• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia sekarang ini berkembang pesat. Hal ini begitu nampak dalam perubahan pendidikan saat ini, adanya suatu bentuk kurikulum yang berubah-ubah. Berubahnya sistem kurikulum di Indonesia bukan hanya asal-asalan saja, pastinya ada suatu pembenahan dan penyempurnaan dari sistem kurikulum sebelumnya, ada suatu profesionalisme yang dituntut pada guru agar kemampuan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Akhir-akhir ini telah diwacanakan adanya penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Di dalamnya ada suatu sistem pembelajaran yang berkembang dari sistem yang sebelumnya. Kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Pada lampiran IV peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, menyebutkan bahwa tujuan kurikulum 2013

yaitu untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. Dari peraturan menteri tersebut telah ditetapkan bahwa pendidik dalam hal ini guru harus bisa membangkitkan minat, motivasi serta semangat dalam belajar para siswa terutama pada saat di kelas, guru dalam hal ini harus bisa berperan untuk membangkitkan ketertarikan siswa-siswinya saat pembelajaran di kelas.

Pembelajaran menurut UU No 20/2003 tentang SPN pasal 1 butir 20 adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik supaya dapat mengembangkan potensi dirinya melalui sumber belajar dan situasi lingkungan yang baik, demi menunjang optimalnya kegiatan pembelajaran. Supaya dapat mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Pada poin yang ke tiga dan kelima disebutkan bahwa pendidik harus mampu menciptakan kondisi yang

menyenangkan serta dapat menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan. Hal itu jelas dikatakan bahwa pendidik harus mampu menciptakan suatu suasana yang mendukung untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang bisa diterima oleh peserta didik.

Permendikbud No 81 A tahun 2013 mengatakan bahwa proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik. Guru harus mampu memberikan stimulus kepada peserta didiknya melalui kondisi lingkungan yang tenang dan nyaman. Kondisi ini dapat berupa kenyamanan diri (internal) yang banyak didukung oleh adanya faktor dari luar misalnya cuaca yang sejuk, cahaya yang cukup, dan suara-suara yang harmonis.

Pembelajaran yang dilakukan di dunia pendidikan terutama di sekolah tak cukup hanya pembelajaran dalam bidang akademik saja namun juga dalam bidang non akademik yang berkaitan dengan pembentukan karakter dan kepribadian siswa. Tugas ini merupakan ranah dari pada bimbingan dan konseling, karena dalam bimbingan dan konseling itu sendiri ada suatu pembelajaran di dalamnya. Fauzi (2013) mengatakan bahwa pelayanan BK

perlu lebih difokuskan sehingga benar-benar mampu menunjang pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Dalam hal ini, bahwa konsep pelayanan BK benar-benar sepenuhnya berada dalam wilayah pendidikan. Konsepsi ini semakin diperkuat khususnya dalam rangka menyukseskan kurikulum 2013 yang lebih memberdayakan upaya pendidikan melalui proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik dalam berdinamika berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang penting dan tidak bisa terlepas dari dunia pendidikan. Layanan bimbingan diharapkan memiliki strategi khusus dalam penyampaiannya, supaya layanan yang diberikan kepada siswa bisa tersalurkan secara optimal. Layanan yang dimaksudkan adalah jenis layanan bimbingan klasikal dengan bidang layanan berupa pribadi, sosial, belajar dan karier. Bimbingan klasikal adalah format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar. Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa bimbingan klasikal dapat dipahami pula sebagai bimbingan secara kelompok yang besar (20-40 orang) dan berada dalam kelas. Bimbingan klasikal secara umum membantu peserta didik tanpa memandang ragam permasalahan peserta didik tetapi lebih memandang berdasarkan kebutuhan peserta didik. Bimbingan klasikal menjadi hal yang penting di sekolah karena merupakan jam tatap muka wajib yang perlu diberikan bagi siswa oleh konselor. Sesuai peraturan dikurikulum 2013 kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam

per kelas (rombongan belajar) per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Hal inilah yang perlu dikelola dengan baik oleh konselor supaya jam tatap muka dengan peserta didik menjadi hal yang menarik bagi siswa untuk bisa diikuti secara maksimal, hal ini tak terlepas dari seorang guru BK atau konselor untuk dapat membangkitkan motivasi peserta didik saat berada di kelas.

