• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA

DALAM MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MUSIK KLASIK

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Thomas Kris Susanto NIM : 091114085

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Motto

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

(Markus 11:24)

Kadang kita terjatuh hanya supaya bisa lebih kuat untuk bangkit dan melompat lebih tinggi. Percayalah pada

rencana Tuhan.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus

Setiap pembaca yang baik hati

Keluargaku tercinta:

Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Fx Sudjadi dan Ibu Ch Suparmi.

Ketiga Kakakku dan Adikku: Theresia Sri Lestari, Antonius Wahyudi,Ignatius Dedy Triyanto, adik G. Estu Nugroho.

Saudara-saudari sanak keluarga yang selalu setia memberikan perhatian bagi keluarga kami.

Teman dan komunitas :

Teman-temanku BK USD angkatan 2009.

Seluruh teman-teman anggota Paduan Suara Cantus Firmus USD. SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Seluruh Umat Gereja Katolik Santo Petrus Gemolong.

dan seluruh pihak-pihak yang saya kenal dan pernah merasakan kebersamaan.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA

DALAM MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MUSIK KLASIK (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas XA

SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014)

Thomas Kris Susanto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dan mengetahui seberapa tinggi peningkatan skor motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok Sleman.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklusnya dilaksanakan dalam satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman, dengan jumlah siswa sebanyak 32. Data penelitian ini diperoleh melalui skala motivasi, yang didukung dengan pengamatan kelas, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik. Diperoleh hasil bahwa jumlah rata-rata skor motivasi siswa pada pra tindakan dipersentasekan sebesar 70,60%. Pada perlakuan siklus I rata-rata jumlah skor motivasi siswa naik menjadi 76,64%. Pada siklus II rata-rata jumlah skor motivasi siswa naik menjadi 78,57%, dan pada siklus yang ke III rata-rata jumlah skor motivasi siswa naik menjadi 83,61%. Dari hasil uji t-test menunjukkan bahwa Ho ditolak. Ini menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatan secara signifikan melalui penggunaan media musik klasik pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman tahun ajaran 2013/2014.

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ MOTIVATION IN PARTAKING CLASSICAL GUIDANCE SERVICES BY MEANS OF CLASSICAL

MUSIC MEDIA

(Action Research of Guidance and Counseling on the Tenth Graders of Class XA at SMA Negeri 1 Depok, Sleman, in 2013/2014 Academic Year)

By:

Thomas Kris Susanto Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

The objective of this research is to improve the students’ motivation and to find out the increasing level of students’ motivation score in partaking classical guidance services by means of classical music media on the tenth graders of class XA at SMA Negeri 1 Depok, Sleman.

This research is an action research of guidance and counseling (PTBK) which is conducted in three cycles. Each cycle is carried out in one meeting. The subject of this research is the tenth graders of class XA at SMA Negeri 1 Depok, Sleman, consisting of 32 students. The data collection in this research is obtained from a questionnaire about the scale of motivation, which is supported by class observation, interview and documentation.

The result of this research indicates that there is improvement in students’ motivation in partaking classical guidance services by means of classical music media. It shows that the average of students’ motivation score in terms of pre-action is 70,60%. In the treatment of cycle I, the average of students’ motivation score increases to 76,64%. In cycle II, the average of students’ motivation score increases to 78,57%, and in cycle III it increases to 83,61%. According to the t-test result, it indicates that Ho is rejected. The result shows that students’ motivation in partaking classical guidance services can be significantly refined by means of classical music media on the tenth graders of class XA at SMA Negeri 1 Depok, Sleman.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih dan penyertaannya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis mengucapkan terimakasih atas kesempatan, bantuan, bimbingan, waktu dan tenaga dari berbagai pihak yang memperlancar penulisan skripsi. Semoga pihak yang telah membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini selalu diberikan berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa dalam karya mereka. Dari hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma serta sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pendampingan bagi penulis, meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman, menuntun penulis dengan penuh kesabaran, membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., P.Si., M.A, selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(11)

xi

4. Drs. Maskur, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Dra. Eko Rini Purbowati selaku Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang bersedia membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Seluruh Staf Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang telah berkenan menerima dan memberi saran bagi penulis pada pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh siswa kelas XA Tahun Ajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Depok, Sleman atas kesempatan, kebersamaan dengan penulis pada pelaksanaan penelitian di kelas.

8. Ayahanda tercinta Fx. Sudjadi yang telah memberikan dukungan, doa, bimbingan, pendampingan dan penyemangat bagi penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibunda tercinta Ch. Suparmi yang dengan penuh kesetiaan dan cinta kasih mendampingi serta mendidik penulis dalam masa kuliah hingga penyelesaian skripsi.

10.Keluarga dari kakak pertama, mbak Sri dan mas Yudhi yang telah memberikan tempat tinggal dan kebutuhan hidup bagi penulis selama penyelesaian masa kuliah.

(12)

xii

12.Sahabat-sahabatku Dedi, Iren, Satya, Wira, Rian, Rino, Aldian, Uut, Nando, Lisbeth, Irmin, Lambert, seluruh personil Diamond Acoustic (Doni, Intan, Wena, Nike, Iyud) dan seluruh mahasiswa BK USD angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan kesempatan dalam berbagi kebersamaan.

13.Mas A. Priyatmoko, atas kesabaran dan kesetiaan dalam membantu penulis mengurus administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

14.Perpustakaan USD serta seluruh karyawan perpustakaan atas pelayanan yang diberikan, selama penulis menempuh studi hingga sampai pada penyelesaian skripsi.

15.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah membantu dalam penyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Bimbingan Klasikal ... 13

1. Pengertian Bimbingan ... 13

(14)

xiv

B. Motivasi ... 16

1. Pengertian Motivasi ... 16

2. Motivasi dalam Pembelajaran ... 18

a. Fungsi Motivasi dalam Proses Pembelajaran ... 20

b. Jenis Motivasi dalam Proses Pembelajaran ... 21

3. Motivasi dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 22

4. Tingkah Laku Bermotivasi ... 24

4. Kinerja Musik untuk Mempengaruhi Seseorang ... 33

a. Musik Bagi Kesehatan Pikiran dan Tubuh ... 35

b. Musik Mempengaruhi Suasana Hati ... 36

5. Musik dalam Aktivitas di Kelas ... 37

6. Musik dalam Bimbingan Klasikal di Kelas ... 41

7. Musik Klasik ... 42

D. Media ... 45

1. Media Pembelajaran ... 45

2. Media Bimbingan dan Konseling ... 46

3. Musik Sebagai Media untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal ... 47

E. Kerangka Pikir ... 50

(15)

xv

J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 70

K. Teknik Analisis Data. ... 73

L. Kriteria Keberhasilan ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 80

1. Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ... 80

a. Perencanaan Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ... 80

b. Pelaksanaan Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ... 81

c. Hasil Data Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ... 85

d. Refleksi Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling .... 91

2. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus I ... 91

a. Perencanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus I ... 91

(16)

xvi

c. Hasil Data Penelitian Tindakan Bimbingan dan

Konseling Siklus I ... 98

d. Refleksi Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus I ... 104

3. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ... 106

a. Perencanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ... 106

b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ... 106

c. Hasil Data Penelitian Tindakan Bimbingan dan Siklus II ... 109

d. Refleksi Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ... 114

4. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III ... 115

a. Perencanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III ... 115

b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III ... 116

c. Hasil Data Penelitian Tindakan Bimbingan dan Siklus III ... 119

d. Refleksi Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III ... 128

5. Kriteria Keberhasilan. ... 129

6. Hasil Uji Hipotesis ... 129

B. Pembahasan ... 131

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 136

(17)

xvii

C. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 140

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Deskripsi Tugas Penelitian ... 56

