mengetahui selulosa mikrokristal dari tandan aren dapat digunakan sebagai eksipien tablet cetak langsung

4. mengetahui peranan selulosa nanokristal terhadap pelepasan natrium diklofenak dari tablet

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk menyediakan dan mengkarakterisasi

SMTA dan SNTA, juga untuk memanfaatkan limbah tandan aren menjadi produk

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Selulosa

2.1.1 Struktur Selulosa

Selulosa merupakan salah satu polimer yang tersedia melimpah di alam.

Produksi selulosa sekitar 100 milyar ton setiap tahunnya. Sebagian dihasilkan

dalam bentuk selulosa murni seperti yang terdapat dalam rambut biji tanaman

kapas.Namun paling banyak adalah yang berkombinasi dengan lignin dan

polisakarida lain seperti hemiselulosa dalam dinding sel tumbuhan berkayu, baik

pada kayu lunak dan keras, jerami atau bambu. Selain itu selulosa juga dihasilkan

oleh bakteri Acetobacter xylinum secara ekstraseluler (Klemm, dkk., 1998a).

Senyawa ini juga dijumpai dalam plankton bersel satu atau alga di lautan, juga

pada jamur dan bakteri (Potthast, dkk., 2006; Zugenmaier, 2008).Sebagai bahan

baku kimia, selulosa telah digunakan dalam bentuk serat atau turunannya selama

sekitar 150 tahun (Habibi, dkk., 2010).

Selulosa pertama kali dijelaskan oleh Anselme Payen pada 1838 sebagai

serat padat yang tahan dan tersisa setelah pemurnian jaringan tanaman dengan

asam dan amonia (Brown dan Saxena, 2007). Payen mengamati bahwa bahan

yang telah dimurnikan mengandung satu jenis senyawa kimia yang seragam, yaitu

(46)

β-1,4-glikosida

juga mengatakan bahwa selulosa adalah isomer dari bahan penyusun pati

(Zugenmaier, 2008).

Selulosa tersusun dari unit-unit anhidroglukopiranosa yang tersambung

dengan ikatan β-1,4-glikosidik membentuk suatu rantai makromolekul tidak

bercabang. Setiap unit anhidroglukopiranosa memiliki tiga gugus hidroksil

(Potthast, dkk., 2006; Zugenmaier, 2008), seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.

Selulosa mempunyai rumus empirik (C6H10 O5)n dengan n ~ 1500 dan berat

molekul ~ 243.000 (Rowe, dkk., 2009).

Gambar 2.1. Struktur selulosa (Zugenmaier, 2008)

Untuk mendapatkan sifat fisik dan kimia yang lebih baik dan memperluas

aplikasinya, selulosa dibuat dalam berbagai turunannya diantaranya turunan ester

dan eter. Ester selulosa banyak digunakan sebagai serat dan plastik, sedangkan

eter selulosa sebagai pengikat dan bahan tambahan untuk mortir khusus atau

kimia khusus untuk bangunan dan konstruksi juga stabilisator viskositas pada cat,

makanan, produk farmasetik, dan lain-lain. Selulosa juga merupakan bahan dasar

dalam pembuatan kertas. Seratnya mempunyai kekuatan dan durabilitas yang

(47)

juga higroskopis. Bahkan dalam keadaan basah, serat selulosa alami tidak

kehilangan kekuatannya (Zugenmaier, 2008).

Turunan selulosa telah digunakan secara luas dalam sediaan farmasi

seperti etil selulosa, metil selulosa, karboksimetil selulosa, dan dalam bentuk

lainnya yang digunakan dalam sediaan oral, topikal, dan injeksi. Sebagai contoh,

karboksimetil selulosa merupakan bahan utama dari SeprafilmTM, yang digunakan

untuk mencegah adesi setelah pembedahan. Baru-baru ini, penggunaan selulosa

mikrokristal dalam emulsi dan formulasi injeksi semipadat telah dijelaskan.

Penggunaan bentuk-bentuk selulosa dalam sediaan disebabkan sifatnya yang inert

dan biokompatibilitas yang sangat baik pada manusia (Jackson, dkk., 2011).

2.1.2 Sifat Fisika Kimia

Bahan berbasis selulosa sering digunakan karena memiliki sifat mekanik

yang baik seperti kekuatan dan modulus regang yang tinggi, kemurnian tinggi,

kapasitas mengikat air tinggi, dan struktur jaringan yang sangat baik (Gea, dkk.,

2011). Pada Gambar 2.2 dapat dilihat lapisan-lapisan dinding sel kayu dan

selulosa mikrofibril. Dinding sel kayu dibagi dalam beberapa lapisan yaitu lamela

tengah (LT), dinding sel primer (P), dan dinding sel sekunder (S) (dinding

sekunder terbagi dalam lapisanS1, S2, dan S3). Lapisan-lapisan ini mempunyai

struktur dan komposisi kimia yang berbeda.