Winkel (1999: 150-152) mengungkapkan bahwa salah satu hal penting untuk mendukung kesuksesan belajar anak didik adalah adanya motivasi yang dimilikinya. Pendidik diharapkan mampu untuk memberikan suasana yang dapat membangkitkan suasana kelas yang hidup sehingga mampu menimbulkan motivasi dari para siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan.

Pelayanan bimbingan klasikal di sekolah saat ini dituntut untuk lebih meningkat, seiring adanya kemajuan dalam dunia pendidikan saat ini, harus ada terobosan-terobosan baru, supaya siswa bisa tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru BK di kelas. Persepsi para siswa menyebutkan bahwa kebanyakan guru BK di sekolah itu adalah ceramah, banyak bercerita, dan tidak fokus, hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh. Djamarah (2008) mengatakan bahwa gejala negatif dari bimbingan klasikal yaitu (1) peserta didik merasa bosan, (2) menyebabkan peserta didik menjadi pasif, (3) merasa tidak tertarik, (4) yang visual menjadi rugi, yang mendengarkan merasa jenuh.

Gejala negatif tersebut perlu untuk dihilangkan sehingga ada perubahan yang positif terjadi pada saat bimbingan klasikal. Hal ini perlu ditunjang dengan adanya media serta sarana dan prasarana yang mampu untuk

memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan pernyataan dalam surat kementrian mengenai sumber belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Perlu adanya media yang mampu untuk mempengaruhi peserta didik saat di kelas.

Ibrahim (dalam Arsyad, 2007) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta dapat menghidupkan pelajaran. Kegiatan di kelas akan menjadi lebih bersemangat dan siswa merasa senang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang diberikan.

Begitu pula di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta, penggunaan media masih terasa minim dalam menunjang pelayanan BK pada layanan bimbingan klasikal, hal ini didapatkan peneliti dari wawancara bersama guru BK yang mengampu kelas XA, bahwa media yang digunakan memang belum ada, sehingga terkadang siswa merasa bosan. Kegiatan bimbingan klasikal diberikan pada jam ke-0 atau pukul 06.30, ada beberapa siswa yang terlambat masuk kelas untuk mengikuti kegiatan layanan bimbingan klasikal.

Temuan itulah yang mendorong peneliti untuk menerapkan suatu media dengan mengaplikasikannya dalam bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik. Media ini dapat menjadi salah satu alternatif

dalam upaya untuk membantu guru BK memberikan pelayanan bimbingan klasikal, supaya respon antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik dalam konteks layanan BK itu sendiri, sehingga ada suatu ketertarikan dari siswa untuk mengikuti kegiatan yang diberikan oleh guru BK.

Ortiz (2002: 180) menjelaskan bahwa alunan suara nada-nada yang disusun berdasarkan irama tertentu dapat membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan, dan menangkal kebisingan eksternal. Djohan (2009) Mengemukakan bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh leonid Kayumov, asisten professor di Departemen Psikiatri Universitas Toronto, ritme dan irama dari musik dapat memicu produksi hormon melantolin sehingga kondisi kita menjadi lebih rileks dan otak menjadi lebih tenang. Musik akan memberikan rangsangan kepada siswa untuk memberikan suasana yang nyaman, gembira saat kegiatan dilangsungkan, sehingga dapat menimbulkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.