Tabel 3.3 Blue Print Skala Motivasi ... 68

Tabel 3.4 Kriteria Panduan Pengamatan ... 69

Tabel 3.5 Kriteria Panduan Wawancara Siswa ... 70

Tabel 3.6 Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas ... 73

Tabel 3.7 Kategori Skor Item Motivasi Siswa ... 75

Tabel 3.8 Kategori Skor Motivasi Subjek ... 76

Tabel 3.9 Kriteria Keberhasilan ... 78

Tabel 4.1 Data Skor Item Motivasi Siswa pada Pra Tindakan ... 85

Tabel 4.2 Kategori Skor Item Motivasi Siswa pada Pra Tindakan ... 86

Tabel 4.3 Data Skor Motivasi Subjek pada Pra Tindakan ... 87

Tabel 4.4 Ketegori Skor Motivasi Subjek pada Pra Tindakan ... 88

Tabel 4.5 Hasil Observasi Perilaku Termotivasi dan Tidak Termotivasi pada Pra tindakan ... 89

Tabel 4.6 Data Skor Item Motivasi Siswa pada Pra Tindakan dan Siklus I ... 99

Tabel 4.7 Kategori Data Skor Item Motivasi Siswa pada siklus I ... 100

Tabel 4.8 Data Skor Motivasi Subjek pada Pra Tindakan dan Siklus I ... 100

(19)

xix

Tabel 4.10 Hasil Observasi Siswa yang Tidak Termotivasi pada

Siklus I ... 102 Tabel 4.11 Data Skor Item Motivasi Siswa pada Pra Tindakan,

Siklus I,dan Siklus II ... 110 Tabel 4.12 Kategori Skor Item Motivasi Siswa Pada Siklus II ... 111 Tabel 4.13 Data Skor Motivasi Subjek pada Pra Tindakan, Siklus I,

dan Siklus II ... 112 Tabel 4.14 Kategori Skor Motivasi Subjek pada Siklus II ... 113 Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Skor Item Motivasi Siswa pada

Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 120 Tabel 4.16 Kategori Skor Item Motivasi pada Siklus III ... 121 Tabel 4.17 Rekapitulasi Data Skor Motivasi Subjek pada Pra Tindakan

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 122 Tabel 4.18 Ketegori Skor Motivasi Subjek pada Siklus III ... 123 Tabel 4.19 Rekapitulasi Data Kategori Skor Motivasi Subjek ... 124 Tabel 4.20 Data Jumlah Subyek yang mengalami Peningkatan

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Proses Terbentuknya Motivasi ... 49

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Jumlah Skor Item Motivasi ... 125

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Jumlah Skor Motivasi Subjek ... 125

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 145

Lampiran 2. Tabulasi Data Skor Motivasi ... 159

Lampiran 3. Instrumen Penelitian ... 168

Lampiran 4. Judul Musik Klasik ... 174

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas, Validitas dan T-test ... 176

Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ... 182

Lampiran 7. Data Siswa Kelas XA ... 186

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia sekarang ini berkembang pesat. Hal ini begitu nampak dalam perubahan pendidikan saat ini, adanya suatu bentuk kurikulum yang berubah-ubah. Berubahnya sistem kurikulum di Indonesia bukan hanya asal-asalan saja, pastinya ada suatu pembenahan dan penyempurnaan dari sistem kurikulum sebelumnya, ada suatu profesionalisme yang dituntut pada guru agar kemampuan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Akhir-akhir ini telah diwacanakan adanya penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Di dalamnya ada suatu sistem pembelajaran yang berkembang dari sistem yang sebelumnya. Kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

(23)

yaitu untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. Dari peraturan menteri tersebut telah ditetapkan bahwa pendidik dalam hal ini guru harus bisa membangkitkan minat, motivasi serta semangat dalam belajar para siswa terutama pada saat di kelas, guru dalam hal ini harus bisa berperan untuk membangkitkan ketertarikan siswa-siswinya saat pembelajaran di kelas.

(24)

menyenangkan serta dapat menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan. Hal itu jelas dikatakan bahwa pendidik harus mampu menciptakan suatu suasana yang mendukung untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang bisa diterima oleh peserta didik.

Permendikbud No 81 A tahun 2013 mengatakan bahwa proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik. Guru harus mampu memberikan stimulus kepada peserta didiknya melalui kondisi lingkungan yang tenang dan nyaman. Kondisi ini dapat berupa kenyamanan diri (internal) yang banyak didukung oleh adanya faktor dari luar misalnya cuaca yang sejuk, cahaya yang cukup, dan suara-suara yang harmonis.

(25)

perlu lebih difokuskan sehingga benar-benar mampu menunjang pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Dalam hal ini, bahwa konsep pelayanan BK benar-benar sepenuhnya berada dalam wilayah pendidikan. Konsepsi ini semakin diperkuat khususnya dalam rangka menyukseskan kurikulum 2013 yang lebih memberdayakan upaya pendidikan melalui proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik dalam berdinamika berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab.

(26)

per kelas (rombongan belajar) per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Hal inilah yang perlu dikelola dengan baik oleh konselor supaya jam tatap muka dengan peserta didik menjadi hal yang menarik bagi siswa untuk bisa diikuti secara maksimal, hal ini tak terlepas dari seorang guru BK atau konselor untuk dapat membangkitkan motivasi peserta didik saat berada di kelas.

Winkel (1999: 150-152) mengungkapkan bahwa salah satu hal penting untuk mendukung kesuksesan belajar anak didik adalah adanya motivasi yang dimilikinya. Pendidik diharapkan mampu untuk memberikan suasana yang dapat membangkitkan suasana kelas yang hidup sehingga mampu menimbulkan motivasi dari para siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan.