Selulosa merupakan polimer yang relatif stabil dikarenakan adanya ikatan

hidrogen. Selulosa tidak larut dalam pelarut air dan tidak memiliki titik leleh.

Serat selulosa juga memiliki fleksibilitas dan elastisitas yang baik sehingga dapat

mempertahankan aspect ratio (perbandingan panjang terhadap diameter (P/d))

(48)

Serat selulosa dalam dinding sel tanaman

Sel tanaman

Dinding sel

Serat

Mikroserat

Monomer-monomer glukosa Rantai selulosa

S S1

S2 S3

P LT

keuntungan seperti: densitas rendah, sumber yang dapat diperbaharui,

biodegradable, mengurangi emisi karbondioksida di alam, kekuatan dan modulus

yang tinggi, permukaan yang relatif reaktif sehingga dapat digunakan untuk

grafting beberapa gugus kimia, dan harga yang murah (Frone, dkk., 2011).

Gambar 2.2. Kumpulan rantai selulosa dalam mikrofibril yang membentuk dinding sel tanaman (Modifikasi dari Djerbi, 2005).

2.1.3 Sumber Selulosa

Selulosa diisolasi dari dinding sel tanaman, bahan berkayu, rambut biji,

kulit pohon, dan tanaman laut. Serat kapas mengandung 95% selulosa, sedangkan

kayu 40-50% selulosa (Tabel 2.1). Jumlah selulosa dalam serat bervariasi menurut

sumbernya dan biasanya berkaitan dengan bahan-bahan seperti air, lilin, pektin,

protein, lignin dan substansi-substansi mineral. Selulosa yang diperoleh dari kayu

memerlukan proses yang panjang untuk menghilangkan hemiselulosa dan lignin

(49)

seperti tongkol jagung (Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005b), rambut biji dari

Cochlospermum planchonii (Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005a), ampas tebu

(Sun, dkk., 2004), jerami (Ilindra dan Dhake, 2008), lenan (Leppanen,dkk., 2009).

(50)

secara mekanis. Secara kimia proses pulping dapat dilakukan dengan proses sulfit,

basa, dan sulfat untuk melarutkan lignin dan hemiselulosa, dan meninggalkan

senyawa selulosa sebagai bentuk padatan. Proses sulfit menggunakan campuran

asam sulfit (H2SO3) dan ion bisulfit (HSO3-) untuk melarutkan lignin sebagai asam

lignosulfonat yang dapat larut dalam larutan pemasak. Pada proses basa kayu

dimasak dengan larutan NaOH. Proses sulfat (Kraft) menggunakan larutan NaOH

dan Na2S. Penggunaan kedua bahan ini akan meningkatkan delignifikasi dan

kekuatan pulp (Klemm, dkk., 1998a). Metode lain yang dapat digunakan untuk

delignifikasi adalah dengan metode ledakan uap (steam explosion). Pada metode

ini potongan kayu akan diberikan tekanan dan suhu yang tinggi dengan

menggunakan autoklaf (Othmer, 1993).

Sumber lain selulosa adalah hasil biosintesis selulosa oleh

mikroorganismeseperti bakteri, alga, dan jamur. Alga dan jamur menghasilkan

selulosa melalui sintesis in vitro secara enzimatik dari selobiosil fluorida, dan

kemosintesis dari glukosa dengan pembukaan cincin polimerisasi turunan benzil

dan pivaloyl. Dari ketiga mikroorganisme tersebut, hanya spesies Acetobacter

xylinum yang diketahui dapat menghasilkan selulosa dalam jumlah besar. Sumber

selulosa lain adalah dari hewan, yang disebut tunicin atau selulosa hewan karena

diperoleh dari organisme bahari tertentu dari kelas Tunicata (Gea, 2010).

2.1.4 Struktur Kristal dari Selulosa

Selulosa terdiri dari dua bagian yaitu amorf dan kristal. Selulosa dapat

ditemukan dalam bentuk mikrofibril kristalin selulosa I, II, III, dan IV. Fraksi

(51)

struktur selulosa bisa dilakukan dengan difraksi X-Ray, NMR, dan FTIR

(Klemm, dkk., 1998a; Gea, 2010).

Selulosa I merupakan bentuk asli selulosa yang terdiri dari dua kristal

allomorf, yaitu Iα dan Iβ. Berdasarkan pengujian difraksi elektron selulosa

Iαmemiliki satu unit sel triklinik, sedangkan selulosa Iβ memiliki dua unit sel

monoklinik, keduanya tersusun dalam satu susunan rantai paralel, dengan rasio

berbeda dalam satu serat, tergantung pada asalnya. Selulosa Iα banyak terdapat

pada selulosa bakteri dan valonia, sedangkan Iβ pada selulosa kapas atau kayu

(Klemm, dkk., 1998a).