Peneliti memiliki keyakinan bahwa melalui media musik, suasana kelas akan berbeda, siswa akan lebih bersemangat dan motivasi untuk mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat terwujud, hal ini telah terbukti dari beberapa penelitian yang telah dilakukan serta pendapat dari para ahli teori. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2005) berjudul “Eefektivitas Penggunaan Musik Klasik dalam Mendukung Pembelajaran Mahasiswa di Kelas” menunjukkan hasil cukup efektif untuk mendukung pembelajaran yang dilakukan mahasiswa di kelas. Penelitian dari Widiastuti (2012) berjudul “Pengaruh Musik Klasik Terhadap Motivasi dan Prestasi

Belajar Siswa Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Godean)” menunjukkan hasil bahwa musik klasik berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar.

Maka dari itu peneliti mengambil satu judul penelitian yaitu upaya

“Peningkatan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal Melalui Penggunaan Media Musik Klasik (Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling pada Kelasa XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014)”. Peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan dan konseling supaya dapat memberikan dampak positif, serta perbaikan-perbaikan langsung pada pelayanan BK di kelas tersebut. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan perbaikan yang positif bagi perkembangan pelayanan bimbingan dan konseling, terutama untuk layanan bimbingan klasikal di kelas, siswa memiliki motivasi untuk mengikuti layanan bimbingan di kelas.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Peserta didik kurang memiliki keberanian dalam ikut berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan, peserta didik hanya menjawab saat ditanya oleh guru saja.

2. Media yang digunakan oleh guru BK dalam melakukan bimbingan klasikal masih terbatas.

3. Siswa merasa ngantuk saat di kelas apalagi jam masuk BK dimulai pada jam ke- 0 yaitu pada pukul 06.30 WIB.

4. Siswa terlambat masuk kelas untuk mengikuti bimbingan klasikal. 5. Kegiatan yang diberikan guru BK terasa kurang menarik.

6. Kegiatan bimbingan klasikal pada jam ke- 0 digunakan untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR).

C. Rumusan Masalah

Setelah teridentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menuliskan rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah motivasi siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman dalam

mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui penggunaan media musik klasik?

2. Seberapa tinggi peningkatan capaian skor motivasi siswa kelas XA SMA Negeri I Depok, Sleman dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik antar siklus?

3. Apakah motivasi siswa kelas XA SMA Negeri I Depok, Sleman dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik dapat meningkat secara signifikan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tindakan bimbingan konseling ini adalah : 1. Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan

klasikal melalui penggunaan media musik klasik pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Mengetahui seberapa tinggi peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang pendidikan, khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Sehingga kegiatan layanan bimbingan klasikal bisa semakin berkembang dengan adanya penggunaan musik klasik di kelas, sehingga suasana kelas menjadi semakin hidup dan nyaman.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian tindakan ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih termotivasi dalam mengikuti pelayanan bimbingan klasikal.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi sekolah untuk mengembangkan dan memfasilitasi metode atau teknik pembelajaran baru yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam aktivitas di sekolah.

c. Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini dipakai sebagai bahan masukan bagi guru BK dalam meningkatkan motivasi serta keterlibatan siswa dalam pelayanan bimbingan klasikal khususnya dalam penggunaan media musik klasik.

d. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pelayanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media musik klasik.

F. Definisi Operasional

1. Motivasi

Motivasi merupakan daya dorong ataupun penggerak yang berasal dari diri seseorang maupun dari luar, untuk melakukan aktivitas tertentu. 2. Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal merupakan kegiatan yang diberikan oleh guru BK dalam suatu kelas yang berjumlah banyak siswa, di dalamnya ada proses pemberian bantuan dalam bidang pribadi, sosial, belajar, karier

kepada para siswa supaya mereka dapat tumbuh berkembang secara optimal.

3. Media

Media merupakan suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk mempermudah seseorang dalam menjalin komunikasi.

4. Musik Klasik

Musik klasik adalah suatu jenis musik instrumentalia yang berasal dari abad 17 dan 18, diciptakan oleh komposer-komposer handal dari luar negeri yang menciptakan suatu instrumentalia musik yang indah, antara lain adalah Mozart, Bach, Handel, Pachebel dan Vivaldi.

13

Dokumen terkait