Pelayanan bimbingan klasikal di sekolah saat ini dituntut untuk lebih meningkat, seiring adanya kemajuan dalam dunia pendidikan saat ini, harus ada terobosan-terobosan baru, supaya siswa bisa tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru BK di kelas. Persepsi para siswa menyebutkan bahwa kebanyakan guru BK di sekolah itu adalah ceramah, banyak bercerita, dan tidak fokus, hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh. Djamarah (2008) mengatakan bahwa gejala negatif dari bimbingan klasikal yaitu (1) peserta didik merasa bosan, (2) menyebabkan peserta didik menjadi pasif, (3) merasa tidak tertarik, (4) yang visual menjadi rugi, yang mendengarkan merasa jenuh.

(27)

memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan pernyataan dalam surat kementrian mengenai sumber belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Perlu adanya media yang mampu untuk mempengaruhi peserta didik saat di kelas.

Ibrahim (dalam Arsyad, 2007) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta dapat menghidupkan pelajaran. Kegiatan di kelas akan menjadi lebih bersemangat dan siswa merasa senang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang diberikan.

Begitu pula di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta, penggunaan media masih terasa minim dalam menunjang pelayanan BK pada layanan bimbingan klasikal, hal ini didapatkan peneliti dari wawancara bersama guru BK yang mengampu kelas XA, bahwa media yang digunakan memang belum ada, sehingga terkadang siswa merasa bosan. Kegiatan bimbingan klasikal diberikan pada jam ke-0 atau pukul 06.30, ada beberapa siswa yang terlambat masuk kelas untuk mengikuti kegiatan layanan bimbingan klasikal.

(28)

dalam upaya untuk membantu guru BK memberikan pelayanan bimbingan klasikal, supaya respon antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik dalam konteks layanan BK itu sendiri, sehingga ada suatu ketertarikan dari siswa untuk mengikuti kegiatan yang diberikan oleh guru BK.

Ortiz (2002: 180) menjelaskan bahwa alunan suara nada-nada yang disusun berdasarkan irama tertentu dapat membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan, dan menangkal kebisingan eksternal. Djohan (2009) Mengemukakan bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh leonid Kayumov, asisten professor di Departemen Psikiatri Universitas Toronto, ritme dan irama dari musik dapat memicu produksi hormon melantolin sehingga kondisi kita menjadi lebih rileks dan otak menjadi lebih tenang. Musik akan memberikan rangsangan kepada siswa untuk memberikan suasana yang nyaman, gembira saat kegiatan dilangsungkan, sehingga dapat menimbulkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.

(29)

Belajar Siswa Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Godean)” menunjukkan hasil bahwa musik klasik berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar.

Maka dari itu peneliti mengambil satu judul penelitian yaitu upaya

“Peningkatan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan

Klasikal Melalui Penggunaan Media Musik Klasik (Penelitian Tindakan

Bimbingan Konseling pada Kelasa XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman

Tahun Ajaran 2013/2014)”. Peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan dan konseling supaya dapat memberikan dampak positif, serta perbaikan-perbaikan langsung pada pelayanan BK di kelas tersebut. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan perbaikan yang positif bagi perkembangan pelayanan bimbingan dan konseling, terutama untuk layanan bimbingan klasikal di kelas, siswa memiliki motivasi untuk mengikuti layanan bimbingan di kelas.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Peserta didik kurang memiliki keberanian dalam ikut berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan, peserta didik hanya menjawab saat ditanya oleh guru saja.

(30)

3. Siswa merasa ngantuk saat di kelas apalagi jam masuk BK dimulai pada jam ke- 0 yaitu pada pukul 06.30 WIB.

4. Siswa terlambat masuk kelas untuk mengikuti bimbingan klasikal. 5. Kegiatan yang diberikan guru BK terasa kurang menarik.

6. Kegiatan bimbingan klasikal pada jam ke- 0 digunakan untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR).

C. Rumusan Masalah

Setelah teridentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menuliskan rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah motivasi siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman dalam

mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui penggunaan media musik klasik?

2. Seberapa tinggi peningkatan capaian skor motivasi siswa kelas XA SMA Negeri I Depok, Sleman dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik antar siklus?

(31)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tindakan bimbingan konseling ini adalah : 1. Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan

klasikal melalui penggunaan media musik klasik pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Mengetahui seberapa tinggi peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media musik klasik pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang pendidikan, khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Sehingga kegiatan layanan bimbingan klasikal bisa semakin berkembang dengan adanya penggunaan musik klasik di kelas, sehingga suasana kelas menjadi semakin hidup dan nyaman.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

(32)

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi sekolah untuk mengembangkan dan memfasilitasi metode atau teknik pembelajaran baru yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam aktivitas di sekolah.

c. Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini dipakai sebagai bahan masukan bagi guru BK dalam meningkatkan motivasi serta keterlibatan siswa dalam pelayanan bimbingan klasikal khususnya dalam penggunaan media musik klasik.

d. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pelayanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media musik klasik.

F. Definisi Operasional

1. Motivasi

Motivasi merupakan daya dorong ataupun penggerak yang berasal dari diri seseorang maupun dari luar, untuk melakukan aktivitas tertentu. 2. Bimbingan Klasikal

(33)

kepada para siswa supaya mereka dapat tumbuh berkembang secara optimal.

3. Media

Media merupakan suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk mempermudah seseorang dalam menjalin komunikasi.

4. Musik Klasik

(34)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini berisikan tentang landasan teori yang mendasari konsep penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang meliputi: bimbingan klasikal, motivasi, musik, media, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan.

A. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan

Menurut Prayitno dan Erman (1994: 99) bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

(35)

menetapkan tujuan dengan tepat dan menyususn rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup.

Pengertian bimbingan oleh Natawidjaja (dalam Winkel dan Hastuti, 2007: 29) diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Surya (1988: 12) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

(36)

maupun lingkungan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupannya dan dapat merasakan kebahagian dalam menjalankan kehidupannya.

2. Pengertian Bimbingan Klasikal

Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan kelompok yang diberikan dalam suasana kelompok kelas di sekolah. Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan. Bilamana siswa yang dilayani hanya satu orang, maka digunakan istilah bimbingan individual. Bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang maka digunakan istilah bimbingan kelompok. Jika jumlah siswa yang dilayani lebih dari 30 siswa, digunakan istilah bimbingan klasikal.

Fauzi (2013) mengatakan bahwa bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling/konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di kelas. Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi pemberian layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bimbingan klasikal sebagai salah satu strategi dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan (delivery sistem) aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa

(37)

intelektual, sosial dan moral spiritual), sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.

Bimbingan klasikal memiliki nilai efisiensi dalam kaitan antara jumlah peserta didik atau konseli yang dilayani dengan guru bimbingan dan konseling atau konselor serta layanan yang bersifat pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Sardiman (1968) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Lebih lanjut motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motif juga dapat diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Hamzah, 2008: 3).