Selain selulosa I, terdapat selulosa II yang terbentuk dengan pengendapan

selulosa dari larutan ke dalam medium air pada suhu kamar atau sedikit lebih

tinggi dari suhu kamar pada proses pemintalan serat selulosa buatan manusia

secara teknis. Selulosa II ini juga diperoleh dari proses merserisasi kapas, yang

terjadi melalui pembentukan natrium selulosa melalui interaksi polimer dengan

cairan natrium hidroksida dan peruraian dengan netralisasi atau penghilangan

natrium hidroksida. Proses transformasi dari selulosa I menjadi selulosa II

biasanya irreversible, walaupun ada yang menyatakan bahwa natrium selulosa

dapat diretransformasi sebagian menjadi selulosa I. Sistem ikatan hidrogen

selulosa II lebih rumit daripada selulosa I dan menghasilkan densitas tautan silang

(52)

Gambar 2.3. Difraktogram difraksi X-Ray dari selulosa dan selulosa nanokristal linter (Li, dkk., 2003).

Li, dkk. (2003) melakukan kondensasi selulosa alam (linter) yang

memiliki struktur kristal I dengan NaOH 18% dan menghasilkan struktur kristal

baru, yaitu struktur kristal II. Perlakuan terhadap selulosa nanokristal

(nanocrystalline cellulose, NCC) dengan struktur kristal I menggunakan NaOH

4% juga menghasilkan NCC dengan struktur kristal II. Struktur kristal selulosa

dan NCC dari penelitian Li, dkk. (2003) ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Struktur selulosa III dan IV diturunkan dari selulosa I atau II, disebut

dengan selulosa IIII, IVI, dan IIIII dan IVII. Selulosa III diperoleh dari perlakuan

selulosa I atau II dengan cairan amoniak dibawah -30 oC dan rekristalisasi sampel

dengan evaporasi amoniak (Klemm, dkk., 1998a).

2.1.5 Biosintesis

Selulosa terdapat pada semua dinding sel tumbuhan. Tumbuhan darat

seperti pohon hutan dan kapas menyintesis selulosa dari glukosa, yang dihasilkan

dalam sel tanaman dengan cara fotosintesis. Senyawa ini juga dijumpai dalam

(53)

α-glukosa-6-P

Ada 3 (tiga) cara sintesis selulosa adalah sebagai berikut:

1. Biosintesis dalam organisme hidup

2. Sintesis enzimatik in vitro

3. Sintesis kimia dengan polimerisasi dari monomer yang sesuai (Klemm, dkk., 1998b).

Biosintesis selulosa merupakan proses yang sangat kompleks, tidak hanya

pada pembentukan rantai β-1,4-glukan, tetapi juga pada penetapan susunan

supramolekuler dan serat dalam polimer padat yang terbentuk. Mekanisme

pembentukan selulosa dianggap berbeda pada tumbuhan tinggi dan bakteri atau

alga. Biosintesis selulosa pada tumbuhan tinggi dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Proses biosintesis diawali dengan konversi β-fruktosa-6-P menjadi

α-glukosa-6-fosfat oleh enzim glukosa-6-α-glukosa-6-fosfat isomerase, kemudian menjadi α-glukosa-1-P

oleh enzim fosfoglukomutase. α-glukosa-1-P diubah menjadi UDP (uridin

difosfatase)-glukosa oleh UTP (uridin trifosfatase)-glukosa-1-fosfat uridil

transferase. Dengan bantuan enzim selulosa sintase UDP-glukosa diubah menjadi

selulosa. Selain dari fruktosa, selulosa juga bisa dihasilkan dari sukrosa. Enzim

sukrosa sintase akan mengubah sukrosa menjadi UDP-glukosa, selanjutnya

Gambar

Gambar 1.1. Skema tahapan hidrolisis selulosa
Gambar 2.1. Struktur selulosa (Zugenmaier, 2008)
Gambar 2.2. Kumpulan     rantai   selulosa   dalam   mikrofibril  yang  membentukdinding sel tanaman (Modifikasi dari Djerbi, 2005).
Tabel 2.1. Senyawa kimia yang terdapat dalam beberapa bahan yang  mengandungselulosa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Pemeriksaan Kandungan

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Penetapan Kadar

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Karakterisasi Simplisia dan

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul :“ANALISIS CEMARAN TIMBAL,

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian yang dilakukan adalah

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Penetapan Kadar Protein dan

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Karakterisasi Simplisia

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Pengaruh Penambahan