(38)

Mc. Donald (dalam Sardiman, 1968) menjelaskan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini, motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu : (1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. (2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. (3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.

(39)

karena adanya tujuan. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tersebut tumbuh dalam diri seseorang.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya adalah suatu kondisi perubahan energi dimana seseorang memiliki daya ataupun dorongan yang berasal dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Daya ataupun dorongan ini dipengaruhi oleh suatu emosi, yang berasal dari rangsangan dari luar hingga akhirnya bisa memicu motivasi dari dalam dirinya sehingga mampu memunculkan suatu bentuk tindakan berupa aktivitas fisik, aksi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2. Motivasi dalam Pembelajaran di Kelas

Sardiman (1986) menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananannya adalah dapat menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

(40)

siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Winkel (1999: 150-152) mengungkapkan bahwa salah satu hal penting untuk mendukung kesuksesan belajar anak didik adalah adanya motivasi yang dimilikinya. Widodo (2005) menjelaskan bahwa motivasi membutuhkan kondisi-kondisi baik internal maupun eksternal yang dapat mendukungnya. Kegelisahan, ketakutan dan emosi-emosi negatif lain akan menurunkan motivasi belajar. Selain itu secara ekstrinsik, kondisi lingkungan yang buruk (suhu yang terlalu panas atau dingin, suara yang terlalu keras atau tidak beraturan, dan sebagainya) juga merupakan faktor penyebab turunnya motivasi. Oleh karenanya, dibutuhkan kondisi-kondisi positif baik internal maupun eksternal utnuk membangkitkan adanya motivasi belajar sehingga pada akhirnya mendorong keberhasilan proses belajar. Kondisi positif ini dapat berupa kenyamanan diri (internal) yang banyak didukung oleh adanya faktor dari luar misalnya cuaca yang sejuk, cahaya yang cukup, dan suara-suara yang harmonis.

(41)

sedemikian ini akan memotivasi siswa sehingga mereka dapat dan mau belajar secara optimal.

Dalam hal ini, lingkungan belajar yang terstruktur dengan baik dapat memotivasi siswa sehingga mereka dapat dan mau belajar. Mereka mau belajar karena adanya dorongan dari luar dirinya yaitu dari lingkungan berupa iklim dan struktur kelas yang memberikan peluang terjadinya belajar.

Guru sebagai pengelola pengajaran dapat memanfaatkan motivasi yang bersifat ekstrinsik dan motivasi yang bersifat intrinsik sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dalam mengenal dan memahami tingkah laku siswa dan menampilkan sikap yang memberikan peluang terjadinya belajar yang maksimal bagi para siswanya. Dalam pengelolaan kelas, motivasi dapat berpengaruh dalam mengatur tingkah laku siswa.

a. Fungsi motivasi dalam proses pembelajaran di kelas:

1) Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar.

Guru harus mampu memberikan suatu kondisi yang nyaman kepada siswanya. sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara optimal.

2) Menggiatkan semangat belajar siswa.

(42)

3) Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar. Motivasi yang ada pada diri para siswa akan menggugah minatnya untuk semakin lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran.

4) Mengikat perhatian siswa agar senantiasa terikat pada kegiatan belajar. Motivasi yang ada pada diri siswa akan selalu mengikat pada kegiatan yang diberikan di kelas, sehingga siswa semakin fokus dan terlibat dalam pembelajaran yang diberikan guru di kelas.

5) Membantu siswa agar mampu dan mau menemukan serta memilih jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mendukung pencapaian tujuan belajar maupun tujuan hidupnya jangka panjang.

b. Jenis Motivasi dalam Proses Pembelajaran

Hamalik (2011: 162) menyebutkan bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi Intrinsik

(43)

Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik memiliki dorongan serta kemauan yang berasal dari dalam dirinya tanpa terpengaruh faktor dari luar.

2) Motivasi Ekstrinsik

Hamzah (2007) mengungkapkan bahwa faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Djamarah (2008: 151) menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Jadi motivasi ekstrinsik itu merupakan suatu pengaruh yang berasal dari luar, seperti lingkungan kelas, media yang digunakan, sehingga dapat memberikan motivasi yang lebih kepada siswa. Menurut Hamzah (2007) kedua faktor tersebut (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

3. Motivasi dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal

(44)

bimbingan klasikal sendiri berada dalam situasi kelas dan hampir sama dengan prinsip pembelajaran di kelas.

Bimbingan klasikal merupakan kegiatan yang berada pada situasi kelas. Guru BK harus mampu menciptakan kondisi lingkungan kelas yang mendukung timbulnya semangat bagi para siswa supaya mereka memiliki motivasi saat berada di kelas. Djamarah (2008: 157) menyebutkan bahwa fungsi dari motivasi yaitu : (a) Sebagai pendorong kegiatan, (b) sebagai penggerak perbuatan, (c) sebagai pengaruh perbuatan. Guru BK di kelas diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa. Siswa terdorong untuk terlibat dalam kegiatan, menggerakkan siswa untuk berpartisipasi di kelas, hingga dapat menimbulkan perasaan senang pada diri siswa.

Winkel (1983: 31) menyebutkan bahwa perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat oleh sikap positif. Urutan Psikologisnya yaitu : perasaan senang→ sikap positif→ minat. Penilaian yang positif akan terungkap dalam perasaan senang (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain sebagainya). Rasa-rasa itu akan berperan sebagai unsur afektif dalam pembentukan suatu sikap siswa.

(45)

dapat mempertahankan pendapatnya, (g) tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, (h) senang mencari dan memecahkan masalah.

Motivasi dalam bimbingan klasikal merupakan daya dorong dari diri siswa untuk mau terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan, hingga siswa sendiri merasa semangat, nyaman, senang dalam mengikuti aktifitas bimbingan klasikal yang diberikan guru BK di kelas. Siswa mampu terdorong dari hati untuk mengkuti kegiatan bimbingan sehingga mempengaruhi perilaku siswa saat berada di kelas, siswa memiliki sikap positif yang diawali dari perasaan senang kemudian timbulah minat yang akan memotivasi siswa untuk dapat terlibat dengan baik dalam kegiatan bimbingan klasikal.

4. Tingkah Laku Bermotivasi

Handoko (1992) menyebutkan bahwa tingkah laku bermotivasi akan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Timbul suatu motif tertentu dalam diri individu.

b. Bila pada waktu yang bersamaan kebetulan juga muncul motif yang lain, maka akan terjadi pertarungan antara motif-motif yang ada.

(46)

d. Mewujudkan tingkah laku bermotivasi berdasarkan pilihan motif yang telah ditentukan.

Woodworth (dalam Handoko: 1992) menyebutkan bahwa reaksi seseorang terhadap rangsang dipengaruhi oleh empat hal, yaitu : (a) faktor perangsang itu sendiri, (b) ciri-ciri/struktur tetap dari individu, (c) keadaan sesaat (keadaan individu pada waktu datangnya perangsang) dan (d) kegiatan yang sedang berlangsung (activity in progres). Dalam tingkah laku bermotivasi, motif termasuk didalam activity in progress (kegiatan yang sedang berlangsung). Oleh karena itu tepat sekali bila dikatakan bahwa motif adalah suatu persiapan untuk terjadinya perbuatan. Keadaan siap ini akan sungguh-sungguh menjadi perbuatan bila ada rangsang. Motif terdapat pada individu sebelum perangsang datang. Berdasarkan uraian ini akan terjadilah mekanisme kerja sebagai berikut :

Dorongan atau Kebutuhan  motif  Rangsang  Perbuatan  tujuan. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa tingkah laku bermotivasi merupakan suatu perilaku yang menunjukkan adanya suatu tindakan kearah perilaku yang memiliki motivasi, dimana seseorang diberikan suatu rangsang tertentu supaya motif tersebut dapat terwujud menjadi suatu perbuatan yang sesuai dengan tujuan.

(47)

yang menyenangkan, supaya para siswa merasa termotivasi untuk mengikuti kegiatan bimbingan klasikal yang diberikan oleh guru BK.

5. Motivasi dan Emosi

Handoko (1992) menyebutkan bahwa motivasi dan emosi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan yang erat antara motivasi dan emosi tersebut dapat dilihat atau dialami dalam kehidupan kita sehari-hari. Hubungan tersebut nyata dalam hal-hal berikut :

a. Emosi dapat memperkuat atau memperlemah tindakan seseorang, seperti halnya motivasi.

b. Emosi dapat juga mengarahkan tingkah laku seseorang. c. Emosi dapat juga menyertai tingkah laku bermotivasi.

(48)

Dalam bimbingan klasikal, guru BK diharapkan mampu memberikan suasana yang menciptakan rasa nyaman, kondusif, menyenangkan sehingga siswa memiliki emosi yang positif untuk mendukung berlangsungnya kegiatan dalam bimbingan, sehingga mampu merangsang timbulnya motivasi yang ditunjukkan melalui sikap positif dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal di kelas.

6. Motivasi Partisipasi

Winkel (1983: 27) menjelaskan bahwa motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Daya penggerak bisa dipengaruhi oleh rangsangan dari luar hingga dapat memicu dorongan dari dalam diri seseorang, sehingga mampu memunculkan suatu bentuk tindakan yang berupa aktivitas fisik, aksi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa di kelas diharapkan dapat beraktivitas untuk berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung.

(49)

memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya, (c) listening activities : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, (d) writing activities : menulis, menyalin, (e) drawing activities : menggambar, membuat grafik, peta dan sebagainya, (f) motor activities : melakukan percobaan, membuat model, (g) mental activities : menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, (h) emotional activities: menaruh minat, merasa bosan, gembira, tenang, dan sebagainya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kegiatan bimbingan klasikal, siswa diharapkan memiliki suatu partisipasi dimana fungsi partisipasi ini untuk meningkatkan keterlibatan para siswa dalam megikuti kegiatan di dalamnya, sehingga mental dan emosi siswa bisa dilibatkan untuk mewujudkan kegiatan bimbingan yang efektif. Siswa diharapkan memiliki tanggung jawab untuk ikut terlibat dalam kegiatan dengan penuh antusias dan penuh keseriusan.

(50)

Aktivitas fisik itu menunjukkan bentuk partisipasi siswa di kelas dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.

C. Musik

1. Pengertian Musik

Eagle (dalam Djohan, 2009) menyebutkan bahwa musik didefinisikan sebagai suara dan diam yang teroganisir melalui waktu yang mengalir. Menurut ahli perkamusan lexicographer (dalam Alfa, 2012) disebutkan bahwa musik ialah ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional. Meyer (dalam Djohan, 2009: 113) menjelaskan bahwa musik sering dikatakan memiliki kekuatan dalam komunikasi emosi. Aristoteles (dalam Alfa, 2012) mengatakan bahwa musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

(51)

2. Musik dan Otak

Musik disalurkan melalui suara yang kemudian diterima melalui indra pendengaran, lalu akan diproses melalui otak. Djohan (2009: 281) mengatakan bahwa musik yang didengar akan menggetarkan syaraf yang ada di dalam otak dan memicu emosi serta sensasi fisik seperti rasa tenang, takut, gembira atau sedih. Djohan (2009: 280) mengatakan bahwa para peneliti sangat percaya bahwa otak manusia berisi sirkuit khusus atau zat kimiawi dan bila tersentuh oleh suara musik akan menimbulkan respons emosi bagi pemiliknya. Semua ini terlihat jelas ketika diukur melalui pencitraan seperti MRI’s (magnetic resonance imaging) dan EEG’s (electro-encephalon-graph) untuk melihat otak bagian dalam saat merespons musik.

Gunawan (2003: 62-64) menyebutkan ada empat jenis gelombang otak :

a) Gelombang Beta

Gelombang ini berada pada kisaran 12-25 Hz. Berada pada kondisi sadar, melakukan aktivitas sehari-hari, seperti pada saat bekerja, olahraga, membutuhkan konsentrasi tinggi.

b) Gelombang Alpha

(52)

c) Gelombang Theta

Gelombang ini berada pada kisaran 4-8 Hz. Berada pada keadaan sangat rileks, masuk ke dalam kondisi meditatif, seperti sedang mengantuk.

d) Gelombang Delta

Frekuensi gelombang delta berada pada kisaran 0.5-4 Hz, kondisi ini adalah sedang tidur dan tidak sadar akan lingkungan kita.

Djohan (2009: 280) menjelaskan bahwa musik dapat membawa seseorang dari kondisi otak beta (terjaga) ke pada kondisi alpha (meditatif) sementara yang bersangkutan tetap sadar dan terjaga. Musik yang didengar melalui suara mampu menggetarkan sistem syaraf yang kemudian memberikan efek respons seseorang, hingga dapat membuat seseorang merasakan kondisi yang rileks, santai, walaupun dalam keadaan yang tetap sadar dan beraktivitas.

Cambel (2002) menyebutkan bahwa musik dapat mempengaruhi seluruh aktivitas otak. Struktur musik yang harmonis, kualitas interval, timbre, pola nada dan tempo diproses di otak kanan kita. Sedangkan perubahan yang cepat seperti pada perubahan volume suara, penataan nada suara yang akurat dan lirik, diproses oleh otak kiri kita. Cara berpikir dan berperilaku diwarnai oleh musik tampaknya secara langsung dan tidak disadari akan mengakses kelapisan bawah sadar otak manusia.

(53)

hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.

3. Musik dan Emosi

Djohan (2009: 83) menjelaskan bahwa emosi adalah suatu reaksi kompleks terdiri dari perubahan fisiologis, dari keadaan seimbang yang secara subjektif dialami sebagai perasaan, dan dimanifestasikan dalam perubahan tubuh dan dinyatakan melalui tindakan. Djohan (2009: 85) menjelaskan bahwa emosi adalah faktor yang terjadi karena adanya rangsang, baik dari dalam maupun luar diri seseorang. Dalam pengolahannya, emosi akan bersentuhan dengan proses-proses kognitif.

(54)

Cambel (2003) mengatakan bahwa musik digambarkan sebagai salah satu bentuk murni ekspresi emosi. Musik mengandung berbagai kontur, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang luas dan sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.

Winarso (2007) mengungkapkan bahwa: (a) musik memberikan rangsangan terhadap jalinan antara neuron, sehingga neuron yang bertautan akan meningkatkan kemampuan matematika dan emosi, (b) musik merangsang pikiran, (c) musik memperbaiki konsentrasi dan ingatan, (d) musik membuat siswa lebih pintar, (e) musik meningatkan aspek kognitif, (f) musik membangun kecerdasan emosional, (g) siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif dan mampu mengambil keputusan dan mempunyai empati, (h) melalui pendidikan musik, anak memperoleh stimulus yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan, artinya terdapat keseimbangan antara aspek kognitif dan aspek emosi.

4. Kinerja Musik untuk Mempengaruhi Seseorang

(55)

perasaan pendengar melalui perubahan dari negatif ke positif, (b) meningkatkan emosi gembira dan tenang.

Jean Houston (Gunawan, 2003: 254-255) menyatakan bahwa tubuh pada level molekul, bergetar pada panjang gelombang yang tetap stabil. Musik mempunyai getaran atau frekuensi. Saat mendengarkan musik, frekuensi musik ini bisa beresonansi atau bertentangan dengan frekuensi tubuh. Saat terjadi kesamaan frekuensi, maka akan merasa nyaman, seseorang dapat belajar dengan lebih baik dan merasa nyaman sehingga berada pada keadaan rileks tapi waspada.

Cambel (2003) menjelaskan bahwa pengaruh musik juga dapat dirasakan pada detak jantung. Saat mendengarkan musik, otak memproses apa yang didengar, detak jantung cenderung mengikuti atau sinkron dengan kecepatan musik itu (bit per menit). Hal ini menjelaskan mengapa saat mendengarkan musik dengan tempo yang tinggi, detak jantung seseorang meningkat, seseorang menjadi semangat. Saat mendengar musik dengan tempo (bit per menit) yang rendah misalnya sekitar 55-70 bpm, detak jantung akan melambat dan akan merasakan rileks.

(56)

Hasil penelitian yang dilakukan Cambel (2003) menunjukkan bahwa musik mampu menghasilkan stimulan yang bersifat ritmis. Stimulan ini kemudian ditangkap oleh pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang mereorganisasikan interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarnya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mengakibatkan tubuh mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik sehingga tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit.

a. Musik Bagi Kesehatan Pikiran dan Tubuh

Djohan (2009: 274) mengungkapkan ketika emosi tubuh disembuhkan melalui suara, maka akan terjadi kesehatan fisik yang sama halnya dengan membuat harmonis tubuh melalui emosi. Djohan (2009: 277-278) menjelaskan bahwa musik dapat menjadi wahana untuk membawa pesan-pesan dengan muatan pengembangan perilaku sehat, baik dari sisi fisik maupun mental. Suara dan musik dapat menggetarkan serta meresonan irama alamiah tersebut agar kondisi kesehatan kembali menjadi harmonis.

(57)

mengurangi stress dan rasa sakit. O’Sullivan (dalam Feriyadi 2012) mengemukakan bahwa musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, disamping juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam darah, sehingga denyut jantung menurun.

b. Musik Mempengaruhi Suasana Hati

Djohan (2009: 109) menjelaskan bahwa hasil dari penelitian yang mengukur suasana hati melalui kuesioner optimisme atau pesisme (OPQ), skala sikap dan skala dari Wessman-Ricks tentang Elation dan Depression memperkuat hasil sebelumnya. Yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari mendengarkan musik atau menonton video. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh mendengarkan musik lebih besar terhadap suasana hati dari pada menonton video. Musik dengan kategori gembira menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula musik yang sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati negatif.

(58)

5. Musik dalam Aktivitas di Kelas

Dalam dunia pendidikan, musik dapat menjadikan lingkungan belajar lebih nyaman. Ortiz (2002: 180) mengatakan bahwa alunan suara nada-nada yang disusun berdasarkan irama tertentu. dapat membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan, dan menangkal kebisingan eksternal. De Porter dkk. (2000: 115) mengatakan bahwa musik mendapatkan tempat untuk mendukung pembelajaran. Musik dapat digunakan untuk: (a) meningkatkan semangat, (b) merangsang pengalaman, (c) menumbuhkan relaksasi, (d) meningkatkan fokus, (e) membina hubungan, (f) menentukan tema untuk hari ini, (g) memberi inspirasi, (h) bersenang-senang.

Syarat musik yang digunakan dalam pembelajaran menurut Gunawan (2003: 179) antara lain : (a) gunakan musik instrumentalia dengan tempo 55-70 bit per menit, (b) musik instrumentalia sebaiknya murni dari lagu instrumentalia, (c) gunakan musik klasik dari zaman Baroque. Menurut penemuan Dr. Lozanov musik yang paling membantu

untuk media pembelajaran adalah musik barok seperti Bach, Handel, Pachebel dan Vivaldi. Para komposer menggunakan ketukan yang sangat

khas dan pola-pola secara otomatis menyingkronkan tubuh dan pikiran, pengaruh musik barok tidak terbatas bagi manusia.

(59)

setelah situasi penuh stress, cobalah bunyi piano, cello dan biola alto. Musik juga membantu menutupi kebisingan samar (dengung lampu, suara di ruangan sebelah dan lain-lain) dan menciptakan lingkungan mendukung yang berkesinambungan.

Gunawan (2003) menjelaskan bahwa manfaat musik sebenarnya sangat bergantung pada cara menggunakannya, kapan dan apa jenis musiknya. Berikut adalah cara penggunaan musik yang bisa digunakan dalam aktivitas pembelajaran di kelas :

a. Musik Sebagai Pembukaan.

Musik yang tepat bila digunakan pada waktu pembukaan akan sangat membantu mempengaruhi mood dan atmosfir belajar.

b. Musik Sebagai Pembatas Waktu.

Musik ini dapat digunakan untuk menetapkan waktu bagi siswa, misalnya pada saat memberikan tugas kepada siswa, kemudian siswa mengerjakan tugas sambil mendengarkan.

c. Musik untuk Memperbaiki dan Meningkatkan Mood.

(60)

d. Musik untuk Membangkitkan Semangat dan Energi.

Musik ini dapat digunakan saat suasana kelas agak menurun, siswa sudah mulai terlihat mengantuk, bosan atau letih, mainkan musik dengan tempo yang tinggi sambil melakukan gerak badan atau brain gym. Lakukan ini selama 1-2 menit saja, yang penting selain musiknya

semangat, siswa juga diminta untuk bergerak dengan semangat dan antusias. Ini akan memperlancar sirkulasi darah ke otak sehingga badan akan teras lebih segar.

e. Musik untuk Relaksasi.

Musik ini dapat digunakan pada saat murid selesai mengerjakan tugas yang membutuhkan pemikiran yang dalam dan berat, atau sebelum anda memberikan tugas kepada kelas untuk mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan kreativitas, mainkan musik yang temponya lambat dengan tempo sekitar 40-55 bit per menit, atau 55-70 bit per menit.

f. Musik untuk Membantu dan Mengarahkan Visualisasi.

Musik ini dapat membantu melakukan visualisasi dan menjadi latar belakang untuk membantu proses relaksasi.

g. Musik untuk Membantu Diskusi.

(61)

h. Musik untuk Memperkuat Tema.

Bila materi pembelajaran dikemas dalam suatu tema, musik dengan tema yang sama atau serupa akan sangat membantu memperkuat tema tersebut.

i. Musik untuk Konser Aktif.

Pada teknik ini, musik berperan sebagai faktor yang menciptakan sinkronisasi otak kiri dan kanan dengan memasukkan faktor emosi positif ke dalam siswa. Guru membacakan informasi kepada siswa dengan cara yang dramatis dan penuh emosi sambil memainkan musik yang aktif.

j. Musik untuk Konser Pasif.

(62)

k. Musik untuk Konser Kombinasi.

Konser kombinasi ini sangat baik digunakan untuk mendukung proses pembelajaran kolaborasi.

l. Musik untuk Menemani Kegiatan Fisik untuk Membantu Sinkronisasi Otak.

Musik di sini digunakan untuk menemani aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan sinkronisasi otak.

m. Musik untuk Penutup.

Musik ini dimainkan saat murid telah selesai belajar dan bersiap untuk pulang atau melanjutkan pelajaran yang lain. Musik ini dapat dicari berdasarkan tema khusus yang akan digunakan sebagai anchor/jangkar positif. Siswa keluar dari kelas dengan perasaan gembira dan membawa emosi positif.

6. Musik dalam Bimbingan Klasikal di Kelas

Gunawan (2003) menjelaskan bahwa musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Seorang guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar.

(63)

perbendaharaan kata, (e) sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar. Musik dapat digunakan sebagai sarana positif di kelas.

Bimbingan klasikal yang disertai dengan musik diharapkan dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi siswa, rangsangan yang diberikan guru BK melalui pemutaran musik dalam bimbingan dapat memberikan respon yang positif. Siswa akan merasa rileks, dapat menghilangkan stres, memberikan hal positif bagi situasi kelas pada saat kegiatan bimbingan klasikal.

7. Musik Klasik

Rama (2011) Menjelaskan bahwa musik klasik pada dasarnya bukan hanya sebatas nama dari salah satu aliran/jenis musik, tetapi juga istilah luas yang mengacu pada tiga periode musik yang sangat populer pada zaman itu di Eropa barat. Tiga periode musik yang dimaksud yaitu: a. Zaman Barok Abad (17)

(64)

Barok: Johann Sebastian Bach, George Friederich Handel, Antonio Vivaldi. Johann Pachelbel.

b. Zaman Klasik (Abad 18)

Musik era klasik lebih ringan, lebih mudah dan tidak membingungkan, serta mempunya tekstur yang jauh lebih jelas. Melodi yang dimainkan di era ini biasanya lebih pendek dari era barok. Ukuran orkestra sangat berkembang baik dalam kuantitas maupun kualitas. Ciri-ciri dari musik Zaman Klasik, antara lain: ornamen lebih dibatasi, ada peralihan tempo accelerando dan ritardando, ada peralihan dinamik crescendo dan decrescendo, harmoni tiga nada atau lebih bunyi bersamaan (homofonik), kontras pada ritme. Pada Zaman Klasik muncul bentuk komposisi musik yang disebut sonata dan simfoni. Sonata adalah karya musik untuk permainan solo, sedangkan simfoni adalah untuk orkestra. Beberapa komponis Zaman Klasik: Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, Carl Philipp Emanuel Bach (anak kedua dari Johann Sebastian Bach), Ludwig Van Beethoven (masa peralihan zaman Klasik dan zaman Romantik). a. Zaman Romantik (Pertengahan abad 18)

(65)

semakin kaya akan variasi dari mulai lagu hingga karya pendek dengan piano dan diakhiri dengan ending yang sangat spektakuler dan dramatis pada puncaknya.

Ciri-ciri dari musik Zaman Romantik, antara lain: ciri tidak ada ornament, melodi berekspresi, harmoni bervariasi, homofonik dan polifonik, penggunaan dinamik dan tempo secara optimal dan bervariasi. Beberapa komponis Zaman Romantik, antara lain: Franz Liszt, Richard Wagner, F. J. L. Mendelssohn.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa musik klasik merupakan suatu aliran musik yang diciptakan pada abad ke 17 hingga 18 di kawasan eropa barat dimana terbagi dalam tiga periode zaman yaitu Barok, Klasik, Romantik, masing-masing periode memiliki keunikan tersendiri dan diciptakan oleh masing-masing pencipta yang berbeda dimana tersaji dalam bentuk alunan instrument musik yang indah. Keindahannya meliputi segi harmoni, melodi, atau aspek komposisi musiknya.

(66)

D. Media

1. Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Association for Educational Communications and Technology (AECT) (dalam Nursalim, 2013) mendefinisikan bahwa

media sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyampaian pesan. Briggs (dalam Sri Anitah, 2010) mengatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, atau salah satu komponen dari suatu system penyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi seperti, buku, slide, buku ajar, tape recorder.

(67)

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Ibrahim (dalam Arsyad, 2007) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat perantara yang digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan informasi serta untuk menyempurnakan suatu penyampaian pembelajaran supaya siswa dapat tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, suasana dan iklim kelas diciptakan kondusif sehingga siswa terasa nyaman dan timbul motivasi, kegembiraan, rasa senang, sehingga pembelajaran dapat terwujud dengan optimal.

2. Media Bimbingan dan Konseling

(68)

konseling. Melalui media, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bisa lebih menarik dan menyenangkan. Heru (2011) menjelaskan bahwa pengertian media dalam bimbingan dan konseling sebagai hal yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program BK, sehingga diharapkan dapat mendukung kegiatan bimbingan klasikal di kelas.

Nursalim (2013: 7) menyebutkan tentang manfaat media dalam BK antara lain : (a) menimbulkan gairah atau minat siswa, interaksi lebih langsung antara siswa dengan guru BK, (b) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, (c) proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik, (d) proses layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih interaktif, (e) layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan, (f) meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi layanan bimbingan dan konseling. Media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses bimbingan dan konseling, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas bimbingan dan konseling.

3. Musik Sebagai Media untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam

Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal.

(69)

oleh indra pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect.

Sudjana (dalam Nursalim, 2013: 114) menjelaskan bahwa media audio dapat diartikan sebagai bahan bimbingan dan konseling yang disajikan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa. Alat yang digunakan dalam media audio seperti MP3 player, handphone yang dilengkapi radio dan audio player. Dalam bimbingan dan konseling, media ini biasanya berupa kaset relaksasi dan meditasi, bisa juga digunakan untuk mendukung pelaksanaan strategi diri sebagai model.

Musik merupakan suatu unsur yang dapat dikombinasikan dalam media bimbingan dan konseling. Nursalim (2013: 37) menjelaskan bahwa musik memiliki fungsi untuk menimbulkan suasana yang mendorong siswa untuk memudahkan mencerna informasi. Selain itu musik juga menimbulkan ketertarikan siswa, mengurangi kebosanan. Musik juga dapat mempengaruhi kejiwaan pendengarnya. Jika sajian informasi lebih bersifat ajakan persuasif maka diperlukan musik dengan bit cepat dan semangat. Dengan demikian diperlukan pemilihan musik yang sesuai dengan kondisi dan situasi di kelas.

(70)

Pada kegiatan bimbingan klasikal diharapkan musik akan merangsang siswa sehingga musik akan menggugah emosi, memunculkan semangat siswa di kelas, menimbulkan suasana santai, nyaman, meredam bunyi yang tidak diinginkan serta mampu melepaskan stres siswa, sehingga melalui strategi penggunaan media musik klasik ini, nantinya dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Dari teori yang telah diperoleh, dapat dihasilkan sebuah urutan proses, tentang musik yang dapat membangkitkan motivasi siswa.

.

Gambar 2.1

Diagram Proses Terbentuknya Motivasi

E. Kerangka Pikir

Peneliti telah memaparkan beberapa teori yang melandasi penelitian ini. Peneliti mengkaji teori dalam konteks aktivitas dalam situasi pembelajaran di kelas dan dikaitkan dalam bimbingan klasikal. Peneliti menghubungkan antara motivasi, musik, dan media bimbingan dan konseling, dimana ketiganya saling berkaitan dan berkesinambungan. Motivasi siswa akan ditingkatkan melalui media bimbingan dan konseling yang menggunakan

(71)

musik klasik, musik klasik akan menimbulkan rangsangan-rangsangan melalui suara yang akan ditangkap oleh pendengaran siswa yang kemudian akan diolah dalam otak seseorang melalui sistem syaraf. Musik yang diterima akan membuat saraf-saraf otak bekerja, rasa nyaman dan tenang yang distimulasi musik membuat fungsi kerja otak bekerja optimal.

Rangsangan ritmis dari musik klasik yang diperdengarkan juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, meningkatkan kreativitas, serta meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Musik akan mempengaruhi suasana hati seseorang. Djohan (2009) menjelaskan bahwa suasana hati yang disebabkan oleh musik dapat merubah konsentrasi, persepsi, dan memori serta memengaruhi keputusan seseorang terhadap kondisi mental dan emosionalnya. Selain itu juga mempengaruhi pikiran dan tubuh seseorang, sehingga menciptakan suasana yang kondusif dalam kegiatan bimbingan klasikal di kelas.

Musik akan mampu mempengaruhi emosi seseorang menjadi lebih baik. Emosi yang berkaitan dengan motivasi, jelas akan berpengaruh pada kondisi yang terjadi di dalam kelas, motivasi muncul dan didorong oleh emosi positif yang mempengaruhinya. Siswa akan merasa nyaman, rileks, serta terciptanya lingkungan yang mendukung untuk proses kegiatan bimbingan klasikal.

(72)

diberikan oleh guru BK. Cara ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal di kelas, sehingga materi dari guru BK yang dikemas melalui media musik klasik dapat tersampaikan dengan baik. Siswa diharapkan mampu dalam menghayati peran bimbingan dan konseling, meresapi setiap kegiatan dalam aktivitas bimbingan klasikal, sehingga para siswa dapat berkembang dengan optimal sesuai dengan aspek kepribadian, belajar, karier, dan sosial dalam kehidupannya.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Ha : Motivasi siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman dalam mengikuti

layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui penggunaan media musik klasik.

2. Ho : Motivasi siswa kelas XA SMA Negeri 1 Depok, Sleman dalam

(73)

52

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metodologi penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang meliputi: jenis penelitian, subjek dan waktu penelitian, waktu dan tempat penelitian, peran dan posisi peneliti, setting penelitian, prosedur penelitian, langkah penelitian, tahap penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

(74)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan bimbingan dan konseling adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan strategi untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi dan memberikan perbaikan dengan langkah melakukan perencanaan, melakukan tindakan, melakukan pengamatan lalu melakukan refleksi, hingga dapat menghasilkan proses pengembangan dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah tertentu. Penelitian ini melibatkan berbagai pihak antara lain: peneliti, pihak sekolah, pengamat, mitra kolaboratif, dan siswa. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan motivasi siswa menggunakan media musik klasik dalam layanan bimbingan klasikal, sehingga motivasi siswa dapat ditingkatkan melalui media musik klasik dalam PTBK.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, pada saat jam bimbingan klasikal. Partisipan dalam penelitian ini adalah kelas XA SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta. Kelas ini terdiri dari 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 21 siswi perempuan.

.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Proses Terbentuknya Motivasi .............................
Gambar 2.1 Diagram Proses Terbentuknya Motivasi
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1) Perencanaan pengembangan lembaga litbang agar dapat menjadi Pusat Unggulan Iptek. 2) Program dan kegiatan yang akan dikembangkan harus mengacu pada tema riset

Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat memenuhi target jam yang telah ditetapkan sebanyak minimal 128 jam untuk program kerja kelompok dan

FAKULTAS IIUKT1M PROGRAM EKSTENSI UNIVERSITAS

Melaporkan Kegiatan Laboratorium IPBA Berdasarkan Skor Praktikum antara Kelas Reguler dan Kelas PPKL-BKGS.... Tabel 4.19 Capaian Kinerja Keterampilan

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan

 Cara kerja sistem pengaman kelistrikan dan komponennya  Prinsip-prinsip kelistrikan dan penggunaan pada sistem pengaman/ komponen  Prosedur perbaikan sistem pengaman/

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN